Anda di halaman 1dari 7

Pengawetan, Pengeringan dan Cacat Pada Kayu

Pada kondisi tertentu material kayu bisa jadi mempunyai nilai ekonomi yang lebih baik
jika dibandingkan menggunakan material lainnya semisal besi atau baja. Namun, di sisi lainnya
penggunaan kayu pada konstruksi juga mulai ditinggalkan karena memang terdapat beberapa
kelemahan/kekurangan dari material kayu itu sendiri. Saat ini, pemakaian material kayu memang
lebih cenderung sebagai unsur dekorasi bukan sebagai struktur utama. Kebanyakan
pengembang/profesional lebih memilih material struktur seperti besi atau baja atau beton. Bahan
tersebut lebih cenderung mudah untuk ditakar dan diukur.
a. Pengawetan Kayu
Terdapat beberapa jenis kayu yang tahan terhadap serangan serangga dan cendawan, akan
tetapi banyak jenis kayu yang tidak tahan terhadap serangan tersebut, sehingga bila dipergunakan
untuk bangunan tidak akan tahan lama.
Untuk jenis kayu yang tidak tahan terhadap serangan serangga dan cendawan, maka perlu
dilakukan proses pengawetan, sehingga kayu tahan terhadap serangan tersebut.
Tujuan Pengawetan Kayu

 Bangunan kayu tahan lama.


 Kayu tidak cepat lapuk.
 Kayu yang kurang tahan awet dapat dipakai.

Cara Pengewetan Kayu

 Merendam Kayu di Kolam


Perendaman kayu di dalam kolam dengan tambahan bahan-bahan alami
juga dapat mengawetkan kayu. Pelepah pisang, daun tembakau, merang padi,
serta bunga cengkeh adalah bahan alami yang biasanya digunakan. Proses
perendaman umumnya memakan waktu 2 hingga 3 bulan untuk mencapai hasil
maksimal.
Sebelum kayu direndam, kayu harus dicuci selama 7 hari berturut-turut.
Air yang digunakan untuk mencuci merupakan campuran 1 liter air dengan 10
gram tembakau, 10 gram cengkih, dan 10 gram pelepah pisang. Air campurtan
tersebut digosok ke seluruh permukaan kayu kemudian keringkan menggunakan
kain lap.
Setelah pencucian selama 7 hari, kayu kemudian direndam ke dalam
kolam dan ditambahkan bahan-bahan alami. Setelah proses perendaman selama 2
hingga 3 bulan selesai, kayu harus dikeringkan terlebih dahulu menjemurnya
dibawah tempat teduh.
 Merendam Kayu di Sungai atau air mengalir
Merendam kayu balok maupun kayu gelondongan di sungai merupakan
cara mudah mengawetkan dan meningkatkan kualitas kayu. Tujuan dari
perendaman ini adalah agar kayu menyerap air sehingga memicu keluarnya zat
ekstraktif yang larut air, seperti nitrogen, glukosida, tanan dan zat warna kayu.
Sedangkan zat ekstraktif yang tidak larut air seperti pati tetap ada di dalam pori-
pori kayu.
Zat ekstraktif yang larut tersebut mempengaruhi kondisi air di sekitar
kayu. Mikroba seperti Bacillus subtilis, Bacillus masentriricus, Lactobacillus sp.,
dan Staphylococcus sp. akan berkembang dan mengurai zat ekstraktif kayu yang
tidak terlarut sehingga lambat laun akan ikut terlarut. Proses ini dikenal dengan
nama fermentasi berantai.
Proses fermentasi berantai ini menghasilkan asam organik, gas dan
alkohol serta menurunkan kadar air di dalam kayu. Selain itu, kandungan pati
kayu yang menjadi sumber makanan perusak seperti rayap juga akan menurun
karena larut ke dalam air. Hasilnya adalah ketahanan kayu meningkat karena
berkurangnya minat serangga perusak untuk memakan kayu.
 Dicat.
Melapisi kayu dengan cat merupakan cara paling mudah untuk membuat
kayu menjadi awet. Cat yang digunakan dapat berupa cat kayu, cat minyak dan
pelitur. Namun hasil keawetan menggunakan cara pengecatan kayu tidak seawet
teknik-teknik lainnya.
 Mengoleskan Campuran Oli dan Solar
Oli bekas juga dapat digunakan untuk mengawetkan kayu dan
memperpanjang usia pakainya. Caranya adalah dengan membuat cairan dari
campuran oli dan solar dengan perbandingan 1:1. Oleskan cairan tersebut pada
permukaan kayu secara merata menggunakan kuas. Selanjutnya biarkan selama
beberapa hari agar cairan meresap dan mengering secara alami.

 Metode Pengasapan
Metode pengasapan belum terlalu banyak dilakukan oleh masayarakat
untuk mengawetkan kayu. Mengasapi kayu dilakukan selama 3 hari agar kualitas
kayu meningkat. Jenis kayu yang biasanya diasapi adalah kayu sengon dan pulai
menggunakan bahan bakar kayu mangiun.

 Dimasuki zat/bahan pengawet.

Pengawetan kayu dengan cara memasukkan zat/bahan pengawet ke dalam kayu


dilakukan dengan proses vakum-tekan dan proses rendaman, baik rendaman dingin ataupun
rendaman panas-dingin. Kayu yang akan diawetkan pada proses vakum-tekan disyaratkan
mempunyai kerapatan kering ≥ 0,60 gram/cm3 dan kadar air ≤ 30%, sedang dengan proses
perendaman mempunyai kerapatan kering < 0,60 gram/cm3 dan kadar air ≤ 35%. Proses vakum-
tekan dilakukan dengan memasukkan kayu kedalam tangki pengawet, kemudian tangki pengawet
di vakum dan di diamkan selama 15 menit, lalu larutan bahan pengawet dengan konsentrasi
tertentu dimasukkan dalam tangki dengan menjaga tingkat ke vakuman tidak boleh turun dari 10
cm Hg. Selanjutnya tangki vakum diberi tekanan sebesar 10 kg/cm2 dengan pompa hidraulik
selama 3 jam. Setelah itu hentikan tekanan, sisa larutan pengawet dikeluarkan dari tangki, dan
tangki di vakum kembali selama 15 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari sisa bahan
pengawet.
Proses rendaman dingin, dilakukan dengan memasukkan kayu kedalam bak pengawet,
lalu larutan bahan pengawet dimasukkan dalam bak sampai permukaan larutan pengawet
mencapai 10 cm diatas tumpukan kayu. Lama perendaman dingin sesuai spesifikasi larutan, dan
setelah masa rendaman sisa larutan pengawet dikeluarkan dan kayu didiamkan sampai tidak ada
larutan yang menetes. Pada rendaman panas-dingin, setalah kayu dan larutan dimasukkan dalam
bak pengawet, kemudian panaskan bak pengawet sampai suhu sesuai dengan spesifikasi bahan
pengawet dan dipertahankan sampai tidak ada gelembung udara yang keluar dari dalam kayu.
Matikan api/pemanas dan biarkan sampai larutan dingin, kemudian larutan dikeluarkan dari bak
pengawet. Setelah proses pengawetan, kayu ditumpuk/disusun secara teratur, dilindungi dari
pengaruh hujan dan matahari langsung sampai kondisi kering udara.
Berdasarkan sifatnya, bahan pengawet kayu dibagi dalam 3 golongan, seperti tercantum
dalam tabel berikut ini.

Sumber Gambar: Ruang-Sipil.com

Catatan:
TI : Tahan terhadap pelunturan
AI : Agak tahan terhadap pelunturan
J : Pencegahan terhadap jamur
S : Pencegahan terhadap serang
Bahan pengawet kayu berupa minyak dan yang larut dalam minyak, dianjurkan hanya
dipakai pada bagian yang tidak akan dicat serta tidak berhubungan langsung dengan manusia.
Cara pengawetan kayu dengan memasukkan zat/bahan pengawet ke dalam kayu, zat pengawet
harus memenuhi syarat-syarat tertentu sebagai berikut :

 Mudah dimasukkan ke dalam kayu, tetap didalam kayu dan mempunyai daya
ketahanan racun yang tinggi terhadap perusak kayu.
 Beracun terhadap serangga, tetapi tidak berbahaya bagi manusia.
 Permanen, tidak luntur dan tidak menguap karena panas.
 Tidak bereaksi terhadap zat kayunya dan bahan lain yang dapat menyebabkan
karat dan noda.
 Tidak mudah terbakar.
 Kayu yang diawetkan dengan bahan pengawet larut air, harus tetap dapat dicat,
diwarnai atau divernis.

b. Pengeringan Kayu
Pengeringan dimaksudkan untuk menurunkan kadar air kayu, sehingga diperoleh
keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
 Berat kayu berkurang.
 Menambah kekuatan kayu (makin rendah kadar air, kayu makin kuat).
 Ukuran stabil, kayu tidak menyususut lagi.
 Menghindari serangan cendawan dan bubuk, karena umumnya cendawan dan
bubuk tidak dapat hidup bila kadar air kayu kurang dari 20 %.
 Agar lem dapat merekatkan sambungan.
 Memudahkan pemasukan obat pengawet.

Faktor Pengaruh Kecepatan Pengeringan Kayu

 Suhu udara, untuk kelembaban udara yang tetap, makin tinggi suhu udara
makin cepat proses pengeringan kayu.
 Kelembaban udara, untuk suhu udara yang sama, makin tinggi kelembaban
udara maka makin lama waktu pengeringan.
 Peredaran udara, peredaran udara yang baik menyebabkan kayu makin cepat
kering
 Jenis kayu.
Cara Pengeringan Kayu

 Pengeringan Udara Biasa/Alami


Kayu-kayu ditumpuk menurut susunan tertentu kemudian dibiarkan untuk beberapa
waktu diudara terbuka dan teduh. Cara pengeringan ini membutuhkan waktu relatif lama
dan kadar air yang dapat dicapai sekitar 15% (relatif masih tinggi).

Pengeringan Kayu Alami

Pengeringan Kayu dengan Perlindungan

 Pengeringan Buatan
Pengeringan buatan dilakukan dengan memasukkan kayu-kayu kedalam ruang
pengeringan. Dalam ruang pengeringan suhu udara dipanaskan (lampu, gas, solar, dll),
dan aliran udara juga dibuat lebih baik sirkulasinya sehingga uap air yang timbul dari
kayu dapat segera dibuang.
Pengeringan Awal dengan Perbaikan Sirkulasi udara

Pada cara ini harus dijaga agar penguapan air pada permukaan kayu tidak lebih cepat dari
aliran air dari bagian dalam kayu kebagian luar/permukaan kayu. Bila ini terjadi, maka bagian
luar kayu akan mengeras dan pori-pori kayu akan tertutup, sehingga aliran air dari dalam kayu
terhambat, yang dapat berakibat kayu akan retak-retak.

Pengeringan Kayu dengan Menggunakan Udara Panas


Radiator

Oven Pengering Kayu dengan Kipas Radial


c. Cacat Kayu
Cacat kayu merupakan hal yang alami, dimana cacat kayu dapat mengurangu kekuatan
kayu, serta mempengaruhi perubahan dimensi kayu akibat penyusutan. Adapun jenis-jenis dari
cacat kayu adalah sebagai berikut:

1. Mata kayu (wood knots).

Mata kayu adalah bakal cabang/tunas yang tumbuh pada batang pohon utama.
Akibat tumbuhnya tunas, arah serat pohon utama akan terbelokkan dan jalinan sel-sel
kayu yang lurus akan berkurang. Pada bagian mata kayu seratnya bersifat lebih keras,
sehingga pada arah penyusutan bagian ini mengalami penyimpangan, yang dapat
menyebabkan kayu melengkung, bengkok, baling atau terpilin.

2. Bagian kayu gubal atau kayu putih.

Kayu gubal mempunyai sel-sel kayu yang masih hidup dan porinya relatif lebih
besar, sehingga bila terjadi penyusutan, kayu gubal akan mengalami penyusutan lebih
besar dari kayu teras. Dengan demikian papan atau balok yang mempunyai bagian kayu
gubal kurang stabil perubahan dimensinya akibat penyusutan, serta keawetannya lebih
rendah (lebih lunak dan mudah diserang rayap).

3. Serat kayu, kemiringan serat, serat melengkung, bolak-balik, gelombang.

Kayu dengan serat yang tidak terarah sering dipisahkan sebagai kayu kelas rendah,
karena nilai dekoratifnya dan perubahan dimensinya yang tidak stabil atau tidak menentu
arahnya sehingga dapat melengkung atau terpilin, serta kekuatannya rendah. 

Anda mungkin juga menyukai