Pada kondisi tertentu material kayu bisa jadi mempunyai nilai ekonomi yang lebih baik
jika dibandingkan menggunakan material lainnya semisal besi atau baja. Namun, di sisi lainnya
penggunaan kayu pada konstruksi juga mulai ditinggalkan karena memang terdapat beberapa
kelemahan/kekurangan dari material kayu itu sendiri. Saat ini, pemakaian material kayu memang
lebih cenderung sebagai unsur dekorasi bukan sebagai struktur utama. Kebanyakan
pengembang/profesional lebih memilih material struktur seperti besi atau baja atau beton. Bahan
tersebut lebih cenderung mudah untuk ditakar dan diukur.
a. Pengawetan Kayu
Terdapat beberapa jenis kayu yang tahan terhadap serangan serangga dan cendawan, akan
tetapi banyak jenis kayu yang tidak tahan terhadap serangan tersebut, sehingga bila dipergunakan
untuk bangunan tidak akan tahan lama.
Untuk jenis kayu yang tidak tahan terhadap serangan serangga dan cendawan, maka perlu
dilakukan proses pengawetan, sehingga kayu tahan terhadap serangan tersebut.
Tujuan Pengawetan Kayu
Metode Pengasapan
Metode pengasapan belum terlalu banyak dilakukan oleh masayarakat
untuk mengawetkan kayu. Mengasapi kayu dilakukan selama 3 hari agar kualitas
kayu meningkat. Jenis kayu yang biasanya diasapi adalah kayu sengon dan pulai
menggunakan bahan bakar kayu mangiun.
Catatan:
TI : Tahan terhadap pelunturan
AI : Agak tahan terhadap pelunturan
J : Pencegahan terhadap jamur
S : Pencegahan terhadap serang
Bahan pengawet kayu berupa minyak dan yang larut dalam minyak, dianjurkan hanya
dipakai pada bagian yang tidak akan dicat serta tidak berhubungan langsung dengan manusia.
Cara pengawetan kayu dengan memasukkan zat/bahan pengawet ke dalam kayu, zat pengawet
harus memenuhi syarat-syarat tertentu sebagai berikut :
Mudah dimasukkan ke dalam kayu, tetap didalam kayu dan mempunyai daya
ketahanan racun yang tinggi terhadap perusak kayu.
Beracun terhadap serangga, tetapi tidak berbahaya bagi manusia.
Permanen, tidak luntur dan tidak menguap karena panas.
Tidak bereaksi terhadap zat kayunya dan bahan lain yang dapat menyebabkan
karat dan noda.
Tidak mudah terbakar.
Kayu yang diawetkan dengan bahan pengawet larut air, harus tetap dapat dicat,
diwarnai atau divernis.
b. Pengeringan Kayu
Pengeringan dimaksudkan untuk menurunkan kadar air kayu, sehingga diperoleh
keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
Berat kayu berkurang.
Menambah kekuatan kayu (makin rendah kadar air, kayu makin kuat).
Ukuran stabil, kayu tidak menyususut lagi.
Menghindari serangan cendawan dan bubuk, karena umumnya cendawan dan
bubuk tidak dapat hidup bila kadar air kayu kurang dari 20 %.
Agar lem dapat merekatkan sambungan.
Memudahkan pemasukan obat pengawet.
Suhu udara, untuk kelembaban udara yang tetap, makin tinggi suhu udara
makin cepat proses pengeringan kayu.
Kelembaban udara, untuk suhu udara yang sama, makin tinggi kelembaban
udara maka makin lama waktu pengeringan.
Peredaran udara, peredaran udara yang baik menyebabkan kayu makin cepat
kering
Jenis kayu.
Cara Pengeringan Kayu
Pengeringan Buatan
Pengeringan buatan dilakukan dengan memasukkan kayu-kayu kedalam ruang
pengeringan. Dalam ruang pengeringan suhu udara dipanaskan (lampu, gas, solar, dll),
dan aliran udara juga dibuat lebih baik sirkulasinya sehingga uap air yang timbul dari
kayu dapat segera dibuang.
Pengeringan Awal dengan Perbaikan Sirkulasi udara
Pada cara ini harus dijaga agar penguapan air pada permukaan kayu tidak lebih cepat dari
aliran air dari bagian dalam kayu kebagian luar/permukaan kayu. Bila ini terjadi, maka bagian
luar kayu akan mengeras dan pori-pori kayu akan tertutup, sehingga aliran air dari dalam kayu
terhambat, yang dapat berakibat kayu akan retak-retak.
Mata kayu adalah bakal cabang/tunas yang tumbuh pada batang pohon utama.
Akibat tumbuhnya tunas, arah serat pohon utama akan terbelokkan dan jalinan sel-sel
kayu yang lurus akan berkurang. Pada bagian mata kayu seratnya bersifat lebih keras,
sehingga pada arah penyusutan bagian ini mengalami penyimpangan, yang dapat
menyebabkan kayu melengkung, bengkok, baling atau terpilin.
Kayu gubal mempunyai sel-sel kayu yang masih hidup dan porinya relatif lebih
besar, sehingga bila terjadi penyusutan, kayu gubal akan mengalami penyusutan lebih
besar dari kayu teras. Dengan demikian papan atau balok yang mempunyai bagian kayu
gubal kurang stabil perubahan dimensinya akibat penyusutan, serta keawetannya lebih
rendah (lebih lunak dan mudah diserang rayap).
Kayu dengan serat yang tidak terarah sering dipisahkan sebagai kayu kelas rendah,
karena nilai dekoratifnya dan perubahan dimensinya yang tidak stabil atau tidak menentu
arahnya sehingga dapat melengkung atau terpilin, serta kekuatannya rendah.