Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“CYBER LAW DAN UU ITE


SERTA PERKEMBANGAN INTERNET
DAN PENTINGNYA ETIKA DI DUNIA MAYA”

Disusun oleh :

ZHARIN ALGIFARI 60900121058


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hinayahnya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, atau petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
BAB II CYBER LAW Dan UU ITE......................................................
A.CYBER LAW 2
1. Pengertian Cyber Law 5
2. Topic Seputar Cyber Law 5
3. Ruang Lingkup Cyber Law 6
4. Komponen Dari Cyber Law 6
5. Asas-asas Cyber Law 7
6. Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan
Informasi Dunia Maya 8
B.UNDANG-UNDANG ITE 10
1. Pengertian UU ITE 10
2. Pasal-pasal Dalam UU ITE 11
a. Pelanggaran Norma Kesusilaan 12
b. Penghinaan dan Pencemaran Nama Baik 13
c. Pasal Pencemaran Nama Baik 13
3. Dampak Positif dan Negatif Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik 14
a. Dampak Positif UU ITE 15
b. Dampak Negatif UU ITE 15
BAB III PERKEMBANGAN INTERNET DAN
PENTINGNYA ETIKA DI DUNIA MAYA.........................................
1. Perkembangan Internet 17
2. Pentingnya Etika di Dunia Maya 18
BAB IV PENUTUP................................................................................
1. Kesimpulan 19
2. Saran dan Kritik 19
BAB I

PENDAHULUAN

Saat ini telah lahir suatu rezim hukum baru yang dikenal dengan
hukum siber atau hukum telematika. Hukum siber atau
cyber law, secara internasional digunakan untuk istilah hukum yang
terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi.Demikian pula, hukum telematika yang merupakan
perwujudan dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, dan
hukum informatika. Istilah lain yang jugadigunakan adalah hukum
teknologi informasi (law of information technology), hukumdunia maya
(virtual world law), dan hukum mayantara. Istilah-istilah tersebut
lahirmengingat kegiatan yang dilakukan melalui jaringan sistem
komputer dan sistemkomunikasi baik dalam lingkup lokal maupun
global (Internet) dengan memanfaatkant eknologi informasi berbasis
sistem komputer yang merupakan sistem elektronik yangdapat dilihat
secara virtual. Permasalahan hukum yang seringkali dihadapi adalah
ketika terkait dengan penyampaian informasi, komunikasi, dan/atau
transaksi secaraelektronik, khususnya dalam hal pembuktian dan hal
yang terkait dengan perbuatan hukum yang dilaksanakan melalui sistem
elektronik.
Berdasarkan permasalahan hukum tersebutlah pemerintah sebagai
penjaminkepastian hukum dapat menjadi sarana pemanfaatan teknologi
yang modern. Sebagaisalah satu yaitu perekonomian bertumpu pada
kekuatan danmekanisme pasar tetapi pasar tersebut tidak kebal dari
intervernsi pemerintahsingkatnya sistem ekonomi ini merupakan
campuran antara unsur-unsur dalamperekomian pasar dan perekomian
sosialis.
BAB II
CYBER LAW Dan UU ITE

A. CYBER LAW

1. Pengertian Cyber Law

Cyberlaw adalah hukum yang digunakan didunia cyber


( dunia maya ) yang umumnya diasosiasikan dengan internet.
Cyberlaw merupakan aspek hukum yang ruang lingkupnya
meliputi suatu aspek yang berhubungan dengan orang perorangan
atau subyek hukum yang menggunakan dan memanfaatkan
teknologi internet yang dimulai pada saat online dan memasuki
dunia cyber atau dunia maya. Cyberlaw sendiri merupakan istilah
yang berasal dari Cyberspace Law. Cyberlaw akan memainkan
peranannya dalam dunia masa depan, karena nyaris tidak ada lagi
segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh keajaiban teknologi
dewasa ini dimana kita perlu sebuah perangkat aturan main
didalamnya.
Hukum pada prinsipnya merupakan pengaturan terhadap sikap
tindakan perilaku seseorang dan masyarakat dimana akan ada
sangsi bagi yang melanggar. Pada dasarnya sebuah undang -
undang dibuat sebagai jawaban hukum terhadap persoalan yang
ada di masyarakat, namun pada pelaksanaannya tak jarang suatu
undang - undang yang sudah terbentuk menemui kenyataan yang
mungkin tidak terjangkau saat undang - undang di bentuk.

2. Topic Seputar Cyber Law


Secara garis besar ada lima topic dari cyberlaw di setiap
negara yaitu:
a) Information security, menyangkut masalah keotentikan pengirim
atau penerima dan integritas dari pesan yang mengalir melalui
internet. Dalam hal ini diatur masalah kerahasiaan dan keabsahan
tanda tangan elektronik.
b) On-line transaction, meliputi penawaran, jual-beli, pembayaran
sampai pengiriman barang melalui internet.
c) Right in electronic information, soal hak cipta dan hak-hak yang
muncul bagi pengguna maupun penyedia content.
d) Regulation information content, sejauh mana perangkat hukum
mengatur content yang dialirkan melalui internet.
e) Regulation on-line contact, tata karma dalam berkomunikasi dan
berbisnis melalui internet termasuk perpajakan, retriksi eksport-
import, kriminalitas dan yurisdiksi hukum.

3. Ruang Lingkup Cyber Law


Pembahasan mengenai ruang lingkup ”cyber law”
dimaksudkan sebagai inventarisasi atas persoalan-persoalan atau
aspek-aspek hukum yang diperkirakan berkaitan dengan
pemanfaatan Internet. Secara garis besar ruang lingkup ”cyber law”
ini berkaitan dengan persoalan-persoalan atau  aspek hukum dari:
a. E-Commerce,
b. Trademark/Domain Names,
c. Privacy and Security on the Internet,
d. Copyright,
e. Defamation,
f. Content Regulation,
g. Disptle Settlement, dan sebagainya.

4. Komponen Dari Cyber Law


 Pertama, tentang yurisdiksi hukum dan aspek-aspek terkait;
komponen ini menganalisa dan menentukan keberlakuan hukum
yang berlaku dan diterapkan di dalam dunia maya itu.

 Kedua, tentang landasan penggunaan internet sebagai sarana


untuk melakukan kebebasan berpendapat yang berhubungan
dengan tanggung jawab pihak yang menyampaikan, aspek
accountability, tangung jawab dalam memberikan jasa online dan
penyedia jasa internet (internet provider), serta tanggung jawab
hukum bagi penyedia jasa pendidikan melalui jaringan internet.

 Ketiga, tentang aspek hak milik intelektual dimana adanya


aspek tentang  patent, merek dagang rahasia yang diterapkan serta
berlaku di dalam dunia cyber.

 Keempat, tentang aspek kerahasiaan yang dijamin oleh


ketentuan hukum yang berlaku di masing-masing yurisdiksi negara
asal dari pihak yang mempergunakan atau memanfaatkan dunia
maya sebagai bagian dari sistem atau mekanisme jasa yang mereka
lakukan.

 Kelima, tentang aspek hukum yang menjamin keamanan dari


setiap pengguna internet.

 Keenam, tentang ketentuan hukum yang memformulasikan


aspek kepemilikan dalam internet sebagai bagian dari nilai
investasi yang dapat dihitung sesuai dengan prinisip-prinsip
keuangan atau akuntansi.

 Ketujuh, tentang aspek hukum yang memberikan legalisasi


atas internet sebagai bagian dari perdagangan atau bisnis usaha.
5. Asas-asas Cyber Law
Dalam kaitannya dengan penentuan hukum yang berlaku dikenal
beberapa asas yang biasa digunakan, yaitu :

1) Subjective territoriality, yang menekankan bahwa


keberlakuan hukum ditentukan berdasarkan tempat perbuatan
dilakukan dan penyelesaian tindak pidananya dilakukan di negara
lain.
2) Objective territoriality, yang menyatakan bahwa
hukum yang berlaku adalah hukum dimana akibat utama perbuatan
itu terjadi dan memberikan dampak yang sangat merugikan bagi
negara yang bersangkutan.
3) Nationality, yang menentukan bahwa negara
mempunyai jurisdiksi untuk menentukan hukum berdasarkan
kewarganegaraan pelaku.
4) Passive Nationality, yang menekankan jurisdiksi
berdasarkan kewarganegaraan korban.
5) Protective Principle, yang menyatakan berlakunya
hukum didasarkan atas keinginan negara untuk melindungi
kepentingan negara dari kejahatan yang dilakukan di luar
wilayahnya, yang umumnya digunakan apabila korban adalah
negara atau pemerintah.
6) Universality. Asas ini selayaknya memperoleh
perhatian khusus terkait dengan penanganan hukum kasus-kasus
cyber. Asas ini disebut juga sebagai “universal interest jurisdiction”.
Pada mulanya asas ini menentukan bahwa setiap negara berhak
untuk menangkap dan menghukum para pelaku pembajakan. Asas
ini kemudian diperluas sehingga mencakup pula kejahatan terhadap
kemanusiaan (crimes against humanity), misalnya penyiksaan,
genosida, pembajakan udara dan lain-lain. Meskipun di masa
mendatang asas jurisdiksi universal ini mungkin dikembangkan
untuk internet piracy, seperti computer, cracking, carding, hacking
and viruses, namun perlu dipertimbangkan bahwa penggunaan asas
ini hanya diberlakukan untuk kejahatan sangat serius berdasarkan
perkembangan dalam hukum internasional.
7) Oleh karena itu, untuk ruang cyber dibutuhkan suatu
hukum baru yang menggunakan pendekatan yang berbeda dengan
hukum yang dibuat berdasarkan batas-batas wilayah. Ruang cyber
dapat diibaratkan sebagai suatu tempat yang hanya dibatasi oleh
screens and passwords. Secara radikal, ruang cyber telah mengubah
hubungan antara legally significant (online) phenomena and
physical location.

6. Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Informasi


Dunia Maya

“Salah satu kemajuan terknologi informasi yang diciptakan pada


akhir abad ke-20 adalah internet. Jaringan komputer-komputer yang
saling terhubung membuat hilangnya batas-batas wilayah. Dunia maya
menginternasionalisasi dunia nyata. Dunia cyber yang sering disebut
dunia maya menjadi titik awal akselerasi distribusi informasi dan
membuat dunia internasional menjadi  tanpa batas. “Teknologi
informatika saat ini menjadi pedang bermata dua, karena selain
memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan
peradaban dunia, sekaligus menjadi sarana efektif melawan hukum.
Maka untuk menghadapi sifat melawan hukum yang terbawa dalam
perkembangan informasi data di dunia maya.

Diperlukan sebuah perlawanan dari hukum positif yang ada. “Suatu


perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali  berdasarkan kekuatan
ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada sebelumnya” hal
ini adalah asas legalitas yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 1
tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Hukum pidana merupakan salah satu instrumen dalam menghadapi
perbuatan melawan hukum. Maka perlu dikaji lebih mendalam secara
teoritik bagaimana kebijakan hukum pidana yang dalam faktanya sering
kalah satu langkah dengan tindak pidana. Dalam hal ini terhadap
kejahatan penyalahgunaan informasi data di dunia cyber.

Sesuai Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan


Transaksi Elektronik (UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE) Pasal 1
angka 1 bahwa : “Informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data
elektronik termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar,
peta, rancangan, poto, electronic data interchange (EDI), surat
elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya,
huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah
diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.

B. Undang-Undang ITE

1. Pengertian UU ITE
UU ITE  (Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik)
adalah ketentuan yang berlaku untuk setiap orang yang melakukan
perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam undang - undang ini, baik
yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah
hukum Indonesia. Undang - undang informasi dan transaksi elektronik
(UU ITE) atau yang disebut cyberlaw, digunakan untuk mengatur
berbagai perlindungan hukum atas kegiatan yang memanfaatkan
internet sebagai medianya, baik transaksi maupun pemanfaatan
informasinya.

Pada UU ITE ini juga diatur berbagai macam hukuman bagi


kejahatan melalui internet. UU ITE mengakomodir kebutuhan para
pelaku bisnis diinternet dan masyarakat pada umumnya untuk mendapat
kepastian hukum dengan diakuinya bukti elektronik dan tanda tangan
elektronik digital sebagai bukti yang sah dipengadilan. UU ITE sendiri
baru ada di Indonesia dan telah disahkan oleh DPR RI pada tanggal 21
April 2008. UU ITE terdiri dari 13 Bab dan 54 Pasal yang mengupas
secara mendetail bagaimana aturan hidup di dunia maya dan transaksi
yang terjadi didalamnya.

Pada awalnya kebutuhan akan Cyber Law di Indonesia berangkat


dari mulaibanyaknya transaksi-transaksi perdagangan yang terjadi lewat
dunia maya. Atas transaksi-transaksi tersebut, sudah sewajarnya
konsumen, terutama konsumen akhir(end-user) diberikan perlindungan
hukum yang kuat agar tidak dirugikan, mengingat transaksi
perdagangan yang dilakukan di dunia maya sangat rawan penipuan, dan
dalam perkembangannya, UU ITE yang rancangannya sudah masuk
dalam agenda DPR, terus mengalami penambahan disana-sini, termasuk
perlindungan dari serangan hacker, pelarangan penayangan
content yang memuat unsur-unsur pornografi, pelanggaran
kesusilaan,pencemaran nama baik, penghinaan dan lain sebagainya.

2. Pasal-pasal dalam UU ITE


Terdapat sekitar 11 pasal yang mengatur tentang perbuatan-
perbuatan yang dilarang dalam UU ITE, yang mencakup hampir 22
jenis perbuatan yang dilarang. Dari 11Pasal tersebut ada 3 pasal yang
dicurigai akan membahayakan blogger, pasal-pasal yang mengatur
larangan-larangan tertentu di dunia maya, yang bisa saja dilakukan
oleh seorang blogger tanpa dia sadari. Pasal-Pasal tersebut adalah
Pasal 27 ayat (1) dan (3), Pasal 28 ayat (2), serta Pasal 45 ayat (1) dan
(2).
Pasal 27 ayat (1)
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan yang melanggar kesusilaan.
Pasal 27 ayat (3)
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
Pasal 28 ayat (2)
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi
yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan
individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas
suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Atas pelanggaran pasal-pasal tersebut, UU ITE memberikan sanksi
yang cukup berat sebagaimana di atur dalam Pasal 45 ayat (1) dan
(2).
Pasal 45 ayat (1)
Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 45 ayat (2)
Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

a. Pelanggaran Norma Kesusilaan


Larangan content yang memiliki muatan yang melanggar
kesusilaan sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (1) idealnya
mempunyai tujuan yang sangat mulia. Pasal ini berusaha mencegah
munculnya situs-situs porno dan merupakan dasar hukum yang kuat
bagi pihak berwenang untuk melakukan tindakan pemblokiran atas
situs-situs tersebut. Namun demikian, tidak adanya definisi yang tegas
mengenai apa yang dimaksud melanggar kesusilaan, maka pasal ini
dikhawatirkan akan menjadi pasal karet.

Bisa jadi, suatu blog yang tujuannya memberikan konsultasi seks


dan kesehatan akan terkena dampak keberlakuan pasal ini. Pasal ini juga
bisa menjadi bumerang bagi blog-blog yang memuat kisah-kisah
perselingkuhan, percintaan atau yang berisi fiksi macam novel Saman,
yang isinya buat kalangan tertentu bisa masuk dalam kategori vulgar,
sehingga bisa dianggap melanggar norma-norma kesusilaan.

b. Penghinaan dan Pencemaran Nama Baik


Larangan content yang memiliki muatan penghinaan dan atau
pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat
(3) ini sebenarnya adalah berusaha untuk memberikan perlindungan atas
hak-hak individu maupun institusi, dimana penggunaan setiap informasi
melalui media yang menyangkut data pribadi seseorang atau institusi
harus dilakukan atas persetujuan orang/institusi yang bersangkutan.

Bila seseorang menyebarluaskan suatu data pribadi seseorang


melalui media internet, dalam hal ini blog, tanpa seijin orang yang
bersangkutan, dan bahkan menimbulkan dampak negatif bagi orang
yang bersangkutan, maka selain pertanggungjawaban perdata (ganti
kerugian) sebagaimana diatur dalam Pasal 26 UU ITE, UU ITE juga
akan menjerat dan memberikan sanksi pidana bagi pelakunya.

Dalam penerapannya, Pasal 27 ayat (3) ini dikhawatirkan akan


menjadi pasal sapu jagat atau pasal karet. Hampir dipastikan terhadap
blog-blog yang isinya misalnya: mengeluhkan pelayanan dari suatu
institusi pemerintah/swasta, atau menuliskan efek negatif atas produk
yang dibeli oleh seorang blogger, blog yang isinya kritikan-kritikan atas
kebijakan pemerintah,blogger yang menuduh seorang pejabat telah
melakukan tindakan korupsi atau tindakan kriminal lainnya, bisa
terkena dampak dari Pasal 27 ayat (3) ini.

c. Pasal pencemaran Nama Baik


Selain pasal pidana pencemaran nama baik dalam UU ITE tersebut di
atas, Kitab-Kitab Undang Hukum Pidana juga mengatur tentang tindak
pidana penghinaan dan pencemaran nama baik. Pasal-pasal pidana
mengenai penghinaan dan pencemaran nama baik ini memang sudah
lama menjadi momok dalam dunia hukum. Pasal-pasal tersebut antara
lain Pasal 310 dan 311 KUHP.

Pasal 310 KUHP :

“(1) Barang siapa dengan sengaja menyerang kehormatan atau nama


baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal yang maksudnya
terang supaya hal itu diketahui umum diancam karena pencemaran
dengan pidana penjara paling lama 9 bulan……..”

“(2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambar yang disiarkan,
dipertunjukan atau ditempelkan dimuka umum,maka diancam karena
pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama 1 tahun 4
bulan…”

“(3) Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika


perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau terpaksa untuk
membela diri.”

Pasal 311 KUHP:

“(1) Jika yang melakukan kejahatan pencemaran tertulis, dalam hal


dibolehkan untuk membuktikan bahwa apa yang dituduhkan itu benar,
tidak membuktikannya dan tuduhan dilakukan bettentangan dengan apa
yang diketahui, maka da diancam karena melakukan fitnah, dengan
pidana penjara paling lama 4 tahun.”

3. Dampak positif dan negatif undang-undang informasi dan


transaksi elektronik
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau yang
bisa disingkat dengan UU ITE yang diterbitkan pada 25 Maret 2008
dengan cakupan meliputi globalisasi, perkembangan teknologi
informasi, dan keinginan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Undang-Undang ini marupakan undang-undang yang dinilai
mempunyai sisi positif dan negatif.

a. Dampak Positif UU ITE

Berdasarkan dari pengamatan para pakar hukum dan politik UU


ITE mempunyai sisi positif bagi Indonesia. Misalnya memberikan
peluang bagi bisnis baru bagi para wiraswastawan di Indonesia
karena penyelenggaraan sistem elektronik diwajibkan berbadan
hukum dan berdomisili di Indonesia.Otomatis jika dilihat dari segi
ekonomi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain pajak yang
dapat menambah penghasilan negara juga menyerap tenaga kerja dan
meninggkatkan penghasilan penduduk.
UU itu juga dapat mengantisipasi kemungkinan penyalahgunaan
internet yang merugikan, memberikan perlindungan hukum terhadap
transaksi dan sistem elektronik serta memberikan perlindungan
hukum terhadap kegiatan ekonomi misalnya transaksi
dagang.Penyalahgunaan internet kerap kali terjadi seperti
pembobolan situs-situs tertentu milik pemerintah.Kegiatan ekonomi
lewat transaksi elektronik seperti bisnis lewat internet juga dapat
meminimalisir adanya penyalahgunaan dan penipuan.
UU itu juga memungkinkan kejahatan yang dilakukan oleh
seseorang di luar Indonesia dapat diadili.Selain itu, UU ITE juga
membuka peluang kepada pemerintah untuk mengadakan program
pemberdayaan internet.Masih banyak daerah-daerah di Indonesia
yang kurang tersentuh adanya internet.Undang-undang ini juga
memberikan solusi untuk meminimalisir penyalahgunaan internet.

b. Dampak Negatif UU ITE

Selain memiliki sisi positif UU ITE ternyata juga terdapat sisi


negatifnya.Contoh kasus Prita Mulyasari yang berurusan dengan Rumah
Sakit Omni Internasional juga sempat dijerat dengan undang-undang
ini. Prita dituduh mencemarkan nama baik lewat internet. Padahal
dalam undang-undang konsumen dijelaskan bahwa hak dari konsumen
untuk menyampaikan keluh kesah mengenai pelayanan publik.

Dalam hal ini seolah-olah terjadi tumpang tindih antara UU ITE


dengan UU konsumen. UU ITE juga dianggap banyak oleh pihak bahwa
undang-undang tersebut membatasi hak kebebasan berekspresi,
mengeluarkan pendapat, dan menghambat kreativitas dalam
berinternet.Padahal sudah jelas bahwa negara menjamin kebebasan
setiap warga negara untuk mengeluarkan pendapat.Undang-undang ini
menimbulkan suatu polemik yang cukup panjang.Maka dari itu muncul
suatu gagasan untuk merevisi undang-undang tersebut.
BAB III

PERKEMBANGAN INTERNET DAN PENTINGNYA


ETIKA DI DUNIA MAYA

1. Perkembangan Internet
Dari tahun ke tahun, perkembangan internet mengalami perubahan
yang signifikan dari segi cakupan, transmisi, kecepatan, dan
penggunaan. 
Dari segi cakupan sendiri meliputi skala wilayah atau batas
tersedianya jangkauan akses internet di wilayah tertentu. Saat ini,
banyak negara yang berlomba – lomba untuk memperluas jaringannya
menggunakan satelit. Dengan adanya satelit, maka mampu untuk
menjangkau wilayah yang lebih luas.
Berikutnya adalah dari perkembangan internet pada transmisi paket
data yang digunakan. Untuk saat ini proses transmisi data yang
dilakukan sangat berbeda dengan tahun – tahun sebelumnya. Karena
didukung oleh banyak teknologi terbaru dan lebih modern yang sesuai
dengan konsep dan pengertian internet. 
Dari sisi kecepatan, banyak industri teknologi yang
mengembangkan beberapa generasi jaringan. Mulai dari 2G, 3G, 4G,
hingga yang terbaru sekarang adalah 5G. Tentunya untuk dapat
menggunakan teknologi jaringan internet 5G
membutuhkan resources yang cukup besar bagi suatu negara. 
Dan terakhir, perkembangan internet dari segi penggunaannya.
Pengembangan teknologi informasi tidak ada habis – habisnya.
Sehingga, banyak sekali perubahan yang terjadi mulai dari informasi,
komunikasi dan perangkat yang digunakan. Jika awal pengembangan
internet digunakan untuk kebutuhan riset militer, maka untuk sekarang
cakupannya lebih banyak lagi. Seperti penggunaan untuk bidang
pendidikan, sosial, politik, budaya, militer, komunikasi, informasi,
bisnis, dan lain sebagainya.

2. Pentingnya Etika Di Dunia Maya


Hadirnya internet dalam kehidupan manusia telah membentuk
komunitas masyarakat tersendiri. Perkembangan internet yang begitu
pesat maka perlu dibuat aturan-aturan atau etika beraktifitas dalam
dunia maya tersebut. Beberapa alasan pentingnya etika didalam dunia
maya atau etika berinternet yaitu:
a.  Pengguna internet berasal dari berbagai Negara yang memiliki budaya,
bahasa dan adat istiadat yang berbeda.
b.  Penggunaan internet merupakan orang yang hidup dalam anymouse,
yang mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi.
c.   Bermacam fasilitas di internet memungkinkan seseorang untuk
bertindak etis atau tidak etis.
d. Harus diperhatikan bahwa pengguna internet akan selalu bertambah
setiap saat yang memungkinkan masuknya ‘penghuni’ baru. Untuk itu
mereka perlu diberi petunjuk agar memahami budaya internet.
BAB IV

PENUTUP

1.Kesimpulan
Di dunia ini banyak hal yang memiliki dualisme yang kedua
sisinya saling berlawanan. Seperti teknologi informasi dan komunikasi,
hal ini diyakini sebagai hasil karya cipta peradaban manusia tertinggi
pada zaman ini. Namun karena keberadaannya yang bagai memiliki dua
mata pisau yang saling berlawanan, satu mata pisau dapat menjadi
manfaat bagi banyak orang, sedangkan  mata  pisau  lainnya dapat
menjadi sumber kerugian bagi yang lain, banyak pihak yang memilih
untuk tidak berinteraksi dengan teknologi informasi dan komunikasi.
Sebagai manusia yang beradab, dalam  menyikapi dan  menggunakan
teknologi ini, mestinya kita dapat memilah mana yang baik, benar dan
bermanfaat bagi sesama, kemudian mengambilnya sebagai penyambung
mata rantai kebaikan terhadap sesama, kita juga mesti pandai melihat
mana yang buruk dan merugikan bagi orang lain untuk selanjutnya kita
menghindari atau memberantasnya jika hal itu ada di hadapan kita.
2.Saran dan Kritik
Demikian makalah ini saya susun dengan usaha yang maksimal
dari tim kami, kami mengharapkan yang terbaik bagi kami dalam
penyusunan makalah ini maupun bagi para pembaca semoga dapat
mengambil manfaat dengan bertambahnya wawasan dan pengetahuan
baru setelah membaca tulisan yang ada pada makalah ini. Namun
demikian, sebagai manusia biasa saya menyadari keterbatasan kami
dalam segala hal termasuk dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu
saya mengharapkan kritik atau saran yang membangun demi terciptanya
penyusunan makalah yang lebih sempurna di masa yang akan datang.
Atas segala perhatiannya saya haturkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai