Kajian Variasi Jarak Tanam Terhadap Produktivitas

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN VARIASI JARAK TANAM TERHADAP PRODUKTIVITAS

KACANG TANAH DI LAHAN KERING

Nani Herawati, Sudarto dan Baiq Tri Ratna Erawati


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat
Jl. Raya Peninjauan Narmada, LombokBarat, NTB
e-mail: nani.subhan@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk: (1) mengetahui jarak tanam terbaik untuk budidaya kacang
tanah di lahan kering, dan (2) mengetahui usahatani kacang tanah yang paling efisien, layak
dan menguntungkan. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Nusa Tenggara Barat di Desa Labuan Haji Kabupaten Lombok Timur pada bulan
April sampai Juli 2013. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok, dengan perlakuan
jarak tanam yang diulang 4 kali. Jarak tanam yaitu 40 x 15 cm (J1), 30 x 15 cm (J2), 25 x 20
cm (J3), 20 x 20 cm (J4), dan 25 x 25 cm (J5). Pengamatan dilakukan terhadap tinggi
tanaman, jumlah cabang, jumlah polong per tanaman, bobot polong basah dan efisiensi
usahatani. Data agronomi dianalisis dengan analisis ragam dan bila terdapat beda nyata diuji
lanjut dengan uji jarak ganda Duncan pada taraf 5%. Untuk efisiensi usahatani dilakukan
perhitungan R/C ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) jarak tanam yang optimal
kacang tanah di lahan kering yaitu 30 x 15 cm dan 25 x 20 cm, (2) usahatani kacang tanah
pada kelima jarak tanam layak dan menguntungkan. Namun yang paling efisien adalah dengan
jarak tanam 30 x 15 cm dengan R/C ratio= 1,93.
Kata kunci: kacang tanah, lahan kering, produktivitas, pendapatan

ABSTRACT
A study on cultivation spacing variety towards peanut productivity on dry
land. The research aims at: (1) recognizing the best spacing for peanut cultivation on dry
land, and (2) finding out the most efficient, viable, and profitable peanut farming. The
study was conducted at the Experimental Assessment Institute for Agricultural Technology
West Nusa Tenggara, in the village of Labuan Haji East Lombok from April to July 2013.
The Study used a randomized block design, with 4 (four) times repetition treatment
spacing. Spacing consists of 5 levels. They are 40x15cm (J1), 30x15cm (J2), 25x20cm (J3),
20x20cm (J4), and 25x25cm (J5). Observation was done on the plant height, number of
branches, number of pods per plant, fresh pod weight and farming efficiency. Agronomic
data were analyzed by using an analysis of variance and when there is a significant
difference, it was further tested by Duncan's Multiple Range Test at the 5% level. For
farming efficiency cultivation, the R/C ratio calculation was used. The results showed that (1)
the optimal spacing for peanut cultivation on dry land are 30 x 15 cm and 25 x 20 cm. 2)
Peanut farming within the fifth spacing above is viable and profitable. However, the most
efficient spacing is 30 x 15 cm with R/C ratio = 1.93.
Keywords: peanuts, dry land, productivity, and revenue

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 679
PENDAHULUAN
Kacang tanah adalah komoditas pangan yang bernilai ekonomi cukup tinggi dan
merupakan sumber protein dalam pola pangan penduduk Indonesia. Kebutuhan kacang
tanah dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah
penduduk, kebutuhan gizi masyarakat, diversifikasi pangan, dan meningkatnya kapasitas
industri makanan di Indonesia (Adisarwanto 2000).
Kacang tanah sebagian besar diusahakan di Pulau Jawa (65%), Sumatera (15%),
Sulawesi (11%) dan sisanya sekitar 9% di NTB, Bali dan Papua (Karsono 1996). Pada
tahun 2009, luas area pertanaman kacang tanah 628.660 ha dengan produksi 763.507
ton. Dari tahun ke tahun luas area pertanaman kacang tanah di Indonesia semakin
menyempit. Pada tahun 2006, luas tanam kacang tanah 706.753 ha dan turun menjadi
660.480 ha pada tahun 2007. Pada tahun 2009, luas area tanam kacang tanah 628.660
ha. Produksi kacang tanah dari tahun ke tahun juga menurun seiring berkurangnya luas
area tanam. Pada tahun 2006, produksi kacang tanah 838.096 ton, pada tahun 2009
turun menjadi 763.507 ton, atau berkurang 74.569 ton.
Hal yang sama terjadi di Provinsi NTB, khususnya Kabupaten Lombok Timur.
Kabupaten Lombok Timur adalah salah satu kabupaten yang memiliki potensi untuk
pengembangan kacang tanah. Namun data 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa luas
panen kacang tanah mengalami penurunan. Pada tahun 2003 total luas panen kacang
tanah 787 ha, dan pada tahun 2013 turun menjadi 39 ha (BPS NTB 2013). Oleh sebab
itu perlu upaya perluasan area tanam dan peningkatan produktivitas melalui perbaikan
teknik budidaya.
Upaya peningkatan produktivitas kacang tanah tidak bisa hanya di lahan sawah, tetapi
pada lahan kering atau tegalan berpeluang untuk pengembangan kacang tanah (Astanto
2010). Kabupaten Lombok Timur memiliki potensi lahan kering yang cukup luas yaitu
5960 ha. Hal ini akan sangat membantu upaya peningkatan produksi kacang tanah baik di
tingkat kabupaten maupun provinsi. Peningkatan produktivitas juga dapat diupayakan
dengan memperbaiki kultur teknis, seperti pengaturan jarak tanam, pemupukan yang tepat
dan seimbang, pengaturan air dan sistem drainase.
Pengaturan jarak tanam cukup penting karena jarak tanam berhubungan dengan luas
atau ruang tumbuh, penyediaan unsur hara, air dan cahaya. Jarak tanam yang terlalu
lebar kurang efisien dalam pemanfaatan lahan dan bila terlalu sempit akan terjadi
persaingan yang tinggi antar tanaman yang mengakibatkan produktivitas rendah. Populasi
tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai daya dukung lingkungan. Keterbatasan
lingkungan akan menjadi pembatas pertumbuhan tanaman. Menurut prinsip faktor
pembatas Leibig, materi esensial yang tersedia minimum cenderung menjadi faktor
pembatas pertumbuhan (Odum 1959, Boughey 1968). Pengaturan jarak tanam pada
tanaman budidaya dimaksudkan untuk menekan kompetisi antar tanaman. Setiap jenis
tanaman mempunyai populasi yang optimum untuk mendapatkan produksi maksimum.
Apabila tingkat kesuburan tanah dan air cukup tersedia, maka kepadatan tanaman yang
optimum ditentukan oleh kompetisi di atas tanah daripada di dalam tanah atau sebaliknya
(Andrews dan Newman 1970). Menurut Murrinie (2011), jarak tanam yang dianjurkan
pada kacang tanah bervariasi yaitu 40 cm x 10 cm, 40 cm x 15 cm, 40 cm x 20 cm, 30 cm
x 20 cm, 30 cm x 15 cm atau 20 cm x 20 cm. Jumlah biji yang ditanam bervariasi satu
atau dua biji per lubang.

680 Herawati et al.: Kajian Variasi Jarak Tanam terhadap Produktivitas Kacang Tanah di Lahan Kering
Tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui jarak tanam terbaik kacang tanah di lahan
kering, dan 2) mengetahui usahatani kacang tanah yang layak dan menguntungkan.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN


Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan BPTP di Desa Labuan Lombok,
Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, pada
bulan April sampai Juli 2013. Lokasi penelitian merupakan lahan kering, yang terletak
pada ketinggian 24 m dari permukaan laut dengan jenis tanah Vertisol.
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan lima perlakuan jarak
tanam diulang sebanyak empat kali.
Perlakuan jarak tanam sebagai berikut: (1) J1 = 40 x 15 cm, (2) J2 = 30 x 15 cm, (3)
J3 = 25 x 20 cm, (4) J4 = 20 x 20 cm, dan (5) J5 = 25 x 25 cm.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah varietas Kelinci
dan pupuk Urea (50 kg/ha), dan NPK Phonska (100 kg/ha).
Pelaksanaan Pengkajian meliputi:
• Tanah diolah dengan cara dicangkul, kemudian diratakan. Selanjutnya dibuat empat
blok, masing-masing blok terdiri atas lima petak dengan ukuran 15 m x 17 m per petak.
Jarak antarpetak 30 cm, jarak antarblok 80 cm.
• Penanaman kacang tanah dilakukan dengan cara ditugal masing-masing dua benih per
lubang sesuai perlakuan, tanpa penjarangan sehingga jumlah tanaman adalah dua
tanaman/lubang.
• Tanaman kacang tanah dipupuk dengan 50 kg/ha Urea dan 100 kg/ha NPK Phonska
pada saat tanaman berumur 10 HST dengan cara disebar.
• Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh di
antara pertanaman. Penyiangan dilakukan dua kali, yaitu pada umur 3 minggu dan 5
minggu.
• Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.
Insektisida dan fungisida yang digunakan untuk pengendalian antara lain confidor,
curacron dan dithane.
• Panen dilakukan bila minimal 75% daun tanaman telah mulai kering, kulit polong telah
mengeras dan berwarna coklat, biji telah terisi penuh, kulit biji tipis dan mudah
dikupas. Panen dilakukan dengan mencabut tanaman beserta polongnya.
Variabel pengamatan terdiri atas data agronomi meliputi tinggi tanaman, jumlah
cabang, jumlah polong per tanaman, dan bobot polong basah; dan data ekonomi atau
analisis usahatani meliputi biaya produksi, pendapatan, dan penerimaan.
Data agronomi dianalisis dengan analisis ragam (Anova) dan untuk menguji perbedaan
antarperlakuan digunakan uji jarak berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test)
pada taraf 5%. Data usahatani menggunakan analisis RC ratio. Effisiensi usahatani dapat
diperoleh dengan menghitung Return Cos Ratio (analisis R/C), yaitu perbandingan antara
total penerimaan dengan total biaya produksi (Sulastri dkk. 2011).
R/C ratio = TR / TC
di mana: TR = Total penerimaan (Rp), dan TC = Biaya total dalam rupiah.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 681
Analisis ini menunjukkan tingkat efisiensi ekonomi dari usahatani kacang tanah, yang
akan dicapai apabila: R/C ratio >1, berarti usahatani efisien dan menguntungkan; R/C
ratio = 1, berarti usahatani tidak rugi dan tidak untung, dan R/C ratio <1, berarti
usahatani belum efisien dan tidak menguntungkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman kacang tanah tidak berbeda nyata pada semua jarak tanam (Tabel 1).
Hal ini diduga tinggi tanaman lebih banyak dipengaruhi oleh faktor genetik daripada
lingkungan. Varietas kacang tanah yang digunakan sama, begitu juga kondisi lingkungan
sekitar pengujian.

Tabel 1. Tinggi tanaman, jumlah cabang, Jumlah polong dan bobot polong basah kacang tanah
varietas Kelinci di Desa Labuan Haji, Lombok Timur, 2013.
Tinggi tann Jumlah Bobot polong Populasi
saat panen Jumlah polong basah tan saat
Jarak tanam cabang per
per tan (butir) panen
(cm) tan (buah) (kg/ha)
J1 (40x15) 44,23 a 7,05 a 30,90 a 3,25 b 333.333

J2 (30x15) 44,40 a 6,53 a 28,10 b 3,85 a 444.444

J3 (25x20) 41,95 a 6,60 a 26,00 c 3,68 a 400.000

J4 (20x20) 43,18 a 6,45 a 25,00 cd 3,75 a 500.000

J5 (25x25) 44,58 a 6,60 a 23,80 d 2,81 c 320.000

CV 4,19 6,44 4,04 3,87


- Jarak tanam J1 = 40 X 15 cm, J2 = 30 X 15 cm, J3 = 25 X 20 cm, J4 = 20 X 20 cm, J5 = 25 x 25 cm.
- Nilai sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Jumlah Cabang
Jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang per tanaman. Hal ini
diduga karena kacang tanah yang digunakan masih satu varietas. Selain itu populasi yang
digunakan pada kajian ini tidak terlalu rendah, (berkisar 320.000- 500.000 tanaman)
sehingga pembentukan cabang relatif sama. Murrinie (2011), menyatakan bahwa populasi
rendah (200.000 tanaman) meningkatkan jumlah cabang dan buku pertanaman.

Jumlah Polong per Tanaman


Pada Tabel 1 diketahui bahwa jarak tanam berpengaruh terhadap jumlah polong per
tanaman. Jarak tanam 40 cm x 15 cm memiliki jumlah polong terbanyak, berbeda nyata
dengan jarak tanam lainnya, kemudian diikuti oleh jarak tanam 30 cm x 15 cm.
Sementara jarak tanam 25 cm x 25 cm menghasilkan jumlah polong per tanaman
terendah, tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Jarak tanam 40 cm x
15 cm memiliki jumlah polong per tanaman tertinggi, karena populasi tanaman paling
rendah sekitar 333.333 tanaman, sementara jarak tanam 30 cm x 15 cm memiliki populasi
444.444 tanaman, 25 x 20 cm populasi 400.000 tanaman, dan jarak tanam 20 cm x 20

682 Herawati et al.: Kajian Variasi Jarak Tanam terhadap Produktivitas Kacang Tanah di Lahan Kering
cm populasi 500.000 tanaman. Populasi yang rendah memiliki tingkat kompetisi yang
rendah terhadap penyerapan unsur hara, air, cahaya matahari dan ruang tumbuh,
sehingga hasil fotosintesis lebih optimal untuk pembentukan polong. Dibandingkan antara
jarak tanam 40 cm x 15 cm (populasi 333.333 tanaman) dengan jarak tanam 25 cm x 25
cm (populasi 320.000 tanaman) yang sama-sama memiliki populasi yang relatif rendah,
terjadi perbedaan yang nyata terhadap jumlah polong per tanaman. Hal ini terjadi karena,
jarak tanam 40 cm x 15 cm lebih baik.
Pengaturan jarak tanam, membuat ruang tumbuh sehingga mempermudah tanaman
untuk memperoleh cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan faktor penting dalam
proses fotosintesis dan penentu laju pertumbuhan tanaman (LPT), khususnya intensitas,
lama penyinaran, dan kualitas penyinaran Hasil fotosintesis yang optimal akan digunakan
dalam pembentukan polong dan berbagai bagian penting dari tanaman.
Jarak tanam 25 cm x 25 cm, walaupun memiliki populasi yang rendah (renggang)
tetapi karena tidak ada perbedaan jarak antarbaris tanaman dengan dalam baris tanaman
menyebabkan daun cepat saling menutupi. Bila daun saling menutupi maka cahaya tidak
dapat diteruskan pada daun bagian bawah sehingga fotosintesis tidak optimal sehingga
mempengaruhi pembentukan polong dan organ tanaman lainnya. Dapat disimpulkan
bahwa pada populasi yang sama, dengan jarak tanam yang berbeda akan menunjukkan
hasil yang berbeda. Jarak tanam dengan pengaturan jarak antarbaris lebih besar
dibandingkan dengan dalam baris akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan jarak tanam dengan antarbaris dan dalam barisnya sama.

Bobot Polong Basah


Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot polong basah. Jarak tanam
30 cm x 15 cm berbeda nyata dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm dan 25 cm x 25 cm,
tetapi tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 25 cm x 20 cm dan 20 cm x 20 cm.
Jarak tanam 30 cm x 15 cm memiliki bobot polong segar (3,8 t/ha) lebih tinggi
dibandingkan dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm (3,2 t/ha) dan 25 cm x 25 cm (2,8 t/ha).
Ini terjadi disebabkan karena jarak tanam 30 cm x 15 cm memiliki populasi yang lebih
rapat (populasi 444.444 tanaman) dibandingkan dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm
(populasi 333.333 tanaman) dan 25 cm x 25 cm (populasi 320.000 tanaman). Populasi
tanaman yang lebih rapat akan meningkatkan bobot polong. Ini sesuai dengan penelitian
Mintarsih et al. (1989), bahwa peningkatan kerapatan populasi tanaman per satuan luas
pada batas tertentu meningkatkan hasil tanaman. Murrinie (2011), menyatakan bahwa
pada tingkat populasi rendah, hasil menurun karena kurangnya jumlah tanaman. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian ini.
Ada tiga perlakuan jarak tanam yang tidak berpengaruh nyata terhadap bobot segar
polong yaitu 30 cm x 15 cm, 25 cm x 20 cm dan 20 cm x 20 cm. Jarak tanam 30 cm x 15
cm tidak berbeda nyata dengan 25 cm x 20 cm karena populasi tanaman dari kedua jarak
tanam tersebut relatif sama. Jarak tanam 30 cm x 15 cm memliki populasi 444.444
tanaman dan jarak tanam 25 cm x 20 cm memiliki populasi 400.000 tanaman. Dengan
jarak tanam 30 cm x 15 cm, bobot polong segar tidak berbeda nyata dengan jarak tanam
20 cm x 20 cm (populasi 500.000 tanaman), diduga karena jarak tanam 30 cm x 15 cm
memberikan populasi optimal bagi tanaman kacang tanah varietas Kelinci di lahan kering
Desa Labuan Haji kabupaten Lombok Timur. Penambahan populasi tanaman pada jarak
tanam 20 cm x 20 cm tidak meningkatkan bobot segar polong secara nyata. Hal ini sesuai

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 683
dengan penelitian Mintarsih et al. (1989) bahwa peningkatan populasi tanaman per satuan
luas pada batas tertentu meningkatkan hasil tanaman. Penambahan jumlah tanaman
selanjutnya akan menurunkan hasil karena terjadi kompetisi untuk mendapatkan unsur
hara, air, cahaya matahari, dan ruang tumbuh. Faktor utama yang menyebabkan
turunnya hasil adalah daun yang saling menutup. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah
untuk menghasilkan bobot polong dibutuhkan populasi yang optimal adalah 444.444 (30
cm x 15 cm) peningkatan populasi menjadi 500.000 tanaman (20 cm x 20 cm) hasil
polong segar berkurang.

4500
Polong S egar
4000
Hasil Polong Segar (Kg/ha)

3500 Populasi
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
J 5 (320) J 1 (333) J 3 (400) J 2 (444) J 4 (500)
J kT (P l i)
Gambar 1. Hasil polong segar pada lima jarak tanam berbeda.

Efisiensi Usahatani Kacang Tanah


Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat efisiensi usahatani kacang tanah dalam
penelitian ini mendekati satu, berarti kurang efisien (Tabel 2). Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa penerimaan hampir sama dengan biaya input. Nisbah R/C
semestinya harus lebih dari dua, karena apabila R/C ratio sama dengan satu, maka petani
masih rugi dengan waktu yang dikorbankan pada usahatani. Dengan demikian petani di
daerah penelitian belum bisa mengelola input dan atau belum mampu meningkatkan
output yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Herrnanto (1996) bahwa efisiensi
yang diperoleh dari usahatani bergantung pada pengelolaan input yang digunakan.
Semakin besar output dengan input yang sama, atau semakin kecil input dengan output
yang sama maka nilai R/C ratio semakin besar, berarti usahatani tersebut lebih efisien, dan
sebaliknya.

684 Herawati et al.: Kajian Variasi Jarak Tanam terhadap Produktivitas Kacang Tanah di Lahan Kering
Tabel 2. Biaya produksi, penerimaan dan pendapatan bersih usahatani kacang tanah varietas
kelinci di Desa Labuan Haji Kabupaten Lombok Timur per musim tanam (per hektar).
Perlakuan Jarak Tanam
No. Uraian
J1 J2 J3 J4 J5
1. Biaya Produksi (Rp) 333.333 444.444 400.000 500.000 320.000
A. Biaya Tetap (Rp)
a. Pajak 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000
Total biaya tetap (Rp) 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000
B. Biaya Variabel
a. Benih (Rp) 1.660.000 2.720.000 2.000.000 2.500.000 1.600.000
b. Pupuk (Rp) 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
c. Pestisida (Rp) 405.083 405.083 405.083 405.083 405.083
d. Tenaga kerja (Rp) 3.985.000 3.985.000 3.985.000 3.985.000 3.985.000
Total biaya variabel (Rp) 6.400.083 7.460.083 6.740.083 7.240.083 6.340.083
Total biaya produksi (A+B) 6.440.083 7.500.083 6.780.083 7.280.083 6.380.083
(Rp)
2. Penerimaan (Rp)
a. Produksi (Kg) 3.250 3.855 3.687 3.755 2.812
b. Harga jual (Rp/Kg) 3.500 3.500 3.500 3.500 3.500
Total Penerimaan (Rp) 11.375.000 13.492.500 12.904.500 13.142.500 9.842.000
3. Pendapatan bersih (Rp) 4.934.917 5.992.417 6.124.417 5.862.417 3.461.917
4. R/C Ratio 1,77 1,80 1,90 1,81 1,54
Sumber: Data primer diolah tahun 2010.
Jarak tanam: J1 = 40 X 15 cm, J2 = 30 X 15 cm, J3 = 25 X 20 cm, J4 = 20 X 20 cm, J5 = 25 x 25 cm.

Dari Tabel 2 diketahui bahwa usahatani kacang tanah Varietas Kelinci di Desa Labuan
Haji Kabupaten Lombok Timur layak dan menguntungkan. Tetapi usaha tani kacang
tanah yang memiliki tingkat efisien tertinggi (R/C ratio =1,93) diperoleh dengan jarak
tanam 30 cm x 15 cm karena kacang tanah pada jarak tanam tersebut mampu membe-
rikan hasil polong yang cukup tinggi dibandingkan dengan jarak tanam yang lainnya.

KESIMPULAN
1. Jarak tanam yang memberikan hasil polong segar paling tinggi di lahan kering Desa
Labuan Haji Lombok Timur adalah 30 cmx 15 cm.
2. Usahatani kacang tanah dengan kelima jarak tanam layak dan menguntungkan.
Namun yang paling efisien adalah usahatani kacang tanah dengan jarak tanam 30 cm
x 15 cm dengan R/C ratio = 1,93.

DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto,T.2000. Penetapan anjuran pupuk P berdasarkan uji tanah dijenis tanah Entisol.
Laporan Tahunan Balitkabi 1999/2000.23 p.
Andrews, R. E. dan E. I. Newman. 1970. Root density and competition for nutrient. Plant Ecol.
5: 147-161.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 685
Astanto K. 2010. Pengembangan Kacang Tanah di Indonesia dalam Prosiding Simposium
Penelitian Tanaman Pangan V. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hal. 70-77. Malang.
Boughey, A. S. 1968. Ecology of population. The Mac-Millan Co., New York
BPS. 2009. Luas tanam, Produksi dan produktivitas Kacang Tanah di Indonesia. Biro Pusat
Statistik Nasional. Jakarta.
BPS NTB. 2013. Luas tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas kacang tanah di Nusa
Tenggara barat. Biro Pusat Satistik Nusa Tenggara Barat. Mataram.
Hernanto, Fadholi. 1996. Ilmu Usahatani. Jakarta. Penebar Swadaya.
Mintarsih, Eppy Yuliani, Sri Hannasih dan Joko Widyatmoko. 1989. Pengaruh Jarak Tanam di
dalam Barisan Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea
mays L.) Varietas Arjuna. Farming: 3-13.
Murrinie Endang Dewi, 2011. Analisis Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah dan Pergeseran
Komposisi Gulma Pada Frekuensi Penyiangan dan Jarak tanam yang berbeda. Fakultas
Pertanian Universitas Muria Kudus Jawa Tengah.
Odum, E.P. 1959. Fundamentals of ecology. 2nd. WB Saunders. London
Sulastri Sri, Yayuk Yuliati dan Soemarno, 2011. Analisis Usahatani Kedelai (Glycine max L.)
yang berkelanjutan di Kecamatan Sukerejo Kabupaten Ponorogo. Program Magister
Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan Dan Pembangunan. Pasca Sarjana Universitas
Brawijaya Malang, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang.

686 Herawati et al.: Kajian Variasi Jarak Tanam terhadap Produktivitas Kacang Tanah di Lahan Kering

Anda mungkin juga menyukai