Anda di halaman 1dari 2

RESUME BAB 7 :

BAGAIMANA MAGMA ERUPSI – PROSES DAN PRODUK PIROKLASTIK

1. Erupsi mayor piroklastik terjadi jika evolusi magma yang volatil mencapai kedalaman
rendah dimana gas-terlarut tertekan hingga meleleh melebihi tekanan beban yang
dikenakan oleh batuan atau magma di atasnya.
2. Erupsi Plinian bisa jadi disebabkan oleh magmanya berupa silica jenuh atau silica
tidak jenih. Utamanya magma tersebut mengandung volatil terlarut tinggi.
3. Secara garis besar, erupsi terbagi atas dua macam yaitu erupsi lelehan dan erupsi
eksplosif. Letusan dari erupsi bergantung pada kandungan volatile terlarut dan
magma dan viskositasnya. Namun interaksi dengan meteor air dapat menyebabkan
letusan seperti yang terjadi pada erupsi Orunaui di Taupo, New Zealand.
4. Pengkategorian dalam menggambarkan erupsi vulkanik awalnya dikumpulkan dari
pengamatan langsung di lapangan, saat ini pembagian erupsi piroklastik skala besar
dikategorikan berdasarkan pada analisis ukuran material yang dikeluarkan.
5. Penggunaan istilah perlu dibedakan untuk proses piroklastik seperti terminologi PDC
dan aliran abu dengan endapan yang ditinggalkan di tanah seperti lapili, tuf dan
ignimbrit.
6. Endapan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi plinian biasanya terdiri fall bed awal
yang mengandung batu apung yang telah tersortir baik, selanjutnya satu atau lebih
unit yang tersortir buruk lapili-tuff.
7. Ignimbrit dapat terbentuk dari fase penutupan dimana kubah lava yang memiliki
komposisi sama dengan erupsi pilian tephra. Kubah-kubah tersebut secara umum
mewakili magma yang berasal dari reservoir yang sama yang telah kehilangan gas
selama erupsi pilian.
8. Letusan hidrovolkanik yang melibatkan interaksi antara magma dan air eksternal
menghasilkan tephra dengan derajat fragmentasi yang lebih tinggi. Ini juga
menciptkan abu murni dan proporsi glass yang tinggi serta akresi lapili.
9. Erupsi besar piroklastik sering disertai dengan formasi atau pembentukan kaldera.
Contohnya yang terjadi Danau Toba, Sumatera Utara Indonesia. Erupsi yang besar
seperti ini biasanya akan berdampak pada lingkungan secara global.
10. Distribusi ignimbrit sering ditentukan oleh sifat ground-hungging dari PDC yang
cenderung terkonsentrasi di jurang dan lembah dan menipis di atas tanah yang lebih
tinggi diantaranya.
11. Klasifikasi standar Walker yang digunakan saat ini didasarkan pada dua atribut
terukur dari sebuah endapan jatuhan prikolastik, yaitu derajat fragmentasi dan Area
di mana deposit tersebar.
12. Letusan strombolian adalah letusan yang menyebabkan terbentuknya kerucut scoria
basaltik yang tak terhitung jumlahnya di daerah vulkanik di seluruh dunia dan hal
tersebut cukup eksplosif untuk dapat menyebar sejauh satu kilometer atau lebih,
tetapi tingkat fragmentasinya tetap rendah.
13. Klasifikasi erupsi yang dipertimbangkan sejauh ini memperoleh daya ledaknya dari
kandungan volatil intrinsik magma yang naik, yang bervesikulasi dan mengembang
saat magma mengalami dekompresi saat mendekati permukaan. Tetapi hasil yang
sangat berbeda akan diperoleh ketika magma berinteraksi dengan air asing.
14. Ledakan yang mengasilkan uap besar yang terjadi di darat, baik ketika magma
meletus ke dalam danau atau ketika bertemu dengan air tanah selama pendakiannya
menuju permukaan menyebabkan batu-batu di atas tempat ledakan, diledakkan
keluar untuk membentuk kawah yang dikelilingi oleh cincin ejecta yang rendah. Ini
terjadi pada zaman Pleistosen di berbagai lokasi di wilayah Eifel Jerman, dan banyak
dari kawah tersebut telah terisi air untuk membentuk danau yang hampir melingkar
sepanjang satu kilometer, yang dikenal secara lokal sebagai maar.
15. Dua faktor berperan dalam menentukan seberapa eksplosifnya interaksi magma
dan air:
a. Tekanan: Peningkatan volume yang besar ketika air yang cair diubah secara
tiba-tiba menjadi uap gas. Karena uap dapat dimampatkan, perubahan volume
menjadi semakin kecil pada tekanan yang lebih tinggi (yaitu kedalaman yang
lebih besar) dan mencapai nol pada kedalaman air satu atau dua kilometer.
b. Air: rasio leleh: eksperimen menunjukkan bahwa efisiensi eksplosif dari interaksi
air/lelehan (dinyatakan dalam bentuk konversi dari energi panas menjadi energi
kinetik) dan tingkat fragmentasi klas (Φ) mencapai maksimum ketika rasio massa
air ke magma terletak pada kisaran 0,3 hingga 10.

Anda mungkin juga menyukai