Anda di halaman 1dari 8

KEPEMIMPINAN DAN BERPIKIR SISTEM

KESEHATAN

DOSEN PEMBIMBING
Abd. Majid HR. Lagu, SKM.,M.Kes

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
Andi Jihan Ramadani 70200119105
Nurfitraeny Ramadhany AR 70200119025
Aulia Ananda Asysyfa 70200119030
Ayu Sapitri 70200119065
Nurul Pratiwi S 70200119070
Rosikah Amalia Rauf 70200119110
KESMAS C

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021
MANAGEMENT SOLUSI AIR BERSIH DI WILAYAH PESISIR
A. Air Bersih Di Wilayah Pesisir
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu
air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi
persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-
undanganyang berlaku dan dapatdiminum apabila dimasak.
Air bersih merupakan kebutuhan dasar manusia yang berdampak
langsung kepada kesejahteraan fisik, sosial dan ekonomi masyarakat. Untuk
saat ini sebagian daerah yang belum terjangkau oleh pelayanan air bersih,
khususnya di daerah pedesaan nelayan, masih dilakukan oleh masyarakat itu
sendiri. Dengan adanya pertumbuhan penduduk yang pesat dan perkembangan
wilayah, maka diperlukan upaya percepatan pembangunan prasarana dan
sarana air bersih untuk meningkatkan tingkat pelayanan yang saat ini masih
rendah.
Kawasan pesisir merupakan wilayah yang sangat potensial untuk
dikembangkan mulai dari sektor perikanan, usaha kecil dan menengah mulai
dari industri rumah tangga yang berupa makanan dan makanan ternak, jaring
ikan dan bahkan perkapalan, bidang jasa, trasportasi bahkan pariwisata.
Melihat adanya potensi ekonomi yang begitu besar maka wilayah pesisir
sangat diharapkan menjadi wilayah penyangga bagi pusat-pusat kegiatan.
Untuk itu dukungan pada fasilitas umum mulai dari listrik, transportasi jalan
darat dan sungai dan laut, telekomunikasi, perumahan, kesehatan dan yang
juga sangat penting adalah sarana air bersih.
Kebutuhan masyarakat akan air bersih selama ini telah dipenuhi oleh
PDAM; hal itu hanya berlaku untuk masyarakat perkotaan, lalu bagaimanakah
pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat pedesaan. PDAM belum
dapat mengjangkau wilayah pedesaan dan akhirnya masyarakat pedesaan
banyak menggunakan air tanah, sungai, danau ataupun tadah hujan yang
secara kualitas tidak terjamin. Pemenuhuhan kebutuhan air bersih oleh
masyarakat yang diperoleh dari air tanah, sungai, danau dan tadah hujan akan
terganggu karena kontaminasi dari kualitas lingkungan hidup yang terus
menurun. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air
meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang
terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan rumah tangga yang semakin
menurun. Krisis air bersih sudah terjadi dimana-mana; hal itu terjadi sebagai
akibat dari degradasi lingkungan. Tingkat kesediaan dan kebutuhan tidak
seimbang.
Penggunaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang
sangat penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, yakni mempunyai
peranan dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang
berhubungan dengan air, dan berperan dalam meningkatkan standar atau
taraf/kualitas hidup masyarakat. Sampai saat ini, penggunaan air bersih untuk
masyarakat diIndonesia masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang
cukup kompleks dan sampai saat ini belum dapat diatasi sepenuhnya. Hal ini
dikarenakan sumber air yang ada di kawasan pesisir biasanya berasal dari
sumur air tanah yang airnya berasa asin. Kualitas air tanahnya juga sangat
bergantung dari curah hujan. Pada musim kemarau, air tawar yang berasal dari
air hujan sudah tidak tersedia lagi, sehingga air tanah dengan mudah akan
terkontaminasi oleh air laut.
Oleh karena itu banyak upaya-upaya pengololaan sumber daya air
dilakukan melalui berbagai macan teknologi dan peraturan. Akan tetapi tidak
semua masyarakat mengetahui dan dapat menjangkau teknologi dan peraturan
tersebut dikarenakan kurangnya akses informasi dan pengetahuan mengenai
hal itu terbatas. Pada akhirnya masyarakat terbebani akan pemenuhan
kebutuhan air bersih untuk kehidupannya.
B. Management Solusi
1. Instalasi Pengolahan Air Payau dengan sistem Reverse Osmosis (IPA RO)
Untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan air bersih tersebut
diperlukan penerapan teknologi pengolahan air yang sesuai dengan
kondisi sumber air baku, kondisi sosial, budaya, ekonomi dan SDM
masyarakat setempat yakni Instalasi Pengolahan Air Payau dengan sistem
Reverse Osmosis (IPA RO). Pada awalnya proses Reverse Osmosis
pertama kali digunakan untuk mengolah air laut agar dapat dikonsumsi.
Dengan biaya produksi yang lebih murah dibanding teknologi Destilasi,
menjadikan teknologi Reverse Osmosi sebagai pilihan terbaik untuk
pengolahan air bersih. Bahkan teknologi Reverse Osmosis telah digunakan
oleh masyarakat Amerika sejak tahun 1970 an untuk memenuhi kebutuhan
air bersih.
Pada sistem Reverse Osmosis menggunakan membran semi-permeable
dengan diameter lebih kecil dari 0.0001 mikron ( 500,000 kali lebih kecil
dibandingkan sehelai rambut ). Dengan adanya proses penyaringan
bertekanan tinggi membran ini berfungsi untuk membuang berbagai
kotoran, partikel garam, bahan mikro, bakteri, virus dan sebagainya.
Sehingga menjadikan sistem Reverse Osmosis (RO) sebagai metode
pengolahan air bersih yang paling efektif. Membran ini sering disebut
dengan nama membran RO.
a. Keuntungan Dan Keunggulan
IPA RO mempunyai ciri-ciri yang sangat khusus sebagai model
pengolah air payau/asin yaitu:
1) Energi yang relatif hemat. Konsumsi energi IPA RO relatif
rendah untuk kapasitas kecil, yaitu sekitar antara 8 – 9 kWh
untuk air baku dengan TDS 35.000 ppm dan 9 – 11 kWh untuk
TDS 42.000 ppm (kapasitas produksi 10 – 20 m3/hari).
2) Hemat Ruangan. Sebagai contoh, untuk IPA RO dengan
kapasitas kecil (5 – 10 m3/hari), seluruh komponen sistem
tersebut hanya membutuhkan luas ruangan sekitar 6 – 10 m2.
3) Mudah dalam pengoperasian karena pengendalian operasi
terpusat pada satu panel yang kecil dan sederhana.
4) Kemudahan untuk menambah kapasitas.
5) Produksi airnya dapat langsung diminum, tanpa dimasak
dahulu.
6) IPA RO mudah dipindahkan ke lokasi lain (ada yang terpasang
dalam unit mobil RO atau kontainer).
7) Biaya produksi air minum bila dibandingkan dengan air
mineral dalam kemasan adalah jauh lebih murah, yaitu sekitar
Rp. 15,- per liter.

Meskipun IPA RO tersebut mempunyai banyak keuntungan, akan


tetapi dalam pengoperasiannya harus memperhatikan petunjuk
operasi. Hal ini dimaksudkan agar sistem tersebut dapat digunakan
secara baik dan awet. Di dalam pengelolaan IPA RO diperlukan
biaya operasional dan perawatan. Biaya tersebut diperlukan antara
lain untuk bahan kimia, bahan bakar, pengganti media penyaring,
service komponen peralatan dan upah tenaga operator.

b. Petunjuk Operasi Ipa Ro


Sebelum operasi pengolahan dimulai, harus dilakukan persiapan
pembuatan larutan kimia yang akan diinjeksikan ke dalam proses
pengolahan. Bahan-bahan kimia yang dibutuhkan adalah:
1) Antiscalant : Isi 0,5 l (½ liter ) NASCO 710 ke dalam tangki
kimia. Tambahkan air bersih sampai volume 50 liter. Aduk
sampai merata.
2) Zat Aditif I : Isi 0,5 kg (½ kilogram ) NASCO BW 738-S ke
dalam tangki kimia. Tambahkan air bersih sampai volume 50
liter Aduk sampai merata.
3) Anti Biofoulling : Masukkan 2,5 – 5 liter NASCO 208 ke
dalam tangki kimia. Tambahkan air bersih sampai volume 50
liter. Aduk sampai merata.
4) Larutan Kalium Permanganat :Isi 0,5 kg (½ kilogram) Kalium
Permanganat ke dalam tangki kimia. Tambahkan air bersih
sampai volumenya 50 liter. Aduk sampai tercampur rata.

Air baku sangat menentukan bagi tekanan operasi membran, umur


membran, kualitas air yang dihasilkan, dan jumlah air olahan yang
akan dihasilkan. Unit ini adalah untuk memproduksi air minum,
sehingga sedapat mungkin kualitas air baku yang dipakai
memenuhi syarat air baku air minum, kecuali untuk TDS dan
Khlorida.

c. Langkah Awal Operasi Pengolahan Pendahuluan :


1) Saringan pasir, besi-mangan dan karbon aktif harus pada posisi
service.
2) Semua valve pada suction (masukan) dan discharge (keluaran)
pompa harus terbuka.
3) Hidupkan pompa air baku.
4) Pompa dosing Kalium Permanganat atau Khlorin/Kaporit (bila
ada) akan bekerja secara otomatis begitu pompa air baku
bekerja.
5) Pompa dosing untuk NASCO 710, NASCO 738-S dan
NASCO 208 akan beroperasi bersama (juga secara otomatis)
begitu pompa tekanan tinggi untuk sistem RO mulai bekerja.
6) Cuci-Balik Saringan Pasir dengan cara mengatur multifunction
valve pada posisi backwash (Bkw). Jangan lupa untuk
membuka valve/kran pembuangan pada setiap operasi
pencucian balik pada setiap tabung penyaringan dan menutup
inlet valve untuk tabung penyaring berikutnya.
7) Pada setiap Backwash udara akan keluar dari tabung, tunggu
hingga air yang keluar dari valve ini benar-benar air dan tidak
tercampur udara.
8) Cek air backwash, bila butiran media penyaring ada yang
keluar, tutup kembali inlet valve perlahan-lahan hingga hanya
air yang keluar.
9) Tunggu pada posisi ini hingga air yang keluar jernih, lalu bilas
hingga bersih dan kembalikan multifunction valve pada posisi
service.
10) Lakukan backwash terhadap saringan besi – mangan dan
karbon aktif dengan mengulangi langkah 6 hingga 9.
d. Langkah Awal Operasi Unit RO
Urut-urutan langkah yang harus ditempuh pada permulaan
pengoperasian sistem RO dapat diungkapkan sebagai berikut :
1) Buka 100% kran (valve) masukan air baku, kran pengendali
aliran buangan dan kran keluaran (throttling valve) pompa
sentrifugal.
2) Perlahan-lahan tutup kran pengendali aliran buangan
(concentrate flow control valve) hingga tekanan operasi pada
alat ukur (operating pressure gauge) menunjukkan 50 psi.
3) Cek semua sambungan pemipaan dan perlengkapannya serta
tekanan operasinya.
4) Jika terdapat kebocoran :
a) Matikan pompa dengan memutar MAN-OFF-AUTO
switch ke OFF.
b) Tutup kran air baku yang masuk ke sistem RO.
c) Perbaiki kebocoran.
d) Lanjutkan dari langkah 1 – 3.
5) Jika terdapat bahan pengawet di dalam elemen RO, bilas
sistem pada 50 psi selama 30 menit.
6) Lanjutkan pengaturan kran pengendali hingga tekanan operasi
sekitar 296 psi.
7) Jumlahkan debit air hasil olahan dan aliran buangannya. Debit
air baku yang masuk ke sistem RO harus 0,6 m3/jam dan
tekanan operasi sekitar 296 psi. Pada saat ini ada kemungkinan
debit air baku melebihi 0,6 m3/jam. Jaga jangan sampai lebih
dari 1,0 m3/jam (maksimum). Perlahan-lahan kurangi debit air
baku dengan menutup kran keluaran (throttling valve) setelah
pompa sentrifugal hingga debit air baku sebesar 0,6 m3/jam
tercapai.
8) Setelah debit tersebut tercapai, tekanan akan berubah dan
memerlukan perubahan. Ulangi langkah 2 s/d 7 hingga tekanan
operasi sekitar 296 psi dan tekanan pada aliran air buangan
sekitar 291 psi.
9) Setelah beroperasi satu jam, ukur dan catat pada lembar jurnal
operasi RO seluruh data operasi yang terdapat pada alat ukur
yang ada.
10) Ulangi prosedur langkah awal setelah dua jam. Perhatikan
semua parameter seperti langkah awal pertama.
2.

Anda mungkin juga menyukai