Anda di halaman 1dari 29

LOPORAN PENDAHULUAN

PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI LK III PERON CAMPUR SARI


KECAMATAN KOTABUMI TENGAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA

 
                                          
Oleh:

 Anida Fitriyani
Apria Yopi Jayani
Elvi Winata
Frilianda Putri
Sasra Andika

        

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU


LAMPUNG
PROGRAM STUDI NERS KONVERSI
2018-2019

LOPORAN PENDAHULUAN
PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI LK III PEKON CAMPUR SARI
KECAMATAN KOTABUMI TENGAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA

I. LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang


memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan
lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang
tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung)
serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain
penyakit-penyakit tersebut, hipertensi dapat pula menyebabkan gagal ginjal, penyakit
pembuluh lain, diabetes mellitus dan lain-lain.

Pada tahun 1997 sebanyak 15 juta penduduk Indonesia mengalami hipertensi tetapi
hanya 4% yang melakukan kontrol rutin. Hasil survei kesehatan rumah tangga
(SKRT, 2001) di kalangan penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkkan bahwa
27% laki-laki dan 29% wanita menderita hipertensi; 0,3% mengalami penyakit
jantung iskemik dan stroke. Terdapat 50% penderita tidak menyadari sebagai
penderita, sehingga penyakitnya lebih berat karena tidak merubah dan menghindari
faktor risiko. Sebanyak 70% adalah hipertensi ringan, maka banyak
diabaikan/terabaikan sehingga menjadi ganas (hipertensi maligna) dan 90% hipertensi
esensial dan hanya 10% penyebabnya diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan
hormonal dan kelainan pembuluh darah. Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional
Tahun 2001, angka kesakitan Hipertensi pada dewasa sebanyak 6-15% dan kasusnya
cenderung meningkat menurut peningkatan usia. Beberapa penyakit tidak menular
yang ada tersebut, penyakit kardiovaskular mempunyai kontribusi cukup besar
terhadap tingginya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat PTM (Aris
Sugiharto, 2007).

Berdasarkan data Depkes dalam Ade Dian Anggraini, dkk (2009), prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 31.7%. Cakupan diagnosis hipertensi oleh tenaga
kesehatan hanya mencapai 24.0%, atau dengan kata lain sebanyak 76.0% kejadian
hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosis. Prevalensi hipertensi di Jawa dan
Sumatera memiliki prevalensi yang lebih tinggi dari .

Berdasarkan hasil pendataan dengan menggunakan kuesioner PIS-PK didapatkan


jumlah KK di LK III sebanyak 147 KK, Dari 147 KK tersebut 50% atau 42 KK
menderita hipertensi dan tidak melakukan pengobatan secara teratur. Berdasarkan
hasil wawancara dan pengamatan yg dilakukan didapatkan data pola hidup warga yg
kurang sehat yaitu pola makan tinggi lemak dan garam. Selain itu pola hidup yg tidak
sehat seperti tidak berolahraga dan banyak anggota keluarga yang merokok.

Mengingat 50% wraga di LK III menderita hipertensi dan tidak melakukan


pengobatan secara teratur, Maka penyakit hipertensi harus dicegah dan diobati. Hal
tersebut merupakan tantangan kita di masa yang akan datang.

II. RENCANA KEPERAWATAN

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko terjadinya peningkatan kejadian penyakit hipertensi pada dewasa

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang Hipertensi di balai desa selama 20


menit, diharapkan peserta penyuluhan dapat mengetahui apa itu Hipertensi.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang Hipertensi di balai desa selama 20


menit, diharapkan peserta penyuluhan dapat mengetahui tentang:
1. Pengertian Hipertensi
2. Penyebab Hipertensi
3. Gejala Hipertensi
4. Klasifikasi Hipertensi
5. Dampak & Komplikasi Hipertensi
6. Pencegahan dan Penanganan Hipertensi

III. RANCANGAN KEGIATAN

1. Topik : Penyuluhan tentang hipertensi


2. Metode. : Penkes dan Tanya Jawab
3. Media. : LP,Leaf letak dan PPT
4. Waktu/Tempat. : Pukul 19.00/Balai Desa Campur Sari
5. Strategi dan Media. : Penkes dan Tanya Jawab
6. Pengorganisasian Kelompok : -
7. Susunan Acara. :
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1. 5 menit Pembukaan :
1. Memberi salam Menjawab salam
2. Menjelaskan tujuan
Mendengarkan dan
penyuluhan
memperhatikan
3. Menyebutkan
materi/pokok bahasan yang akan
disampaikan
2. 20 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan materi penyuluhan Menyimak dan
secara berurutan dan teratur. memperhatikan
Materi :
1. Pengertian Hipertensi
2. Penyebab Hipertensi
3. Gejala Hipertensi
4. Dampak & Komplikasi Hipertensi
5. Pencegahan dan Penanganan

3. 10 menit Evaluasi :
    Menyimpulkan inti penyuluhan Menyimak dan
mendengarkan
    Menyampaikan secara singkat
materi penyuluhan
    Memberi kesempatan kepada ibu-
ibu untuk bertanya
     Memberi kesempatan kepada ibu-
ibu untuk menjawab pertanyaan
yang dilontarkan

4. 5 menit Penutup :
    Menyimpulkan materi penyuluhan Menjawab salam
yang telah disampaikan
     Menyampaikan terima kasih atas
perhatian dan waktu yang telah di
berikan kepada peserta
     Mengucapkan salam
IV. PENGORGANISASIAN TEMPAT

Buku Tamu

Keterangan :

: Moderator & MC : Penanggung jawab

: Penyaji : Fasilitator

: Media

: Warga & Peserta

V. URAIAN TUGAS

1. Penanggung Jawab Kegiatan : Ketua LK III


2. Penyaji Materi : Apria Yopi Jayani
3. Notulen/Observer. : Elvi Winata
4. Fasilitator. : Sasra Andika
5. Konsumsi. : Anida Fitri Yani & Frillinda Putri

VI. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan Di Balai Desa Campur Sari.
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya.

2. Evaluasi Proses

a. Pesert aktif terhadap


b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pert

3. Evaluasi Hasil

a. Setelah dilakukan penyuluhan ...% peserta dapat menyebutkan


pengertian hipertensi,
b. Setelah dilakukan penyuluhan ...% peserta dapat menyebutkan penyebab
hipertensi,
c. Setelah dilakukan penyuluhan ...% peserta dapat menyebutkan gejala
hipertensi,
d. Setelah dilakukan penyuluhan ...% peserta dapat menyebutkan
dampakdan komplikasi hipertensi,
e. Setelah dilakukan penyuluhan ...% peserta dapat menyebutkan
pencegahan dan penanganan hipertensi

VII. Materi

1. Definisi Hipertensi

Menurut Lanny Sustrani, dkk dalamNurhaedar Jafar (2010), Hipertensi atau penyakit


darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai
ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai
pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa
disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan pada sistole, yang tingginya tergantung umur
individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas – batas tertentu,
tergantung pada posisi tubuh, umur dan tingkat stress. Hipertensi juga dapat
digolongkan sebagai ringan, sedang atau berat, berdasarkan diastole. Hipertensi
ringan apabila tekanan diastole 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang apabila tekanan
diastole 105 – 114 mmHg, hipertensi berat apabila tekanan diastole > 115 mmHg.
Menurut

Menurut WHO (1978) batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekana darah di atas normal yaitu
bila tekanan sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic (bawah) 90
mmHg atau lebih.

2. Penyebab Hipertensi

Menurut Ade Dian Anggraini, dkk (2009), faktor resiko hipertensi adalah :
1. Faktor genetic

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi. 14 Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga.

2. Umur

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang


berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada
orang yang bertambah usianya. Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang
munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka
tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan
mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,
sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.
Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang
berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah
diastolik meningkat sampai decade kelima dan keenam kemudian menetap atau
cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan
fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik.
Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya
sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah
ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.

3.  Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein  (HDL). Kadar kolesterol HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada
usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit
hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses
ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai
dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-
55 tahun.

4. Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit
putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang
kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
vasopressin lebih besar.

5. Obesitas

Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan
kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA
(NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan
dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT
<25 (status gizi normal menurut standar internasional). Menurut Hall (1994)
perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan
dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia,
aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal.
Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik
potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah
secara terus menerus.

6. Pola asupan garam dalam diet

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan


pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar
sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram
sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya
cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya
volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Karena itu
disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium
yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium
glutamate  (MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung
iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok
teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak
masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG.

7. Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan


dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri
renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr.
Thomas S Bowman dari Brigmans andWomen’s Hospital, Massachussettsterhadap
28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak
merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok
perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus
diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu
kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok
lebih dari 15 batang perhari.

8. Tipe kepribadian

Secara statistik pola perilaku tipe A terbukti berhubungan dengan prevalensi


hipertensi. Mengenai bagaimana mekanisme pola perilaku tipe A menimbulkan
hipertensi banyak penelitian menghubungkan dengan sifatnya yang ambisius, suka
bersaing, bekerja tidak pernah lelah, selalu dikejar waktu dan selalu merasa tidak
puas. Sifat tersebut akan mengeluarkan katekolamin yang dapat menyebabkan
prevalensi kadar kolesterol serum meningkat, hingga akan mempermudah terjadinya
aterosklerosis. Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

Menurut Farida Nur Aisyiyah (2009) :

1. Aktivitas Fisik
Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan
lebihtinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika
beristirahat. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot
tubuhdan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot
membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan
jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan
zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa
dari tubuh.

2. Stress

Stress dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengatur fungsi


saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung,
menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan retensi air dan garam.
Pada saat stress, sekresi katekolamin semakin meningkat sehingga renin,
angiotensin, dan aldosteron yang dihasilkan juga semakin meningkat.
Peningkatan sekresi hormon tersebut berdampak pada peningkatan tekanan
darah.

3. Tanda dan Gejala

a. Sakit kepala dan pusing (bagian belakang) terutama bila bangun tidur.
b. Nggliyer (Bhs. Jawa), terasa melayang.
c. Rasa berat ditengkuk atau leher.
d. Kadang mimisan.
e. Emosi yang tidak stabil, mudah tersinggung.
f. Telinga berdenging.
g. Sukar tidur.
h. Mata berkunang-kunang.
i. Rasa mual atau muntah.

4. Klasifikasi Hipertensi

A. Menurut Kausanya sebagai berikut:

1. Hipertensi esensial (Hipertensi Primer)


Hipertensiau esensial adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa
perubahan pada jantung dan pembulu darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh adanya


penyakit lain. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi
sekunder. Sekitar 5-10% penderita hipertensi disebabkan oleh penyakit
ginjal.

B. Menurut gangguan tekanan darah

1. Hipertensi Sistolik: Peninggian tekanan darah sistolik saja.


2. HipertensiHipertensi Diastolik : Peninggian tekanan darah diastolik.

C. Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah

1. Hipertensi Ringan
2. Hipertensi Sedang
3. Hipertensi Berat

D. KLASIFIKASI HIPERTENSI MENURUT WHO

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Sub grup : perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90


E. KLASIFIKASI HIPERTENSI MENURUTJOINT NATIONAL COMMITTEE 7

Kategori Sistol (mmHg) Dan/ata Diastole (mmHg)


u

Normal <120 Dan <80

Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

F. KLASIFIKASI HIPERTENSI HASIL


KONSENSUS PERHIMPUNAN HIPERTENSI INDONESIA

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)

Normal <120 Dan <80

Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

4. Komplikasi Hipertensi

Efek pada organ :


a. Otak
 Pemekaran pembuluh darah
 Perdarahan
 Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
 Malam banyak kencing
 Kerusakan sel ginjal
 Gagal ginjal
c. Gagal Jantung
 Membesar
 Sesak nafas (dyspnoe)
 Cepat lelah
5. Pencegahan dan Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut Pharmaceutical Care untuk penyakit hipertensi Departemen Kesehatan RI


(2006), Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan:

1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting
untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang
penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan
prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup.
Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darah dapat
terlihat pada tabel sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII.

Tabel Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi

Modifikasi Rekomendasi Kira-kira penurunan


tekanan darah, range

Penurunan berat Pelihara berat badan normal 5-20 mmHg/10-kg


badan (BB) (BMI 18.5 – 24.9) penurunan BB

DASH Diet kaya dengan buah,


Adopsi pola
sayur, dan produk susu rendah 8-14 mm Hg
makan
lemak

Mengurangi diet sodium, tidak


Diet rendah
lebih dari 100meq/L (2,4 g 2-8 mm Hg
sodium
sodium atau 6 g sodium klorida)

Regular aktifitas fisik aerobic


Aktifitas fisik seperti jalan kaki 30 menit/hari, 4-9 mm Hg
beberapa hari/minggu

Limit minum alkohol tidak lebih


dari 2/hari (30 ml etanol
Minum alkohol
sedikit saja (mis.720 ml beer, 300ml wine) 2-4 mm Hg
untuk laki-laki dan 1/hari untuk
perempuan

Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien


dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat
mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada
pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi. Modifikasi
gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan
darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes
atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary
Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan
kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi
alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan
tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat
antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat
membebaskan pasien dari menggunakan obat. Program diet
yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan
berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan
obes disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol.
JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya
dengan buah, sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar
total lemak dan lemak jenuh berkurang. Natrium yang
direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari. Aktifitas fisik dapat
menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur
paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk
kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga
aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan
menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah.
Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk
penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang merokok harus
dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat
diakibatkan oleh merokok.

2. Terapi farmakologi

Ada 9 kelas obat antihipertensi yakni Diuretikm, Tiazid, Loop,


Penahan kalium, Antagonis Aldosteron, ACE inhibitor,
Penyekat reseptor angiotensin, Penyekat beta, Antagonis
kalsium. Obat-obat antihipertensi alternatif yakni : Penyekat
alfa-1, Agonis sentralα-2, Antagonis Adrenergik, Perifer,
Vasodilator arteri langsung.

Obat-obat ini baik sendiri atau dikombinasi, harus digunakan


untuk mengobati mayoritas pasien dengan hipertensi karena
bukti menunjukkan keuntungan dengan kelas obat ini.
Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan antagonis
kalsium) mempunyai subkelas dimana perbedaan yang
bermakna dari studi terlihat dalam mekanisme kerja,
penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa, agonis alfa
2 sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan
sebagai obat alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping
obat utama.

2. Terapi Kombinasi

Fixed-dose combination yang paling efektif adalah sebagai berikut:


a. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan diuretik 
b. Penyekat reseptor angiotensin II (ARB) dengan diuretik
c. Penyekat beta dengan diuretik
d. Diuretik dengan agen penahan kalium
e. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan antagonis
kalsium
f. Agonis α-2 dengan diuretik
g. Penyekat α-1 dengan diuretic

3. Menurut Bustan (2007), upaya pencegahan terhadap Hipertensi meliputi


:
a. Pencegahan primodial, yaitu upaya pencegahan munculnya factor
predisposisi terhadap hipertensi dalam suatu wilayah dimana belum
tampak adanya factor yang menjadi resiko Hipertensi.
b. Promosi Kesehatan berkaitan dengan penyakit Hipertensi
c. Proteksi spesifik yakni dengan : kurangi mengkonsumsi garam
sebagai salah satu factor risiko.
d. Diagnosis dini dengan melakukan screening dan pemeriksaan check-
up
e. Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan komprehensif dan
kausal awal keluhan
f. Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak
bisa diobati.
DAFTAR PUSTAKA

 Bruner dan Suddarth. 2001.
 Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol.2.Jakarta: EGC.
 Copstead C., LeeEllen dan Jacquelyn L. Banasik. 2005. Pathophysiology Vol. 1.Elsev
ier :St. Louis Missouri 63146.Diklat PJT
 RSCM. 2008. Buku Ajar Keperawatan Kardiologi Dasar Edisi 4.Jakarta: RSCM.Doen
ges, Marilynn E., dkk. 1999.
 Rencana  Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk  Perencanaan Dan Pendokumentas
ian Perawatan Pasien.Jakarta: EGC.
 MuttaqinMuttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Gangguan Kar
diovaskuler.Jakarta: Salemba Medika.
 Sofyan, Andy. 2012. Hipertensi.Kudus.Corwin,
 J Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC
 https://meigyrozz.blogspot.com
LOPORAN PENDAHULUAN
PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI LK III PERON CAMPUR SARI
KECAMATAN KOTABUMI TENGAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA

 
 
                                          
Oleh:

 Anida Fitriyani
Apria Yopi Jayani
Elvi Winata
Frilianda Putri
Sasra Andika

        

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU


LAMPUNG
PROGRAM STUDI NERS KONVERSI
2018-2019

LOPORAN PENDAHULUAN
SENAM LANSIA DI LK III PEKON CAMPUR SARI KECAMATAN KOTABUMI
TENGAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA

VIII. LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang


memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan
lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang
tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung)
serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain
penyakit-penyakit tersebut, hipertensi dapat pula menyebabkan gagal ginjal, penyakit
pembuluh lain, diabetes mellitus dan lain-lain.

Pada tahun 1997 sebanyak 15 juta penduduk Indonesia mengalami hipertensi tetapi
hanya 4% yang melakukan kontrol rutin. Hasil survei kesehatan rumah tangga
(SKRT, 2001) di kalangan penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkkan bahwa
27% laki-laki dan 29% wanita menderita hipertensi; 0,3% mengalami penyakit
jantung iskemik dan stroke. Terdapat 50% penderita tidak menyadari sebagai
penderita, sehingga penyakitnya lebih berat karena tidak merubah dan menghindari
faktor risiko. Sebanyak 70% adalah hipertensi ringan, maka banyak
diabaikan/terabaikan sehingga menjadi ganas (hipertensi maligna) dan 90% hipertensi
esensial dan hanya 10% penyebabnya diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan
hormonal dan kelainan pembuluh darah. Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional
Tahun 2001, angka kesakitan Hipertensi pada dewasa sebanyak 6-15% dan kasusnya
cenderung meningkat menurut peningkatan usia. Beberapa penyakit tidak menular
yang ada tersebut, penyakit kardiovaskular mempunyai kontribusi cukup besar
terhadap tingginya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat PTM (Aris
Sugiharto, 2007).

Berdasarkan hasil pendataan dengan menggunakan kuesioner PIS-PK didapatkan


jumlah KK di LK III sebanyak 147 KK, Dari 147 KK tersebut 50% atau 42 KK
menderita hipertensi dan tidak melakukan pengobatan secara teratur. Berdasarkan
hasil wawancara dan pengamatan yg dilakukan didapatkan data pola hidup warga yg
kurang sehat yaitu pola makan tinggi lemak dan garam. Selain itu pola hidup yg tidak
sehat seperti tidak berolahraga dan banyak anggota keluarga yang merokok.

Tingginya angka kejadian hipertensi terutama pada lansia menuntut peran tenaga
kesehatan untuk melakukan pencegahan dan upaya promosi kesehatan. Ada beberapa
cara pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit
hipertensi,diantaranya adalah aktif berolahraga (senam),mengatur diet (rendah
garam,rendah kollesterol dan lemak jenuh), serta mengupayakan perubahan kondisi
(menghindari stress dan mengobati penyakit lain).

Olahraga sangat baik dilakukan terutama oleh lansia agar aliran darah menjadi lancar,
salah satu olahraga yang baik dilakukan oleh lansia adalah senam lansia. Pada usia
lanjut kekuatan mesin pompa jantung berkurang. Berbagai pembuluh darah penting
khusus di jantung dan otaak mengalami kekakuan. Dengan latihan fisik atau
senam.dapat membantu kekuatan pompa jantung agar bertambah, sehingga aliran
darah bisa kembali lancar.Jika dilakukan secara teratur akan memberikan dampak
yang baik bagi lansia terhadap tekanan darahnya.

IX. RENCANA KEPERAWATAN

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko terjadinya peningkatan kejadian penyakit hipertensi pada lansia

E. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti kegiatan senam lansia di balai desa selama 45-60 menit,


diharapkan peserta senam dapat mengetahui pengertian senam lansia.
F. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mengikuti kegiatan senam lansia di balai desa selama 45-60 menit,
diharapkan peserta senam dapat mengetahui tentang:
1. Pengertian senam lansia
2. Manfaat senam lansia
3. Prinsip senam lansia
4. Gerakan-gerakan senam lansia

X. RANCANGAN KEGIATAN

1. Topik : Olahraga
2. Metode. : Penkes dan praktik senam lansia
3. Media. :
 LP senam lansia
 Materi senam.lansia
 DVD dan kaset Video senam lansia
 Sound sistem
4. Waktu/Tempat. : Pukul 15.30WIB/Balai Desa Campur sari
5. Strategi dan Media. : Penkes dan senam lansia
6. Susunan Acara. :

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1. 5 menit Pembukaan :
4. Memberi salam Menjawab salam
5. Menjelaskan tujuan
Mendengarkan dan
kegiatan senam.
memperhatikan

2. 45 menit Pelaksanaan :
Langkah-Langkah Menyimak,
 1. Latihan kepala dan leher memperhatikan &
Lihat keatap kemudian menunduk Melakukan
sampai dagu ke dada,
Putar kepala dengan melihat bahu
sebelah kanan lalu sebelah kiri
Miringkan kepala ke bahu sebelah
kanan lalu kesebelah kiri.

 2. Latihan bahu dan lengan


Angkat kedua bahu ke atas
mendekati telinga kemudian
turunkan kembali perlahan-lahan,
Tepukan kedua telapak tangan dan
renggangkan lengan kedepan lurus
dengan bahu,Pertahankan bahu
tetap lurus dan kedua tangan
bertepuk kemudian angkat lengan
keatas kepala,
Satu tangan menyentuh bagian
belakang dari leher kemudian
raihlah punggung sejauh mungkin
yang dapat dicapai. Bergantian
tangan kanandan kiri 
Letakan tangan di punggung
kemudian coba meraih keatas
sedapatnya.
3.Latihan tangan
Letakan telapak tangan diatas
meja. Lebarkan jari-jarinya dan
tekan ke meja.
Baliklah telapak tangan. Tariklah
ibu jari melintasi permukaan
telapak tangan untuk menyentuh
jari kelingking. Kemudian tarik
kembali. Lanjutkan dengan
menyentuh tiap-tiap  jari dengan
ibu jari dan kemudian setelah
menyentuh tiap jari.
 
Kepalkan tangan sekuatnya
kemudian renggangkan jari-jari
selurus mungkin.
4. Latihan punggung
Dengan tangan disamping
bengkokan badan kesatu sisi
kemudian kesisi yang lain.
 Letakan tangan dipinggang dan
tekan kedua kaki, putar tubuh
dengan melihat bahu kekiri            
dan kekanan.

Tepukan kedua tangan dibelakang


dan regangkan kedua bahu ke
belakang.
5.Latihan paha
 Latihan ini dapat dilakukan
dengan berdiri tegak dan
memegang sandaran kursi atau
dengan posisi tiduran.
  
Liipat satu lutut sampai pada dada
dimana kaki yang lain tetap lurus,
dan tahan beberapa waktu.
Duduklah dengan kedua kaki lurus
kedepan. Tekankan kedua lutut
pada tempat tidur hhingg   bagian
belakang lutut menyentuh tempat
tidur.
             
Pertahankan kaki lurus tanpa
membengkokan lutut, kemudian
tarik telapak kaki kearah kita dan
regangkan kembali.

Tekuk dan regangkan jari-jari kaki


tanpa menggerakan lutut.

 Pertahankan lutut tetap lurus,


putar telapak kaki kedalam
sehingga permukaannya saling
bertemu kemudian kembali lagi.

Berdiri dengan kaki lurus dan


berpegangan pada bagian belakang
kursi. Angkat tumit tinggi- tinggi
kemudian putarkan.

6.Latihan pernafasan
 Duduklah di kursi dengan
punggung bersandar dan bahu
relaks. Letakkan kedua telapak
tangan pada tulang rusuk. Tarik
nafas dalam-dalam maka terasa
dada mengambang.

sekarang keluarkan nafas perlahan-


lahan sedapatnya. Terasa tangan
akan menutup kembali.

7. Latihan muka
 Kerutkan muka sedapatnya
kemudian tarik alis keatas

Tutup mata kuat-kuat, kemudian


buka lebar-lebar

Kembangkan pipi keluar


sebisanya. Kemudian isap kedalam

Tarik bibir kebelakang sedapatnya,


kemudian ciutkan dan bersiul

3. 10 menit Evaluasi :
    Menyimpulkan hasil kegiatan Menyimak dan
senam. mendengarkan
    Menyampaikan secara singkat
materi senam lansia
    Memberi kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
     Memberi kesempatan kepada
peserta untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan

4. 5 menit Penutup :
    Menyimpulkan hasil kegiatan Menjawab salam
senam yang telah dilakukan.
     Menyampaikan terima kasih atas
perhatian dan waktu yang telah di
berikan kepada peserta
     Mengucapkan salam
XI. PENGORGANISASIAN TEMPAT

Buku Tamu

Keterangan :

: Moderator & MC : Penanggung jawab

: Penyaji : Fasilitator

: Media

: Warga & Peserta

XII. URAIAN TUGAS

6. Penanggung Jawab Kegiatan : Ketua LK III


7. Penyaji Materi dan kegiatan : Elvi Winata
8. Notulen/Observer. : Apria Yopi Jayani
9. Fasilitator. : Sasra Andika & Friliandha Putri
10. Konsumsi. : Anida Fitriyani

XIII. KRITERIA EVALUASI


4. Evaluasi Struktur
d. Peserta hadir ditempat penyuluhan
e. Penyelenggaraan senam lansia dilaksanakan Di Balai Desa Campur Sari.
f. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya.

5. Evaluasi Proses

d. Peserta aktif terhadap penkes dan senam lansia .....%


e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.
f. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan....%

6. Evaluasi Hasil

f. Setelah dilakukan kegiatan ...% peserta dapat menyebutkan pengertian


senam lansia
g. Setelah dilakukan kegiatan ...% peserta dapat menyebutkan prinsip
senam lansia
h. Setelah dilakukan kegiatan ....% peserta dapat menyebutkan manfaat
senam lansia.
i. Setelah dilakukan kegiatan ...% peserta dapat menyebutkan gerakan-
gerakan senam lansia.

XIV. Materi

a. Pengertian

Senam lansia adalah satu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik
terhadap tingkat   kemampuan fisik manusia, bila dilaksanakan dengan baik
dan benar. Senam atau latihan ffisik   sering diidentifikasi sebagai suatu
kegiatan yang meliputi aktifitas fisik yang teratur dalam jangka waktu dan
intensitas tertentu. Senam merupakan bagian dari usaha menjaga kebugaran 
termasuk kesehatan jantung dan pembuluh darah, dan sebagai bagian dari
program retabilitas bagi mereka yang telah menderita. (puslitbang Depkes RI,
2003:6)

b. Tujuan Senam Lansia

1. Untuk menjaga tubuh dalam keadaan sehat dan aktif untuk membina dan
meningkatkan krsehatan serta kebugaran kesegaran jasmani dan rohani.  
Tujuan lain adalah:
        1.    Memperbaiki pasokan oksigen dan proses metabolisme.
        2.    Membangun kekuatan dan daya tahan.
        3.    Menurunkan lemak.
        4.    Meningkatkan kondisi otot dan sendi.
              (Depkes RI, 1997:2)

c. Manfaat senam

1. pencegahan
Untuk mencegah timbulnya suatu penyakit.

2. Sebagai pengobatan (kuratif)


Penyakit yang dapat disembuhkan dan dikurangi dengan senam lansia
adalah  kelemahan/kelainan sirkulasi darah, DM, kelainan infark
jantung, kelainan   insufisiensi,koroner, kelainan pembuluh darah tepi,
thromboplebitis dan osteoporosis.

3. Sebagai rehabilisasi

 Dengan senam yang baik akan mempengaruhi hal – hal sebagai


berikut:
 Memperkuat degenerasi karena telah mengalami perubahan
usian.
 Fungi melindungi yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam
bertambahnya tuntutan (sakit).

D.    Prinsip – prinsip olahraga pada lansia

        1.    Komponen kesegaran jasmani yang esensial dilatih adalah:


               a.    Ketahanan kardio – pulmonal.
               b.    Kelenturan (fleksibilitas)
               c.    Kekuatan otot
               d.    Komposisi tubuh (lemak tubuh jangan berlebihan)

        2.    Selalu mempertahankan keselamatan.

        3.    Latihan teratur dan tidak terlalu berat.

        4.    Permainan dalam bentuk ringan sangat diajurkan.

        5.    Latihan dilakukan dengan dosis berjenjang.

        6.    Hindari kompetisi – kompetisi.

        7.    Perhatikan kontra indikasi latihan:


 Adanya penyakit infeksi
 Hypertensi sistolik lebih dari 180 mmHg dan diastolik 120
mmHg
 BerpenyakitBerpenyakit berat dan dilarang dokter.

E.    Latihan fisik untuk usia lanjut diarahkan pada beberapa tujuan yaitu:
1. Membantu tubuh agar tetap dapat bergerak.
2. Secara lambat laun menaikkan kemampuan fisik.
3. MemberMember kontak psikologis lebih luas agar tidak terisolir dari rangsang.
4. Mencegah cedera.

Oleh karena itu sesuai perubahan – perubahan fisik yang ada lebih diarahkan
pada:
1. Perbaikan kekuatan atot.
2. Stamina (aerobic capacity).
3. Perbaikan fleksibilitas.
4. Perbaikan komposisi tubuh yang rasional ditambah dengan mempertahankan
portus yang  baik.  (Depkes RI, 1992:54)

F.    Langkah-Langkah

1. Latihan kepala dan leher

              Lihat keatap kemudian menunduk sampai dagu ke dada


              Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu sebelah kiri
              Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu kesebelah kiri

2. Latihan bahu dan lengan

 Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga kemudian turunkan


kembali perlahan-lahan.
 kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan lurus dengan
baperlahan-lahan.
 Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan bertepuk kemudian
angkat lengan keatas  kepala
 Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian raihlah
punggung sejauh                     mungkin yang dapat dicapai. Bergantian
tangan kanandan kiri.
 Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas
sedapatnya.

3. Latihan tanngan

 Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan tekan ke meja.
 Baliklahaliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan telapak
tangan untuk  menyentuh jari kelingking. Kemudian tarik kembali. Lanjutkan
dengan menyentuh tiap-tiap   jari dengan ibu jari dan kemudian setelah
menyentuh tiap jari.
 Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari selurus mungkin.
 LatihanLatihan pengurangan lengan
 Tangan disamping bengkokan badan kesatu sisi kemudian kesisi yang lain.
    lengan
 Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh dengan melihat
bahu kekiri dan kekanan.
 Tepukan kedua tangan dibelakang dan regangkan kedua bahu ke belakang.

4. Latihan paha

 Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak dan memegang sandaran
kursi atau dengan posisi tiduran.
 Lipat satu lutut sampai pada dada dimana kaki yang lain tetap lurus, dan tahan
bbeberap  waktu.
 Duduklah dengan kedua kaki lurus kedepan. Tekankan kedua lutut pada
tempat tidur hingga bagian belakang lutut menyentuh tempat tidur.
 Pertahankan kaki lurus tanpa membengkokan lutut, kemudian tarik telapak
kaki kearah kita  dan regangkan kembali.
 Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakan lutut.
 Pertahankan lutut tetap lurus, putar telapak kaki kedalam sehingga
permukaannya saling   bertemu kemudian kembali lagi.
 Berdiri dengan kaki lurus dan berpegangan pada bagian belakang kursi.
Angkat tumit tinggi- tinggi kemudian putarkan

5. Latihan pernafasan

 Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks. Letakkan


kedua telapak  tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas dalam-dalam maka terasa
dada mengambang.
 SekarangSekarang keluarkan nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan
akan menutup kembali.

6. Latihan muka

 Kerutkan muka sedapatnya kemudian tarik alis keatas


 Tutup mata kuat-kuat, kemudian buka lebar-lebar
 Kembangkan pipi keluar sebisanya. Kemudian isap kedal
 Tarik bibir kebelakang sedapatnya, kemudian ciutkan dan bersiul 

Daftar Hadir Peserta Senam dan Tekanan Darah

No. Nama Peserta Tanda Tangan Tekanan


Darah(Sistol/Diastol
(mmHg))

Anda mungkin juga menyukai