Anda di halaman 1dari 5

Nama Ilmiah : Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder

Nama Kelompok : Jean Piaget

NIM : 2002531027

(judul)

1. Definisi Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder


Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder merupakan salah satu gangguan
makan dengan memilih makanan hingga kurang mendapat asupan nutrisi dan kalori
di dalam tubuh, dijelaskan dalam DSM-5, terjadi pada anak-anak, remaja dan orang
dewasa (Norris L, at el, 2016). Menurut National Eating Disorders Association (2013)
Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder merupakan gangguan makan dan
gangguan mood, biasanya dialami oleh anak kedua dengan kisaran dari usia dini
sampai usia remaja, pada gangguan ini akan terjadi masalah kecemasan dan
kejiwaan, masalah kecemasan tertinggi dialami oleh anak-anak.
DSM-5 juga mendefinisikan Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder sebagai
gangguan makan secara terus menerus hingga menyebabkan masalah klinis yang
signifikan seperti kekurangan gizi, berat badan dan pertumbuhan menurun.
Mengalami gangguan psikologi seperti tidak mau makan di dekat orang lain (Kenny
L, 2013). Jadi dapat disimpulkan bahwa Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder
merupakan gangguan makan dan gangguan mood yang dialami oleh anak-anak
sampai remaja hingga menyebabkan masalah klinis yang signifikan seperti
kekurangan gizi, berat badan dan pertumbuhan menurun hingga menyebabkan
kecemasan.
2. Gejala Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder
Menurut National Eating Disorders Association (2013) gejala
Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder sebagai berikut :
a. Ketakutan dalam hal mencicipi makanan baru, missal takut alergi,
muntah, dan tersedak
b. Kurangnya minat makan pada anak atau anoreksia
c. Gangguan fungsi psikososial pada anak
d. Kekurangan gizi
e. Penurunan berat badan dan pertumbuhan yang terhambat
f. Ketergantungan pada suplemen atau sonde
3. Konsekuensi pada Kesehatan
Menurut National Eating Disorders Association (2013), konsekuensi pada
kesehatan yaitu :
a. Kegagalan dalam tumbuh kembang anak karena kurangnya asupan nutrisi
yang masuk ke dalam tubuh. (Tidak masuk pada standar pertumbuhan
anak).
b. Pertumbuhan pada anak terambat, seperti penurunan berat badan dan
juga tinggi badan pada anak.
c. Penurunan fungsi otak pada anak.
d. Lambatnya perkembangan pada kepadatan tulang.
4. Karakteristik Anak dengan Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder dan
Kasus Kekurangan Gizi di Indonesia
Pasien dengan Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder 30% terjadi pada
laki-laki cenderung lebih mudah atau lebih sering terjadi oleh anak-anak di usia dini.
Penyakit ini berawal dari kebiasaan rewel dalam memilih-milih makanan sejak kecil
dan akan di bawa sampai remaja, pada dasarnya anak yang mengalami gangguan ini
memiliki perasaan yang kurang percaya diri atau minder (Fisher, et al, 2013).
Tingkat prevalensi pada Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder berkisar 25%
sampai 35% pada anak usia dini yang masih memiliki intelektual dan adaktif yang
normal, sedangkan untuk anak-anak dengan cacat perkembangan berkisar 40%
sampai 60% (McCormick & Markowitz, pada tahun 2013; American Psychiatric
Association, 2013).
Status gizi menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI)
dalam profil kesehatan tahun 2013 didapatkan dari riset kesehatan dasar (riskesdas)
terdapat 19,6% anak dengan gizi buruk dan 13,9% gizi kurang). Pada tahun 2013
terdapat 12,1% anak wasting (Kurus) yang terdiri dari 6,8% anak kurus dan 5,3%
sangat kurus. Secara nasional prevalansi anak kuru masih 12,1% artinya masalah
kurus atau kurang gizi di Indonesia masih menjadi masalah yang sangat besar.
(Bellafilly, et al, 2016).
5. Tanda-Tanda Spesifik pada Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder
Tanda pringatan pada Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder menurut
American Psychiatric Association(2013) yaitu :
a. Mengurangi asupan makan yang di sertai dengan psikosomatik
b. Anak rewel dan kurangnya nafsu makan.
c. Ketidakmauan atau enggan untuk makan di depan orang lain atau orang-
orang di sekitar, seperti teman atau saudara.
d. Masih mengalami untuk memilih-milih makanan yang di bawa sejak kecil.
e. Mengalami keterbatasan makan yang dialami anak.
6. Perbedaan Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder dengan Penyakit
Lainnya
Menurut Kenny (2013) gangguan psikologi lainnya bisa saja menjadi faktor
yang disebabkan oleh Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder seperti, gangguan
kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan perhatian defisit, dan spektrum
gangguan autism. Jika invidu mengalami gejala seperti di atas dan termasuk
masalah gangguan makan, diagnosis Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder
harus diberikan ketika masalah menyusui dari ibu mengakibatkan gangguan klinis
yang signifikan. Demikian pula, orang dengan riwayat kondisi Gastroesophageal
Reflux yang mengembangkan masalah gangguan makan, tetapi diagnosis
Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder harus diberikan ketika gangguan makan
yang memerlukan pengobatan signifikan.
7. Penyebab Avoidant/Restrictive Food Intake Disorde
Menurut Krlie, et al. dan Zickgraf, et al. (2016) penyebab
Avoidant/Restrictive Food Intake Disorde yaitu :
a. Memaksa anak untuk makan
b. Membentak atau memarahi anak saat makan
c. Pilih-pilih makanan (Picky Eater) juga tergantung kondisi atau keadaan
keluarga
d. Masalah saat di beri makan
8. Penanganan Avoidant/Restrictive Food Intake Disorde
Seiring bertambahnya usia sebagian besar anak akan menyadari seberapa
pentingnya nutrisi pada varian jenis makanan yang ada. Inilah beberapa cara untuk
mengatasi Picky Eater pada anak :
a. Ktreatifitas Dalam Menu Makanan
Dengan menu makanan yang sehat tetapi monoton tentunya anak akan
kurang tertarik untuk mencicipinya. Namun, jika di olah menjadi bentuk-
bentuk yang lucu dengan warna yang menarik, pastinya anak akan
tertarik untuk mencoba makanan itu.
b. Ajak Anak Berpartisipasi Untuk Menyiapkan Makanan
Dengan mengajak anak untuk membuat hidangan yang akan disajikan,
tentunya akan membuat anak belajar tentang jenis-jenis makanan.
c. Hargai Keinginan Anak Untuk Memilih Makanan
Jangan paksa anak untuk makan jika anak tidak lapar, buatlah suasana
makan yang nyaman. Jangan membentak atau memarahi anak, itu akan
membuatnya frustasi dang menganggap kegiatan makan adalah hal yang
tidak menyenangkan. Apalagi anak akan menahan rasa laparnya akibat
kegiatan makan yang merubah mindsetnya menjadi kegiatan yang buruk.
d. Membiasakan Anak Untuk Menjaga Pola Makan
Pola makan yang baik adalah pola makan yang teratur tanpa ada paksaan
dan sudah menjadi budaya. Budayakanlah pola makan pada anak setiap
hari dan jadilah contoh yang baik untuk anak agar anak tahu waktu yang
tepat untuk dirinya makan.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umm.ac.id/42221/3/jiptummpp-gdl-kasiowidia-51087-3-
babii.pdf

http://repository.unair.ac.id/92884/1/abstrak.pdf

Anda mungkin juga menyukai