Ibnu Fauzi
Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan implementasi
kebijakan tunjangan perumahan DPRD Kabupaten Kotabaru. Untuk mencapai tujuan tersebut
peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk menjelaskan
mengenai tunjangan perumahan DPRD Kabupaten Kotabaru.
Hasil penelitian yang dilakukan, Tunjangan perumahan DPRD merupakan salah satu
bentuk tunjangan yang berhak diterima oleh pimpinan dan anggota DPRD, sebagaimana diatur
oleh peraturan pemerintah no 24 Tahun 2004 tentang kedudukan protokoler dan keuangan
pimpinan dan anggota DPRD sebagaimana dirubah dengan peraturan pemerintah no 37 tahun
2005. Sebagai tindak lanjut peraturan pemerintah no 37 tahun 2005, pemerintah Kabupaten
Kotabaru menerbitkan Perda no 02 Tahun 2005, tentang kedudukan protokoler dan keuangan
pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten Kotabaru, selanjutnya ditindak lanjuti dengan
peraturan Bupati No 06 tahun 2009 tentang tunjangan perumahan ketua dan wakil ketua dan
anggota DPRD Kabupaten Kotabaru.
Pemerintah daerah dapat membangunkan perumahan dinas untuk anggota DPRD
sehingga pemerintah daerah tidak lagi mengeluarkan tunjangan perumahan yang menambah
beban pembiayaan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah.
aktivitas baru dengan harapan orang lain bagian aturan-aturan yang ada termasuk
dapat menerima dan melakukan penyesuaian konteks politik, karenapada dasarnya proses
dalam tubuh birokrasi demi terciptanya pembuatan kebijakan sesungguhnya
suatu tujuan yang bisa tercapai dengan merupakansuatu proses politik.
jaringan pelaksana yang bisa Menurut M. Irafan Islamy
dipercaya.Menurut Hanifah Harsono dalam berpendapat bahwa:
bukunya yang berjudulImplementasi ´NHELMDNVDQDDQ memerlukan
Kebijakan dan Politik mengemukakan pertimbangan-pertimbangan yanglebih jauh
pendapatnyamengenai implementasi atau lagi (lebih menekankan kepada kearifan
pelaksanaan sebagai berikut : seseorang),sedangkan kebijakan mencakup
´,PSOHPHQWDVL DGDODK VXDWX SURVHV aturan-aturan yang ada didalamnya sehingga
untuk melaksanakan kebijakanmenjadi policy lebih tepat diartikan sebagai kebijakan,
tindakan kebijakan dari politik ke dalam sedangkan kebijaksanaan merupakan
administrasi.Pengembangan kebijakan dalam pengertian dari kata wisdom(Islamy,
rangka penyempurnaan µ
VXDWXSURJUDPµ +DUVRQR DPRD
Pengertian Kebijakan DPRD secara institusional, termasuk
Kebijakan diciptakan untuk kedudukan anggotanya diatur dalam UU
mengatur kehidupan masyarakat Nomor 27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR,
untukmencapai tujuan yang telah disepakati DPD dan DPRD (selanjutnya disebut UU
bersama. Menurut Fredrickson danHart MD3). Dalam UU MD3 disebutkan DPRD
kebijakan adalah: ´VXDWX tindakan yang merupakan lembaga legislatif daerah, di lain
mengarah pada tujuan yang diusulkan pihak DPRD juga merupakan salah satu
olehseseorang, kelompok atau pemerintah unsur penyelenggara pemerintahan daerah
dalam lingkungan tertentusehubungan (Pemda) berdasarkan UU Nomor 32 Tahun
dengan adanya hambatan-hambatan tertentu 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
sambil mencari peluang-peluang untuk Berdasarkan kedudukan tersebut,
mencapai tujuan/mewujudkansasaran yang para anggota DPRD di satu pihak
GLLQJLQNDQ GDODP 7DQJNLOLVDQ µ merupakan refresentasi rakyat sebagai
Adapun menurut Woll kebijakan cerminan prinsip kedaulatan rakyat yang
merupakan aktivitas pemerintahuntuk ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945,
memecahkan masalah di masyarakat baik dan disisi yang lain merupakan bagian dari
secara langsung maupunmelalui berbagai pejabat pemerintahan daerah. konteks
lembaga yang mempengaruhi kehidupan DPRD kabupaten/kota, Pasal 368 UU MD3
masyarakat(dalam Tangkilisan, 2003:2). Dari menegaskan pimpinan dan anggota DPRD
kedua definisi di atas dapat kabupaten memiliki hak keuangan dan
disimpulkanbahwa kebijakan merupakan administratif. Dalam hak keuangan dan
tindakan-tindakan atau keputusan administratif tersebut terdapat pula hak
yangdibuat oleh pemerintah, dimana untuk menerima tunjangan oleh pimpinan
tindakan atau keputusan dimaksudmemiliki dan anggota DPRD yang ketentuan lebih
pengaruh terhadap masyarakatnya.Kebijakan lanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah
sebenarnya telah sering kita dengar dalam (PP).
kehidupansehari-hari, istilah kebijakan Bentuk Lembaga Perwakilan
seringkali disamakan dengan Bentuk dari lembaga perwakilan pada
istilahkebijaksanaan. Jika diuraikan terdapat dasarnya lebih dikenal dua bentuk lembaga
perbedaan antara kebijakandengan perwakilan, baik di negara federal maupun di
kebijaksanaan. Adapun pengertian negara kesatuan, yaitu sistem unikameral dan
kebijaksanaan lebihditekankan kepada sistem bikameral. Namun, meskipun tidak
pertimbangan dan kearifan seseorang yang banyak dikenal, selain kedua sistem yang
berkaitandengan dengan aturan-aturan yang lazim dikenal tersebut sesungguhnya ada
ada. Sedangkan kebijakan mencakupseluruh pula sistem ketiga yang terdiri atas tiga
42 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013
kamar (trikameral). Dalam sistem terakhir dipengaruhi oleh tradisi kebiasaan dan
ini, struktur organisasi parlemen nasional sejarah ketatanegaraan negara yang
terdiri atas tiga badan yang masing-masing bersangkutan. Seperti halnya negara federasi,
mempunyai fungsi sendiri-sendiri. negara kesatuan jnga bertujuan melindungi
Dalam pembahasan berikut ini, yang wilayah tertentu, melindungi etnik, dan
akan dijelaskan, yaitu sistem unikameral dan kepentingan-kepentingan khusus dari
bikameral. golongan rakyat, tertentu (seperti kelompok
Menurut Miriam Budiardjo (2008), kepentingan, golongan minoritas, dan
ada negara-negara di mana badan legislatif sebagainya) dari suara mayoritas (tirani
terbagi dalam dua majelis (bikameralisme mayoritas).
atau second chamber), sedangkan di beberapa PP 37 Tahun2005
negara lain hanya terdiri dari satu majelis Pengaturan mengenai hak-hak
(unikameralisme). Dalam negara federal keuangan pimpinan dan anggota DPRD
memakai sistem dua majelis oleh karena satu setidak-tidaknya mengacu pada beberapa
di antara mewakili kepentingan negara- prinsip seperti prinsip kesetaraan, prinsip
bagian khususnya. Negara kesatuan yang berjenjang dan prinsip proposional.
memakai sistem dua majelis biasanya Selanjutnya, baik pada Peraturan Pemerintah
terdorong oleh pertimbangan bahwa satu No. 24 Tahun 2004 maupun PP No. 37
majelis dapat mengimbangi dan membatasi Tahun 2005 menerangkan bahwa terdapat
kekuasaan dari majelis lain. Dikhawatirkan beberapa sumber penghasilan untuk
bahwa sistem satu majelis dapat memberi pimpinan dan anggota DPRD seperti uang
peluang untuk menyalahgunakan kekuasaan representasi, tunjangan keluarga, tunjangan
karena mudah dipengaruhi oleh situasi beras, uang paket, tunjangan jabatan,
politik. Bagaimanapun juga, majelis tunjangan alat kelengkapan DPRD,
tambahan biasanya disusun sedemikian rupa tunjangan khusus dan tunjangan
sehingga wewenangnya kurang daripada kesejahteraan. Untuk tunjangan
badan yang mewakili rakyat. Badan yang kesejahteraan berdasarkan PP No. 37 Tahun
mewakili rakyat umumnya disebut majelis 2005 dalam hal ini adalah tunjangan yang
rendah {lower house) sedangkan majelis disediakan kepada pimpinan dan anggota
lainnya disebut dengan majelis tinggi {upper DPRD berupa pemberian jaminan
house atau senat) pemeliharaan kesehatan, penyediaan rumah
Menurut Inter-Parlimentary Union jabatan dan perlengkapannya, rumah dinas
(dalam Purnomowati, 2005), dalam praktek, dan pelengkapannya, kendaraan pimpinan
pilihan apakah suatu parlemen bersistem DPRD, pemberian pakaian dinas, uang duka
unikameral atau bikameral, terlihat wafat/tewas dan bantuan biaya pengurusan
sederhana. Negara-negara federal hampir jenazah.
tanpa pengecualian memilih sistem Berkenaan dengan penyediaan
bikameral dengan alasan struktur rumah jabatan pimpinan atau rumah dinas
konstitusional mereka yang khas, negara anggota DPRD yang tidak mampu dipenuhi
kesatuan lebih bebas untuk memilih sistem oleh Pemerintah Daerah, maka pemerintah
yang mereka sukai. daerah menggantikannya dengan tunjangan
Alasan dari begitu banyak memilih perumahan yang diberikan setiap bulannya
sistem unikameral, beberapa kecenderungan kepada pimpinan dan anggota DPRD.
yang penting, yaitu: negara-negara yang Pemberian tunjangan perumahan tersebut
berukuran kecil kemungkinan besar harus memperhatikan asas kepatutan,
mempunyai satu kamar daripada dua kamar. kewajaran dan rasionalitas serta standar
Hal ini karena masalah keseimbangan harga setempat yang berlaku. pemberian
kekuasaan politik lebih mudah diatasi tunjangan perumahan diamanahkan oleh
daripada di negara besar. Pasal 20 PP No. 37 Tahun 2005 yang
Sedangkan alasan dari penerapan menyatakan :
sistem bikameral, dalam prakteknya sangat
43 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013
(1) Dalam hal Pemerintah Daerah data kualitatif berupa kata-kata tertulis
belum dapat menyediakan (lisan) dari orang-orang dan perilaku yang
rumah jabatan pimpinan atau diamati dengan melihat individu secara
rumah dinas anggota DPRD, utuh (tidak mengisolasi individu dan
kepada yang bersangkutan organisasi) melainkan memandangnya
diberikan tunjangan sebagian dari suatu keutuhan (holistik)
perumahan; Pendekatan ini mempunyai ciri-ciri yang
(2) Tunjangan perumahan spesifik dan berbeda dengan pendekatan
sebagaimana dimaksud pada lainnya, khususnya metode kuantitatif,
ayat (1), diberikan dalam yakni: (1) mempunyai latar alami (the
bentuk uang dan dibayarkan natural setting) sebagai sumber langsung
setiap bulan terhitung mulai dan peneliti merupakan instrumen
tanggal pengucapan kunci,(2) bersifat deskriptif, memberikan
sumpah/janji. situasi tertentu dan pandangan tentang
(3) Pemberian tunjangan dunia secara naturatif, (3) lebih
perumahan sebagaimana memperhatikan proses dari pada prosedur
dimaksud ayat (2) harus semata, (4) cenderung menganalisis data
memperhatikan asas secara induktif, dan (5) makna merupakan
kepatutan, kewajaran dan soal esensial.
rasionalitas serta standar harga Jenis Penelitian yang digunakan
setempat yang berlaku. adalah metode deskriptif kualitatif dengan
(4) Ketentuan lebih lanjut tujuan untuk menggambarkan keadaan dan
mengenai besarnya tunjangan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta
perumahan sebagaimana yang tampak atau sebagaimana adanya
dimaksud pada ayat (2) penomena.Penelitian ini untuk
ditetapkan dengan Peraturan menggambarkan bagaimana peruses
Kepala Daerah. implementasi dari pelaksanaan kebijakan
tunjangan perumahan DPRD Kabupaten
4. Metode Penelitian Kotabru
Penelitian ini menggunakan Jenis penelitian dekriptif yaitu suatu
pendekatan kualitatif serta dengan jenis metode dalam meneliti suatu objek, suatu
deskriptif. Melalui pendekatan kualitatif kondisi, suatu system pemikiran ataupun
maka penelitian ini ditujukan untuk suatu kelas peristiwa pada masa
menggambarkan keadaan yang sekarang.tujuannya untuk membuat
sesungguhnya secara rinci dan aktual serta deskriptif,gambaran atau lukisan secara
disesuaikan dengan masalah dan tujuan sistematis. Faktual dan akurat mengenai
penelitian. Ini digunakan dengan alasan fakta-fakta,sifat-sifat antara fenomena yang
bahwa fenomena yang diteliti memerlukan diselidiki/sifat-sifat populasi atau daerah
deskripsi dan analisa yang mendalam tertentu (Moh.Nazir,1988:63).
sehingga diharapkan dalam penelitian Lokasi pelaksanaan penelitian adalah
dapat ditemukan berbagai jawaban dan DPRD Kabupaten Kotabaru,alasan
dapat mengungkapkan kejadian yang pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena
sesungguhnya di lapangan. Pendekatan DPRD Kabupaten Kotabaru juga
kualitatif ini cocok dipakai untuk mengkaji mengajukan usulan kenaikan tunjangan
fenomena sosial yang unik sebab perumahan, namun belum mempunyai
pendekatan ini luwes dan tidak ketat standar baku perhitugan yang dapat
sehingga banyak alternatif yang dapat dipertanggungjawabkan, hal tersebut
digunakan untuk menjawab fenomena sebgai dasar ketertarikan untuk
yang terjadi di lapangan. dilakukan penelitian. disamping peneliti
Metode kualitatif adalah sebagai juga bersal dari Kabupaten Kotabaru.
produsen penelitian yang menghasilkan
44 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013
(7) Pemberian
tunjangan Berdasarkan hasil wawancara diatas
perumahan yang dilakukan dengan ketua DPRD
sebagaimana menunjukan adanya keinginan untuk
dimaksud ayat (2) peningkatan/kenaikan tunjangan
harus perumahan. Hal tersebut didasari atas
memperhatikan asas persepsi yang terbangun pada DPRD
kepatutan, Kotabaru bahwa jabatan Eselon II di pihak
kewajaran dan eksekutif memiliki banyak fasilitas, kemudian
rasionalitas serta besaran tunjangan yang berlaku pada saat ini
standar harga juga dirasa sudah tidak layak untuk
setempat yang memenuhi standar minimal tunjangan
berlaku. perumahan yang boleh diterima oleh
(8) Ketentuan lebih pimpinan dan anggota DPRD.
lanjut mengenai Berdasarkan ketentuan-ketentuan
besarnya tunjangan tersebut di atas dapat dianalisis beberapa hal
perumahan terkait tunjangan perumahan, sebagai berikut
sebagaimana :
dimaksud pada ayat 1. Tunjangan perumahan sebagai
(2) ditetapkan pengganti rumah jabatan
dengan Peraturan dan/atau rumah dinas bersifat
Kepala Daerah. alternatif.
Pemberian fasilitas tunjangan
Tunjangan perumahan pimpinan perumahan bagi pimpinan dan anggota
dan anggota DPRD sudah selayaknya DPRD selain sebagai konsekwensi dari
diberikan disesuaikan dengan nilai ketidakmampuan Pemda untuk menyediakan
kepantasan yang berlaku saat ini mengingat rumah jabatan bagi pimpinan dan rumah
posisi DPRD setara dengan jabatan Eselon dinas bagi anggota DPRD, secara filosofis
II pada eksekutif yang banyak mengandung makna pula sebagai cara atau
mendapatkan berbagai macam fasilitas. mekanisme untuk memberikan kelancaran
Hasil wawancara dengan ketua DPRD proses pekerjaan sesuai dengan tugas dan
Kabupaten Kotabaru pada tanggal 21 fungsi DPRD. Selain itu keberadaan rumah
November 2012 bertempat di kantor dinas sesungguhnya merupakan bagian dari
DPRD Kabupaten Kotabaru, mengatakan standarisasi sarana dan prasarana kerja
: Pemda sebagaimana diatur dalam Peraturan
´ %HVDUDQ WXQMDQJDQ SHUXPDKDQ Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
sesuai peraturan Bupati Nomor 06 Nomor 7 Tahun 2006.
Tahun 2009 tentang Tunjangan Berdasarkan Pasal 20 PP No. 37
Perumahan Ketua, Wakil Ketua dan Tahun 2005 di atas, secara a contrario dapat
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditafsirkan, jika di suatu daerah telah ada
Daerah Kabupaten Kotabaru sudah rumah jabatan bagi pimpinan dan rumah
tidak layak untuk kondisi saat ini, dinas bagi anggota DPRD, maka tunjangan
sehingga merupakan kewajaran perumahan dimaksud tidak layak diberikan.
DPRD Kabupaten Kotabaru Penafsiran itu memungkinkan pula terjadi
berkeinginan menaikan tunjangan kemungkinan pemberian tunjangan hanya
perumahan. Adapun besaran untuk para anggota DPRD dengan alasan
kenaikan yang diberikan kami dari yang bersangkutan tidak memiliki rumah
DPRD sepakat dengan mengacu dinas, sementara di banyak tempat pimpinan
pada analisa perhitungan DPRD telah disediakan rumah jabatan,
berdasarkan nilai harga setempat ataupun sebaliknya.
dan rasional.
47 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 1, Januari-Juni 2013