Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

“Keanekaragaman Organisme Hewan dan Tumbuhan”

Oleh :

Nama : Marenda Dias Krismonita

NIM : 160210101074

Program Studi : Pendidikan Matematika

Kelompok : 02

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017
I. JUDUL
Keanekaragaan Organisme Hewan dan Tumbuhan
II. TUJUAN
II.1Mahasiawa dapat menjelaskan struktur morfologi hewan invertebrata dan
vertebrata.
II.2Mahasiswa dapat menjelaskan struktur morfologi beraneka ragam
tumbuhan dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi.
III. DASAR TEORI

Indonesia menjadi salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia dan dikenal
sebagai Negara megabiodiversity Keanekaragaman hayati yang tinggi tersebut
merupakan kekayaan alam yang dapat memberikan manfaat serbaguna dan
mempunyai manfaat yang vital dan strategis, sebagai modal dasar pembangunan
nasional serta merupakan paru-paru dunia yang mutlak dibutuhkan baik pada
masa kini maupun pada masa yang akan datang (Suhartini, 2009). Selain itu
Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki cakupan luas yang bervariasi,
dari yang sempit hingga yang luas, dari yang datar , berbukit serta bergunung,
dimana didalamnya hidup flora, fauna dan mikrobia yang sangat beranekaragam
(Triyono, 2013 : 65).
Wilayah pesisir dan lautan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati
tertinggi di dunia (mega biodiversity) yang merupakan aset berharga untuk
menunjang pembangunan di Indonesia. Daerah intertidal adalah wilayah pesisir
dengan variasi faktor lingkungan yang terbesar dengan jenis habitat utama yaitu
pantai berpasir, berlumpur dan berbatu. Di daerah ini hidup berbagai jenis
organisme aquatik termasuk oyster (bivalvia, Mollusca). Kerang oyster memiliki
cangkang kasar dan tidak beraturan. Oyster yang melekatkan diri pada benda-
benda keras cenderung mengikuti bentuk permukaan benda-benda tersebut (Silulu
et al, 2013: 145).

Keanekaragaman merupakan macam atau variasi makhluk hidup yang ada


dibumi. Kenekaragaman ditimbulkan oleh oleh factor genetis. Kelas - kelas yang
memiliki karakteristik atau ciri ciri yang sama dikelompokkan dalam satu filum
atau satu divisi untuk tumbuhan. Filum atau divisi cenderung memiliki ciri yang
sama dalam satu kingdom. Makhluk hidup dibumi ini dikelompokkan kedalam 5
kingdom yaitu monera, protista, fungi, plantae dan animalia ( Waluyo, 2010: 88 ).

Di dalam ekosistem terdapat berbagai jenis hewan tersebut memiliki


kebutuhan yang sama tetapi mereka mereka memiliki perbedaan dan persamaan.
Perbedaan itu meliputi struktur dan bentuk tubuhnya. Perbedaan yang nyata
memungkinkan mereka dikenali sebagai kelompok yang berbeda. Perbedaan
tersebut menunjukkan adanya kenekaragaman. Klasifikasi kingdom animalia
berdasarkan ada tidaknya tulang belakang dibedakan menjadi dua yaitu:
1.  Hewan Tidak Bertulang Belakang (Invertebrata)
Invertebrata merupakan hewan tidak bertulang belakang. Sebagian besar
invertebrata mempunyai habitat di air atau tempat lembab. Organ tubuh
invertebrata sebagian besar belum sempurna, baik organ-organ penyusun
sistem respirasi , ekskresi, pencernaan, koordinasi dan sistem reproduksi.
Beberapa invertebrata bermanfaat bagi manusia tetapi ada juga yang
membahayakan bagi manusia (Waluyo, 2010: 93).
Phylum invertebrata terdiri atas porifera, merupakan hewan yang
berlubang-lubang (berpori) hidup di air tawar, di rawa, di laut dangkal, dan air
jernih yang tenang. Tubuhnya tersusun dari jaringan diploblastik atau dengan
dua lapisan jaringan. Lapisan luar terdiri dari lapisan epidermis dan lapisan
dalam terdiri dari sel-sel leher atau sel koanosit. Bentuk tubuhnya menyerupai
vas bunga, memiliki rongga tubuh(spongosol) dan lubang keluar (oskulum),
tubuhnya lunak dengan permukaan berpori (ostium). Porifera menguntungkan
manusia karena sponsnya dapat digunakan untuk alat gosok tubuh. Tubuh
porifera yang mati juga dapat digunakan sebagai hiasan (Maskoeri, 1992:
251).
Coelenterata merupakan hewan berongga. Disebut juga bintang karang
laut karena penyusun karang laut yang tersusun atas kapur dan silikat. Hidup
melekat membentuk kelompok atau koloni yang bercabang-cabang. Umumnya
hidup di laut namun beberapa jenis ada juga di air tawar. Tubuh coelenterata
berbentuk tabung yang hidup melekat namun ada pula yang berbentuk payung
dan hidup bebas. Rongga dalam tabung bertindak sebagai saluran pencernaan.
Di sekeliling mulut terdapat lima lengan atau lebih yang tersusun radian.
Lengan dan tubuh dapat bergerak karena mengandung sel otot dan sel kulit.
Sistem saraf tersebar (Waluyo, 2010: 95).
Platyhelmintes, pemberian nama pada hewan ini sangat tepat. Hewan ini
simetris bilateral dengan sisi kiri dan kanan, permukaan dorsal dan ventral dan
juga anterior dan posterior. Dua kelas cacing pipih semata-mata terdiri atas
bentuk-bentuk parasit. Cacing hati dewasa (Kelas Trematoda) melekat pada
inangnya dengan alat penghisap yang terdapat dipermukaan ventral. Banyak
yang menghasilkan larva yang juga merupakan parasit tetapi pada inang yang
berbeda, biasanya beberapa spesies siput. Cacing pita (Kelas Cestoda),
sepertinya halnya cacing hati merupakan parasit. Hewan dewasa hidup dalam
usus inangnya dan menyerap zat makanan dari sekelilingnya. Sebagian besar
cacing pita membutuhkan dua atau lebih inang untuk menyelesaikan daur
hidupnya. Manusia dapat ditulari cacing pita karena makan ikan, daging sapi
dan babi yang tidak matang (Kimball, 1983: 900).
Nemathelmintes merupakan cacing gilik yang tubuhnya berbentuk
meruncing pada kedua ujungnya dan tertutup kutikula yang licin dengan garis
yang melingkar halus. Ada yang hidup bebas dalam tanah yang lembab, ada
pula yang hidup parasit dalam saluran pencernaan, otot, bawah kulit dan
jaringan tubuh pengikat tompangan. Pada nemathelmintes yang parasit ada
yang memiliki tingkat hidup larva yang menempuh perjalanan hidup
sementara di tanah atau dalam cairan tubuh tompang. Contoh: cacing gelang
dan cacing tambang (Waluyo, 2010: 96).
Annelida, cacing dari Phylum ini bersegmen artinya tubuhnya terdiri atas
satuan yang berulang-ulang. Meskipun beberapa struktur seperti saluran
pencernaan terdapat disepanjang tubuh cacing tersebut, tetapi yang lain seperti
organ ekskresi terulang pada segmen demi segmen. Dari luar segmentasi ini
tampak seperti rangkaian cincin. Ciri-ciri khas lain annelida adalah simetri
bilateral, suatu sistem peredaran yang efisien dengan darah yang dipompa
melalui sistem pembuluh dari tertutup dan sistem saraf yang cukup rumit.
Pembuluh saraf utama terdapat di bagian ventral. Pada phylum annelida
ditemukan 8900 spesies yang dibagi menjadi tiga kelas. Kelas yang terbesar
adalah Polychaeta yang terdiri atas cacing laut seperti cacing palolo. Cacing
tanah biasa dan sejumlah cacing air tawar adalah anggota kelas Oligochaeta.
Kelas ketiga Hirudinea terdiri atas lintah (Kimball, 1983: 906).
Mollusca merupakan hewan bertubuh lunak. Tubuh dilindungi oleh rangka
yang tersusun atas kapur yang sangat keras dan dilapisi bahan tanduk. Rangka
ini disebut shell. Shell ada yang dapat membuka, ada yang tetap tertutup dan
lewat salah satu lubangnyalah kepala dan kaki binatangnya dapat dijulurkan.
Umumnya hidup di air, sedikit ada juga di darat. Yang di air bernapas dengan
insang, yang di darat dengan paru-paru. Memakan hancuran tubuh makhluk
atau bagian tumbuhan segar. Contoh: siput, cumi dan bekicot (Waluyo, 2010:
97).
Arthropoda berkaitan dengan bangun tubuhnya yang beruas-ruas,
eksoskeleton yang keras dan tonjolan yang berbuku (arthropoda berarti ‘kaki
berbuku’). Tubuh arthropoda sepenuhnya ditutupi oleh kutikula, suati
eksoskeleton yang terbuat dari lapisan-lapisan protein dan polisakarida
bernama kitin. Kutikula bisa tebal dan keras pada beberapa bagian tubuh
maupun setipis kertas dan pleksibel di bagian-bagian lain. Beberapa kelas
pada Arthropoda yaitu Arachnida merupakan kelompok yang mencakup
kalajengking, laba-laba, caplak dan tungau. Arachnida memiliki sefalotoraks
yang terdiri dari enam pasang tonjolan: kelisera, sepasang tonjolan yang
disebut pedipalpus berfungsi dalam mengindra, mencari makanan atau
reproduksi dan empat pasang kaki untuk berjalan. Laba-laba menggunakan
kelisera mirip taring yang dilengkapi dengan kelenjar bisa untuk menyerang
korban. Kaki seribu (Kelas Diplopoda) memiliki kaki yang berjumlah banyak
walaupun kurang dari seribu seperti namanya. Tidak seperti kaki seribu, lipan
(Kelas Chilopoda) adalah karnivor. Setiap segmen pada daerah batang tubuh
lipan memiliki sepasang kaki. Serangga (kelas Insekta) memiliki lebih banyak
spesies daripada semua makhluk lain apabila digabungkan. Crustacea
biasanya memiliki tonjolan yang sangat terspesialisasi. Lobster dan udang
karang misalnya memiliki seperangkat tonjolan berjumlah 19 pasang.
Tonjolan yang paling interior adalah antena. Crustacea adalah salah satunya
arthropoda dengan dua pasang antena. Tiga pasang tonjolan atau lebih
termodifikasi sebagai bagian mulut, termasuk mandibula yang keras. Kaki
jalan terdapat pada thoraks dan tidak seperti serangga crustacea juga memiliki
tonjolan pada abdomennya. Tonjolan yang hilang dapat diregenerasi saat
pergantian eksoskeleton berikutnya (Maskoeri, 1992: 257).
Arthropoda merupakan filum yang sangat besar dari seluruh spesies hewan
karena filum ini memiliki jumlah spesies yang lebih banyak daripada filum
lainnya, kira – kira ¾ berupa arthropoda. Tubuh bersegmen, alat gerak
bersegmen, rangka luar berupa kutikula. Hidup didarat, air tawar, air laut,
pohon-pohon, menempel, pada hewan piaraan. Arthropoda terdiri dari 4 kelas,
yaitu Crustacea, Arachnoidea, Myriapoda, dan Insecta atau Hexapoda. Pada
jenis Insecta terbagi lagi menjadi dua yaitu Apterygota serangga yang tidak
bersayap, tidak bermetamorfosis, kepala, dada, perut tidak jelas perbedaanya,
mulut meenggigit lalu yang kedua yaitu Pterygota serangga bersayap, gterdiri
dari beberapa ordo (Suptijah,2012:64).
Indonesia memiliki 170 perusahaan pengolahan udang dengan total
produksi sekitar 500.000 ton per tahun. Sebanyak 75% dari berat udang
menjadi limbah, yaitu bagian cangkang dan kepala. Limbah tersebut masih
belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Limbah udang biasanya digunakan
untuk pakan ternak yang memiliki nilai ekonomis kecil. Teknologi
nanokalsium dapat mengubah limbah udang menjadi nanokalsium yang
memiliki nilai ekonomis tinggi (Suptijah,2012:64).
Echinodermata merupakan hewan berduri. Tubuh berduru yang ditunjang
oleh tonjolan dari keping-keping kapur yang menjadi rangka tubuh dan
berbentuk simetri radial. Badan memipih bulat seperti bola, memanjang
seperti bintang. Di antara duri terdapat insang dan alat pengambilan makanan
berupa tonjolan halus. Terdapat sistem vaskuler air yaitu sistem tabung yang
berisi cairan darah atau limpa dan membuka keluar lewat lubang yang disebut
medoporit. Mempunyai kaki yang membantu pergerakan dan respirasi. Hewan
ini hidup di laut. Contoh: bintang laut dan teripang (Waluyo, 2010: 99).
2. Hewan Bertulang Belakang (Vertebrata)
Vertebrata memiliki rangka dalam yang tersusun atas tulang. Rangka itu
beruas-ruas, dilekati otot sebelah luarnya. Memiliki sistem saraf pusatdan
sistem saraf tepi. Vertebrata ini umumnya hewan tingkat tinggi yaitu hewan
yang memiliki organ khusus untuk melakukan fungsi tertentu. Ciri-ciri hewan
bertulang belakang memiliki tulang belakang, perkembangbiakan umumnya
secara generatif, susunan saraf terletak di bagian ordosal yaitu diantara saluran
pencernaan. Hewan bertulang belakang dibagi menjadi lima kelas (Waluyo,
2010: 100).
Ikan (Pisces), tubuh ikan terdiri atas caput, truncus dan cauda. Kulit(cutis)
terdiri atas dermis dan epidermis. Sisik-sisik yang menutupi tubuhnya terbuat
dari jaringan tulang dan jari-jari sirip dapat dianggap sebagai eksoskeleton.
Jantung ikan mempunyai satu ventrikel sehingga berdarah dingin. Pisces hidup
di air, hewan dari kelas ini belum mempunyai rahang sehingga bentuk
mulutnya seperti cacing, bernapas dengan insang. Bentuk tubuhnya torpedo
untuk memudahkan bergerak dalam air (Waluyo, 2010: 100).
Sebagai contoh ikan Osteichthyes atau ikan bertulang adalah ikan mas atau
Cyprinus carpio. Sifat atau morfologi dari ikan Osteichthyes yang penting
adalah sisik yang terbentuk tipis dan mudah dilepas. Dibagian luar dari sisik
tadi tertutup oleh lapisan lendir. Insang ditutup oleh operkulum dengan
sepasang celah insang. Sirip terlihat seperti duri tau tulang yang dihubungkan
oleh lapisan lunak yang tipis. Pada ikan mas terdapat sirip dorsal, sirip ekor,
sirip dada, sirip pelvik dan sirip anal (Maskoeri, 1992: 257).
Amfibia (amphibian, Kelas Amphibi) kini diwakili oleh sekitar 6.150
spesies salamander (Ordo Urodela ‘yang berekor’), katak (Ordo Anura ‘yang
tak berekor’) dan sesilia (Ordo Apoda ‘yang tak berkaki’). Anura yang
berjumlah sekitar 5.420 spesies, lebih terspesialisasi untuk bergerak di daratan
daripada urodela. Katak dewasa menggunakan kaki belakangnya yang kuat
untuk melompat-lompat di lapangan. Katak menangkap serangga dan mangsa
yang lain dengan menjulurkan lidahnya yang panjang dan lengket, yang
melekat ke bagian depan mulut. Katak menunjukkan berbagai macam adaptasi
yang membantunya untuk menghindari pemangsaan dari predator yang lebih
besar. Kelenjar-kelenjar kulitnya menyekresikan mukus yang tidak enak atau
bahkan berbisa. Banyak spesies yang beracun memiliki warna cerah yang
tampaknya diasosiasikan dengan bahaya oleh para predator. Katak-katak yang
lain memiliki pola-pola warna dapat menyamarkan mereka. Amfibia (berasal
dari kata amphibious berarti kedua ‘kedua cara hidup’) mengacu pada tahap-
tahap kehidupan dari banyak spesies katak yang awalnya hidup air dan
kemudian di daratan. Tahap larva katak disebut kecebong, biasanya merupakan
herbivor akuatik dengan insang, sistem gurat sisi yang menyerupai vertebrata
akuatik dan ekor yang panjang dan bersirip. Kecebong pada awalnya tidak
memiliki kaki, ia berenang dengan mengibas-ngibaskan ekornya. Selama
metamorfosis yang menuju ke ‘kehidupan kedua’, kecebong mengembangkan
kaki, paru-paru, sepasang gendang telinga eksternal dan sistem pencernaan
yang teradaptasi untuk cara makan karnivor. Dalam waktu yang sama insang
menghilang, sisitem gurat sisi juga menghilang pada sebagian besar spesies
(Maskoeri, 1992: 260).
Sebagai contoh tidak seperti amfibia, reptil memiliki sisik-sisik yang
mengandung protein keratin(demikian pula kuku manusia). Sisik membantu
melindungi kulit dari desikasi dan abrasi. Selain itu kebanyakan reptil
menghasilkan telur-telur bercangkang di darat. Reptil seperti kadal dan ular
disebut ‘berdarah dingin’ karena mereka tidak menggunakan metabolisme
secara ekstensif untuk mengendalikan suhu tubuh. Akan tetapi reptil-reptil itu
mengatur suhu tubuh dengan menggunakan berbagai adaptasi perilaku.
Misalnya banyak kadal yang berjemur di bawah sinar matahari ketika udara
sejuk dan berteduh ketika udara terlalu hangat (Maskoeri, 1992: 262)
Struktur dan fisiologi Burung diadaptasikan dalam berbagai cara untuk
penerbangan yang efisien. Yang paling utama di antara semua ini tentu saja
adalah sayap. Meskipun sayap itu memungkinkan burung terbang jarak jauh
untuk mencari makanan yang cocok dan melimpah. Burung yang efisien seperti
kapal terbang yang efisien, harus ringan dan kuat. Keringan dicapai dengan
bulu, tulang-tulang yang berongga dan gonad tunggal (pada betina) yang
membesar dan aktif hanya selama musim kawin. Hilangnya gigi mengurangi
berat kepala. Fungsi gihi ini dilaksanakan oleh empedal yang terletak di dekat
titik berat. Burung juga mempunyai jantung beruang empat, dan efisiensinya
memungkinkan perkembangan suhu tubuh yang tetap (homeotermi).
Homeotermi pada gilirannya, memungkinkan laju metabolisme yang tinggi
pada semua suhu lingkungan. Burung dapat tetap aktif dalam cuaca dingin,
tidak seperti reptilia yang menjadi lamban begitu suhu turun. Laju metabolisme
yang tinggi mencerminkan pelepasan energi yang cepat untuk terbang. Burung
mendapatkan energi dari makanan pekat dan khususnya kaya akan lemak
seperti biji-bijian, insekta dan hewan lain (Kimball, 1983: 939).
Mamalia hidup di darat dan di air. Mamalia memiliki kelenjar susu
beberapa pasang, untuk menyusui bayi yang baru lahir. Umumnya memiliki
kulit yang berambut halus dan memiliki kelenjar keringat. Fungsi dari kelenjar
keringat untuk mengatur suhu tubuh agar tetap. Contoh: anjing, sapi. Simpanse,
manusia,dll (Waluyo, 2010: 103).

Semua anggota kingdom Plantae (tumbuh-tumbuhan) bersifat multiseluler,


eukariotik, sel-sel dan jaringannya mengalami spesialisasi, nonmotil (sesil),
autotrof fotosintetik, embrio multiseluler berkembang di dalam jaringan gametofit
multiseluler dan semua tumbuhan memiliki pergiliran turunan yaitu antara
generasi saprofit yang bersifat diploid (2n) dengan generasi gametofit yang
bersifat haploid(n). Sebagian besar merupakan tumbuhan yang tubuhnya telah
dilengkapi dengan berkas pengangkut termasuk Tracheophyta (tumbuhan
berpembuluh) dan sebagian kecil tubuhnya tidak dilengkapi dengan bekas
pengangkut adalah kelompok Bryophyta (tumbuhan tidak berpembuluh).

1. Tumbuhan Tidak Berpembuluh (Thallophyta)


Tumbuhan tidak berpembuluh pada umumnya berukuran kecil, strukturnya
sederhana berbentuk thalus. Sel yang menyusun tubuh telah memperlihatkan
deferensiasi yang jelas, dalam protoplasmanya tampak nyata. Plastid yang
terdiri dari selulosa dan dalam sitoplasma ada yang menggunakan klorofil atau
yang tidak. Umumnya multiseluler tapi ada yang uniseluler, hidup di daerah
yang lembab dan bereproduksi dengan menggunakan spora.
Tumbuhan tidak berpembuluh dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu
Ganggang (alga), alga yang termasuk kelas ini memiliki inti yang sempurna
artinya asa selaput sehingga alga biru dipisahkan dari kelas ini. Alga
merupakan tumbuhan thalus yang hidup di air tawar atau laut dan tempat yang
lembab. Dalam plastid terdapat zat warna derifat klorofil (a, b atau keduanya).
Selain itu ada zat warna lain berupa fikosianin, fikoeritrin, fukosatin, karoten.
Ada empat filum yang termasuk kelas ini yaitu alga merah, alga hijau, alga
pirang dan alga coklat.
Linchen, organisme ini adalah kumpulan fungi dan alga tapi merupakan
satu kesatuan. Hidup secara autotrof. Linchen hidup sebagai epifet. Alga yang
menyusun linchen disebut godium. Pada linchen terjadi simbiosis mutualisme
pada permukaan saja tetapi akhirnya alga diperalat fungi (simbiosis hilotime).
Linchen berkembang biak dengan vegetatif karena bila bagian talus terpisah
tumbuh sebagai individu baru (Waluyo, 2010: 87-89).
Lumut merupakan tumbuhan kecil agak sederhana yang biasanya tumbuh
di tempat-tempat basah. Sebagian besar mempunyai tubuh tipis seperti kulit
yang tumbuh memipih rata di atas medium penunjangnya yaitu air tenang atau
tanah basah. Pada tumbuhan ini tidak dijumpai jaringan berkayu untuk
menunjang dan dengan demikian tumbuhan itu tidak pernah tumbuh menjadi
amat besar. Tidak ada sistem pembuluh khusus untuk pengangkutan air dan
makanan ke seluruh tumbuhan (Kimball, 1983: 881).
Tumbuhan lumut yang biasa kita lihat itu adalah tumbuhan penghasil
gamet (gametofit). Anteridium dan arkegonium pada batang tersendiri,
meskipun mungkin rhizoid bersatu. Gamet jantan dan betina bersatu, zigot
tumbuh menjadi sporofit. Sporofit menghasilkan sporangium, di dalamnya
dibentuk spora. Tersebar tumbuh menjadi gametofit baru. Seperti halnya paku,
gamet jantan mencari gamet betina dalam medium air. Itulah sebabnya maka
lumut dan paku dikenal sebagai tumbuhan air, membutuhkan substrat air dalam
pembiakan (Yatim, 1987: 259).
Tumbuhan lumut dibedakan dalam dua kelas yaitu Hepaticae (lumut hati),
dalam tubuh lumut hati terdapat tempat penyimpanan air. Sebagian besar dari
lumut hati mempunyai tubuh yang tipis seperti kulit yang tumbuh memipih rata
di atas medium tanahnya. Musci (lumut daun), tubuhnya terdiri dari puncak
tegak dengan beberapa anak daun yang amat kecil tersusun dalam pilian.
Lumut daun tumbuh diberbagai tempat seperti tempat yang kering . lumut daun
membentuk badan-badan yang berupa bantalan sedangkan yang hidup di tanah
hutan membentuk lapisan seperti babut tetapi jarang hidup di air sehingga
memperlihatkan struktur yang bermacam-macam (Waluyo, 2010: 90).
2. Tumbuhan Berpembuluh(Tracheophyta)
Pada tumbuhan berpembuluh sudah terdapat akar, batang, daun yang
sejati. Pada umumnya tumbuhan berpembuluh ini memiliki zat hijau daun atau
klorofil sehingga dapat melakukan proses fotosintesis. Tracheophyta dapat
dibedakan menjadi dua yaitu tumbuhan paku (Pteridhophyta), mempunyai
kormus artinya tubuhnya dapat dibedakan antara akar, batang, daun tapi belum
menghasilkan biji. Tiap bagian tubuh tersusun atas sel-sel yang telah
terdeferensiasi sehingga terdapat berkas pengangkutan berupa floem dan xilem,
jaringan pelindung penunjang dan pembiakan. Alat perkembangbiakan berupa
spora. Sporangium dan sporanya terbentuk pada ketiak daun, langsung
terbentuk pada tunas. Daun yang mempunyai sporangium disebut sporofil.
Tumbuhan biji (Spermatophyta) merupakan tumbuhan berbunga dan
menghasilkan biji sebagai alat berkembangbiak. Tubuh terdiri atas akar,
batang, daun dan bunga. Bila bunga mengalami penyerbukan maka akan
terbentuk buah yang di dalamnya terkandung biji. Biji tersebut akan tumbuh
menjadi individu baru. Tumbuhan biji terdiri atas dua kelas yaitu tumbuhan
berbji terbuka (Gymnospermae) dengan ciri-ciri yaitu berakar tunggang,
berdaun sempit, tebal dan kaku. Batang dan akar berkambium, akar berkaliptra,
batas antara ujung akar dan kaliptra tidak jelas terdiri dari tiga kelas yaitu
cycadinae, coniferinae, gnitinae. Contohnya pakis haji dan gnetum gnemon.
Tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) terbagi menjadi 2 sub kelas yaitu
dikotil dan monokotil. Nama ini diperoleh dari jumlah kotiledon yang terdapat
dalam biji, dua dikelompokkan dalam dikotil (contoh: rambutan, mangga,
jeruk,dll) dan satu monokotil (contoh: padi, jagung, kelapa,dll).
Perbedaan antara Monokotil dan Dikotil
No. Monokotil Dikotil
1 Akarnya tersusun dalam sistem Akar tersusun sistem
akar serabut akar tunggang
2 Akar dan batang tidak berkambium Akar dan batang
berkambium
3 Jumlah anggota bunga ada 3 atau Jumlah mahkota bungan
kelipatannya 4,5 atau kelipatannya
4 Ujung akar dan batang lembaga Tidak mempunyai
dikelilingi oleh koleorhiza pelindung
5 Kaliptra mempunyai kaliptrogen Tidak mempunyai
kaliptrogen
6 Susunan tulang sejajar atau Susunan tulang daun
melengkung menyirip atau menjari
7 Biji berkeping satu Biji berkeping dua
(Waluyo, 2010: 92-93).

IV. METODE PRAKTIKUM

4.1 Alat dan bahan

1. Alat
a. Mikroskop
b. Loupe
c. Papan dan alat seksio
2. Bahan
a. Udang (cambarus sp.)
b. Ikan mas (cyprinus carpio)
c. Preparat awetan alga
d. Tumbuhan lumut daun
e. Tumbuhan paku-pakuan
f. Tumbuhan biji terbuka (Pinus sp.)
g. Tumbuhan berbiji tertutup monokotil (rumput teki)
h. Tumbuhan berbiji tertutup dikotil (pacar air)
4.2 Skema kerja
1. Mengamati morfologi hewan.

Meletakkan bahan pada papan seksio.

Menggambar bahan.

Memberi keterangan bagian-bagiannya dengan lengkap.


2. Mengamati morfologi tumbuhan.
a. Preparat awetan alga.
Meletakkan preparat di bawah mikroskop.

Mengamati dari perbesaran lemah hingga kuat.

Menggambar preparat yang diamati dan menunjukkan


bagian-bagiannya

b. Lumut.

Meletakkan lumut di atas kertas.

Mengamati dengan loupe.

Menggambar morfologinya dan menunjukkan bagian-


bagiannya.
c. Tumbuhan paku, tumbuhan gymnospermae, tumbuhan monokotil
dan dikotil.

Meletakkan bahan pada papan seksio.

Menggambar bahan.

Memberi keterangan bagian-bagiannya dengan lengkap.

V. HASIL PRAKTIKUM

No Gambar Keterangan
.
1. Gambar : Udang (Cambarus sp.)
1. Antena
2. Mata
3. Rostrum
4. Antenula
5. Thoraks
6. Kaki jalan
7. Abdomen
8. Kaki renang
9. Telson
10. Uropoda
2 Gambar : Ikan mas (cyprinus carpio)
1. Mulut
2. Cekung hidung
3. Mata
4. Tutup ingsan/spercullum
5. Sisik
6. Sirip punggung/Pina dorsalis
7. Sirip dada/Pina thoracalis
8. Sirip perut/Pina abdominalis
9. Sirip anus/Pina analis
10. Sirip ekor/Pina caudalis

3 Gambar: Preparat awetan alga


1. Dinding sel
2. Kloroplas
3. Sitoplasma

4 Gambar: Lumut 1. Daun


2. Batang
3. Sporangium
4. Rhizoid

5 Gambar : Tumbuhan paku 1. Daun


2. Batang
3. Sorus
4. Sporangium
5. Akar
6 Gambar: Tumbuhan Gymnospermae
(Pinus sp.) 1. Daun
2. Batang
3. Strobilus jantan
4. Strobilus betina
5. Akar

7 Gambar: Tumbuhan Monokotil


(Rumput teki) 1. Bunga
2. Batang
3. Daun
4. Akar
8 Gambar: Tumbuhan Dikotil (pacar air)
1. Daun
2. Warna mahkota ungu
3. Bunga
4. Buah
5. Batang
6. Akar

VI. PEMBAHASAN

Pada pengamatan yang pertama yaitu mengamati udang ( Pennaeus sp. ),


didapatkan beberapa bagian yang teramati. Bagian bagian tersebut diantaranya ;
antena, antenula, mulut, mata, cephalothorax, abdomen, telson, ekor, kaki jalan
dan kaki renang.
Antena pada udang ada dua. Yang satu pasang berupa antena panjang dan
sepasang lagi berukuran pendek. Antena yang panjang berbentuk seperti rambut
panjang dan terletak di bagian depan dekat antenula di bawah rostrum. Antena
panjang ini berfungsi untuk mendeteksi mangsa dan lingkungannya. Sedangkan
antena pendek atau antenula ini juga berfungsi sebagai pendeteksi keadaaan
lingkungannya. Mulut atau rostrum pada udang ( Pennaeus sp. ) terletak di bagian
depan di atas antena dan antenula. Mulut ini berfungsi sebagai tempat dimana
makanan pertama kali diproses.
Selanjutnya adalah mata. Mata pada udang terletak di sebelah
rostrum(moncong). Mata ini berfungsi sebagai indera penglihat. Dalam mencari
makanan, udang tidak hanya mengandalkan mata saja, tetapi juga dibantu dengan
antena. Cephalothorax merupakan bagian kepala dan dada yang bersatu.
Cephalothorax ini ditutupi oleh zat kitin yang disebut karapax. Fungsi dari
karapax ini adalah melindungi bagian organ dalam udang. Selanjutnya adalah
abdomen.

Abdomen merupakan terusan dari cephalothorax atau bisa disebut perut.


Abdomen pada udang beruas ruas dan keras, tetapi di persambungan antar ruasnya
bersifat lunak. Fungsi dari abdomen adalah sebagai tempat mencerna makanan.
Ekor merupakan bagian ujung belakang dari udang. Ekor pada udang berada di
sisi kiri dan kanan. Fungsi dari ekor adalah sebagai alat belok saat berjalan atau
berenang.
Di bagian tengah dari kedua ekornya, terdapat telson. Telson merupakan
terusan dari abdomen yang berbentuk runcing memanjang ke belakang. Telson ini
berfungsi memecah gelombang air yang terlewati saat berenang. Kaki jalan adalah
bagian kaki yang lebih panjang dan terletak di bagian depan. Kaki jalan pada
udang ada tujuh pasang. Kaki jalan ini berfungsi sebagai alat jalan dan menangkap
mangsa. Kaki renang adalah kaki yang lebih pendek dan terletak di bagian bawah
abdomen. Kaki renang ini berjumlah lima pasang dan berfungsi sebagai alat
renang.

Hewan kedua yang kami jadikan objek pengamatan adalah ikan mas (
Cyprinus carpio ). Pada ikan mas, teramati beberapa bagian tubuh mulai dari
depan sampai belakang. Bagian bagian tersebut diantaranya ; bagian kepala ,
badan dan bagian ekor. Bagian kepala terdiri dari mulut ( rimaoris ), mata
( organofisum ), tutup insang ( operkulum ), hidung ( fovea nasalis ). Sedangkan
bagian badan terdiri atas sirip dada ( cauda pectoralis ), sirip perut ( cauda
abdomenalis ), sirip pungung ( cauda dorsalis ), sirip anus ( cauda analis ), sirip
ekor ( cauda ), kloaka, gurat sisi dan sisik. Untuk bagian ekor sendiri hanya
terdapat sirip ekor.
Pada bagian kepala, mulut ikan mas terletak di tengah dan berbentuk
seperti mulut manusia. Fungsi dari mulut adalah untuk makan dan juga sebagai
tempat masuknya air. Air yang masuk melalui mulut selanjutnya diserap
oksigenya dan digantikan dengan CO2 . prosesnya dinamakan difusi dan
berlangsung di bagian insang. Mata atau organofisum pada ikan terletak di bagian
depan samping. Mata ikan menghadap samping dan berada di bagian atas mulut.
Mata ini berfungsi sebagai alat indera dalam melihat mangsa atau predator. Tutup
insang ( operculum ) merupakan bagian dari insang yang berada di bagian luar.
Fungsi dari operculum ini adalah untuk melindungi insang sebagai organ
respirasi. Operculum ini bertekstur keras dan licin.
Pada bagian badan ikan terdapat berbagai macam sirip dan bagian bagian
lainnya. Sirip dada atau cauda pectoralis merupakan sirip pada ikan mas yang
terletak di bagian dada di dekat operculum. Sirip ini berfungsi saat ikan berenang.
Bentuk sirip dada lebih besar dari pada sirip lainya kecuali sirip punggung. Sirip
perut ( cauda abdomenalis ) merupakan sirip yang bentuknya lebih kecila dari
sirip dada.
Sirip perut ini juga berfungsi dalam melancarkan gerakan ikan dalam air.
Sirip punggung atau cauda dorsalis merupakan sirip ikan yang terletak di bagian
punggung ikan. Sirip ini memiliki duri. Sirip punggung sendiri hanya ada satu
memanjang dari badan bagian depan sampai pertengahan. Sedangkan sirip sirip
lainya berpasangan kanan dan kiri.
Sirip punggung berfungsi memecah air yang dilalui ikan saat berenang.
Sehingga pergerakan ikan lebih cepat. Sirip anus ( cauda analis ) adalah sirip ikan
yang letaknya di sekitar anus. Sirip ini memiliki ukuran paling kecil dibandingkan
sirip sirip lainnya. Fungsi dari sirip anus ini juga sama , yaitu mempermudah
pergerakan ikan. Sirip ekor merupakan sirip ikan yang bentuknya sama dan
tersusun secara vertikal, yaitu atas dan bawah. Sirip ekor ini bentuknya seperti
daun waru dan berfungsi sebagai alat belok disaat ikan berenang.
Kloaka atau muara dari tiga saluran. Pada ikan mas, kloaka terletak di
sekitar sirip anus ( cauda analis ). Kloaka ini merupakan muara dari saluran
pencernaan, saluran kelamin dan saluran urine. Linea lateralis merupakan garis
memanjang yang terlihat dibagian badan ikan diantaranya sisik sisiknya. Linea
lateralis ini pada ikan bisa disebut sebagai indera ke enam dikarenakan linea
lateralis tersebut memiliki kepekaan yang luar biasa terhadap rangsangan di
sekitar tubuh ikan. Selanjutnya adalah sisik. Sisik pada ikan berbentuk bulat
kurang sempurna. Sisik ikan tersusun rapi menutupi seluruh permukaan badan.
Sisik ikan ini bersifat licin dan berfungsi melindungi tubuh ikan.

Pada praktikum ini pengamatan alga hanya diberi tahu secara sekilas saja
dengan menunjukkan gambar pada mikrosko. Bagian-bagian alga memiliki
dinding sel, kloroplas,dan sitoplasma. Berikut klasifikasi alga:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Chlorophyta
Subdivision : Chlorophytina
 Class : Ulvophyceae 
 Order : Ulvales
Family : Ulvaceae
Genus : Ulva Linnaeus
Species : Ulva lactuca Linnaeus
Pengamata tumbuhan yang kedua yaitu pada tumbuhan lumut daun
( Pogonatum sp. ) karena lumut daun ini mudah ditemukan dan mudah dipelajari.
Bagian tumbuhan yang sering kita lihat warna hijau dan sering kita sebut sebagai
lumut adalah bagian saat gametofitnya. Sebenarnya ada 2 macam gametofit yaitu
gametofit jantan dan gametoft betina namun sulit dibedakan. Pada pengamatan
terlihat struktur morfologi lumut daun yaitu : Rhizoid, merupakan modifikasi dari
akar yang juga memiliki fungsi mirip seperti akar. Karena lumut belum memiliki
akar sejati sehingg Rhizoid ini berfungsi untuk melekat pada tempat tumbuh
(subtrat) serta menyerap air dan unsur hara. Terkadang rhizoid juga berfungsi
sebagai pelekatan tumbuhan lumut pada tempat tumbuhnya (di batu,tembok,tanah
dll).
Batang yang biasa disebut seta ini yang dimiliki oleh tumbuhan lumut
daun adalah batang sederhana dengan pembuluh angkut tunggal, karena tidak
mempunyai pembuluh xylem dan floem, seta bagian bawah mempunyai fungsi
sebagai tempat melekatnya daun. Seta juga berfungsi untuk mengangkat kapsul
ke atas, sehingga spora yang akan dikeluarkannya mudah tertiup angin dan
tersebar ke mana-mana. Batang ini tidak bercabang dan tidak beruas pula.
Daun tumbuhan lumut mempunyai bentuk yang sangat kecil dan sempit.
Organ ini juga hanya sebagai modifikasi daun saja, yang mempunyai fungsi
sebagai tempat persediaan air dan cadangan makanan. Sporogonium/kotak spora :
sporagium ini berfungsi untuk tempat terjadinya pembelahan meiosis dan untuk
pembentukan spora, oleh karena itu sporangium ini berisi banyak spora.
Kapsul dilindungi oleh kaliptra. Kapsul berfungsi mentup spora agar tidak
jatuh saat belum matang. Sporangiofor/spora : yaitu hasil dari perkembang biakan
sel ovum (arkegonium) dan sel sperma (anteridium).

Pada tumbuhan lumut mempunyai karakteristik/ciri khusus yang berbeda


dari tumbuhan lain, struktur tubuh lumut masih sederhana karena belum memiliki
berkas angkut, baik pada daun maupun pada batang. Proses pengangkutan air dan
mineral di dalam tubuh lumut berlangsung secara difusi bukan melalui berkas
pengangkut jadi aliran air lambat. Hal ini menyebabkan lumut hanya dapat tinggal
di tempat yang lembab. Sehingga daerah yang terdapat lumut bersih dan tidak
tercemar oleh polusi, karena lumut itu sendiri menjadi indicator lingkungan.
Pada lumut daun terjadi dua fase reproduksi, yaitu fase sporofit dan fase
gametofit. Fase sporofit adalah fase dimana lumut daun bereproduksi
menggunakan spora. Pada fase sporofit, batabg akan memanjang dan membentuk
kotak spora di ujungnya. Sedangkan pada fase gametofit tidak terbentuk kotak
spora. Pada lumut daun, fase gametofit lebih dominan dibandingkan dengan fase
sporofit. Berikut merupakan pengklasifikasian dari tanaman lumut daun sebagai
tanaman tingkat rendah ;

Klasifikasi lumut daun (Funaria sp.)

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streoptophyta
Superdivision : Embryophyta
Division : Bryophyta
Class : Bryopsida
Subclass : Funariidae
Order : Funariales
Family : Funariaceae
Genus : Funaria
Spesies : Funaria sp.

Percobaan ketiga melakukan pengamatan pada tumbuhan paku-pakuan.


Didapat hasil pengamatan tumbuhan paku tersusun atas struktur morfologi : Akar:
Akar pada tumbuhan paku-pakuan berfungsi untuk menyerap unsur hara dan air
dari dalam tanah.Pada umumnya batang berada di dalam tanah san disebut
rhizome yang biasanya memiliki buluh pengangkut xylem dan floem.
Batang tumbuhan paku ini mempunyai fungsi sebagai
penyokong/perlekatan tangkai daun. Batang ini cenderung berukuran pendek dan
keras. Daun berbentuk menyirip.Sedangkan di daun terdapat Sporangium/kotak
sporaberfungsi sebagai tempat pembentukan spora.
Karakteristik yang terdapat pada tumbuhan paku adalah tumbuhan paku
mempunyai daun yang menggulung saat masih muda. Mempunyai kutikula pada
bagian luar tubuh. Embrio multiseluler yang terdapat di dalam arkegonium. Pada
tanaman paku juga terjadi dua fase reproduksi. Yaitu fase sporofit dan fase
gametofit. Akan tetapi fase sporofit lebih dominan dibandingkan fase gametofit.
Hal tersebut terlihat dari banyaknya spora yang tampak pada daun. Berikut
merupakan penklasifikasian dari tumbuhan paku pakuan :

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streoptophyta
Superdivision : Embryophyta
Division : Traceophyta
Subdivision : Polypodiophytina
Class : Polypodiopsida
Subclass : Polypodidiae
Order : Polypodiales
Family : Pterydaceae
Genus : Pteris L.
Spesies : Pteris sp.
Pengamatan yang keempat yaitu pada tumbuhan berbiji terbuka
(Pinophyta) dengan menggunakan bahan pinus (Pinus sp). Tumbuhan pinus
mempunyai akar tunggang yang berfungsi menopang tubuh tumbuhan, karena
umumnya tumbuhan paku memiliki diameter batang yang lumayan besar.sehingga
dapat kokoh berdiri. Batang tumbuhan ini sudah mempuyai berkas angkut xylem
dan floem, serta sudah mengalami pertumbuhan sekunder. Memiliki bentuk daun
menyerupai jarum sebagai tempat fotosintesis. Strobilus berfungsi sebagai tempat
penghasil sel kelamin. Sel kelamin jantan pada strobilus jantan dan strobilus
betina pada strobilus betina. Strobilus jantan biasanya terletak di ujung
apical/batang dan berbentuk kuncup sedangkan strobilus betina biasanya terletak
di ujung aksiler/ ketiak daun dan berbentuk agak mekar/besar. Keberadaan
strobilus jantan di atas strobilus betina ini dimaksudkan agar saat pembuahan, sel
kelamin jantan dapat jatuh di bagian strobilus betina. Fungsi dari bentuk yang
lebar pada strobilus betina adalah untuk menangkap sel kelamin yang dikeluarkan
strobilus jantan.
Karakteristik tanaman pinus ini adalah umumnya memiliki akar tunggang
karena pada hasil pengamatan tidak menunjukkan akarnya. Batang umumnya
berkambium, tumbuh tegak lurus, bercang-cabang. pinus juga memiliki daun yang
sempit, tebal, dan sedikit kaku. Biji telanjang yang tumbuh pada permukaan dari
megasporofil(daun buah). Bunga sesungguhnya belum ada. Sporofil terpisah-
pisah dan membentuk strobilus jantan dan strobilus betina dalam 1 rumah.
Tumbuhan selanjutnya adalah pinus yang merupakan salah satu contoh
tumbuhan berbiji terbuka. Berikut ini adalah klasifikasi dari pinus
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streoptophyta
Superdivision : Embryophyta
Division : Traceophyta
Subdivision : Spermatophyta
Class : Pinopsida
Subclass : Pinidae
Order : Pinales
Family : Pinaceae
Genus : Pinus L.
Spesies : Pinus merkusii
Tumbuhan selanjutnya adalah tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).
Tumbuhan berbiji tertutup dibedakan menjadi dua yaitu yang mempunyai satu
daun lembaga (monokotil) dan mempunyai dua daun lembaga (dikotil). Untuk
tumbuhan monokotil diwakili oleh rumput teki.
Rumput Teki (Cyperus rotundus) dan Rumput Teki Rawa (Kyllinga
monocephala) memiliki perbedaan mulai dari tempat habitatnya yang berbeda
Cyperus rotundus habitatnya di daratan yang kering sedangkan Kyllinga
monocephala di daerah rawa-rawa dan tinggi dari rumput ini cenderung
menjulang tinggi. Untuk perbedaan terhadap bunganya Cyperus rotundus
menyebar sedangkan Kyllinga monocephala bunganya hanya berada di pucuk-
pucuk saja.
Akar rumput teki memiliki akar serabut, berfungsi sebagai penyerap air
dan mineral dari dalam tanah. Akar ini menjalar di bawah tanah . Terdapat pula
gelondong gelondong akar yang merupakan persimpangan akar. Tanaman ini
tidak kokoh seperti tanaman Pinophyta sebelum nya yang memiliki akar
tunggang. Akar ini kadang membentuk stolon.
Batang merupakan bagian antara akar dan daun. Batang ini menjalar di
dalam tanah. Ada juga batang yang menjulang ke atas. Batang yang menjalar di
dalam tanah ini berbentuk silinder kecil dan berwarna cokelat. Sedangkan batang
yang menjulang ke atas di tutupi oleh daun yang berwarna hijau.
Bunga, terdapat pada ujung apical. Berfungsi sebagai alat perkembang
biakan karena rumput teki tidak memiliki buah dan biji.
Karakteristik tumbuhan angiospermae ini adalah habitatnya herba, semak,
perdu/pohon, dan memiliki bunga tunggal. Memiliki bunga sesungguhnya. Daun
pipih melebar dengan tulang daun yang beragam. Daun : Daun pada rumput teki
juga terbagi menjadi dua bagian. Yaitu daun yang melindungi batang dan daun
yang berada di bagian bawah bunga. Daun yang melindungi batang ini bentuknya
menjarum dan memanjang ke atas dari permukaan tanah. Fungsinya adalah
sebagai tempat fotosintesis. Sedangkan daun yang melindungi bunga (daun
brakhteral) merupakan daun yang berada di bagian bawah bunga. Selain sebagai
pelindung bunga, daun ini juga berfungsi sebagai tempat fotosintesis.

 Berikut adalah klasifikasi dari rumpur teki (Cyperus rotundus L ):


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streoptophyta
Superdivision : Embryophyta
Division : Traceophyta
Subdivision : Spermatophytina
Class : Magnoliopsida
Subclass : Lilianae
Order : Polaes
Family : Cyperaceae
Genus : Cyperus L.
Spesies : Cyperus sp.
 Berikut adalah klasifikasi Rumput Teki Rawa (Kyllinga monocephala)
Regnum           : Plantarum
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Classis             : Monocotylodenae
Ordo                : Cyperales
Famili              : Cyperaceae
Genus              : Kyllinga
Spesies            : Kyllinga monocephala

Pengamatan terakhir pada tumbuhan berbiji tertutup dikotil


(Magnoliophyta) dikotil dengan mengugunakan bahan pacar air (Impatiens
balsamina). Pacar air ( Impatiens balsamina ) merupakan tumbuhan dikotil yaitu
tumbuhan dengan biji berkeping dua. Selain sebagai tumbuhan dikotil, pacara air
juga merupakan tumbuhan kormophyta dan tumbuhan angiospermae atau
tumbuhan berbiji tertutup.
Akar pacar air merupakan akar tunggang, yaitu akar yang menjorok ke
dalam tanah. Akar ini menguatkan tegaknya tanaman karena bentuknya yang
besar. Selain akar tunggang, juga terdapat akar kecil kecil yang merupakan
percabangan dari akar tunggang. Fungsi dari akar selain menahan tegaknya
tumbuhan juga sebagai tempat menyerap unsur unsur yang dibutuhkan tanaman
dalam melakukan proses fotosintesis.
Batang berbentuk silindrris, tidak mengandung kambium. Berfungsi unutk
pengangkutan air mineral dari akar menuju ke seluruh tubuh tanaman. Batang
pacar air berwarna bening karena banyak mengandung air.
Daun, mempunyai tipe duduk daun tersebar, tulang daun menyirip, dan
tepi daun bergerigi. Daun befungsi untuk fotosintesis. Bunga, bunga pada
tanaman ini selain berfungsi sebagai perhiasan, juga berfungsi sebagai alat
perkembang biakan. Bunga ini terletak di bagian ketiak daun. Warna bunga ini
pun bermacam macam tergantung tanamannya. Pada bunga pacar air terdapat
bagian bagian lainnya, diantaranya putik, benang sari, kelopak dan
mahkota.Organ ini berfungsi untuk tempat reproduksi. Buah, buah berfungsi
sebagai penyebaran atau pemindahan biji. Biji, berfungsi sebagai penyimpan
cadangan makanan. Biji merupakan bakal tumbuhan. Berikut ini adalah klasifikasi
dari tumbuhan pacar air

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streoptophyta
Superdivision : Embryophyta
Division : Traceophyta
Subdivision : Spermatophytina
Class : Magnoliopsida
Subclass : Asteranae
Order : Ericales
Family : Balsaminaceae
Genus : Impatiens L.
Spesies : Impatiens balsamina
VII.PENUTUP

7.1 Kesimpulan

1. Struktur morfologi udang (Cambarus sp.) terdiri atas: Kepala dan dada
(cephalothorax), Tubuh (abdominalis), Ekor (mandibula), Sepasang
antena panjang, Sepasang antena pendek, Mata (organon fisus), Rostrum
(moncong), Kaki jalan (8 pasang), Kaki renang (5 pasang), Lubang
respirasi, Sternum (sekat-sekat), Uropodia, dan Telson.
Struktur morfologi ikan mas (Cyprinus Carpio) teriri dari : Kepala
(caput), Badan (truncus), Ekor (cauda), Mulut (rima oris), Mata (organon
fisus), Hidung (fofea nasalis), Tutup insang (operculum), Gurat sisi (line
lateralis), Sirip punggung (pinae dorsalis), Sirip perut (pinae
abdominalis), Sirip anus (pinae analis), dan Sirip ekor (pinae caudalis)
2. Struktur Morfologi Tumbuhan Lumut (Funaria sp.) terdiri atas :
Rhizoid, Batang, Daun, dan Sporogonium.
Struktur Morfologi Tumbuhan Paku (Pteris sp.) terdiri atas : Akar,
Batang, Daun, Sorus, dan Sporangium.
Struktur Morfologi pinus (Pinus sp.) terdiri atas : Batang, Daun, dan
Strobilus jantan.
Struktur morfologi tumbuhan monokotil Rumput Teki (Cyperus
rotundus L) terdiri atas : Akar, Batang, Daun, Bunga, Brachtea (daun
dekat bunga) Struktur morfologi tumbuhan dikotil pacar air (Impatiens
balsamina L.) terdiri atas : Akar, Batang, Daun, Bunga. Bagian-bagian
bunga terdiri dari: Buah dan Biji.

7.2 Saran

Sebaiknya para praktikan lebih teliti dalam melakukan penelitian dan


memahami tujuan dari praktikum agar pada saat melakukan pengamatan
diperoleh hasil yang akurat. Diharap para praktikan, bertanya pada
asissten tentang kesulitan-kesulitan yang dialami agar praktikum tidak
mengalami kendala.

DAFTAR PUSTAKA

Kimball, John. W. 1983. Biologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Maskoeri, Jasin. 1992. Zoologi. Surabaya : Sinar Jaya.

Silulu et al. 2013. Biodiversitas Kerang Oyster (Mollusca, Bivalvia) di Daerah


Intertidal Halmahera Barat, Maluku Utara. Jurnal Ilmiah Platax. Vo. 1-2.
2302-3589.

Suptijah,pipit. 2012. Karakterisasi dan Bioavailabilitas Nanokalsium Cangkang


Udang Vannamei (litopenaeus vannamei). Jurnal Akuatika.Vol. 3. No.1.
0853-2523.
Triyono, Kharis. 2013. Keanekaragaman Hayati dalam Menunjang Ketahanan
Pangan. Jurnal Inovasi Pertanian. Vol.11 No.1. 65.

Waluyo, Joko. 2010. Biologi Umum. Jember : Universitas Jember.

Yatim, Wildan. 1987. Biologi. Bandung : Tarsito.

LAMPIAN

Anda mungkin juga menyukai