Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN PUSTAKA

Pendekatan Diagnostik Nyeri Leher


Zuwanda Then1, Karya Triko Biakto2
1
Bagian Ilmu Ortopedi dan Traumatologi, Staf Pengajar Divisi Spine Bagian Ilmu Ortopedi dan Traumatologi, Fakultas Kedokteran,
2

Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

ABST AK
Sekitar 10 persen manusia mengeluh nyeri leher dalam setiap bulan. Penyebab nyeri leher sangat bervariasi, mulai dari yang ringan hingga
serius. Pendekatan diagnostik nyeri leher dimulai dari penentuan potensi patologi yang berbahaya (red flags), faktor psikososial (yellow flags),
jenis nyeri, dan durasi nyeri melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologis, dan pemeriksaan laboratorium. Evaluasi dan penilaian
secara teliti dan komprehensif menghasilkan diagnosis yang tepat, sehingga menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.

Kata kunci: Diagnostik, nyeri leher, red flags, yellow flags.

ABST ACT
Approximately 10 percent of people suffers and complains neck pain during a month period. Etiologies of neck pain range from the mildest
to the most serious. Diagnostic approach for neck pain starts with identifying potential dangerous pathology (red flags), psychosocial factors
(yellow flags), type and duration of neck pain, followed by detailed history taking, physical examination, radiological examination, and laboratory
work-up. A comprehensive evaluation and assessment will result in a right diagnosis to decrease morbidity and mortality. uwanda Then Karya
Triko Biakto. Diagnostic Approach or Neck ain

Keywords: Diagnostic, neck pain, red flags, yellow flags.

NDA AN C7. Artikulasi unko-vertebra ada pada segmen


Setiap bulan, sekitar 10 persen manusia C3 - C7, berada pada batas posterolateral diskus
mengeluh nyeri leher.1 Setidaknya 2 dari 20 intervertebra dan anteromedial foramen
orang merasa sangat terganggu dengan intervertebra. Artikulasi ini bukan sendi
nyeri leher yang dialaminya.2 Nyeri leher sinovial, namun dapat mengalami hipertrofi
merupakan 15 persen kelainan jaringan lunak dan mempersempit foramen intervertebralis.
pada praktik dokter umum, dan memberikan Penyempitan ini pada akhirnya menyebabkan
beban sosioekonomi yang signifikan.3 Di radikulopati servikal.8
Kanada, 54% penduduk pernah mengalami
nyeri di daerah leher dalam 6 bulan terakhir.4 NIS N I
Tipe dan jenis nyeri dapat memberikan
ANAT I petunjuk struktur anatomis yang terganggu.
Vertebra servikal terdiri dari 7 buah vertebra.
Artikulasi antara oksiput dan vertebra C1 (os. Nyeri somatik dapat superfisial ataupun
atlas) (sendi atlanto-oksipital) berperan besar dalam. Nyeri somatik superfisial bersumber
pada fleksi dan ekstensi dan separuh dari dari nosiseptor struktur superfisial leher,
lateral bending leher.7 Artikulasi antara vertebra termasuk kulit (relatif terlokalisir dengan
C1 (os. atlas) dan C2 (os. aksis) (sendi atlanto- batas tegas). Sebaliknya, nyeri somatik dalam
aksial) berperan pada separuh dari rotasi tidak terlokalisir dengan baik dan berkualitas
leher. Artikulasi-artikulasi di antara vertebra C2 tumpul, diaktivasi oleh nosiseptor ligamen,
hingga C7 berperan pada 2/3 fleksi ekstensi, tendon, tulang, dan pembuluh darah. Contoh
separuh rotasi, dan separuh lateral bending.7 patologi nyeri somatik dalam sebagai berikut:
ambar 1. Tulang-tulang servikal tampilan anterior. „ Spondilosis. Perubahan degeneratif
Tulang servikal terdiri dari 7 buah. Os. atlas petama, Cedera dan degenerasi terutama terjadi antara vertebra servikal umumnya ditemukan
os. axis yang kedua, dan 5 servikal subaksial. C4 hingga C7. Radiks yang melewati foramen pada usia lebih dari 30 tahun. Hal ini dapat
intervertebra pada area ini adalah C5, C6, dan dideteksi dengan pemeriksaan radiologis.
Alamat Korespondensi email: amink_zwd@hotmail.com

CDK-288/ vol. 47 no. 7 th. 2020 487


TINJAUAN PUSTAKA

„ Nyeri diskogenik. Penyakit diskus cukup WAD dibagi menjadi 4 tingkat: 1) nyeri leher Sebagian besar gejala bersumber dari faktor
sering terjadi namun berkorelasi rendah tanpa kelainan pada pemeriksaan fisik, 2) nyeri mekanik, seperti nyeri leher aksial, diskogenik,
dengan gejala. Nyeri aksial lebih berat leher disertai kelainan pada pemeriksaan fisik, whiplash-associated disorder (WAD), dengan
daripada nyeri ekstremitas. Hanya namun tidak pada pemeriksaan neurologis, 3) atau tanpa gejala neurologis, seperti mielopati
sepertiga luar annulus fibrosus yang nyeri leher disertai kelainan pada pemeriksaan dan radikulopati.
dipersarafi, oleh karena itu, nyeri dikaitkan fisik dan neurologis, 4) nyeri leher disertai
dengan prolaps nukleus pulposus di kelainan radiologis.5 Tabel 1. Diagnosis banding nyeri leher
daerah ini. Biomekanik: Nyeri leher aksial
„ Nyeri sendi faset. Nyeri umumnya midline Radikulopati servikal adalah gangguan Whiplash associated disorder (WAD): Radikulopati,
atau sedikit paraspinal; penjalaran sangat Mielopati servikal
motorik dan sensorik pada leher dan lengan
jarang. Traumatik: Fraktur vertebra, Dislokasi vertebra
akibat kompresi radiks servikal. Patologi
Strain otot leher
„ Nyeri miofasial. Sindrom ini berkaitan penyebab sangat heterogen; pada 70 –
Infeksi
dengan trigger point. Karakteristik trigger 90% kasus berkaitan dengan penyempitan Keganasan
point yaitu regio sensitivitas tinggi yang foraminal akibat perubahan degeneratif.1 Autoimun/ reumatik: Artritis rheumatoid, Ankylosing
akan mereproduksi nyeri pada palpasi. spondylitis, Spondiloartropati
Nyeri akan timbul jika trigger point ditekan Mielopati adalah gangguan motorik dan Lain-lain: Osifikasi Ligamentum Posterior Longitudinal
(OLPL), Fibromialgia, Torticollis
setidaknya selama 5 detik. sensorik distal leher disebabkan penekanan
Diadaptasi dari Douglass AB, Bope ET.evaluation
medula spinalis akibat penyempitan kanalis and treatment of posterior neck pain in family
Nyeri radikuler adalah nyeri neurogenik spinalis. practice. J Am Board Fam Med. 2004;17(suppl 1):13-
dengan distribusi sepanjang dermatom radiks 22.1
saraf yang teriritasi. Radiks dapat teriritasi oleh Task Force on Neck Pain membagi nyeri leher
kompresi atau inflamasi jaringan sekitar. menjadi 4 tingkat:2,6 ANA N SIS K INIS
„ Stadium I: tidak ada tanda atau gejala Gejala umum pada kelainan leher adalah
Karakteristik nyeri radikuler adalah tajam, patologi struktural mayor dan tidak nyeri leher dan kekakuan leher. Tidak jarang
seperti tersayat, disertai disesthesia atau ada atau gangguan minimal pada keduanya terjadi bersamaan.12
paraestesia. Contoh patologi nyeri radikuler: aktivitas sehari-hari; kemungkinan besar
„ Mielopati spondilotik: Setiap perubahan merespons intervensi minimal (eduksi, Kaku leher dapat dirasakan intermiten atau
degeneratif yang mempersempit kanalis analgetik), tidak memerlukan investigasi kontinu. Kadang-kadang terasa berat sehingga
spinalis, menghasilkan gangguan lebih lanjut. pasien jarang menggerakkan kepalanya atau
neurologis. Gejala-gejala dapat berupa „ Stadium II: tidak ada tanda atau gejala bahkan tidak dapat menggerakkan kepalanya.
kelemahan, gangguan gait, dan atau patologi struktural mayor, namun ada
gangguan berkemih atau gangguan gangguan terhadap aktivitas sehari-hari; Deformitas, umumnya tampak sebagai
defekasi. memerlukan analgetik dan intervensi wry neck, akibat spasme otot; pikirkan
„ Radikulopati servikal: dapat disebabkan untuk mencegah kecacatan jangka kemungkinan prolaps diskus atau fraktur yang
oleh perubahan degeneratif termasuk panjang. tidak terdiagnosis.
stenosis foramina, seperti penonjolan „ Stadium III: tidak ada tanda atau gejala
osteofit dari spondilosis, atau herniasi patologi struktural mayor, namun Kesemutan dan kelemahan ekstremitas atas
diskus posterolateral. terdapat tanda neurologis yang jelas dapat akibat kompresi radiks, kelemahan
(penurunan refleks tendon, kelemahan, ekstremitas bawah akibat kompresi medula
Nyeri leher aksial (axial neck pain) adalah nyeri defisit sensorik), memerlukan investigasi spinalis daerah leher
leher akibat interaksi kompleks antara otot dan lebih lanjut dan terapi invasif.
ligamen, yang berhubungan dengan postur, „ Stadium IV: ada tanda dan gejala patologi Nyeri kepala kadang merupakan penjalaran
kebiasaan tidur, faktor ergonomi seperti posisi, struktural mayor, seperti fraktur, dislokasi, dari leher. Selalu tanyakan riwayat cedera
stres, kelelahan otot kronik, atau adaptasi mielopati, neoplasma, atau penyakit leher.
postural terhadap nyeri primer lainnya (bahu, sistemik; memerlukan pemeriksaan dan
sendi temporomandibular, kranioservikal), terapi lebih lanjut. D ASI N I
atau perubahan degeneratif diskus servikal Pola nyeri leher harus ditentukan untuk
dan sendi faset.1 DIA N STIK membedakan kondisi akut dengan kronik.
Diagnosis banding nyeri leher sangat luas.
Whiplash associated disorder (WAD) adalah Hampir semua cedera dan penyakit pada Nyeri leher dengan durasi di bawah 6 minggu
nyeri leher akut atau subakut yang dihasilkan leher akan menghasilkan refleks spasme disebut nyeri leher akut. Umumnya nyeri leher
dari gaya akselerasi-deselerasi terhadap leher. otot protektif, berkurangnya mobilitas leher akut diawali suatu kejadian pencetus. Nyeri
Nyeri umumnya berasal dari miofasial, ligamen, hingga nyeri.1 leher akut umumnya memiliki prognosis lebih
diskus, dan sendi faset. Biasanya terjadi pada baik.
kecelakaan lalu lintas jika korban ditabrak dari Nyeri leher dapat bersumber dari tulang, otot,
belakang, atau cedera saat menyelam (diving).2 ligamen, sendi faset, dan diskus intervertebralis. Nyeri leher dengan durasi 6 minggu – 6 bulan

488 CDK-288/ vol. 47 no. 7 th. 2020


TINJAUAN PUSTAKA

disebut nyeri leher sub-akut, jika nyeri sudah prediktif terhadap kronisitas dan kecacatan atas. Mulai pemeriksaan dengan pasien
melebihi 6 bulan, disebut nyeri leher kronik. pasien.3 Hal-hal ini termasuk masalah berdiri; postur leher dan pergerakan leher
Perempuan lebih berisiko mengalami nyeri pekerjaan, sosial dan finansial, masalah secara mudah diobservasi pada posisi ini.
kronik dibandingkan laki-laki. Nyeri kronik psikologis (mood dan emosi), masalah Bahu harus diperiksa ketika pasien berdiri.
jarang terjadi pada anak-anak dan remaja.1,2 keluarga (overproteksi atau kurang dukungan) Struktur anterior (trakea, tiroid, esofagus)
ekspektasi berlebihan, pengurangan aktivitas paling baik diperiksa pada posisi duduk dan
N NT KAN T NSI AT I AN pasien/kecacatan, dan klaim kompensasi pemeriksa berada di belakang pasien. Bagian
B BA A A keuangan.10 Identifikasi dan penatalaksanaan ketiga pemeriksaan yaitu posisi berbaring;
Nyeri leher disebabkan oleh banyak patologi, “yellow flag” yang cepat dan tepat dapat lebih mudah meraba spasme otot dan nyeri
dari yang ringan hingga yang berbahaya. mengurangi progresivitas nyeri leher akut tekan dengan pasien tengkurap dengan
Meskipun jarang, keluhan nyeri leher dapat menjadi sub-akut atau kronik. Pasien dengan leher diganjal bantal. Pemeriksaan neurologis
ditemui beberapa kondisi mengancam nyawa, ‘yellow flag’ dominan relatif memiliki angka (motorik, sensorik) dilakukan pada pasien
sering disebut sebagai ‘red flags’. (Tabel pemulihan rendah.1,3,10,11 posisi berbaring terlentang.1,3,12
2). Temuan-temuan tersebut memerlukan
investigasi dan rujukan yang cepat dan tepat. IKSAAN ISIK Setiap deformitas dicatat. Dari belakang,
Gaya berjalan (gait) harus dinilai saat awal perubahan warna kulit, abnormalitas skapula
N NT KAN YELLOW FLAG’ pasien datang ke klinik.13 Seluruh leher harus atau asimetri otot dapat dilihat. Salah satu
‘Yellow flag’ adalah faktor psikososial yang terekspos, termasuk dada dan ekstremitas bahu bisa lebih tinggi dan mungkin terdapat
atrofi otot lengan atau tangan.12 Periksa
Tabel 2. ‘Red flags’ nyeri leher3 apakah ada torticollis - kepala tertarik ke sisi
sakit dan dahi menoleh ke arah sehat.14
ed lag roses atologi otensial

Trauma signifikan (seperti: jatuh, kecelakaan lalu lintas) Fraktur atau dislokasi vertebra servikal Leher dan otot harus dipalpasi secara teliti
Gejala infeksi (demam, meningismus, riwayat imunosupresi, Abses epidural, discitis, aneurisma mikotik, perdarahan
pengguna zat/obat injeksi) subarakhnoid
untuk mencari titik nyeri, benjolan, atau
Defisit neurologis (tanda dan gejala upper motor neuron atau Kompresi medula spinalis atau radiks spasme otot.12 Mulai palpasi dari bagian
lower motor neuron) oksiput ke arah distal midline. Nyeri terlokalisir
Gejala konstitusional (demam, penurunan berat badan, Keganasan/ proses infiltrasi atau metastasis, penyakit pada satu celah diskus sering terjadi pada
anoreksia, riwayat keganasan) reumatoid, polimialgia reumatika, giant cell arthritis
spondilosis servikal dan jarang pada kasus
Nyeri leher hebat (ripping/tearing neck sensation) Ruptur arteri karotis/ vertebralis
infeksi.14 Setelah itu, lakukan palpasi aspek
Riwayat artritis reumatoid Dislokasi atlanto-aksial
Nyeri dada, sesak, diaforesis Iskemia miokard
lateral vertebra, adakah nyeri tekan atau massa.
T1 memiliki penonjolan spinosus yang paling
prominen, bukan C7. Palpasi dilanjutkan ke
fossa supraklavikula, apakah ada cervical rib,
nyeri tekan, massa tumor atau pembesaran
nodulus limfatikus. Selesaikan palpasi dengan
memeriksa struktur anterior termasuk tiroid.14

Fleksi, ekstensi, fleksi lateral, dan rotasi


diperiksa dan rentang gerak dicatat. Gerakan
bahu juga harus diperiksa dan dicatat. Fleksi
servikal diperiksa dengan cara meminta pasien
ambar 2. Pemeriksaan rentang gerak (range of motion) servikal (dari kiri ke kanan; fleksi, ekstensi, lateral fleksi, menekuk lehernya ke depan (pada kasus
rotasi).14 non-akut). Pada keadaan normal, dagu dapat
menyentuh sendi sternoklavikular. Ekstensi
Tabel 3. Rangkuman pemeriksaan neurologis pada nyeri leher10 diperiksa dengan menekuk leher ke belakang.
Radiks Dermatom (sensasi) Miotom (kekuatan) Refleks
Pada ekstensi maksimal, hidung dengan dahi
terletak pada satu garis horizontal. Fleksi lateral
C5 Lateral lengan atas Abduksi bahu Biceps
dilakukan dengan meminta pasien menekuk
C6 Lateral lengan bawah, ibu jari Fleksi siku, ekstensi pergelangan Brakioradialis
tangan lehernya ke arah bahu. Pada keadaan normal,
C7 Jari tengah Ekstensi siku, fleksi pergelangan Triseps telinga dapat menyentuh bahu, dengan
tangan hanya sedikit mengangkat bahu.
C8 Jari kelingking Fleksi jari-jari
T1 Aspek medial lengan bawah Abduksi jari-jari Jari-jari tangan
Krepitus dapat dicari pada pasien non-akut
L4 Anterior tungkai bawah Dorsifleksi pergelangan kaki Lutut
dengan cara meraba bagian leher posterior
L5 Ibu jari Ekstensi ibu jari
S1 Lateral kaki, tumit, betis Fleksi lutut, Plantarfleksi Ankle
dengan kedua tangan, kemudian meminta
pergelangan kaki pasien untuk fleksi-ekstensi leher. Krepitus

CDK-288/ vol. 47 no. 7 th. 2020 489


TINJAUAN PUSTAKA

dapat ditemukan pada spondilosis servikal. jika pulsasi arteri radialis menghilang disertai „ ji hermitte – fleksi dan ekstensi leher
Jika ragu dapat dibantu dengan stetoskop. nyeri leher. menghasilkan sensasi tersengat listrik
menjalar ke tangan, kadang hingga ke
ji Spurling dilakukan untuk deteksi iritasi ji oos – bahu di-abduksi dan eksternal kaki.
radiks servikal. Pasien diminta memutar rotasi-kan, dan siku difleksikan 90 derajat „ Refleks inverted radial – uji yang sangat
lehernya ke salah satu sisi dengan dagu (posisi ‘menyerah’). Tangan dikepal berulang- spesifik ini positif jika jari fleksi ketika
terangkat; hal ini akan mereproduksi nyeri ulang selama 3 menit. Uji positif jika muncul refleks radial dirangsang.
radikuler ekstremitas atas ipsilateral disertai gejala neurologis (nyeri radikuler, parestesia, „ Tangan mielopatik—myelopathic hand.
parastesia. Nyeri akan berkurang dengan kelemahan) dan vaskular (hilangnya pulsasi (1) Tipe Kinetik – ketidakmampuan fleksi-
meminta pasien mengangkat lengannya ke arteri radialis).14 ekstensi secara cepat dalam 10 detik
atas kepala (abduction relief sign).12,14 (normal dapat hingga 20 siklus); (2) Tipe
Auskultasi pada fossa supraklavikular dapat Postural – terdapat defisiensi adduksi,
IKSAAN N IS terdengar murmur jika terdapat obstruksi sering ekstensi 3 jari ulnar. Pada kasus
Pemeriksaan neurologis ekstremitas atas vaskular. ringan, saat jari istirahat, jari kelingking
wajib pada semua kasus nyeri leher. Kekuatan berada pada posisi sedikit abduksi. Adduksi
otot, refleks, dan sensasi harus diperiksa teliti; ielopati Servikal dapat dilakukan namun tidak lama.
sedikit saja adanya temuan abnormalitas Pada mielopati servikal umumnya didapatkan Kekuatan abduksi normal (membedakan
merupakan tanda yang sangat berarti. Selalu paresis ekstremitas atas dan/atau ekstremitas dari cedera saraf ulnaris). Pada kasus berat,
periksa kekuatan, sensasi, refleks fisiologis, bawah. Pada ekstremitas atas temuan lebih jari manis dan jari tengah ikut mengalami
klonus untuk membedakan lesi upper motor dominan lower motor neuron. Pada ekstremitas abduksi dan fleksi.14
neuron dan lower motor neuron. bawah temuan upper motor neuron dapat
berupa peningkatan refleks, refleks patologis, IKSAAN ADI IS/ NCIT AAN
IKSAAN S SI IK gangguan gait. Pemeriksaan radiologis untuk evaluasi
Thoracic outlet syndrome (T S)14 „ Klonus nyeri leher harus dimulai dari yang paling
Saat inspeksi, cari tanda iskemi ekstremitas „ ji o man – secara cepat ekstensi sederhana, yaitu foto sinar-X, baru dilanjutkan
atas unilateral (tangan dingin, diskolorasi, phalangs distal dengan cara mengetuk dengan CT (Computed Tomography) scan atau
perubahan tropisme). Perubahan bilateral permukaan anterior pulpa kuku. Uji MRI (Magnetic Resonance Imaging) jika perlu.
lebih mengarah pada Penyakit Raynaud. positif jika menghasilkan fleksi sendi Pencitraan umumnya tidak diperlukan pada
interphalangeal dari ibu jari dan telunjuk. nyeri leher non-traumatik, namun tetap dinilai
ji Adson – abduksi bahu hingga 30 derajat Uji Hoffman dinamis – lakukan uji Hoffman individual.
dan palpasi pulsasi arteri radialis. Kemudian sementara pasien fleksi dan ekstensi
minta pasien untuk menoleh penuh ke sisi leher yang kadang memfasilitasi respons Pada beberapa kondisi seperti pada tabel 4,
sakit sambil menarik napas panjang. Uji positif tersebut. pencitraan sangat direkomendasikan.

Tabel 4. Keadaan nyeri leher yang memerlukan


pencitraan1
Usia > 50 tahun dengan nyeri leher baru
Nyeri leher disertai gejala konstitusional (penurunan
berat badan, anoreksia, demam)
„ Nyeri leher dengan risiko infeksi (imuno-supresi,
pengguna obat injeksi)
„ Nyeri leher moderat hingga berat lebih dari 6 minggu
„ Nyeri leher disertai defisit neurologis
„ Nyeri leher dengan riwayat keganasan

American College of Radiology membuat panduan


pencitraan pada pasien nyeri leher:15,16

ambar 3. Pemeriksaan pada Thoracic Outlet Syndrome. Uji Adson (kiri), Uji Roos (kanan). 1. Lima pemeriksaan X-ray leher
(anteroposterior, lateral, open-mouth,
oblik kiri dan kanan) harus dilakukan pada
pasien segala usia dengan nyeri leher
kronik, dengan atau tanpa riwayat trauma,
dengan riwayat keganasan, atau dengan
riwayat operasi leher.
2. Pasien nyeri leher dengan temuan
radiografis dan neurologis normal
sebaiknya diperiksa MRI.
ambar 4. emeriksaan spesi k pada mielopati servikal. (kiri) Uji Spurling, (tengah) Uji Lhermitte, (kanan)
Uji Hoffman.
3. Pasien dengan cedera whiplash sebaiknya

490 CDK-288/ vol. 47 no. 7 th. 2020


TINJAUAN PUSTAKA

diperiksa MRI untuk menilai herniasi


diskus, penonjolan spur pada kanalis
spinalis atau abnormalitas ligamen pada
daerah servikal bawah.
4. Jika MRI dikontraindikasikan (pemakai
alat pacu jantung atau klaustrofobia), CT
mielografi dapat digunakan.
5. Pasien dengan bukti radiologis spondilosis
servikal atau pasca-trauma tanpa tanda
dan gejala neurologis tidak memerlukan
pencitraan lebih lanjut. Jika disertai tanda ambar 5. Pemeriksaan radiologis vertebra servikal. (kiri) AP, (tengah) open mouth, (kanan) lateral.12
dan gejala neurologis, perlu dilakukan MRI,
atau CT mielografi sebagai alternatifnya.
6. Pasien dengan gambaran radiografis
destruksi diskus atau tulang harus
menjalani MRI. Jika dicurigai abses epidural,
pemeriksaan harus menggunakan kontras.

Diskografi tidak dianjurkan pada pasien


dengan nyeri leher

SINA X
ambar . raktur dislokasi os. a is. Laki-laki usia 43 tahun dengan nyeri leher pasca-jatuh dari ketinggian
Pengambilan foto sinar-X harus mencakup 7 meter saat memanjat pohon. Pemeriksaan motorik dan sensorik dalam batas normal. (Gambar A) X-ray
oksiput hingga torakal proksimal. Pada servikal Open Mouth. (Gambar B) X-ray servikal lateral tampak pergeseran segmen servikal atas (kepala panah
proyeksi AP (antero-posterior) dapat terlihat putih), (Gambar C dan D) CT scan sagital dan koronal lebih jelas memperlihatkan arah patahan tulang servikal.
(tanda kepala panah putih)
lateral mass; kesimetrisannya dapat terganggu
oleh lesi destruktif atau fraktur. Proyeksi open
mouth diperlukan untuk memperlihatkan
dens aksis.

Saat menilai proyeksi lateral, pastikan seluruh


tujuh vertebra tampak. Sering didapatkan
misdiagnosis fraktur dislokasi C6/7 atau C7/
T1. Kurvatura normal servikal memperlihatkan
empat garis paralel (anterior bodyline, posterior
bodyline, spinolaminar line, dan spinal process
line). Adanya malalignment menandakan
subluksasi.

Celah diskus dilihat, pengurangan tinggi


diskus dan adanya osteofit pada batas corpus
vertebra adalah gambaran degenerasi diskus
intervertebralis, sering ditemukan pada orang
tua dan mungkin bukan penyebab nyeri leher.
Celah interspinosus posterior dibandingkan;
jika salah satu melebar, mungkin menandakan
instabilitas kronik, mungkin karena subluksasi
yang tidak terdiagnosis. Proyeksi dinamik
fleksi-ekstensi mungkin diperlukan pada
kasus instabilitas kronik, namun tidak boleh
dilakukan pada kasus akut.
ambar 7. Spondilitis tuberkulosis servikal 1-5. Laki-laki usia 15 tahun, mengalami kelemahan kedua tungkai
dan lengan secara perlahan sejak 3 bulan disertai nyeri leher; muncul benjolan di leher yang kemudian
Sistematika penilaian Sinar-X servikal lateral: pecah mengeluarkan nanah ( ambar A, tanda kepala panah hitam). Ada riwayat penurunan berat badan.
A – Alignment (kurvatura, normal agak Motorik ekstremitas atas dan bawah 3/5, sensorik hipoestesia dermatom C2-6. ( ambar B) Pada pemeriksaan
radiologis MRI sagital tampak destruksi servikal 1-3, disertai abses paravertebral sepanjang servikal 1-6 (kepala
lordosis [konveks anterior]). Hilangnya atau
panah hitam). ( ambar C) gambaran destruksi korpus vertebra servikal pada CT scan aksial (tanda kepala
melurusnya kurvatura dapat akibat kesalahan panah hitam).

CDK-288/ vol. 47 no. 7 th. 2020 491


TINJAUAN PUSTAKA

posisi atau spasme otot servikal. Kinking


menandakan subluksasi.
B – Bone. Evaluasi bentuk korpus vertebra,
bandingkan satu dengan lainnya. Apakah
terdapat garis fraktur, destruksi, atau fusi.
C – Connective tissue. Periksa bayangan
prevertebral, di C2 normal <6 mm, di C6
normal <20 mm. Bayangan prevertebral
melebar dapat menandakan hematoma dari
fraktur, tumor, atau abses.
ambar 8. si kasi ligamen longitudinal posterior pada servikal 2-4. Perempuan usia 44 tahun dengan
D – Disc. Lihat celah diskus dan batas-batas kelemahan kedua tungkai dan lengan secara perlahan dalam 2 tahun terakhir, disertai nyeri menjalar dari
vertebra (apakah melebar atau menyempit, leher ke bahu. (Gambar A dan B) Pada CT scan ditemukan kalsifikasi pada aspek posterior korpus vertebra
apakah batas vertebra meruncing/ lipping). servikal yang merupakan proses penulangan ligamen longitudinal posterior (tanda kepala panah hitam dan
Penyempitan diskus dan lipping batas vertebra putih).
(osteofit) dapat menandakan spondilosis.12
1. Laju endap darah (LED)
mantap. Empat jenis uji laboratorium yang
2. C-reactive Protein
sering digunakan pada nyeri leher:17
3. Darah lengkap
CT SCAN DAN I 1. Uji laboratorium dasar: Darah lengkap,
4. Uji fungsi tiroid
CT (Computed Tomography) scan sangat baik kimia darah, analisis urin
5. Serum protein elektroforesis
untuk menilai jaringan keras (tulang), MRI 2. Penanda inflamasi: Laju Endap Darah
6. Autoantibodi: ANA, faktor Reumatoid
(Magnetic Resonance Imaging) sangat baik (LED), C-reactive protein (CRP), dan
7. Kalsium dan fosfat serum.
untuk menilai jaringan lunak (diskus, ligamen, komplemen
saraf). Kedua pemeriksaan ini penting untuk 3. Autoantibodi spesifik: Anti-nuclear
melihat diskus intervertebralis, struktur saraf, Antibody (ANA), Rheumatoid factor (RF) Pemeriksaan laboratorium kurang berperan
kanalis spinalis, dan foramina intervertebralis 4. Analisis cairan tubuh: cairan spinal dan pada sebagian besar kasus nyeri leher. Jika
secara tiga dimensi. Namun, harus diingat cairan sendi. ada kecurigaan klinis infeksi atau tumor,
bahwa 20% pasien asimtomatik memiliki pemeriksaan laboratorium dapat memberikan
kelainan yang terdeteksi pada MRI, sehingga Gejala konstitusional yang menandakan informasi definitif. Pemeriksaan laboratorium
setiap hasil MRI harus dicocokkan dengan perlunya evaluasi lanjut untuk nyeri leher: spesifik termasuk titer antibodi dapat berguna
temuan klinis. 1. Usia tua (keganasan) untuk memastikan kelainan autoimun.
2. Pasien imunodefisiensi (infeksi) Penggunaan pemeriksaan laboratorium yang
IKSAAN AB AT I 3. Demam, menggigil (infeksi) tepat meningkatkan akurasi diagnosis dan
Uji laboratorium umumnya tidak diperlukan 4. Penurunan berat badan yang tidak dapat kualitas tatalaksana pasien dengan nyeri leher.
untuk diagnosis nyeri leher. Jika gejala klinis dijelaskan (risiko keganasan)
demam dengan kaku kuduk, patut dicurigai 5. Malaise yang tidak dapat dijelaskan (risiko SI AN
meningitis. keganasan) Nyeri leher adalah keluhan umum pada
6. Nyeri leher malam hari praktik medis. Penyebab nyeri leher sangat
Pada nyeri leher kronik, pemeriksaan 7. Tanda-tanda artritis inflamatorik autoimun bervariasi. Evaluasi dan penilaian secara
laboratorium dapat berkontribusi pada teliti dan komprehensif akan menghasilkan
penyakit inflamatorik kronik. Kunci sukses Uji laboratorium dapat membantu diagnosis yang tepat sehingga menurunkan
penggunaan uji laboratorium adalah menyingkirkan keganasan tersembunyi, angka morbiditas dan mortalitas.
anamnesis dan pemeriksaan klinis yang infeksi indolen, atau penyakit inflamatorik:

DA TA STAKA
1. Douglass AB, Bope ET. Evaluation and treatment of posterior neck pain in family practice. J Am Board Fam Med. 2004;17(suppl 1):13-22
2. Haldeman S, Caroll L, Cassidy JD, Schubert J, Nygren A. The bone and joint decade 2000-2010 task force on neck pain and its associated disorders. Spine
2008;33(4S):5-7.
3. Teichtahl AJ. An approach to neck pain for the family physician. Austr Fam Physician 2013;42(11):774-7.
4. Huldani. Neck pain (nyeri leher). Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat; 2013.
5. NSW Government, State Insurance Regulatory Authority. Guidelines for the management of acute whiplash associated disorders for health professionals. 3rded.
New South Wales, Australia; 2014.
6. Guzman J, Hurwitz EL, Carroll LJ, Haldeman S, Cote P, Carragee EJ, et al. A new conceptual model of neck pain. Spine 2008;33(4S):12-23.
7. Monahan JJ, Waite RJ. Cervical spine. In: Steinberg GG, Akins CM, Baran DT, eds. Orthopaedics in Primary Care. Lippincott Williams Wilkins, Baltimore; 1999.
8. Anderson BC. Office orthopedics for primary care: Diagnosis and treatment, 3rd ed, WB Saunders Co, Philadelphia; 2005.
9. Thompson JC. Netter’s concise orthopaedic anatomy. Saunders Elsevier. Philadephia; 2010. p. 30-1.
10. Dziedzic K, et al. Neck pain: Management in primary care. Arthritis Research UK. Reports on the Rheumatic Disease. Series 6. Spring; 2011. Hands On No 8.

492 CDK-288/ vol. 47 no. 7 th. 2020


TINJAUAN PUSTAKA

11. Hogg-Johnson S, van der Velde G, Carroll LJ, Holm LW, Cassidy JD, Guzman J, et al. The burden and determinants of neck pain in the general population: Results of
the bone and joint decade 2000-2010 task force on neck pain and its associated disorders. Spine 2008;33(4 Suppl):39-51
12. Eisenstein S, Solomon L. Chapter 17: The neck. In: Solomon L, Warwick D, Nagayam S, eds. Apley’s system of orthopaedic and fractures. Hodder-Arnold. UK; 2010.
p. 439-52
13. Gore DR. Evaluation of patients with neck pain. Medscape Orthopaedics. Spirts Medicine eJourn [Internet]. 2001;5(4). Available from: http://www.medscape.com/
viewarticle/408540_4
14. McRae R. Ch. 3: The cervical spine. In: McRae R, ed. Clinical orthopaedic examination. 6th ed. Elsevier Limited; 2010. p. 33 – 47.
15. Daffner RH. Radiologic evaluation of chronic neck pain. Am Fam Physician. 2010;82 (8):959-64.
16. American College of Radiology. ACR appropriateness criteria: Chronic neck pain [Internet]. Available from: Http://www.acr.org/secondarymain-menu-
categories?quality_safety/app_criteria/pdf/expertpanelonmusculoskeletalimaging/chronicneckpaindoc9.aspx.
17. Dreyer SJ, Boden SD. Laboratory evaluation in neck pain. Phys Med Rehabil Clin C Am. 2003;145:89.

CDK-288/ vol. 47 no. 7 th. 2020 493

Anda mungkin juga menyukai