Anda di halaman 1dari 16

37 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TUNJANGAN PERUMAHAN DPRD KABUPATEN


KOTABARU

Ibnu Fauzi
Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan implementasi
kebijakan tunjangan perumahan DPRD Kabupaten Kotabaru. Untuk mencapai tujuan tersebut
peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk menjelaskan
mengenai tunjangan perumahan DPRD Kabupaten Kotabaru.
Hasil penelitian yang dilakukan, Tunjangan perumahan DPRD merupakan salah satu
bentuk tunjangan yang berhak diterima oleh pimpinan dan anggota DPRD, sebagaimana diatur
oleh peraturan pemerintah no 24 Tahun 2004 tentang kedudukan protokoler dan keuangan
pimpinan dan anggota DPRD sebagaimana dirubah dengan peraturan pemerintah no 37 tahun
2005. Sebagai tindak lanjut peraturan pemerintah no 37 tahun 2005, pemerintah Kabupaten
Kotabaru menerbitkan Perda no 02 Tahun 2005, tentang kedudukan protokoler dan keuangan
pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten Kotabaru, selanjutnya ditindak lanjuti dengan
peraturan Bupati No 06 tahun 2009 tentang tunjangan perumahan ketua dan wakil ketua dan
anggota DPRD Kabupaten Kotabaru.
Pemerintah daerah dapat membangunkan perumahan dinas untuk anggota DPRD
sehingga pemerintah daerah tidak lagi mengeluarkan tunjangan perumahan yang menambah
beban pembiayaan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan, Tunjangan, DPRD

1. Latar Belakang Nomor 02 Tahun 2005 tentang kedudukan


Kelembagaan dan kedudukan protokoler dan keuangan pimpinan dan
anggota DPRD diatur dalam UU Nomor 27 angggota DPRD Kabupaten Kotabaru.Perda
tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD, dan tersebut yang menjadi dasar keluarnya
DPRD, disamping sebagai lembaga legislatif peraturan Bupati Nomor 6 Tahun 2009
daerah, DPRD juga salah satu unsur tentang tunjangan perumahan ketua, wakil
penyelenggara (Pemda) berdasarkan UU ketua, dan anggota DPRD Kabupaten
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah Kotabaru.
daerah. Berkenaan dengan penyediaan rumah
Salah satu pemberian tunjangan yang jabatan pimpinan atau rumah dinas anggota
berhak diterima oleh pimpinan dan anggota DPRD yang tidak mampu dipenuhi oleh
DPRD adalah tunjangan perumahan Pemerintah Daerah, maka pemerintah
sebagaimana diatur PP Nomor 24 tahun daerah menggantikannya dengan tunjangan
2004 tentang keududukan protokoler dan perumahan yang diberikan setiap bulannya
keuangan pimpinan dan anggota DPRD kepada pimpinan dan anggota DPRD.
sebagaimana dirubah dengan PP 37 Tahun Pemberian tunjangan perumahan tersebut
2005. harus memperhatikan asas kepatutan,
Sebagai tindak lanjut PP 37 Tahun kewajaran dan rasionalitas serta standar
2005, pemerintah daerah Kotabaru harga setempat yang berlaku,sebagaimana
menerbitkan perda Kabupaten Kotabaru, yang tercantum dalam pasal 20 Peraturan
38 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

Pemerintah nomor 37 Tahun 2005 DPRD adalah tunjangan perumahan


Tunjangan perumahan tersebut sebagaimana diatur PP Nomor 24 tahun
sementara ini dimaknai bersama oleh 2004 tentang keududukan protokoler dan
pemerintah daerah dan DPRD keuangan pimpinan dan anggota DPRD
peruntukkannya untuk sewa rumah dan sebagaimana dirubah dengan PP 37 Tahun
belanja barang dan jasa, yang meliputi 2005. Sebagai tindak lanjut PP 37 Tahun
fasilitas sarana prasarana seperti penyediaan 2005, pemerintah daerah Kotabaru
listrik, penyediaan telepon, pemakaian air menerbitkan perda Kabupaten Kotabaru,
dan pemeliharaan dan perlengkapan rumah Nomor 02 Tahun 2005 tentang kedudukan
dinas. Berdasarkan beberapa contoh kasus protokoler dan keuangan pimpinan dan
tunjangan perumahan anggota DPRD yang angggota DPRD Kabupaten Kotabaru.
ada di beberapa daerah, DPRD menentukan Perda tersebut yang menjadi dasar keluarnya
besaran tunjangan perumahan tanpa peraturan Bupati Nomor 6 Tahun 2009
memperhatikan asas kepatutan, kewajaran, tentang tunjangan perumahan ketua, wakil
rasionalitas dan tidak sesuai dengan standar ketua, dan anggota DPRD Kabupaten
setempat yang berlaku. Kotabaru.
Fenomena tersebut juga dialami oleh Kecenderungan saat ini hampir
pemerintah kabupaten/kota di Provinsi seluruh daerah di Indonesia, besaran
Kalimantan Selatan, tidak terkecuali tunjangan perumahan memicu
Kabupaten Kotabaru. Dalam hal ketidakpuasan publik, sebagaimana yang
menentukan nilai besaran tunjangan terjadi di Mataram usulan kenaikan
perumahan Pimpinan dan Anggota DPRD tunjangan perumahan anggota DPRD Nusa
Kotabaru juga mendapat sorotan publik. Tenggara Barat naik sekitar 200% atau dari
Sebagai komitmen penyelenggaraan negara semula 4,5juta menjadi 12juta per bulan dip
bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme, rotes keras oleh para pemerhati
maka dalam hal menentukan besaran nilai pembangunan, karena usulan kenaikan
dari tunjangan perumahan yang tersebut dianggap tidak rasional dan tidak
diperuntukkan bagi Pimpinan dan Anggota sensitive terhadap kondisi masyarakat
DPRD Kabupaten Kotabaru haruslah (Tribune, Mataram, Rabu 7 Desember 2011).
memperhatikan pada asas kepatutan, Di Cirebon rencana pemberian tunjangan
kewajaran, rasionalitas dan kesesuaian perumahan sebesar 9juta per bulan untuk
dengan standar setempat setiap anggota DPRD Kabupaten Cirebon
Tunjangan perumahan merupakan menuai reaksi keras dari sejumlah kalangan.
hak yang diberikan kepada Anggota DPRD Para wakil rakyat ini dinilai lebih
sebagaiman diatur dalam PP 37 Tahun 2005 mementingkan kepentingan sendiri
sehingga seharusnya tidak menimbulkan dibandingkan kepentingan rakyat. Sedangkan
permasalahan,banyaknya polemik yang pengamat sosial politik Cirebon menilai,
muncul justru pada tingkat rencana kenaikan tunjangan untuk
pelaksanaan,dimana seringkali aspek perumahan anggota DPRD sah saja.
psikologis kondisi masyarakat tidak di Pasalnya, tidak ada peraturan yang mengatur
perhatikan pada saat menetapkan nilai besaran tunjangan untuk para wakil rakyat
tunjangan perumahan Kelembagaan dan tersebut. Namun, para legislator diharapkan
kedudukan anggota DPRD diatur dalam UU tetap memperhatikan kondisi masyarakat
Nomor 27 tahun 2009 Tentang MPR, DPR, yang masih dalam kesulitan (INILAH.COM,
DPD, dan DPRD, disamping sebagai Cirebon Senin 12 Desember 2011).
lembaga legislatif daerah, DPRD juga salah Di Sidoarjo usulan kenaikan
satu unsur penyelenggara (Pemda) tunjangan perumahan DPRD dari 8juta
berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 menjadi 13juta atau naik 80%, dari hasil
tentang pemerintah daerah. evaluasi Gubernur Jatim atas RAPBD untuk
Salah satu pemberian tunjangan yang tunjangan perumahan DPRD Sidoarjo harus
berhak diterima oleh pimpinan dan anggota ditentukan oleh tim appresial (Tim penilai
39 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

independen). (Berita Jatim.Com, Rabu 25 daerah, kedudukan yang setara bermakna


Januari 2012). antara DPRD merupakan mitra kerja
DPRD kabupaten kota adalah pemerintah daerah dalam membuat
lembaga yang mewakili rakyat untuk daerah kebijakan daerah untuk melaksanakan
kabupaten/kota yang berasangkutan. otonomi daerah sesuai dengan tugas dan
Anggota DPRD kabupaten/kota dipilih oleh fungsi masing-masing. Berdasarkan hal
rakyat kabupaten/kota yang bersangkutan tersebut antar kedua lembaga wajib
dalam pemilu dari partai politik. DPRD memelihara dan membangun hubungan
kabupaten/kota sebagai salah satu unsur kerja yang harmonis dan satu sama lain harus
pemerintah daerah kabupaten/kota. saling mendukung, bukan sebagai lawan atau
Kedudukan DPRD kabupaten/kota adalah pesaing.
lembaga perwakilan rakyat daerah, yang Terjalinnya hubungan kerja yang
merupakan wahana untuk melaksanakan harmonis dan saling mendukung, hal
demokrasi pancasila. Kedudukan DPRD tersebut telah diatur melalui Peraturan
kabupaten/kota dengan bupati/walikota Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2004
kepala eksekutif pemerintah kabupaten/kota Tentang Kedudukan Protokoler dan
adalah sejajar. Artinya DPRD Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD,
kabupaten/kota bukan bagian dari bupati, yang kemudian disempurnakan dengan
bukan bawahan, dan bukan atasannya. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun
Keduanya adalah mitra sejajar yang bersama- 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan
sama menciptakan pemerintahan daerah Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2004
yang efisien, efektif dan transparan dalam Tentang Kedudukan Protokoler dan
rangka memberikan pelayanan publik yang Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD.
memuaskan demi terciptanya kesejahteraan Regulasi tersebut bertujuan agar anggota
masyarakat di daerah. DPRD memperoleh hak-haknya sesuai
DPRD kabupaten/kota mempunyai dengan ketentuan perundang-undangan.
fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Pengaturan mengenai hak-hak
Fungsi legislasi artinya DPRD keuangan pimpinan dan anggota DPRD
kabupaten/kota mempunyai wewenang setidak-tidaknya mengacu pada beberapa
membuat Peraturan Daerah bersama dengan prinsip seperti prinsip kesetaraan, prinsip
bupati/walikota. Peraturan Daerah adalah berjenjang dan prinsip proposional.
produk hukum yang dibuat oleh daerah Selanjutnya, baik pada Peraturan Pemerintah
otonom untuk mengatur urusan-urusan yang No. 24 Tahun 2004 maupun PP No. 37
menjadi kewenangannya. DPRD Tahun 2005 menerangkan bahwa terdapat
kabupaten/kota juga mempunyai fungsi beberapa sumber penghasilan untuk
anggaran yaitu kewenangan membuat APBD pimpinan dan anggota DPRD seperti uang
kabupaten/kota. DPRD bersama dengan representasi, tunjangan keluarga, tunjangan
pemerintah kabupaten/kota beras, uang paket, tunjangan jabatan,
menyelenggarakan pemerintahan dalam tunjangan alat kelengkapan DPRD,
tahun berjalan. Di samping itu, DPRD tunjangan khusus dan tunjangan
kabupaten/kota juga mempunyai fungsi kesejahteraan. Untuk tunjangan
pengawasan yaitu mengawasi jalannya kesejahteraan berdasarkan PP No. 37 Tahun
pemerintahan kabupaten/kota khususnya 2005 dalam hal ini adalah tunjangan yang
terhadap kebijakan daerah yang dibuat disediakan kepada pimpinan dan anggota
bersama. Pengawasan DPRD bersifat politis DPRD berupa pemberian jaminan
dalam arti berkaitan dengan implementasi pemeliharaan kesehatan, penyediaan rumah
kebijakan politik kepala daerah. jabatan dan perlengkapannya, rumah dinas
Sebagai lembaga pemerintahan dan pelengkapannya, kendaraan pimpinan
daerah, DPRD kabupaten/kota mempunyai DPRD, pemberian pakaian dinas, uang duka
kedudukan setara dan memiliki hubungan wafat/tewas dan bantuan biaya pengurusan
kerja bersifat kemitraan dengan pemerintah jenazah.
40 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

Berkenaan dengan penyediaan rumah pelaksanaan,dimana seringkali aspek


jabatan pimpinan atau rumah dinas anggota psikologis kondisi masyarakat tidak di
DPRD yang tidak mampu dipenuhi oleh perhatikan pada saat menetapkan nilai
Pemerintah Daerah, maka pemerintah tunjangan perumahan
daerah menggantikannya dengan tunjangan
perumahan yang diberikan setiap bulannya 2. Rumusan Masalah
kepada pimpinan dan anggota DPRD. Berdasarkan beberapa permasalahan
Pemberian tunjangan perumahan tersebut mengenai tunjangan perumahan anggota
harus memperhatikan asas kepatutan, DPRD yang timbul atas dasar PP 37 tahun
kewajaran dan rasionalitas serta standar 2005, maka yang menjadi masalah dalam
harga setempat yang berlaku,sebagaimana penelitian ini adalah : Bagaimana
yang tercantum dalam pasal 20 Peraturan implementasi kebijakan tunjangan
Pemerintah nomor 37 Tahun 2005 perumahan DPRD di Kabupaten
Tunjangan perumahan tersebut Kotabaru ?
sementara ini dimaknai bersama oleh
pemerintah daerah dan DPRD 3. Kerangka Konseptual
peruntukkannya untuk sewa rumah dan Implementasi
belanja barang dan jasa, yang meliputi Menurut Nurdin Usman dalam
fasilitas sarana prasarana seperti penyediaan bukunya yang berjudul
listrik, penyediaan telepon, pemakaian air KonteksImplementasi Berbasis Kurikulum
dan pemeliharaan dan perlengkapan rumah mengemukakan pendapatnya mengenai
dinas. implementasi atau pelaksanaan sebagai
Berdasarkan beberapa contoh kasus berikut : ´,PSOHPHQtasi adalah bermuara
tunjangan perumahan anggota DPRD yang pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya
ada di beberapa daerah, DPRD menentukan mekanisme suatu sistem. Implementasi
besaran tunjangan perumahan tanpa bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan
memperhatikan asas kepatutan, kewajaran, yang terencana dan untuk mencapai tujuan
rasionalitas dan tidak sesuai dengan standar NHJLDWDQµ 8VPDQ 3HQJHUWLDQ
setempat yang berlaku. implementasi yang dikemukakan di atas,
Fenomena tersebut juga dialami oleh dapatdikatakan bahwa implementasi adalah
pemerintah kabupaten/kota di Provinsi bukan sekedar aktivitas, tetapisuatu kegiatan
Kalimantan Selatan, tidak terkecuali yang terencana dan dilakukan secara
Kabupaten Kotabaru. Dalam hal sungguh-sungguhberdasarkan acuan norma
menentukan nilai besaran tunjangan tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
perumahan Pimpinan dan Anggota DPRD Olehkarena itu implementasi tidak berdiri
Kotabaru juga mendapat sorotan publik. sendiri tetapi dipengaruhi oleh
Sebagai komitmen penyelenggaraan negara objekberikutnya.Menurut Guntur Setiawan
bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme, dalam bukunya yang berjudulImplementasi
maka dalam hal menentukan besaran nilai Dalam Birokrasi Pembangunan
dari tunjangan perumahan yang mengemukakanpendapatnya mengenai
diperuntukkan bagi Pimpinan dan Anggota implementasi atau pelaksanaan sebagai
DPRD Kabupaten Kotabaru haruslah berikut : ´,PSOHPHQWDVL adalah perluasan
memperhatikan pada asas kepatutan, aktivitas yang salingmenyesuaikan proses
kewajaran, rasionalitas dan kesesuaian interaksi antara tujuan dan tindakan untuk
dengan standar setempat mencapainya serta memerlukan jaringan
Tunjangan perumahan merupakan SHODNVDQD ELURNUDVL \DQJHIHNWLIµ 6HWLDZDQ
hak yang diberikan kepada Anggota DPRD 2004:39).
sebagaiman diatur dalam PP 37 Tahun 2005 Pengertian implementasi yang
sehingga seharusnya tidak menimbulkan dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa
permasalahan,banyaknya polemik yang implementasi yaitu merupakan proses untuk
muncul justru pada tingkat melaksanakan ide, proses atau seperangkat
41 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

aktivitas baru dengan harapan orang lain bagian aturan-aturan yang ada termasuk
dapat menerima dan melakukan penyesuaian konteks politik, karenapada dasarnya proses
dalam tubuh birokrasi demi terciptanya pembuatan kebijakan sesungguhnya
suatu tujuan yang bisa tercapai dengan merupakansuatu proses politik.
jaringan pelaksana yang bisa Menurut M. Irafan Islamy
dipercaya.Menurut Hanifah Harsono dalam berpendapat bahwa:
bukunya yang berjudulImplementasi ´NHELMDNVDQDDQ memerlukan
Kebijakan dan Politik mengemukakan pertimbangan-pertimbangan yanglebih jauh
pendapatnyamengenai implementasi atau lagi (lebih menekankan kepada kearifan
pelaksanaan sebagai berikut : seseorang),sedangkan kebijakan mencakup
´,PSOHPHQWDVL DGDODK VXDWX SURVHV aturan-aturan yang ada didalamnya sehingga
untuk melaksanakan kebijakanmenjadi policy lebih tepat diartikan sebagai kebijakan,
tindakan kebijakan dari politik ke dalam sedangkan kebijaksanaan merupakan
administrasi.Pengembangan kebijakan dalam pengertian dari kata wisdom(Islamy,
rangka penyempurnaan µ
VXDWXSURJUDPµ +DUVRQR DPRD
Pengertian Kebijakan DPRD secara institusional, termasuk
Kebijakan diciptakan untuk kedudukan anggotanya diatur dalam UU
mengatur kehidupan masyarakat Nomor 27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR,
untukmencapai tujuan yang telah disepakati DPD dan DPRD (selanjutnya disebut UU
bersama. Menurut Fredrickson danHart MD3). Dalam UU MD3 disebutkan DPRD
kebijakan adalah: ´VXDWX tindakan yang merupakan lembaga legislatif daerah, di lain
mengarah pada tujuan yang diusulkan pihak DPRD juga merupakan salah satu
olehseseorang, kelompok atau pemerintah unsur penyelenggara pemerintahan daerah
dalam lingkungan tertentusehubungan (Pemda) berdasarkan UU Nomor 32 Tahun
dengan adanya hambatan-hambatan tertentu 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
sambil mencari peluang-peluang untuk Berdasarkan kedudukan tersebut,
mencapai tujuan/mewujudkansasaran yang para anggota DPRD di satu pihak
GLLQJLQNDQ GDODP 7DQJNLOLVDQ µ merupakan refresentasi rakyat sebagai
Adapun menurut Woll kebijakan cerminan prinsip kedaulatan rakyat yang
merupakan aktivitas pemerintahuntuk ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945,
memecahkan masalah di masyarakat baik dan disisi yang lain merupakan bagian dari
secara langsung maupunmelalui berbagai pejabat pemerintahan daerah. konteks
lembaga yang mempengaruhi kehidupan DPRD kabupaten/kota, Pasal 368 UU MD3
masyarakat(dalam Tangkilisan, 2003:2). Dari menegaskan pimpinan dan anggota DPRD
kedua definisi di atas dapat kabupaten memiliki hak keuangan dan
disimpulkanbahwa kebijakan merupakan administratif. Dalam hak keuangan dan
tindakan-tindakan atau keputusan administratif tersebut terdapat pula hak
yangdibuat oleh pemerintah, dimana untuk menerima tunjangan oleh pimpinan
tindakan atau keputusan dimaksudmemiliki dan anggota DPRD yang ketentuan lebih
pengaruh terhadap masyarakatnya.Kebijakan lanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah
sebenarnya telah sering kita dengar dalam (PP).
kehidupansehari-hari, istilah kebijakan Bentuk Lembaga Perwakilan
seringkali disamakan dengan Bentuk dari lembaga perwakilan pada
istilahkebijaksanaan. Jika diuraikan terdapat dasarnya lebih dikenal dua bentuk lembaga
perbedaan antara kebijakandengan perwakilan, baik di negara federal maupun di
kebijaksanaan. Adapun pengertian negara kesatuan, yaitu sistem unikameral dan
kebijaksanaan lebihditekankan kepada sistem bikameral. Namun, meskipun tidak
pertimbangan dan kearifan seseorang yang banyak dikenal, selain kedua sistem yang
berkaitandengan dengan aturan-aturan yang lazim dikenal tersebut sesungguhnya ada
ada. Sedangkan kebijakan mencakupseluruh pula sistem ketiga yang terdiri atas tiga
42 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

kamar (trikameral). Dalam sistem terakhir dipengaruhi oleh tradisi kebiasaan dan
ini, struktur organisasi parlemen nasional sejarah ketatanegaraan negara yang
terdiri atas tiga badan yang masing-masing bersangkutan. Seperti halnya negara federasi,
mempunyai fungsi sendiri-sendiri. negara kesatuan jnga bertujuan melindungi
Dalam pembahasan berikut ini, yang wilayah tertentu, melindungi etnik, dan
akan dijelaskan, yaitu sistem unikameral dan kepentingan-kepentingan khusus dari
bikameral. golongan rakyat, tertentu (seperti kelompok
Menurut Miriam Budiardjo (2008), kepentingan, golongan minoritas, dan
ada negara-negara di mana badan legislatif sebagainya) dari suara mayoritas (tirani
terbagi dalam dua majelis (bikameralisme mayoritas).
atau second chamber), sedangkan di beberapa PP 37 Tahun2005
negara lain hanya terdiri dari satu majelis Pengaturan mengenai hak-hak
(unikameralisme). Dalam negara federal keuangan pimpinan dan anggota DPRD
memakai sistem dua majelis oleh karena satu setidak-tidaknya mengacu pada beberapa
di antara mewakili kepentingan negara- prinsip seperti prinsip kesetaraan, prinsip
bagian khususnya. Negara kesatuan yang berjenjang dan prinsip proposional.
memakai sistem dua majelis biasanya Selanjutnya, baik pada Peraturan Pemerintah
terdorong oleh pertimbangan bahwa satu No. 24 Tahun 2004 maupun PP No. 37
majelis dapat mengimbangi dan membatasi Tahun 2005 menerangkan bahwa terdapat
kekuasaan dari majelis lain. Dikhawatirkan beberapa sumber penghasilan untuk
bahwa sistem satu majelis dapat memberi pimpinan dan anggota DPRD seperti uang
peluang untuk menyalahgunakan kekuasaan representasi, tunjangan keluarga, tunjangan
karena mudah dipengaruhi oleh situasi beras, uang paket, tunjangan jabatan,
politik. Bagaimanapun juga, majelis tunjangan alat kelengkapan DPRD,
tambahan biasanya disusun sedemikian rupa tunjangan khusus dan tunjangan
sehingga wewenangnya kurang daripada kesejahteraan. Untuk tunjangan
badan yang mewakili rakyat. Badan yang kesejahteraan berdasarkan PP No. 37 Tahun
mewakili rakyat umumnya disebut majelis 2005 dalam hal ini adalah tunjangan yang
rendah {lower house) sedangkan majelis disediakan kepada pimpinan dan anggota
lainnya disebut dengan majelis tinggi {upper DPRD berupa pemberian jaminan
house atau senat) pemeliharaan kesehatan, penyediaan rumah
Menurut Inter-Parlimentary Union jabatan dan perlengkapannya, rumah dinas
(dalam Purnomowati, 2005), dalam praktek, dan pelengkapannya, kendaraan pimpinan
pilihan apakah suatu parlemen bersistem DPRD, pemberian pakaian dinas, uang duka
unikameral atau bikameral, terlihat wafat/tewas dan bantuan biaya pengurusan
sederhana. Negara-negara federal hampir jenazah.
tanpa pengecualian memilih sistem Berkenaan dengan penyediaan
bikameral dengan alasan struktur rumah jabatan pimpinan atau rumah dinas
konstitusional mereka yang khas, negara anggota DPRD yang tidak mampu dipenuhi
kesatuan lebih bebas untuk memilih sistem oleh Pemerintah Daerah, maka pemerintah
yang mereka sukai. daerah menggantikannya dengan tunjangan
Alasan dari begitu banyak memilih perumahan yang diberikan setiap bulannya
sistem unikameral, beberapa kecenderungan kepada pimpinan dan anggota DPRD.
yang penting, yaitu: negara-negara yang Pemberian tunjangan perumahan tersebut
berukuran kecil kemungkinan besar harus memperhatikan asas kepatutan,
mempunyai satu kamar daripada dua kamar. kewajaran dan rasionalitas serta standar
Hal ini karena masalah keseimbangan harga setempat yang berlaku. pemberian
kekuasaan politik lebih mudah diatasi tunjangan perumahan diamanahkan oleh
daripada di negara besar. Pasal 20 PP No. 37 Tahun 2005 yang
Sedangkan alasan dari penerapan menyatakan :
sistem bikameral, dalam prakteknya sangat
43 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

(1) Dalam hal Pemerintah Daerah data kualitatif berupa kata-kata tertulis
belum dapat menyediakan (lisan) dari orang-orang dan perilaku yang
rumah jabatan pimpinan atau diamati dengan melihat individu secara
rumah dinas anggota DPRD, utuh (tidak mengisolasi individu dan
kepada yang bersangkutan organisasi) melainkan memandangnya
diberikan tunjangan sebagian dari suatu keutuhan (holistik)
perumahan; Pendekatan ini mempunyai ciri-ciri yang
(2) Tunjangan perumahan spesifik dan berbeda dengan pendekatan
sebagaimana dimaksud pada lainnya, khususnya metode kuantitatif,
ayat (1), diberikan dalam yakni: (1) mempunyai latar alami (the
bentuk uang dan dibayarkan natural setting) sebagai sumber langsung
setiap bulan terhitung mulai dan peneliti merupakan instrumen
tanggal pengucapan kunci,(2) bersifat deskriptif, memberikan
sumpah/janji. situasi tertentu dan pandangan tentang
(3) Pemberian tunjangan dunia secara naturatif, (3) lebih
perumahan sebagaimana memperhatikan proses dari pada prosedur
dimaksud ayat (2) harus semata, (4) cenderung menganalisis data
memperhatikan asas secara induktif, dan (5) makna merupakan
kepatutan, kewajaran dan soal esensial.
rasionalitas serta standar harga Jenis Penelitian yang digunakan
setempat yang berlaku. adalah metode deskriptif kualitatif dengan
(4) Ketentuan lebih lanjut tujuan untuk menggambarkan keadaan dan
mengenai besarnya tunjangan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta
perumahan sebagaimana yang tampak atau sebagaimana adanya
dimaksud pada ayat (2) penomena.Penelitian ini untuk
ditetapkan dengan Peraturan menggambarkan bagaimana peruses
Kepala Daerah. implementasi dari pelaksanaan kebijakan
tunjangan perumahan DPRD Kabupaten
4. Metode Penelitian Kotabru
Penelitian ini menggunakan Jenis penelitian dekriptif yaitu suatu
pendekatan kualitatif serta dengan jenis metode dalam meneliti suatu objek, suatu
deskriptif. Melalui pendekatan kualitatif kondisi, suatu system pemikiran ataupun
maka penelitian ini ditujukan untuk suatu kelas peristiwa pada masa
menggambarkan keadaan yang sekarang.tujuannya untuk membuat
sesungguhnya secara rinci dan aktual serta deskriptif,gambaran atau lukisan secara
disesuaikan dengan masalah dan tujuan sistematis. Faktual dan akurat mengenai
penelitian. Ini digunakan dengan alasan fakta-fakta,sifat-sifat antara fenomena yang
bahwa fenomena yang diteliti memerlukan diselidiki/sifat-sifat populasi atau daerah
deskripsi dan analisa yang mendalam tertentu (Moh.Nazir,1988:63).
sehingga diharapkan dalam penelitian Lokasi pelaksanaan penelitian adalah
dapat ditemukan berbagai jawaban dan DPRD Kabupaten Kotabaru,alasan
dapat mengungkapkan kejadian yang pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena
sesungguhnya di lapangan. Pendekatan DPRD Kabupaten Kotabaru juga
kualitatif ini cocok dipakai untuk mengkaji mengajukan usulan kenaikan tunjangan
fenomena sosial yang unik sebab perumahan, namun belum mempunyai
pendekatan ini luwes dan tidak ketat standar baku perhitugan yang dapat
sehingga banyak alternatif yang dapat dipertanggungjawabkan, hal tersebut
digunakan untuk menjawab fenomena sebgai dasar ketertarikan untuk
yang terjadi di lapangan. dilakukan penelitian. disamping peneliti
Metode kualitatif adalah sebagai juga bersal dari Kabupaten Kotabaru.
produsen penelitian yang menghasilkan
44 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

Fokus penelitian yang digunakan Dalam menetapkan tunjangan


penulis berdasarkan pada pandangan perumahan pimpinan dan anggota DPRD
Anderson yang menyatakan bahwa Kabupaten Kotabaru perlu ada dasar
implementasi kebijakan dapat dilihat dari perhitungan yang dijadikan patokan untuk
aspek-aspek antara lain (siapa yang membuat Peraturan Bupati yang didalamnya
mengimplementasikan kebijakan, hakekat berisi besaran nominal tunjangan
dari proses administrasi, kepatuhan kepada perumahan. Hasil wawancara dengan Kepala
kebijakan, dan efek dari implementasi BAPPEDA Kabupaten Kotabaru pada
kebijakan). tanggal 19 November 2012 bertempat di
Fokus penelitian ini digunakan kantor BAPPEDA Kabupaten Kotabaru
sebagai sarana untuk memandu dan mengatakan bahwa :
mengarahkan penelitian sehingga penelitian ´7XQMDQJDQ SHUXPDKDQ '35'
akan tahu persis data mana yang akan Kabupaten Kotabaru diatur dalam PP
dikumpulkan sesuai dengan rumusan 37 Tahun 2005, sehingga dapat
masalah dan tujuan dari penelitian ini, dalam diakomodir dalam APBD Kabupaten
penelitian ini peneliti hanya memfokuskan Kotabaru. Adapun untuk besaran
pada dua aspek implementasi dari teori yang ditetapkan oleh pemerintah
Anderson, sehingga yang menjadi fokus kabupaten Kotabaru melalui
dalam penelitian ini adalah: peraturan Bupati semestinya ada
1. Implementasi kebijakan tunjangan standar perhitungan yang bias
perumahan dijadikan referensi untuk menentukan
2. Implentasi tunjangan perumahan besaran nominal yang layak sebagai
patuh pada kebijakan tunjangan perumahan yang diterima
ROHK SLPSLQDQ GDQ DQJJRWD '35' ´
5. Hasil Penelitian Pernyataan dari kepala BAPPEDA
Implementasi Tunjangan Perumahan Kabupaten Kotabaru berdasarkan hasil
Impelentansi berkenaan tunjangan wawancara diatas menjelaskan pada
perumahan DPRD Kabupaten Kotabaru prinsipnya pihak eksekutif tidak
Ditetapkan melalui Peraturan Bupati hal mempersoalkan keinginan DPRD untuk
tersebut sesuai Ketentuan terkait Peraturan mendapatkan tunjangan perumahan, namun
Kepala Daerah dalam hal ini Peraturan dalam hal penetapan nominal harus
Bupati dinyatakan dalam Pasal 146 ayat (1) memepertimbangkan aspek rasionalitas,
UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang proporsional dan berdasarkan hasil
Pemerintahan Daerah yaitu : perhitungan yang dapat
´8QWXN PHODNVDQDNDQ dipertanggungjawabkan.
Peraturan Daerah dan Sebelum menganalisis secara yuridis
atas kuasa peraturan aspek hukum tunjangan perumahan bagi
perundang-undangan, pimpinan dan/atau anggota DPRD
kepala daerah kabupaten Kotabaru (selanjutnya disebut
menetapkan Peraturan DPRD), paparan akan dimulai dengan
Kepala Daerah dan mengetengahkan kedudukan DPRD
atau Keputusan Kepala kabupaten itu. DPRD secara institusional,
'DHUDK µ termasuk kedudukan anggotanya diatur
Pembuatan Peraturan Bupati untuk dalam UU Nomor 27 Tahun 2009 Tentang
mengatur lebih lanjut soal tunjangan MPR, DPR, DPD dan DPRD (selanjutnya
perumahan pimpinan dan/atau anggota disebut UU MD3). Dalam UU MD3
DPRD kKabupaten Kotabaru, termasuk disebutkan DPRD merupakan lembaga
didalamnya besar tunjangan dimaksud adalah legislatif daerah, di lain pihak DPRD juga
kuasa peraturan perundang-undangan dalam merupakan salah satu unsur penyelenggara
hal ini Pasal 20 PP No. 37 Tahun 2005 pemerintahan daerah (Pemda) berdasarkan
sebagaimana ditegaskan di atas.
45 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang perlengkapannya


Pemerintahan Daerah. dalam keadaan baik
Berdasarkan kedudukan tersebut, kepada Pemerintah
para anggota DPRD di satu pihak Daerah paling
merupakan refresentasi rakyat sebagai lambat I (satu)
cerminan prinsip kedaulatan rakyat yang bulan sejak tanggal
ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945, Pemberhentian.
dan disisi yang lain merupakan bagian dari Sedangkan lebih lanjut ketentuan di
pejabat pemerintahan daerah. atas ditegaskan dalam Pasal 19 PP tersebut
Dalam konteks DPRD yang menyatakan :
kabupaten/kota, Pasal 368 UU MD3 Rumah jabatan
menegaskan pimpinan dan anggota DPRD pimpinan DPRD,
kabupaten memiliki hak keuangan dan rumah dinas anggota
administratif. Dalam hak keuangan dan DPRD beserta
administratif tersebut terdapat pula hak perlengkapannya dan
untuk menerima tunjangan oleh pimpinan kendaraan dinas
dan anggota DPRD yang ketentuan lebih jabatan pimpinan
lanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah DPRD tidak dapat
(PP). disewabelikan atau
Salah satu bentuk tunjangan yang digunausahakan atau
berhak diterima oleh pimpinan dan anggota dipindahtangankan
DPRD adalah tunjangan perumahan atau diubah struktur
sebagaimana diatur PP Nomor 24 Tahun bangunan dan status
2004 Tentang Kedudukan Protokoler dan hukumnya.
Keuangan pimpinan dan anggota DPRD Sedangkan penegasan mengenai
sebagaimana dirubah dengan PP Nomor 37 pemberian tunjangan perumahan
Tahun 2005. Pemberian tunjangan tersebut diamanahkan oleh Pasal 20 PP No. 37
merupakan konsekwensi dari penyediaan Tahun 2005 yang menyatakan :
fasilitas rumah jabatan dan rumah dinas bagi (5) Dalam hal
pimpinan dan anggota DPRD sebagaimana Pemerintah Daerah
diatur dalam Pasal 18 dan 19 PP 24 Tahun belum dapat
2004. Pasal 18 PP tersebut menyatakan: menyediakan rumah
(1) Anggota DPRD jabatan pimpinan
dapat disediakan atau rumah dinas
masing-masing 1 anggota DPRD,
(satu) rumah dinas kepada yang
beserta, bersangkutan
perlengkapannya. diberikan tunjangan
(2) Belanja perumahan;
pemeliharaan rumah (6) Tunjangan
dinas dan perumahan
perlengkapannya sebagaimana
dibebankan pada dimaksud pada ayat
APBD. (1), diberikan dalam
(3) Dalam hal anggota bentuk uang dan
DPRD dibayarkan setiap
diberhentikan atau bulan terhitung
berakhir masa mulai tanggal
baktinya, wajib pengucapan
mengembalikan sumpah/janji.
rumah dinas beserta
46 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

(7) Pemberian
tunjangan Berdasarkan hasil wawancara diatas
perumahan yang dilakukan dengan ketua DPRD
sebagaimana menunjukan adanya keinginan untuk
dimaksud ayat (2) peningkatan/kenaikan tunjangan
harus perumahan. Hal tersebut didasari atas
memperhatikan asas persepsi yang terbangun pada DPRD
kepatutan, Kotabaru bahwa jabatan Eselon II di pihak
kewajaran dan eksekutif memiliki banyak fasilitas, kemudian
rasionalitas serta besaran tunjangan yang berlaku pada saat ini
standar harga juga dirasa sudah tidak layak untuk
setempat yang memenuhi standar minimal tunjangan
berlaku. perumahan yang boleh diterima oleh
(8) Ketentuan lebih pimpinan dan anggota DPRD.
lanjut mengenai Berdasarkan ketentuan-ketentuan
besarnya tunjangan tersebut di atas dapat dianalisis beberapa hal
perumahan terkait tunjangan perumahan, sebagai berikut
sebagaimana :
dimaksud pada ayat 1. Tunjangan perumahan sebagai
(2) ditetapkan pengganti rumah jabatan
dengan Peraturan dan/atau rumah dinas bersifat
Kepala Daerah. alternatif.
Pemberian fasilitas tunjangan
Tunjangan perumahan pimpinan perumahan bagi pimpinan dan anggota
dan anggota DPRD sudah selayaknya DPRD selain sebagai konsekwensi dari
diberikan disesuaikan dengan nilai ketidakmampuan Pemda untuk menyediakan
kepantasan yang berlaku saat ini mengingat rumah jabatan bagi pimpinan dan rumah
posisi DPRD setara dengan jabatan Eselon dinas bagi anggota DPRD, secara filosofis
II pada eksekutif yang banyak mengandung makna pula sebagai cara atau
mendapatkan berbagai macam fasilitas. mekanisme untuk memberikan kelancaran
Hasil wawancara dengan ketua DPRD proses pekerjaan sesuai dengan tugas dan
Kabupaten Kotabaru pada tanggal 21 fungsi DPRD. Selain itu keberadaan rumah
November 2012 bertempat di kantor dinas sesungguhnya merupakan bagian dari
DPRD Kabupaten Kotabaru, mengatakan standarisasi sarana dan prasarana kerja
: Pemda sebagaimana diatur dalam Peraturan
´ %HVDUDQ WXQMDQJDQ SHUXPDKDQ Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
sesuai peraturan Bupati Nomor 06 Nomor 7 Tahun 2006.
Tahun 2009 tentang Tunjangan Berdasarkan Pasal 20 PP No. 37
Perumahan Ketua, Wakil Ketua dan Tahun 2005 di atas, secara a contrario dapat
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditafsirkan, jika di suatu daerah telah ada
Daerah Kabupaten Kotabaru sudah rumah jabatan bagi pimpinan dan rumah
tidak layak untuk kondisi saat ini, dinas bagi anggota DPRD, maka tunjangan
sehingga merupakan kewajaran perumahan dimaksud tidak layak diberikan.
DPRD Kabupaten Kotabaru Penafsiran itu memungkinkan pula terjadi
berkeinginan menaikan tunjangan kemungkinan pemberian tunjangan hanya
perumahan. Adapun besaran untuk para anggota DPRD dengan alasan
kenaikan yang diberikan kami dari yang bersangkutan tidak memiliki rumah
DPRD sepakat dengan mengacu dinas, sementara di banyak tempat pimpinan
pada analisa perhitungan DPRD telah disediakan rumah jabatan,
berdasarkan nilai harga setempat ataupun sebaliknya.
dan rasional.
47 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

Dalam posisi ini pemberian b. luas tanah 750 M2


tunjangan perumahan bersifat kondisional o Rumah jabatan untuk Wakil
berdasarkan ada atau tidaknya fasilitas rumah Ketua DPRD kabupaten/kota
jabatan dan/atau rumah dinas yang telah dengan ukuran maksimal :
disediakan untuk pimpinan dan anggota a. luas bangunan 250 M2
DPRD setempat. Pemberian tunjangan b. luas tanah 500 M2
perumahan bagi pimpinan dan/atau anggota Sedangkan kualifikasi rumah dinas
DPRD yang telah diberikan fasilitas rumah untuk anggota DPRD dengan ukuran
jabatan dan/atau dinas adalah pelanggaran maksimal sebagai berikut :
hukum. a. luas bangunan 150 M2
b. luas tanah 350 M2
2. Pemberian berbentuk uang, Sedangkan untuk menentukan
bukan fasilitas berapa besaran dana tunjangan perumahan
Ketentuan lain berdasarkan Pasal 20 sesuai dengan kualifikasi luas tanah dan
ayat (2) PP No.37 Tahun 2005 diatas bangunan untuk pimpinanan dan/atau
menyatakan pemberian tunjangan anggota DPRD sebagaimana dinyatakan di
perumahan mesti diberikan dalam bentuk atas dapat ditempuh melalui dua mekanisme
uang, bukan dalam bentuk fasilitas lainnya, :
seperti rumah sewaan dan lain-lain. Pertama : ditentukan oleh pejabat
Berdasarkan ketentuan di atas, yang pemerintah yang berwenang. Di setiap
perlu dilakukan kehati-hatian secara yuridis daerah terdapat pejabat yang berwenangan
ialah soal pertanggungjawaban pemberian untuk melakukan penaksiran sewa properti
dana tunjangan perumahan kepada masing- berdasarkan kualifikasi tertentu yang
masing pimpinan dan/atau anggota DPRD. harganya sesuai dengan besaran harga
Pemberian tunjangan perumahan dimaksud setempat. Di masing-masing daerah
sebagai konsekwensi dari pengeluaran semestinya telah diatur ketentuan terkait
keuangan negara/daerah mesti mengacu besaran harga setempat untuk berbagai jenis
pada berbagai peraturan perundang- properti.
undangan tentang pengelolaan dan Pejabat demikian biasanya berada di
pertanggungjawaban penggunaan keuangan SKPD terkait dengan perencanaan dan atau
daerah. pelaksana pekerjaan yang berkaitan dengan
3. Tunjangan perumahan berbasis infrastruktur, mereka bisa saja menjadi
rasionalitas dan harga setempat bagian dari Bappeda atau Dinas Pekerjaan
Umum atau sebutan lainnya di masing-
Penentuan besaran tunjangan masing daerah.
perumahan mesti disusun secara rasional, Terkait dengan hal ini, Kementrian PU
artinya besaran tunjangan yang dipatok misalnya telah memiliki formula sewa
betul-betul mencerminkan besar biaya sewa bangunan dan tanah yang berlaku di
rumah sebagaimana kualifikasi rumah lingkungan kementriannya. Hal tersebut
jabatan dan atau rumah dinas yang diatur diatur dalam Peraturan Menteri PU (Permen
bagi pimpinan dan/atau anggota DPRD. PU) Nomor 15/KPTS/M/2004. Dalam
Kualifikasi rumah jabatan dan/atau Permen PU tersebut telah diatur secara tegas
dinas dimaksud telah diatur dalam formula sewa bangunan dan tanah yang
Permendagri No.7 Tahun 2006. Dalam sangat mungkin dijadikan acuan untuk
lampiran Permendagri tersebut dinyatakan menghitung besaran dana tunjangan
kualifikasi rumah jabatan bagi Pimpinan perumahan pimpinan dan/atau anggota
DPRD sebagai berikut : DPRD di kabupaten Kotabaru.
o Rumah jabatan untuk Ketua Kedua : ditentukan oleh penilai
DPRD kabupaten/kota dengan publik (appraisal). Langkah yang kedua ini
ukuran maksimal : dilakukan jika di daerah dimaksud tidak ada
a. luas bangunan 300 M2 ketentuan terkait harga setempat dan/atau
48 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

pejabat yang dapat melakukan penaksiran kompensasi ekstrinsik menyangkut imbalan


sesuai kualifikasi di atas. yang diterima dari lingkungan yang
Penilai publik adalah penilai yang telah mengelilingi tugas itu sendiri dan terdiri dari
memperoleh izin dari Menteri Keuangan kompensasi langsung (direct compensation),
untuk memberikan jasa tertentu sebagaimana kompensasi tidak langsung (indirect
ditegaskan dalam Pasal 1 Peraturan Menteri compensation) dan kompensasi non-finansial.
Keuangan (Permenkeu) Berdasarkan hal tersebut, maka
No.125/PMK.01/2008 tentag Jasa Penilai kompensasi langsung yang harus diterima
Publik. Adapun Jasa yang dapat diberikan para anggota DPRD adalah imbalan yang
oleh penilai publik adalah penilaian dalam diterima secara langsung karena telah
bidang properti dan penilaian dalam bidang memberikan kontribusinya kepada institusi
bisnis. DPRD. Tunjangan Jenis ini terdiri dari gaji
Pasal 2 ayat (2) Permenkeu pokok, bonus, premi, liburan, cuti dan lain-
No.125/PMK.01/2008 di atas menyatakan lain. Kemudian tunjangan tidak langsung
yang dikualifikasikan dalam penilaian terdiri dari jaminan kesehatan seperti
properti salah satunya adalah penilaian asuransi jiwa dan kesehatan, gaji penuh
terhadap tanah dan bangunan beserta dengan tanpa memperhitungkan faktor lain
kelengkapannya, serta pengembangan yang mengurangi jam kerja, misalnya seorang
lainnya atas tanah. anggota dewan pada suatu ketika
berhalangan untuk masuk kerja, dan jasa
x Implementasi Tunjangan layanan lainnya. Sedangkan tunjangan non-
Perumahan patuh pada kebijakan finansial adalah segala fasilitas yang diberikan
Besarnya penghasilan sebagai wakil oleh lembaga Dewan Perwakilan Rakyat
rakyat tak hanya dirasakan para politisi Daerah.
senayan. Para anggota DPRD pada berbagai Jadi, dilihat dari sifatnya, tunjangan,
daerah di Indonesia khususnya kabupaten dibedakan menjadi tunjangan langsung dan
Kotabaru juga mengharapkan penghasilan tidak langsung. Dengan begitu, sungguh
yang cukup besar. Jika menggunakan keliru, jika hanya gaji sebagai ukuran
kategori sesuai perhitungan Kementerian besarnya tunjangan yang diterima anggota
Dalam Negeri tentang daerah yang DPRD di Indonesia. Mengingat meski
berkemampuan keuangan tinggi, sedang dan jumlah gaji yang diterima impinan dan
rendah, maka kabupaten Kotabaru termasuk anggota DPRD sudah terbilang cukup,
daerah yang berkemampuan sedang. namun masih bisa diberikan tunjangan tidak
Sistem imbalan bisa mencakup gaji, langsung di luar gaji yang ada seperti fasilitas
penghasilan, uang reses, juga meliputi telepon bebas pulsa, fasilitas rumah,
asuransi keselamatan kerja serta berbagai kendaraan dinas, tunjangan yang lainnya
tunjangan yang lain termasuk tunjangan yang bisa saja dikalkulasikan dalam bentuk
perumahan. Memahami sistem tunjangan uang. Dengan demikian, pembicaraan
tidak hanya pada peningkatan gaji, akan mengenai tunjangan Pimpinan dan Anggota
tetapi anggota disemua tingkatan DPRD kbupaten Kotabaru bisa diperluas,
memperhatikan proses sistem imbalan. lebih dari sekedar gaji langsung yang
Membagi sistem imbalan ada dua bentuk, diterima pada setiap bulannya.
yaitu: intrinsic dan ekstrinsik. Kompensasi Analisis kebijakan tunjangan
intrinsic menyangkut nilai (non materi) yang perumahan DPRD kabupaten Kotabaru
diterimakan karena suatu tugas misalnya dilakukan dalam rangka menciptakan, secara
partisipasi dalam pengambilan keputusan, kritis menilai dan mengomunikasikan
rasa pertanggung jawaban, kesempatan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan
untuk mengembangkan diri, adanya dalam satu atau lebih tahap proses
keleluasaan dalam menjalankan tugas, pembuatan kebijakan. Tahap-tahap tersebut
menjadikan pekerjaan lebih menarik dan mencerminkan aktifitas yang terus
keanekaragaman tugas. Sementara berlangsung yang terjadi sepanjang waktu.
49 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

Apabila diamati secara seksama, pengusung atau dengan melanggar


besarnya tunjangan perumahan Pimpinan aturan hukum yang benar-benar berat.
dan Anggota DPRD kabupaten Kotabaru Begitu banyak fasilitas yang diberikan
sudah pasti berbeda. Demikian halnya kepada pimpinan dan anggota Dewan
tunjangan pimpinan dan anggota DPRD Perwakilan Rakyat Daerah, kesemunya
pada setiap daerah di Indonesia sudah itu dikategorikan sebagai tunjangan.
barang tentu berbeda pula. Kebijakan ini Berdasarkan realitas ini dapat
dibuat dan dilaksanakan bukan berarti tanpa meyakinkan kepada publik/masyarakat
tujuan. Ada beberapa hal yang menjadi bahwa ternyata dengan seperti apapun
pertimbangan dalam menentukan tunjangan kondisi daerah, kesejahteraan pimpinan
pimpinan dan anggota DPRD di Indonesia : dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat
a. Tunjangan Harus Dapat Memenuhi Daerah tetap mendapat perhatian dari
Kebutuhan Minimal Hidup. pemerintah, hanya saja tingkatannya
Maksudnya adalah bahwa tunjangan berbeda-beda. Hal itu dimaksudkan
terendah diberikan kepada setiap untuk mengikat pimpinan dan anggota
anggota DPRD haruslah cukup untuk DPRD dalam rangka meningkatkan
memenuhi kebutuhan makan, minum, kinerja dan hubungannya dengan
pakaian, perumahan, pendidikan. masyarakat.
Pemberian tunjangan tersebut bisa c. Tunjangan Harus Dapat
disesuaikan dengan besarnya biaya untuk Menimbulkan Semangat dan
memenuhi kebutuhan minimal hidup Kegairahan Kerja
pada setiap daerah. Demikian pula Pada dasarnya tunjangan bisa digunakan
halnya dengan perumahan, secara umum untuk merangsang anggota DPRD untuk
harga rumah dan tanah di kota lebih bekerja lebih serius untuk
mahal daripada di daerah atau pedesaan. memperjuangkan kepentingan
Hal ini secara langsung memengaruhi masyarakat. Upaya merangsang
kebijakan atas besarnya tunjangan yang pimpinan dan anggota DPRD untuk
harus diterima pimpinan dan anggota melaksanakan pekerjaan dengan
dewan. Jika dilihat pertimbangan semangat tinggi tersebut dapat tercapai
perbedaan biaya ini, maka merupakan apabila pemberian tunjangan diimbangi
hal yang wajar jika besarnya tunjangan dengan strategi yang tepat.
antar daerah berbeda. Dan, justru, Kebijakan yang ideal dalam pemberian
disinilah letak keadilan karena tunjangan tunjangan perumahan memang tidak
disesuaikan dengan biaya hidup mudah untuk dilakukan. Kenaikan nilai
dimasing-masing tempat. atau besaran tunjangan perumahan
b. Tunjangan Harus Mengikat. seringkali menghasilkan implikasi lain
Banyak tunjangan yang ditetapkan yang susah untuk dikendalikan. Dengan
haruslah diusahakan sedemikian rupa demikian, kadang-kadang kenaikan nilai
sehingga dapat mengikat para legislator tunjangan perumahan yang diharapkan
di daerah. Banyak yang mengatakan, dapat meningkatkan kesejahteraan
bahwa menjadi anggota apalagi pimpinan anggota dewan kadang menjadi
dewan itu nyaman, kerjanya relatif lebih disfungsional. Jika, kenaikan tunjangan
santai daripada pegawai negeri sipil, perumahan pimpinan dan anggota
mendapat uang jaminan purnabakti, DPRD dilakukan berarti pengeluaran
banyak bergelut dengan kebiakan untuk pos yang lain tentunya juga akan
strategis, diberikannya berbagai terganggu. Atas dasar pertimbangan ini,
kehidupan kemudahan dari Negara dan maka dapat dipahami bahwa menaikkan
yang lebih menguntungkan ialah tidak atau menambah besarnya tunjangan
adanya PHK, hanya pergantian antar perumahan DPRD tidak mudah
waktu, itupun kalau meninggal dunia dilakukan walaupun juga menjadi
atau ada kebijakan dari partai politik kebutuhan. Kendati begitu, agar
50 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

tunjangan perumahan pimpinan dan Pemerintah RI No. 24 Tahun 2004 tentang


anggota DPRD tetap mendorong Kedudukan Protokoler dan Keuangan
semangat kerja yang lebih tinggi Pimpinan dan Anggota DPRD.
sekiranya perlu dipikirkan strategi yang Berkenaan dengan salah satu sumber
setepat-tepatnya untuk mengambil tunjangan DPRD yaitu tunjangan
langkah yang tepat dengan anggaran kesejahteraan yang berupa penyediaan
yang tersedia. rumah jabatan maupun rumah dinas beserta
d. Tunjangan harus Adil perlengkapannya. Dalam hal ini
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dikonversikan dengan tunjangan perumahan
bahwa tunjangan perumahan anggota yang dimaknai selama ini oleh pemerintah
DPRD bisa berwujud uang (natura) dan daerah dan DPRD diperuntukkan untuk
bukan uang (innatura). Jenis tunjangan ini biaya sewa rumah dan belanja barang dan
tidak boleh statis, melainkan harus jasa yang meliputi fasilitas sarana dan
dinamis dengan mengikuti prasarana seperti penyediaan listrik,
perkembangan keadaan sosial ekonomi penyediaan telepon, pemakaian air, belanja
lingkungan. Kalau tunjangan itu sifatnya gas dan biaya pemeliharaan dan
statis tentu tunjangan yang diterima perlengkapan rumah dimaksud. Kesemuanya
anggota DPRD menjadi berubah fungsi tunjangan perumahan beserta fasilitas yang
menjadi bumerang bagi produktifitas dan diberikan dimaksud haruslah memperhatikan
kinerja anggota DPRD itu sendiri. asas kepatutan, kewajaran, rasionalitas dan
Sebaliknya, jika tunjangan yang diterima standar harga setempat yang berlaku.
anggota DPRD berada jauh di atas Asas kepatutan dimaksud adalah
keadaan sekitarnya bisa menimbulkan bahwa penentuan besaran tunjangan
permasalahan sosial, yakni kesenjangan perumahan harus mencerminkan adanya rasa
dan kecemburuan. Sehingga dengan patut terhadap penempatan kedudukan
demikian, tunjangan perumahan pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan
Pimpinan dan Anggota DPRD Rakyat Daerah sebagai wakil rakyat.
kabupaten Kotabaru harus senantiasa .HPXGLDQ \DQJ GLPDNVXG GHQJDQ ´Dsas
bisa selaras dengan perkembangan NHZDMDUDQµ DGDODK EDKZD SHQHQWXDQ EHVDUDQ
lingkungan. tunjangan perumahan harus mencerminkan
rasa wajar jika dikaitkan dengan keadaan
4 Analisis Perhitungan kemampuan keuangan dan tanggung jawab
Sebagaimana di atur dalam Undang- dan beban kerja pimpinan dan anggota
Undang Republik Indonesia Nomor 32 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, wakil rakyat. Selanjutnya yang dimaksud
terdapat hak-hak anggota DPRD GHQJDQ ´DVDV UDVLRQDOLWDVµ DGDODK EDKZD
sebagaimana yang tertuang pada pasal 44 penentuan besaran tunjangan perumahan
Undang-Undang tersebut. Salah satu hak harus melalui kajian ilmiah, terukur dan
anggota DPRD adalah hak keuangan dan akuntabel. Sedangkan yang dimaksud dengan
administratif yaitu hak anggota DPRD untuk ´VWDQGDU VHWHPSDWµ DGDODK QLODL UXPDK
mendapatkan penghasilan baik sebagai dimana pimpinan dan pnggota Dewan
pimpinan maupun sebagai anggota. Perwakilan Rakyat Daerah bertempat tinggal.
Lebih lanjut mengenai pengaturan
kedudukan hak protokoler maupun x Dampak Implemetasi Tunjangan
keuangan diatur dalam Peraturan Pemerintah Perumahan DPRD Kabupaten
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 Kotabaru
Tentang Kedudukan Protokoler dan Adanya implementasi tunjangan
Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD, perumahan DPRD Kabupaten Kotabaru
kemudian disempurnakan melalui Peraturan dengan berdasarkan perhitungan yang jelas
Pemerintah RI Nomor 37 Tahun 2005 dan memiliki kepastian hukum serta besaran
Tentang Perubahan Atas Peraturan nilai tunjangan perumahan DPRD yang
51 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

proporsional, maka kebijakan tunjangan


perumahan dapat dipertanggun jawabkan. Budiardjo, Miriam. 2008, Dasar-Dasar Ilmu
Sehingga besaran tunjangan perumahan Politik, Gramedia Pustaka Utama,
tanpa menggunakan dasar baik aturan Jakarta.
maupun perhitungan yang jelas tidak
diperkenankan karena, hal terebut sangat Dahlan Thaib. 1993, Problema Pelaksanaan
sensitive menyangkut penggunaan anggaran Peran DPR dalam Sistem Politik
rakyat dan kemungkinan akan menimbulkan Indonesia, Studi Tentang Perkembangan
gejolak. Peran DPR Pada Masa Orde baru,
Tesis program Pasca Sarjana UGM,
6. Kesimpulan Yogyakarta.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, disimpulkan bahwa tunjangan Dunn, William N, 2000. Pengantar Analisis
perumahan DPRD Kabupaten Kotabaru Kebijakan Publik. Gadjah Mada
ditetapkan melalui peraturan Bupati Nomor Press, Yogyakarta
06 Tahun 2009, dalam menetapkan
tunjangan perumahan pimpinan dan anggota Nurjahjo, Hendra. 2005, Ilmu Negara
DPRD Kabupaten Kotabaru diperlukan Pengembangan Teori Bernegara dan
dasar perhitungan yang dijadikan patokan Suplemen, RajaGrafindo Persada,
untuk membuat perbup didalamnya berisi Jakarta.
besaran nominal tunjangan perumahan.
Tunjangan perumahan DPRD harus patuh Parsons, Wayne. 2008. Public Policy, Pengantar
pada kebijakan dengan mempertimbangkan Teori dan Praktek Analisis Kebijakan.
beberapa hal dalam menentukan tunjangan Kencana Prenada Media Group,
perumahan sebagai berikut : Tunjangan Jakarta
harus dapat memenuhi kebutuhan minimal
hidup; Tunjangan harus mengikat; Pito, Toni Adrianus dkk. 2006, Mengenal Teori
Tunjangan harus dapat menimbulkan Politik Dari Sistem Politik Sampai
semangat dan kegairahan kerja; Tunjangan Korupsi, Nuansa, Bandung.
harus adil.
Selain hal tersebut juga hasil survey Purnomowati, Reni Dwi. 2005, Implementasi
penetapan fasilitas sarana dan prasarana Sistem Bikameral dalam Parlemen
lainnya bagi pimpinan dan anggota DPRD Indonesia, PT Raja Grafindo
Kabupaten Kotabaru. Persada, Jakarta.
Pemerintah daerah dapat
membangunkan perumahan dinas untuk Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan
anggota DPRD sehingga pemerintah daerah Strategik, Untuk Organisasi Publik dan
tidak lagi mengeluarkan tunjangan Organisasi Non Profit. Grasindo
perumahan yang menambah beban Jakarta
pembiayaan dalam anggaran pendapatan dan
belanja dearah Sanit, Arbi. 1985, Perwakilan Politik di
Indonesia, Rajawali, Jakarta.
Daftar Pustaka
Amir, Makmur dan Purnomowati, Reni Dwi. Saragih, Bintan R. 1985, Lembaga Perwakilan
2005, Lembaga Perwakilan Rakyat, dan Pemilihan Umum di Indonesia,
Pusat Studi Hukum Tata Negara Gaya Media Pratama, Jakarta.
UI, Jakarta.
Suharto, Edi. 2008. Kebijakan Sosial sebagai
Boboy, Max. 1994, DPR RI dalam Perspektif Kebijakan Publik. Alfabeta Bandung
Sejarah dan Tata Negara, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta.
52 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013

Surbakti, Ramlan. 1992, Memahami Ilmu


Politik, PT. Grasindo, Jakarta.

6\DIL·LH ,QX .HQFDQD Ilmu Politik,


Rineka Cipta, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai