Anda di halaman 1dari 63

TUGAS PELABUHAN

PERENCANAAN TERMINAL FERRY


Kerajaan Sumbawa Barat adalah sebuah negeri yang berada pada satu pulau besar. Karena kondisinya makmur
banyak penduduk dari kerajaan tetangga yang berada di seberang pulau ingin berkunjung ke Kerajaan Sumbawa
Barat dan begitu pula sebaliknya. Dengan semakin meningkatnya pergerakan penduduk antar pulau, Kerajaan
Sumbawa Barat membutuhkan fasilitas pelabuhan sebagai tempat bersandarnya kapal-kapal yang dapa tmelayani
jasa penyeberangan tersebut.

Dari hasil survei data penyeberangan Kerajaan Sumbawa Barat dalam 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Tahun I II III IV V
Manusia 15,668 17,687 19,230 22,378 24,433
Kendaraan 55,250 78,374 97,882 80,206 111,839

Daerah lokasi pelabuhan telah ditetapkan oleh raja setelah rapat dengan para menterinya seperti pada Lampiran Peta.
Sedangkan data-data lainnya tersebut di bawah ini dan di Lampiran.

Jarak penyeberangan : 55 Km
Jam kerja : 365 hari/tahun, 24 jam/hari
Jumlah shift : 3x
Waktu pergantian kapal : 1 jam waktu kapal merapat – buka tutup pintu – pergi

Perhitungan Trip Penyeberangan :


P
NP 
365xNxOxM

NP = trip/hari
P = volume kendaraan pertahun
N = net operation ratio kapal dalam setahun = 80%
O = tingkat isian kendaraan rata-rata dalam 1 trip = 90%
M = kapasitas kendaraan maksimum dari kapal

Perhitungan luas Lapangan Parkir :

A  axnxNxUxC

A = luas lapangan parkir


a = luas satu kendaraan roda 4 = 10 m2
n = jumlah kendaraan dalam 1 kapal
N = Jumlah kapal datang/berangkat pada saat bersamaan
U = nilai kegunaan = 1.0
C = nilai beban = 1.1

KONDISI PASANG SURUT


Analisa elevasi MHWL, MSL dan MLWL dari data pasang surut yang sudah disediakan.
Asumsikan kontur 0 m di data peta berada pada elevasi MLWL.

KONDISI GELOMBANG
Arah : dari SW
Hs 1/1 year : 1.5 m
Hs 1/10 year : 2.0 m
Periode : 8 detik

Anda sebagai calon Sarjana Teknik Sipil mendapat tugas dari raja untuk merencanakan pelabuhan tersebut yang
akanberoperasi pada tahun ke-10 dengan rincian tugas sebagai berikut :

1. Rencanakan kapal desain berdasarkan data produksi daerah tersebut dan nilai BOR dari dermaga
yang direncanakan. Tampilkan dalam laporan dimensi kapal dan gambar/foto kapal desain
tersebut.
2. Hitung jumlah dan panjang dermaga.
3. Rencanakan layout pelabuhan (dermaga, kolam pelabuhan, alur, breakwater).
4. Rencanakan layout terminal (posisi tempat penimbunan,jalan, gudang, kantor, dll).
5. Rencanakan posisi dan tinggi dermaga/dolphin, fender dan tambatan.
6. Jelaskan konstruksi dermaga yang saudara pilih dan tunjukkan dengan benar pada gambar
(platbeton – tiang pancang atau dinding penahan tanah).
7. Rencanakan konstruksi breakwater (jika ada).
8. Gambar yang harus dibuat :
a. Situasi pelabuhan pada peta yang ada
b. Situasi terminal (kertas A3)
c. Situasi dan penampang lintang dermaga saat pasang-surut (kertas A3)
d. Penampang lintang detail konstruksi dermaga (kertas A3)
e. Situasi dan penampanglintang breakwater (head &trunk,kertas A3)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Perkembangan Pelabuhan


Pada awalnya, pelabuhan hanya merupakan suatu tepian kapal-kapal dan perahu-
perahu dapat merapat dan membuang jangkar untuk melakukan bongkar muat barang,
menaik-turunkan penumpang dan kegiatan lain. Sejalan dengan berkembangnya
kehidupan social, ekonomi. dan tecknologi pelabuhanpun mulai berkembang, baik dari
segi fisiknya maupun fungsi dan jenisnya.
Indonesia sebagai Negara kepulauan atau maritim, peranan pelayanan adalah
sangat penting bagi kehidupan sosial, ckonomi, pemerintahan/keamanan, dan sebagainya.
Bidang pelayaran sangat luas yang meliputi angkutan penumpang dan barang, penjagaan
pantai, hidrografi, dan masih banyak lagi jenis pelayaran lainnya. Kapal merupakan
sarana pelayaran yang sangat penting peranannya dalam system angakutan laut, untuk
mendukung sarana angkutan laut tersebut dibutuhkan sarana yang berupa pelabuhan.

1.2. Pengertian Pelabuhan

Dalam bahasa Indonesia dikenal dua istilah arti pelabuhan yaitu Bandar dan
pelabuhan.

 Bandar (Harbour) adalah fasilitas di daerah perairan (estuari atau


muara sungai, teluk, pantai) untuk berlabuh, bertambat maupun
tempat singgah kapal untuk mengisi bahan bakar, reparasi dan
sebagainya dengan kedalaman air yang memadai dan terlindung
dari gelombang, angin dan arus.
 Pelabuhan (Port) adalah fasilitas di daerah perairan seperti halnya
Bandar yang dilengkapi dengan fasilitas terninal laut meliputi
mesin derek untuk melakukan bongkar muat barang, gudang untuk
menyimpan barang-barang dalam jangka yang cukup lama selama
menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan, tenninal
darat untuk menaik turunkan penumpang, dan lain-lain., serta
memiliki akses ke darat dengan transportasi penghubung seperti
kereta api dan truk.

1.3. Macam-macam Pelabuhan


1. Bcrdasurkan Tcknis
 Pelabuhan alam (Natural harbour)
 Pelabuhan buatan (Artificial harbour)
 Pelnbuhan semi alam (Semi natural harbour)
2. Berdasar Fungsi Operasionalnya
 Pelabuhan niaga
 Pelabuhan industri
 Pelabuhan ikan
 Pelabuhan militer
 Pelabuhan parawisata
 Pelabuhan tanker
 Pelabuhan minyak
 Pelabuhan karantina
 Pelabuhan ferry
 Pelabuhan berlindung
 Pelabuhan paket/kiriman
3. Berdasar Geografisnya
 Pelabuhan pantai
 Pelabuhan muara sungai
 Pelabuhan sungai/pedalaman
 Pelabuhan danau
 Pelabuhan terusan
 Pelabuhan luar
4. Berdasar Pungutan Jasa
 Pelabuhan yang diusahakan
 Pelabuhan yang tidak diusahakan
 Pelabuhan otonom
 Pelabuhan bebas
5. Berdasar Hirarki Fungsinya
 Gateway ports (Gw)
 Collectors ports (Cp)
 ILS (lnterisland Liner Service) ports
 Feeder ports (Fp)

1.4. Persyaratan Suatu Pelabuhan

Kapal yang bcrada di pelabuhan harus membayar biaya jasa pelabuhan yang
meliputi biaya labuh, tambat, air, pandu, tunda, dermaga, dan biaya lainnya. Kapal
membutuhkan waktu yang sesingkat mungkin untuk berada di pelabuhan guna
menghemat waktu. Maka dari hal ini beberapa kegiatan di pelabuhan antara lain bongkar
muat barang dan menaik-turunkan penumpang, penyelesaian surat-surat administrasi,
pengisian bahan bakar, reprasi, penyediaan pembekalan dan air bersih harus di lakukan
secepat mungkin. Untuk mcmberikan pelayanan yang baik dan cepat, pelabuhan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Harus ada hubungan yang mudah antara transportasi air dan darat
2. Berada di lokasi yang subur dan populasi pcnduduk yang cukup padat
3. Mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup
4. Kapal-kapal yang mencapai pelabuhan harus bisa membuang sauh selama
menunggu untuk merapat ke dermaga untuk bongkar muat barang, atau isi bahan
bakar
5. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas bongkar muat barang dan gudang-
gudang penyimpanan barang serta reparasi kapal

Untuk memenuhi pcrsyaratan di atas pada umumnya pelabuhan mempunyai


bangunan-bangunan sebagai berikut ini :

1. Pemecah gelombang, untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan


gelombang.
2. Alat pelayaran, umtuk mcngarahkan kapal-kapal yang akan keluar/masuk ke
pelabuhan.
3. Kolam pelabuhan. untuk melakukan bongkar muat, melakukan gerakan memutar
(di kolam putar ).
4. Dermaga adalah bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapatnya kapal dan
menambatkannya pada waktu bongkar muat barang. Ada dua macam dermaga
ialah tipe quai/wharf yaitu dermaga yang berada digaris pantai dan sejajar dengan
pantai dan tipe pier/jetty yaitu dermaga yang menjorok pantai.
5. Alat penambat untuk menambatkan kapal pada waktu merapat ke dermaga
maupun menunggu di perairan sebelum bias meraapat ke dermaga.
6. Gudang, terletak dibelakang dermaga yang berfungsi sebagai tempat untuk
menyimpan barang-barang yang harus menunggu pengapalan.
7. Gedung terminal untuk keperluan administrasi perkapalan.
8. Fasilitas bahan bakar untuk kapal.
9. Fasilitas pandu kapal, kapal tunda dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk
membawa kapal masuk/keluar pelabuhan.
10. Peralatan bongkar muat barang seperti kran darat, kran apung, kendaraan untuk
mengangkat/memindahkan barang seperti forklift.
11. Fasilitas lain untuk keperluan penumpang, ABK dan muatan kapal seperti dokter
pelabuhan, karantina, bea cukai, imigrasi, keamanan dan lain sebagainya.

1.5. Definisi Muka Air


1. HWL (High Water Level), muka air tertinggi yang dicapai pada saat air pasang
dalam satu siklus pasang surut.
2. LWL (Low Water Level), kedudukan air terendah yang dicapai pada saat air surut
dalam satu siklus pasang surut.
3. MHWL (Mean High Water Level), rerata dari muka air tinggi selama 19 tahun.
4. MLWL (Mean Low Water Level), rerata dari muka air rendah selama 19 tahun.
5. MSL (Mean Sea Level), muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air
rendah rerata. Elevasi ini digunakan sebagai referensi untuk elevasi daratan.
6. HHWL (Highest High Water Level), air tertinggi pada saat pasang surut purnama
atau bulan mati.
7. LLWL (Lowest Low Water Level), air terendah pada saat pasang surut purnama
atau bulan mati.

1.6. Istilah Dalam Kapal dan Alur Pelayaran


1. LPP (Length between PcrPendicular) adalah Panjang antara perpotongan haluan
degan garis air maks dan sumbu kemudi kapal.
2. LOA (Length Over All) adalah Panjang dari ujung haluan sampai ujung buritan
kapal.
3. B (Breadth) adalah Lebar maksimum kapal.
4. D (Draught / Draft) adalah Tinggi dari lunas kapal sampai garis air maksimum.
5. F (Free board) adalah Tinggi dari garis air mnksimum sampai geladak / lantai
kapal paling atas.
6. Squat adalah Pertambahan draft kapal terhadnp muka air yang disebahkan oleh
kecepatan kapal.
7. Fender adalah Perangkat yang digunakan untuk meredam benturan yang terjadi
pada saat kapal akan merapat ke dermaga atau pada saat kapal yang sedang
ditambahkan tergoyang oleh gelombang atau arus yang terjadi di pelabuhan.
Peredam dilakukan dengan menggunakan bahan elastic, biasanya terbuat dari
karet.
8. Bitt adalah untuk mengikat kapal pada kondisi cuaca normal.
9. Bollard adalah mengikat kapal pada kondisi normal dan pada kondisi badai juga
untuk mengarahkan kapal merapat ke dermaga atau memutar terhadap ujung
dermaga.
10. Dolphin adalah konstruksi yang digunakan untuk membuat kapal-kapal yang
berukuran besar..
BAB II
PENENTUAN KAPAL DESAIN

2.1. Kapasitas Dermaga


Kapasitas dermaga dihitung berdasarkan rata-rata persentase pertumbuhan
perpindahan penduduk

Tabel 2.1 Data data penyeberangan Kerajaan Sumbawa Barat dalam 5 tahun terakhir.

TAHUN MANUSIA KENDARAAN


1 15668 55250
2 17687 78374
3 19230 97882
4 22378 80206
5 24433 111839

Menghitung persentase pertumbuhan manusia dan kendaraan


Manusia
II% : x 100% = 11,415 %
III% : x 100% = 8,055 %
IV% : x 100% = 14,067 %
V% : x 100% = 8,411 %
Kendaraan
II% : x 100% = 29,504 %
III% : x 100% = 19,930 %
IV% : x 100% = -22,038%
V% : x 100% = 28,284 %

Tabel 2.2.2 Tabel persentase pertumbuhan manusia dan kendaraan :

Tahun Manusia (%) Kendaraan (%)

I 0 0
II 11,415 29,504
III 8,055 19,930
IV 14,067 -22,038
V 8,411 28,284
Rata 8,390 % 11,136 %
Dengan nilai rata-rata pertumbuhan manusia adalah 8,390 %dan kendaraan
adalah 9.311%maka dapat diperkirakan jumlah manusia dan kendaraan pada tahun ke-10
adalah sebagai berikut :
 Manusia = 24433 𝑥 (1 + 0,08390)5 = 36553 jiwa
Untuk tahun ke-10 diperkirakan jumlah manusia adalah 36553 jiwa.

 Kendaraan = 111839 x (1 + 0,11136)5 = 189613 unit


Untuk tahun ke-10 diperkirakan jumlah kendaraan adalah 189613 unit.

Jadi, dari jumlah manusia sebanyak 36.553 jiwa dan kendaraan sebanyak 189613 unit
yang di perkirakan pada tahun ke-10 dari data di atas, maka kami merencanakan kapal ferry
dengan kapasitas 3625 DWT yang spesifikasinya sebagai berikut :
 Length Overall ( LOA ) : 122,51 m
 Lebar kapal ( B ) : 21 m
 Draf kapal ( D ) : 5,02 m
 Gross Tonnage (GT) : 15.351 ton
 Deadweight ( DWT ) : 3.625 ton
 Cargo Carrying Capacity
Manusia : 1500 Jiwa
Kendaraan : 140 Unit
 Kecepatan kapal : 15 knots ( 24,32 Km / Jam )

2.2. Desain Kapal Ferry

Jadi, dari jumlah manusia sebanyak 36.553 jiwa dan kendaraan sebanyak 189613 unit
yang di perkirakan pada tahun ke-10 dari data di atas, maka kami merencanakan kapal ferry
dengan kapasitas 3625 DWT yang spesifikasinya sebagai berikut :
 Length Overall ( LOA ) : 122,51 m
 Lebar kapal ( B ) : 21 m
 Draf kapal ( D ) : 5,02 m
 Gross Tonnage (GT) : 15.351 ton
 Deadweight ( DWT ) : 3.625 ton
 Cargo Carrying Capacity
Manusia : 1500 Jiwa
Kendaraan : 140 Unit
 Kecepatan kapal : 15 knots ( 24,32 Km / Jam )
 Perhitungan Trip penyebrangan :
NP = = = 6 Trip / Hari

Dari perhitungan trip di atas didapat jumlah trip dalam sehari adalah 6 trip
yang dilayani dipelabuhan kerajaan Sumbawa Barat

 Waktu perjalanan kapal :

t= = = 3 Jam

Dari perhitungan diatas didapat lamanya waktu yang dibutuhkan dalam


melakukan penyebrangan dengan kecepatan kapal 15 knot dan jarak tempuh kapal
55 km adalah 3jam.
BAB III
PERENCANAAN DERMAGA

1. Menghitung panjang dermaga, dan kedalaman dasar kolam dermaga

a. Menghitung panjang dermaga


Untuk menghitung panjang dermaga, digunakan kapal yang akan dilayani
yaitu kapal penumpang dengan gross tonage 15351 ton sebanyak 2 buah. Untuk
kapal penumpang dengan gross tonage 15351ton berdasarkan tabel DKPP (Desain
Kriteria Perencanaan Pelabuhan) diperoleh karakteristik kapal sebagai berikut :
 panjang total kapal (Loa) = 122,51 m
 lebar kapal (B) = 21 m
 draft (D) = 5,02 m
Bentuk dermaga memanjang sejajar dengan garis pantai (marginal whraft)
dengan kapal - kapal bertambat berderet memanjang.

 KONDISI PASANG SURUT ( berdasarkan peta sounding )


HHWL : + 0.916 m
HWL : + 0.65 m
LWL : - 0.65 m
LLWL : - 0.916 m
Jenis : Mixed tide previling diurnal (pasang surut
campuran condong ke harian tunggal)

 KONDISI GELOMBANG
Arah : dari SW
Hs 1 /1 year : 1.5 m
Hs 1 / 10 year : 2.0 m
Periode : 8 detik

b. Menghitung kedalaman dasar kolam dermaga


Pada umumnya kedalaman dasar kolam dermaga ditetapkan berdasarkan
syarat maksimum (maximum draft) kapal yang bertambat ditambah dengan jarak
aman (clearance) sebesar (0,8 - 1)m dibawah badan kapal. Jarak aman ini
ditentukan berdasarkan ketentuan operasional pelabuhan (penambat kapal)
dengan/ tanpa kapal tunda dan konstruksi dermaga tersebut.

Taraf dermaga ditetapkan antara 0,5 s/d 1,5 m diatas HWL sesuai
besarnya kapal. Dengan demikian kedalaman minimum kolam dermaga adalah
hmin = draft + clearance
= 5,2 + 1
= 6,2

2. Elevasi dermaga = HWL + taraf dermaga


= 0.9 +1.5
= 2.4 m

3. Menghitung turning basin, lebar alur didepan dan diluar pelabuhan , serta
kedalaman alur

a. Menghitung turning basin


Luasan kolam putar (turning basin) yang digunkan untuk mengubah
arah kapal, minimum adalah luas lingkaran dengan jari-jari 1,5 kali panjang
kapal total (Loa) dari kapal terbesar yang menggunakan deramga tersebut.
Apabila putaran kapal dilakukan dengan bantuan jangkar atau menggunakan
kapal tunda, maka luasan kolam putar minimum adalah luas lingkaran kolam
putar sama dengan panjang total kapal terbesar (Loa)

Rmin =1,5 Loa


= 1.5 x 122.51
= 183.8 m
Amin = ∏ r²
= 3.14 x (183.8 x 183.8)
= 106090.249 m²

dengan demikian dibutuhkan kolam putar seluas ± 106090.249 m²

Kedalaman kolam pelabuhan diperhitungkan dari gerak osilasi kapal karena


pengaruh alam, seperti : gelombang, angin dan arus asang surut. Dihitung sebesar 1,1
kali draft kapal pada muatan penuh dibawah elevasi muka air rencana.

h= 1,1 d
= 1.1 x 5.02
= 5.522 m

b. Menghitung lebar alur didepan dan diluar pelabuhan


Alur didepan pelabuhan merupakan saluran menuju dermaga, apabila
pelabuhan berada didalam daerah daratan maka direncanakan alur dua jalur sehingga
dapat digambarkan sebagai berikut :

 lebar keamanan (kiri)


= 1,5 B
= 1.5 x 21
= 31.50 m
 jalur gerak 1
= 1,8 B
= 1.8 x 21
= 37.80 m
 lebar keamanan antar kapal
= 1,0 B
= 1.0 x 21
= 21.00 m
 jalur gerak 2
= 1,8 B
= 1.8 x 21
= 37.80 m
 Lebar keamanan (kanan)
= 1,5 B
= 1,5 X 21
= 31.50 m
 Total Lebar Alur
= 31.50 + 37.80 + 21 + 37.80 + 31.50
= 159.60 m

Hitungan kedalaman Alur


Kedalaman alur pelayaran ditentukan oleh hal-hal yang dapat dilihat pada gambar berikut:
(Bambang Triadmodjo, 2009, p. 147).

H=d+G+R+P+S+K
dengan :
d : draft kapal
G : gerak vertikal kapal karena gelombang dan squat
G = B/2 sin α dengan α = sudut oleng kapal (diambil 5o)
= 14.3 / 2 x sin 5o\
= 0.623
R : ruang kebebasan bersih minimum adalah 0.5 m untuk dasar laut dan
.0 m untuk dasar karang (Bambang Triatmodjo, 2009, p.144)

P : pengendapan sedimen antara dua pengerukan


K : toleransi pengerukan
P+S+K=1
maka :
H = 5.02+ 0.623 + 0.5 +1
=7m
PERENCANAAN FENDER

Menentukan Daya Benturan Kapal

Energi benturan kapal, dihitung dengan menggunakan rumus :

E (Bambang Triatmodjo hal 170)

Dengan :

E = Energi benturan kapal


V = Komponen tegak lurus sisi dermaga dari kecepatan kapal pada saat
membentur dengan (m/dt)
W = displacement (berat) kapal (ton)
G = percepatan grafitasi (m/dt2)
Cm = koefisien massa
Ce = Koef isien eksentrisitas
Cs = koefisien kekerasan (diambil 1)
Cc = koefisien tambatan (diambil 1)

W (displacement) = 12103 t .
 Menentukan V kecepatan merapat
(berdasarkan tabel 6.1. pelabuhan hal. 170, Bambang Triatmojo didapatkan :
kecepatan merapat untuk pelabuhan = 0,25 m/dt
kecepatan merapat untuk laut terbuka = 0,30 m/dt.

Sudut datang = 10o

V = V sin 10o

= 0,15sin 100
= 0,026 m/detik
 Menentukan Cm (Koefisien massa)
πd
Cm = 1 + (Bambang Triatmodjho hal 170)
2. Cb.B
W
Cb = (Bambang Triatmodjho hal 171)
Lpp.B.d.y0
Dengan :
Cb = koefisien block kapal
d = draft kapal (m)
B = lebar kapal (m)
Lpp = panjang garis air (m)

% = berat jenis air laut (t/m3)

Lpp = 0,846.LOA1,0193

= 0,846.122.51,0193
= 113.7218 m
Additional weight
dari tabel diperoleh besar additional weight sebesar 12103 ton
 Menghitung Cb
W
Cb =
Lpp.B.d.y
= 0
12103
113.7128x21x5.02x1.025
= 0.979

 Menghitung Koefisen Massa (Cm)


Cm = 1 + πd
2 * Cb * B
= 1+ π.5.02
2 * 0.979 * 21
= 1.38
Perencanaan Dengan Fender Karet
Digunakan fender jenis seibu type 500 H (V-500) Dengan
sefesifikasi : Gaya reaksi permeter = 37,5 ton
Energi Absorsi Permeter = 6.25 ton
Panjang Fender =3.5 m
Sehingga :
Gaya Reaksi ( Reaction Load) =37,5 x 3,5 = 131,25 t.m
Energi Absorsi (Absortion Energy) = 6,25 x 3,5
=21,875 t.m Syarat :
energi
absorsi > energi fender
21.875 > 18.3877 …………….OK!!

DWT = 3625ton
Log r = -1.055 + 0.650 Log (DWT)
= -1.055 + 0.650 Log 3625
= 1,25(Bambang .T hal 208)

r= 17m

 Menetukan jarak antar Fender (L)


= jarak antar fender (m)
r = jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal (m)
h = tinggi fender (m)
untuk fender karet Hollow Cylindrical dengan : h
= 0.5 m
sehingga :

L = 2 r 2  (r  h)2

L = 2
17 2  (17  0.5) 2
= 8m

menghitung gaya akibat angin


gaya lateral, dimana arah angin datang tegak lurus pantai (α= 90°)
Rw = 1.1 Qs Aw keterangan :
Rw = gaya akibat
angin (kg) Qs =
tekanan angin
(kg/m²) V =
kecepatan
angin (m/det)
Aw = proyeksi bidang yang tertiup angin (m²)

` Qs = 0.063 V² 1 knots = 0.51444 /det


= 0.063 0.07717 2
0.15 knots = 0.15 x 0.51444
= 0.00038 kg/m² 0.15 knots = 0.07717
` Aw = Bx Loa
= 21x 122.5
= 2572.70 m²
maka :
Rw = 1.1 Qs Aw
= 1.1x 0.00038 X2572,710
= 1.0616 kg
Besarnya gaya tarik kapal pada bollard untuk kapal dengan bobot (gross tonage) sebesar
nilai berdasarkan tabel 6.2 pada Buku Bambang Triadmojo halaman 174 yaitu :
gaya tarik pada bollard = 50
gaya tarik pada bitt = 35

dengan demikian dari tabel dimensi bollard untuk bollard dengan kapasitas gaya tarik sebesar
ukuran bollard sebagai berikut :
dimensi bollard
D = 350 mm H1 = 70 mm
Bo = 560 mm H2 = 61 mm
B1 = 840 mm H3 = 16 mm
H = 330 mm T = 27 mm
H
o = 123 mm Berat = 36 mm
dimensi baut
d2 = 56 mm H = 6 mm
L = 1150 mm Berat = 13 mm
dimensi bollard
d3 = 225 mm Jumlah = 6 mm
t2 = 45 mm Berat = 10 mm

Adapun jumlah bollard yang digunakan didasarkan pada jumlah kapal rencana yang
akan dilayani, yakni 2 buah.
Maka jumlah bollard kapal rencana adalah 6 buah, dan jumlah bitt rencana adalah 12
buah dengan jarak antara bitt adalah 20 meter.
Untuk jarak maksimum antar bitt didasarkan pada ukuran kapal (bobot) yang dalam
hal ini
PERENCANAAN DOLPIN

Diketahu :
1. Displacement : 425
Gaya tarik kapal = 15 ton.
Kecepatan merapat kapal (V) = 0,043 m/dt
Luas sisi kapal yang tertiup angin :
= 0,7 x T x LOA
= 0,7 (H-d) . 39
= 0,7 (4.5-2.2) . 39
= 62.79 m2
2. Kecepatan angin = 70 knots = 36 m/dt
3. Direncanakan :
Tiang pancang pipa baja dengan :
- Diameter = 35 cm
- Berat sendiri = 4,3 ton
Tiang miring dengan kemiringan :
- Vertikal = 12
- Horizontal = 5
Daya dukung maksimal = 70 ton / tiang
Daya dukung tarik maksimal = 35 ton
Ukuran plat beton (platform)
- Panjang = 14 m
- Lebar = 7.5 m
- Tinggi = 1,5 m
Dengan pengurangan yang untuk penempatan fender sebesar 0,75 x 0,5 x 14 m3.
Fender type “C 300 H... Rh dengan defleksi maksimum 0.135 m.
Berat volume beton 2400 kg m3 = 2,4 t/m3
Gaya-gaya yang Bekerja pada Dolphin
Gaya-gaya yang bekerja pada Dolphin, antara lain :

1. Gaya Berat Platform (Bambang Triatmodjho hal 224)


Wp = {(14 x 7.5 x 1.5) – (0.75 x 0.5 x 14)} x 2.43
= 365.4 ton
Beban di atas didukung oleh tiang pancang vertikal.
2. Gaya Tarik Kapal
Gaya tarikan kapal dalam arah meninggalkan Dolphin. Gaya ini sebesar 200 ton yang bekerja
pada abolland yang berjarak 1,25 m, dari pusat berat plat, sehingga menimbulkan momen
sebesar :
M = 15 x 1,25 (Bambang Triatmodjho hal 226)
= 18.75 ton
3. Gaya angin dan benturan kapal tegak lurus sisi memanjang Dolphin.
- Gaya tiupan angin
Tekanan angin :
Qa = 0.063 V2 (Bambang Triatmodjho hal 226)

= 0,063 . 362

= 81,65 kg/m2
Gaya total terhadap sisi kapal :
Rw = 1,1 . Qa . Aw
= 1,1 . 81,65 . 62.79
= 5639.5 kg
= 5.6395 ton
Kapal ditahan oleh 1 (satu) buah Dolphin, sehingga : RW
= 5.6395 ton
- Gaya benturan kapal.
Energi gaya benturan kapal :
HV 2
E = cm.Ce.Cs.Cc
2g

2
425*(0,043)
= 1,65* 0.39 *1*1
2 * 9,81

= 0,03 tm
= 3000 kg.cm
Setengah dari energi akan diredam oleh sistim fender sehingga:
Ef =
03
0
.
2

= 0.015 ton m

Diusahakan gaya benturan kapal yang berlabuh tidak melebihi gaya akibat angin, untuk itu
diatasi dengan menggunakan peredam energi (fender) yang memadai. Ukuran fender dipilih
sedemikian rupa sehingga batasan tersebut terpenuhi. Untuk setiap atau masing-masing
fender dengan type C 300 H....RH diperoleh energi yang bisa diserap adalah :

E serap = 0.015
4
= 0.00375 ton
Jadi, panjang Dolphin yang diperlukan :

0.03
L =
0.00375
= 8m

Gaya yang bisa diserap Dolphin dengan panjang 10 m, adalah : Fn


= E serap x L
= 0.00375 x 8
= 0.03 ton
PERENCANAAN DOLPHIN PENAMBAT (MOORING
DOLPHIN)

Perencanaan Boulder
Gaya tarik kapal = 15 m (tabel 6.2 Bambang triatmodjo. Hal 174 )

Direncanakan :
Q boulder : 50 cm
Jarak dari tepi : 1 m
Karena 2 boulder (p) :
= 15 ton /2
= 7.5 ton
Selain gaya horizontal juga beberapa gaya vertikal sebanyak ½ kali gaya horizontal V = ½
xP
= ½ x 15
= 3.75
Menentukan Jumlah Baut dan Dimensi Plat
Direncanakan Baut :

ijin = 1400kg / cm2


Dicoba baut : 2.25
 baut = 5.1 cm
Gaya baut ijin = P
Dimensi Plat

2
Dipakai beton f’c = 30 mpa = 300 kg/cm
Dicoba B = 60 cm
M = H x h Dimana :
0
H = 7.5 cos 30
= 6.5 ton

Jadi digunakan plat beton ukuran 50c x 50 cm


Data – data yang ada :
Jumlah baut (n) : 2 buah
Ukuran plat b/h : 50/50 cm V
: 3.75 ton
M : 325 000 kg cm
Gaya baut (h) = 6.5 ton
= 6500 kg
Gaya untuk masing – masing baut :

F =6500
4
= 1625 kg
PEMECAH GELOMBANG

Pemecah gelombang adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah pelabuhan dari
ganguan gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah perairan dari laut bebas, sehingga perairan
plabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar dilaut. Daerah perairan dihubungkan
dengan laut oleh mulut pelabuhan dengan lebar tertentu dan kapal keluar/masuk pelabuhan melalui
celah tersebut. Dengan adanya pemecah gelombang ini daerah pelabuhan menjadi tenang dan kapal
bisa meakukan bongkar muat barang dengan mudah.
Diketahui:
Kedalaman =5m
Kemiringan dasar laut = 1:50
Tinggi gelombang =1.2 m
Periode gelombang = 10 detik (diambil 10 detik)
Koefisien refraksi = 0.95
HHWL = 2.2 m
MHWL = 1.8 m
MWL =1.05 m
MLWL = 0.3 m
LLWL = -0.1 m

Kedalaman air dilokasi bangunaan berdasarkan HWL dan LWL adalah dHWL
= 2.2 - (-5)
= 7.2 m
dLWL = -0.1 – (-4.9)

= 9.9 m
dMWL = 1.05 – (-5)
= 6.05 m

Penentuan kondisi gelombang direncanakan pemecah gelombang


p1

dc

d’ h
d

p2

p3

Diselidiki kondisi gelombang pada kedalaman air direncana lokasi pemecah gelombang, yaitu apakah
gtelombang pecah atau tidak dihitung tinggi dan kedalaman gelombang pecah dengan menggunakan
gambar 3.22 dan 3.23 untuk kemiringan dasar laut 1 : 10
Lo = 1.56 T2 =156 m
d 6.05
= = 0.04
Lo 156
d
dari lampiran A bambang triatmodjho didapatkan = 0.11394dan Ks =0.7890
L
H1 = K s K r Ho
H
Ho =
1
Ks Kr
= 1.2
0.7890 * 0.95
= 1.6 m

tinggi gelombang ekivalen H’o = Kr * Ho


= 0.95* 1.6
= 1.52 m
=2m
Dari gambar 3.22 = Hb / H’o =
1.35 Hb = 1.35 * 2
= 2.7 m
Dari gambar 3.23 = db / H’b =
1.06 db = 1.06 * 2.7
= 2.86 m
Jadi gelombang pecah akan terjadi pada kedalaman 2.86, karena db < dLWL< d HWL.Berarti
lokasi bangunan pada kedalaman -5 m gelombang tidak pecah.

Penentuan elevasi puncak pemecah gelombang


Elevasi puncak pemecah gelombang dihitung berdasarkan tinggi runup
Kemiringan sisi puncak gelombang ditetapkan 1:2
Tinggi gelombang dilaut dalam

Lo = 1.56 T2 =156 m
Bilangan irribaren

dengan menggunakan grafik pada gambar 5.9 dihitung nilai run up untuk lapis lindung dari batu
pecah
Ru
=1.365
H
Ru = 1.365 * 1.2
= 1.64 m
Elevasi puncak pemecah gelombang dengan memperhitungkan tinggi kebebasan 0.5 m
Elpem.
gel = HWL + Ru + tinggi kebebasan
= 2.2 + 1.64 + 0.5
= 4.34 m
untuk lapis lindung dari tetrapod

Ru
=0.875
H
Ru = 0.875 * 1.2
= 0.73 m
Elpem. gel = HWL + Ru + tinggi kebebasan
= 2.2 + 0.73 + 0.5
= 3.43 m

Tinggi pemecah gelombang


H = Elevasi pemecah gelombang – elevasi dasat laut
= 4.34 - (-5) = 9.34 m ( batu ) ≈ 9.5m
= 3.43 – ( -5) = 8.43 m ( tetrapod) ≈ 8.5 m

Berat butir lapis bendung


Berat batu laois lindung dihitung dengan rumus Hudson berikut ini untuk lapis lindung dari
batu (KD=4)
apabila didekat lokasi pekerjaan pemecah gelombang banyak terdapat batu dengan ukuran/berat
sesuai hitungan maka digunakan lapis lindung dari batu pecah dengan berat 0.2 ton

Lebar puncak pemecah gelombang


Lebar puncak pemecah gelombang untuk n=3 (minimum)

Jumlah batu pelindung

Jumlah batu pelindung tiap satuan luas (10m2)


Dihitung dengan rumus
BAB III

PERENCANAAN PELABUHAN
&
FASILITAS PELABUHAN

Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai dan daratan. Pemilihan
lokasi tergantung pada beberapa faktor seperti kondisi tanah dan geologi, kedalaman dan luas
daerah perairan, perlindungan pelabuhan terhadap gelombang, arus dan sedimentasi, daerah
daratan yang cukup luas untuk menampung barang yang akan dibongkar muat, jalan-jalan untuk
trasportasi, dan daerah industri di belakangnya. Pemilihan lokasi pelabuhan harus
mempertimbangkan berbagai faktor tersebut. Tetapi biasanya faktor-faktor tersebut tidak bisa
semuanya terpenuhi, sehingga diperlukan suatu kompromi untuk mendapatkan hasil optimal.
Tinjauan daerah perairan menyangkut luas perairan yang diperlukan untuk alur pelayaran, kolam

putar (turning basin), penambatan dan tempat berlabuh, dan kemungkinan


pengembangan pelabuhan di masa yang akan datang.

Daerah perairan ini harus terlindung dari gelombang, arus dan sedimentasi. Untuk itu
beberapa pelabuhan ditempatkan di daerah terlindung seperti di belakang pulau, di teluk, di
muara sungai/estuari. Daerah ini terlindung dari gelombang tetapi tidak terhadap arus dan
sedimentasi.

Keadaan daratan tergantung pada fungsi pelabuhan dan fasilitas yang berhubungan dengan
tempat pengangkutan, penyimpanan dan industri. Pembangunan suatu pelabuhan biasanya
diikuti dengan perkembangan daerah di sekitarnya. Untuk itu daerah daratan harus cukup luas
untuk mengantisipasi perkembangan industri di daerah tersebut.

Berbagai faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi pelabuhan adalah sebsgai berikut ini :

 Biaya pembangunan dan perawatan bangunan-bangunan pelabuhan, termasuk


pengerukan pertama yang harus dilakukan.
 Biaya operasi dan pemeliharaan, terutama pengerukan endapan di alur dan kolam
pelabuhan.

Perhitungan Panjang Dermaga ( Lp )

Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan
penumpang. Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan
bertambat pada dermaga tersebut. Dalam mempertimbangkan ukuran dermaga harus
didasarkan pada ukuran-ukuran minimal sehingga kapal dapat bertambat atau meninggalkan
dermaga maupun melakukan bongkar muat barang dengan aman, cepat dan lancar.

Dermaga dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu whaft atau quai dan jetty atau pier atau
jembatan. Wharf adalah dermaga yang paralel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan
garis pantai. Whaft juga dapat berfungsi sebagai penahan tanah yang ada dibelakangnya.
Jetty atau pier adalah dermaga yang menjorok ke laut. Berbeda dengan whaft yang
digunakan untuk merapat pada satu sisinya, pier bisa digunakan pada satu sisi atau dua
sisinya. Jetty ini biasanya sejajar dengan pantai dan dihubungkaan dengan daratan oleh
jembatan yang biasanya membentuk sudut tegak lurus dengan jetty, sehingga pier dapat
berbentuk T atau L. Pier berbentuk jari lebih efisien karena dapat digunakan untuk merapat
kapal pada kedua sisinya untuk panjang dermaga yang sama. Perairan di antara dua pier yang
berdampingan disebut slip.

Dalam perencanaan ini digunakan dermaga dengan jenis Jetty dan Pier
Dermaga dibangun dengan membentuk sudut tertentu terhadap garis pantai,
dermaga jenis ini biasanya digunakan untuk bertambatnya kapal tangker.

25

LOA

25
a
a = 20 m
Apron dengan keran tambahan dan 1 jalur KA
Panjang dermaga = LOA + (2 x 25) (Bambang Triatmodjo, 167)
= 180,5 + (2 x 25)
= 230,5 m

Kolam pelabuhan

Luas kolam untuk tambatan


Berdasarkan tabel 4.2 luas kolam untuk tambatan (Bambang Triatmodjo)
Dimana :

Penggunaan : penungguan dilepas pantai atau bongkar muat barang.

Tipe tambatan : tambatan bisa berputar 360o


Tanah dasar : tipe pengankeran baik (tanah keras)
Maka :
Jari – jari = LOA + 6 H
Dimana : LOA = panjang kapal
H = kedalaman air

Kolam putar

Kolam putar dipergunakan untuk mengubah arah kapal, luasan minimum yang
digunakan adalah ::
r = 1,5 LOA
= 1.5 . 180,5
= 270,75 m

Kedalaman kolam pelabuhan


Jenis kapal barang curah
Untuk : Kapal 1, DWT = 30.000 ton

Perhitungan alur

Dipergunakan alur dengan 1 jalur untuk efisiensi.


Karena tingkat kepadatan lalu lintas kecil mengingat waktu yang diperlukan untuk
mengangkut biji besi sangat kecil dibandingkan dengan waktu yang tersedia dalam 1
tahun. Sehingga kemungkinan untuk berpapasan antara 1 kapal dengan kapal yang
lain.

Dalam perencanaan dipergunakan data kapal yang terbesar untuk meningkatkan


keamanan.
Lebar alur dengan 1 jalur

dimana : W = lebar alur


WBM = lebar gerak dasar kapal
WB = lebar bebas sisi kapal / alur
Wi = lebar tambahan

 WBM
Dari tabel manoeurabilty di dapat
WBM = 1.5 B . . . . . . . . . modarabe

 Wi
Didapat dari tabel 5.2 additional widths for straight channel sections
(lampiran) (outer channel exposed to open water)

Akibat Pengaruh :
a. Kecepatan kapal
16 knots 0.0 B

b. Angin lintang
Tidak ada pengaruh angin 0.0 B
c. Arus lintang
1.25 knots, moderate 0.7 B
d. Arus longitudinal
Tidak ada arus 0.0 B

e. Tinggi gelombang
Hs = 2 m
3 > Hs > 1 1= moderate = 1,0 B
f. Navigasi
Moderate 0.2 B

g. Dasar alur
Rough and hard 0.2 B
h. Jenis muatan
Low 0.0 B
Jadi Wi = 1.1 B

 WB for sleep and hard embankments moderate 1.0 B

Lebar alur
W = 1,5 B + 1,1 B + (1,0 . B . X)
= 1,5 . 22,86 + 1,1 . 22,86 + ( 1 . 22,86 . 2)
= 105,156 m

Kedalaman alur
Hmin = 1,15 D (Bambang Triatmodjo, 118)
= 1,15 . 15
= 17,25 mop
Hmin > H …………………dipakai Hmin
Perhitungan Tinggi Dermaga

Diketahui data-data sebagai berikut :

HHWL = + 6,30 m ( tinggi pasang maksimum )


LLWL = - 0,6 m ( tinggi surut maksimum )
Draf = 13,5 m
 Elevasi dasar pengerukan ( H )
H = 1.15 D + surut
= 1,15 . 15 + 0.6
= 17.85 m
 Tinggi dermaga ( H )
Tinggi dermaga = Elevasi dasar pengerukan + tinggi pasang + 0.5
= 17.85 + 6.0 + 0.5
= 24.35 m
Perencanaan fender

Kapal yang merapat ke dermaga masih mempunyai kecepatan baik yang digerakkan
oleh mesinnya sendiri (kapal kecil) maupun ditarik oleh kapal tunda (untuk kapal
besar).Pada waktu merapat tersebut akan terjadi benturan antara kapal dan
dermaga.Walaupun kecepatan kapal kecil tetapi karena massanya sangat besar, maka
energi yang terjadi karena benturan akan sangat besar. Untuk menghindari kerusakan
pada kapal dan dermaga karena benturan tersebut maka di depan dermaga diberi
bantalan yang berfungsi sebagai penyerap energi benturan. Bantalan yang ditempatkan
di depan dermaga disebut dengan fender.

Fender berfungsi sebagai bantalan yang ditempatkan di depan dermaga. Fender akan
menyerap energi benturan antara kapal dan dermaga. Gaya yang harus ditahan oleh
dermaga tergantung pada tipe dan konstruksi fender dan defleksi dermaga yang
diijinkan. Fender juga melindungi rusaknya cat badan kapal karena gesekan antara
kapal dan dermaga yang disebabkan oleh gerak karena gelombang, arus dan angin.
Fender harus dipasang di sepanjang dermaga dan letaknya harus sedemikian rupa
sehingga dapat mengenai kapal. Oleh karena kapal mempunyai ukuran yang berlainan
maka fender harus dibuat agak tinggi pada sisi dermaga. Ada beberapa tipe fender
yaitu fender kayu, fender karet dan fender gravitasai.

Dalam perencanaan fender dianggap bahwa kapal bermuatan penuh dan merapat

dengan sudut 100 terhadap sisi depan dermaga. Pada saat merapat tersebut sisi depan
kapal membentur fender, dan hanya sekitar setengah dari bobot kapal yang secara
efektif menimbulkan energi benturan yang diserap oleh fender dan dermaga.
Kecepatan merapat kapal diproyeksikan dalam arah tegak lurus dan memanjang
dermaga.

Diketahui data-data sebagai berikut :

LOA = 180,5 m
B = 22,86 m
D = 13,5 m
LPP = 0.852 x LOA
1.0201 ( kapal barang ) Bambang Triatmojho hal 220

= 0.852 x 180,51.0201 = 170,715 𝑚 ≈ 171 𝑚

𝑊 ( 𝑑𝑖𝑠𝑝𝑙𝑎𝑐𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 ) = 𝐶𝑏 𝑥 𝐿𝑃𝑃 𝑥 𝐵 𝑥 𝐷 𝑥 𝛾0
= 0,9 x 171 x 22,86 x 13,5 x 1,025
= 48682,456 ton ≈ 48682 ton

Energi benturan kapal :


WV2
E= x Cm x Ce x Cs
x Cc 2g
Dengan :
E = energi benturan (tm)
V =komponen tegak lurus sisi dermaga dari kecepatan kapal pada saat
membentur dermaga (m/dt)
W = displacement (ton)
g = percepatan gravitasi

(m/dt2) Cm = koefisien massa


Ce = koefisien eksentrisitas
Cs = koefisien kekerasan (diambil 1)
Cc = koefisien bentuk tambatan (diambil 1)

 Koefisien massa (Cm)

πxD
Cm = 1 +
2 x Cb x B
W
Cb =
Lpp x B x D x γ0

Dengan :

Cb = koefisien blok kapal


D = draft kapal (m)
B = lebar kapal (m)
Lpp = panjang kapal pada sisi air (m)
o = berat jenis laut ( 1,025

t/m3) Sehingga diperoleh :

48.682
Cb = = 0,902
171 x 22,86 x 13,5 x 1,025

π x 15
Cm = 1 = 1,142
2 x 0,902 x 22,86
+

 Koefisien eksentrisitas (Ce)

Dengan :

L = Jarak sepanjang permukaan air dari pusat berat kapal sampai titik sandar kapal (m)
r = jari – jari putaran dikeliling pusat berat kapal (m)
Berdasarkan nilai Cb = 0,271 maka di dapat :
terhadap fender terjadi apabila kapal bermuatan penuh menghantam dermaga pada sudut
10o terhadap sisi depan dermaga.

V = v sin 100
= 0,15 x sin 100 = 0,026 m/dt Jadi energi benturan yang terjadi :

E = 48682 x 0,0262 x 1,142 x 0,39 x 1 x 1 = 0,747 t. m


2 x 9,81
Gaya bentur yang diserap oleh system fender

Gambar 3.7.1 Benturan kapal pada dermaga

Diusahakan dalam perencanaan bahwa kapal pada waktu membentur fender adalah menyentuh
fender dengan penempatan fender pada jarak tertentu yang diatur sedemikian mungkin untuk
mencegah persinggungan kapal dengan sisi dermaga.
Gambar 3.7.2 Posisi kapal pada waktu membentuk fender

Energi benturan yang diserap fender dan dermaga biasanya ditetapkan E.


F=E
Diasumsikan energi benturan yang terjadi diterima 1 fender
F = E = 0,747 t.m
Berdasarkan Tabel 7.1 maka digunaka fender
E = 0,113 R = 4,9

Berdasarkan Tabel Feautures Of Clyndrical Fender diperoleh :


D = 150 mm ; d = 75 mm
panjang maks = 12 m
Approx Weight = 19 kg/m

Menentukan jarak antar fender


Dalam perencanaan fender dipasang memanjang

L = 2√r2 − (r − h)2 Bambang Triatmojho , hal 277


Dengan :
L = jarak maksimum antar fender (cm)
r = jari – jari kelengkungan sisi haluan kapal h = tinggi fender
Dimana :
h = 7 m DWT = 1.000 ton

Nilai r untuk kapal barang 500 - 50.000


DWT Log r = -1,055 + 0,65 log DWT
= -1,055 + 0,65 log 1.000
= 0,895
r = 100,895 = 7,852 m ≈ 8 m
Nilai L ( jarak antar fender )
L = 2√82 − (8 − 7)2 = 15,875 m ≈ 16 m
Jumlah fender yang dibutuhkan
Data – data :
• Panjang dermaga ( L ) = 109 m
• Panjang fender ( f ) = 10 m
• Jarak antar fender ( x ) = 16 m
• Jumlah fender =n
• Panjang bidang tumbuk = 1/5 x LOA
= 1/5 x 73 = 14,6 m ≈ 15 m

𝐿= L = 109 = 4,192 ≈ 5
𝐿 + 16 10 + 16

Jadi , dengan panjang fender 10 m dan jarak antar fender 16 m diperlukan 5 buah fender yamg
dipasang.

PERENCANAAN PENAMBATAN
Penambatan adalah suatu konstruksi yang digunakan untuk keperluan berikut :
1. Mengikat kapal pada waktu berlabuh agar tidak terjadi pergeseran atau gerakan kapal
yang disebabkan oleh gelombang, arus, dan angin.
2. Menolong berputarnya kapal
Alat penambat ini bisa diletakkan di darat ( dermaga ) dan di dalam air. Menurut macam
konstruksinya alat penambat dapat dibedakan menjadi :
a. Bolder pengikat
Bolder digunakan sebagai tambatan kapal yang berlabuh dengan mengikatkan tali-tali
yang dipasang pada haluan, buritan dan kapal ke dermaga. Bolder ini diletakkan pada
sisi dermaga dengan jarak atar bolder adalah 30 m. bolder dengan ukuran yang lebih
besar ( corner mooring post ) diletakkan pada ujung-ujung dermaga atau di pantai diluar
ujung dermaga
b. Pelampung penambat
Pelampung penambat berada di dalam kolam pelabuhan atau di tengah laut.
c. Dolphin
Dholpin adalah konstruksi yang digunakan untuk menambat kapal tangker berukuran
besar yang biasanya digunakan bersama-sama dengan pier dan wharf untuk
memperpendek panjang bangunan tersebut.
Pada perencanaan ini yang digunakan adalah bolder pengikat. Tali penambat diikatkan
pada alat penambat yang dikenal dengan biit yang disapang disisi dermaga.
Kapal yang berlabuh ditambatkan ke dermaga dengan mengikatkan tali-tali penambat ke
bagian haluan, buritan dan badan kapal. Gambar 3.8 menunjukan metode pengikatan kapal ke
dermaga. Tali-tali penambat tersebut diikatkan pada alat penambat yang dikenal dengan biit
yang dipasang di sepanjang disisi dermaga. Biit dengan ukuran yang lebih besar disebut
dengan bollard ( corner mooring post ) yang diletakkan pada kedua ujung dermaga atau
tempat yang agak jauh dari sisi muka dermaga.

Gambar 3.8. Metode


Pengikatan kapal ke dermaga
Tabel 3.8 penempatan biit
Ukuran Kapal Jarak Jumlah
(GRT) Maksimum (m) Min./tambatan
~ 2.000 10 - 15 4
2.001 – 5.000 20 6
5001 – 20.000 25 6
20.001 – 50.000 35 8
50.001 – 100.000 45 8

Gaya tarikan kapan = 100 ton

Penambat Bitt : berdasarkan tabel 3.8, dimana untuk DWT (50000 – 100000); dalam hal ini
ukuran (DWT 10000)
Maka :

jarak maks = 45mm

Jarak min = 8m
Perencanaan Bollard

Data :
- Kapal DWT = 100000
- Gaya tarikan kapal = 200 ton (tabel 6.2) (Bambang Triatmodjo, 174)

Direncanakan
Ø boulder = 45 cm (2 buah)

jarak dari tepi =1m


Karena 2 boulder (P) = 200 ton / 2 = 100 ton
Selain gaya horizontal, juga beberapa gaya vertikal sebanyak ½ kali gaya horizontal.
V = ½ . 100 ton
= 50 ton
Menentukan jumlah baut dan dimensi plat

Direncanakan baut σijin = 1400 kg/cm2 (PPBBI)


Dicoba baut Ø 2 in = 5.1 cm

Dicoba baut Ø 2 in = 5.1 cm

Digunakan 4 baut dengan Ø 2 in


Panjang Baut
Dicoba baut Ø 2 in = 5.1 cm
Jumlah = 4 buah
V = 50 ton
H = 100 ton
M = 3.106 kgcm

Kekuatan lekatan antara angker dengan beton dianggap sama.


Kuat lekat beton P = 0.58 (Pers.2)
PERENCANAAN BOLLARD

Gaya tarikan kapal = 100 ton (tabel 6.2. Bambang Triatmodjo, hal.174)

Direncanakan :

 Bolder = 30 cm
 Jarak dari tepi = 15 cm

P = 100 ton
V = 30 sin 30o = 30 ton
H = 30 cos 30o = 25,981 ton
N = 25,981 sin 30o = 12,991 ton
R = 25,981 cos 30o = 22,500 ton

Dengan :
P = gaya tarik kapal H
= gaya tarik boulder
V = gaya cabut

POSISI GAYA BOLDER

Menentukan jumlah baut dan dimensi plat :

Direncanakan :

  = 1600 kg/cm^2 (St.37)


 d = 11/2’ = 3,81 cm
 V = 30 ton
Gaya baut ijin :

P = ¼  x d2 x 0,6 x 

= ¼  x 3,812 x 0,6 x 1600


= 10944,882 kg
= 10,945 ton

Jumlah baut (n) :

= 2,741 3 buah

Direncanakan 2 baris –› 6 baut Ø1½

Plat :

 Dicoba B = 90 cm
 f’c = 30 Mpa
= 300 kg/cm^2
M =Hxh

= 25,981 x 0,35

= 9,09335 tm

= 90,9335 kg/cm

L =
6M
B  f 'c
=
6  909335
90  300
= 34,820

= 60 cm

Jadi digunakan plat beton ukuran 90 cm x 60 cm

Perhitungan gaya bolder :

Data-data yang ada :

Jumlah baut (n) = 10 buah

Ukuran plat b/h = 90/60 cm

V = 30 ton

M = 90,9335 kg/cm

=
=

= 5,556 11,226

= 16,782 kg/cm^2 1600 kg/cm^2

= -5,670 kg/cm^2 1600 kg/cm^2

Gaya baut (H) = 25,981 ton

= 25,981 kg

15
30
30
15
30

15

15 30 15

1 baut =

= 4330,167 kg

q =

= 144,339 kg/cm

M = ½ x q x l^2

= ½ x 144,339 x 15^2

= 16238,138 kg/cm

W = 1/6 x 30 x t^2

= 5,000 t^2
M
=
V

1600 =
a F
t^2 =
t = 1,425 cm 2 cm

a = 16,782 kg/cm^2

= -5,670 kg/cm^2
b
=

=0

M + V.a – F.b = 0

16.238,138 + (30000 x 7,725 – (F x 22,50) = 0

F = 11021,695 kg

F baut = = 3673,898 kg

Gaya sebesar F = 3673,898 kg (diterima oleh lekatan beton dengan baut)

Dimana = 16 kg/cm^2

F = xdxLx

3673,898 = x 3,81 x L x 16

L = 19,193 20 cm

Jadi panjang baut yang dipakai = 20 cm


PEMECAHAN KONSTRUKSI BREAKWATER

Pemecah gelombang adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah

perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah

perairan dari laut bebas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh

gelombang besar di laut. Lay out pemecah gelombang tergantung pada arah

gelombang dominan, bentuk garis pantai, ukuran minimum pelabuhan yang diperlukan

untuk melayani trafik pelabuhan tersebut.

Dimensi pemecah gelombang tergantung pada kedalaman air, tinggi pasang surut,

tinggi pasang surut dan gelombang, tipe pemecah gelombang dan bahan konstruksi,

ketenangan pelabuhan yang diharapkan, traspor sedimen di sekitar lokasi pelabuhan.

Elevasi puncak bangunan didasarkan pada muka air pasang tertinggi dan dihitung

dengan menggunakan run up gelombang, yaitu naiknya gelombang pada permukaan

pemecah gelombang sisi miring.

Ada beberapa macam pemecah gelombang ditinjau dari bentuk dan bahan bangunan

yang digunakan. Menurut bentuknya pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi

pemecah gelombang sisi miring, sisi tegak dan campuran. Pemecah gelombang bisa

dibuat dari tumpukan batu, blok beton, beton massa, turap dan sebagainya.
Gambar. Tekanan gelombang pada pemecah gelombang sisi tegak

Dimana :

 d = kadaaalaman air didepan pemecah gelombang

 h = Kedalaman diatas lapis pelindung dari pondasi tumpukan batu

 d’= jarak dari elevasi muka air rencana ke dasar tampang sisi tegak

 dc = Jarak antara elevasi muka air rencana dan pumcak bangunan

 η* = Elevasi maksimum dari distribusi tekanan gelombang terhadap muka air

 P1 = Tekanan maksimum yang terjadi pada elevasi muka air rencana

 P2 = Tekanan yang terjadi pada dasar dinding vertical

 P3 = Tekanan yang terjadi pada tanah dasar


 Pu = tekanan ke atas pada dasar dinding vertical

Dalam perencanaan ini digunakan pemecah gelombang sisi tegak dengan data-data sebagai

berikut :

 Gelombang rencana (HL)= 2,0 m


 Periode (TS) = 8 detik

 Arah = Barat (west)

  (sudut antara gelombang datang dan garis tegak lurus pemecahgelombang yang

biasanya diambil 15o

 Kemiringan dasar laut = 1/100

 γ air laut = 1,025 t/m3

 γ batu = 2,200 t/m3

 γ beton = 2,400 t/m3

 γ tanah = 1,700 kg/cm2

Perencanaan Breakwater
1. Tekanan gelombang
Dengan menggunakan grafik pada lampiran, untuk nilai d/Lo = 0.150 akan diperoleh
beberapa nilai berikut : (Tabel A-1 Lanjutan, Lampiran A-Halaman 271,Bambang
Triatmjo)
d
= 0.12593
L

4πd
= 1.5825
L

sinh (4πd/L) = 2.3308

cosh (2πd/L)= 2.5363


Gaya- gaya yang bekerja

 Berat Sendiri

6m
+ 3.0

3m
+ 0.0

13 m 9 m

10 m

-- 9
- 10

G1 = 4,5 x 12,5 x 1 x 1,8 = 101.25 ton ( berat pasir )

G2 = (( 6 x 13 x 1) - 4,5 x 12,5 x 1)) x 2,3 = 50.025 ton ( berat beton )

Gtotal = 151.275 ton


Mtotal = 151.275 x 3 = 453.825 tm

Gaya – gaya Resultante yang bekerja :

Rv = 151.276 – 3,1199 = 148.157 t


RH = 28,151 t
M = 215,996 + 16,4796 – 453.825 = 221.35 tm

1. Kontrol terhadap guling

2. Kontrol Terhadap Geser

Anda mungkin juga menyukai