Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder merupakan salah satu gangguan makan dengan memilih makanan hingga kurang mendapat asupan nutrisi dan kalori di dalam tubuh, dijelaskan dalam DSM-5, terjadi pada anak-anak, remaja dan orang dewasa (Norris L, at el, 2016). Menurut National Eating Disorders Association (2013) Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder merupakan gangguan makan dan gangguan mood, biasanya dialami oleh anak kedua dengan kisaran dari usia dini sampai usia remaja, pada gangguan ini akan terjadi masalah kecemasan dan kejiwaan, masalah kecemasan tertinggi dialami oleh anak-anak. DSM-5 juga mendefinisikan Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder sebagai gangguan makan secara terus menerus hingga menyebabkan masalah klinis yang signifikan seperti kekurangan gizi, berat badan dan pertumbuhan menurun. Mengalami gangguan psikologi seperti tidak mau makan di dekat orang lain (Kenny L, 2013). Jadi dapat disimpulkan bahwa Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder merupakan gangguan makan dan gangguan mood yang dialami oleh anak-anak sampai remaja hingga menyebabkan masalah klinis yang signifikan seperti kekurangan gizi, berat badan dan pertumbuhan menurun hingga menyebabkan kecemasan. 2. Gejala Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder Menurut National Eating Disorders Association (2013) gejala Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder sebagai berikut : a. Ketakutan dalam hal mencicipi makanan baru, missal takut alergi, muntah, dan tersedak b. Kurangnya minat makan pada anak atau anoreksia c. Gangguan fungsi psikososial pada anak d. Kekurangan gizi e. Penurunan berat badan dan pertumbuhan yang terhambat f. Ketergantungan pada suplemen atau sonde 3. Konsekuensi pada Kesehatan Menurut National Eating Disorders Association (2013), konsekuensi pada kesehatan yaitu : a. Kegagalan dalam tumbuh kembang anak karena kurangnya asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. (Tidak masuk pada standar pertumbuhan anak). b. Pertumbuhan pada anak terambat, seperti penurunan berat badan dan juga tinggi badan pada anak. c. Penurunan fungsi otak pada anak. d. Lambatnya perkembangan pada kepadatan tulang. 4. Karakteristik Anak dengan Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder dan Kasus Kekurangan Gizi di Indonesia Pasien dengan Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder 30% terjadi pada laki-laki cenderung lebih mudah atau lebih sering terjadi oleh anak-anak di usia dini. Penyakit ini berawal dari kebiasaan rewel dalam memilih-milih makanan sejak kecil dan akan di bawa sampai remaja, pada dasarnya anak yang mengalami gangguan ini memiliki perasaan yang kurang percaya diri atau minder (Fisher, et al, 2013). Tingkat prevalensi pada Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder berkisar 25% sampai 35% pada anak usia dini yang masih memiliki intelektual dan adaktif yang normal, sedangkan untuk anak-anak dengan cacat perkembangan berkisar 40% sampai 60% (McCormick & Markowitz, pada tahun 2013; American Psychiatric Association, 2013). Status gizi menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) dalam profil kesehatan tahun 2013 didapatkan dari riset kesehatan dasar (riskesdas) terdapat 19,6% anak dengan gizi buruk dan 13,9% gizi kurang). Pada tahun 2013 terdapat 12,1% anak wasting (Kurus) yang terdiri dari 6,8% anak kurus dan 5,3% sangat kurus. Secara nasional prevalansi anak kuru masih 12,1% artinya masalah kurus atau kurang gizi di Indonesia masih menjadi masalah yang sangat besar. (Bellafilly, et al, 2016). 5. Tanda-Tanda Spesifik pada Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder Tanda pringatan pada Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder menurut American Psychiatric Association(2013) yaitu : a. Mengurangi asupan makan yang di sertai dengan psikosomatik b. Anak rewel dan kurangnya nafsu makan. c. Ketidakmauan atau enggan untuk makan di depan orang lain atau orang- orang di sekitar, seperti teman atau saudara. d. Masih mengalami untuk memilih-milih makanan yang di bawa sejak kecil. e. Mengalami keterbatasan makan yang dialami anak. 6. Perbedaan Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder dengan Penyakit Lainnya Menurut Kenny (2013) gangguan psikologi lainnya bisa saja menjadi faktor yang disebabkan oleh Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder seperti, gangguan kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan perhatian defisit, dan spektrum gangguan autism. Jika invidu mengalami gejala seperti di atas dan termasuk masalah gangguan makan, diagnosis Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder harus diberikan ketika masalah menyusui dari ibu mengakibatkan gangguan klinis yang signifikan. Demikian pula, orang dengan riwayat kondisi Gastroesophageal Reflux yang mengembangkan masalah gangguan makan, tetapi diagnosis Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder harus diberikan ketika gangguan makan yang memerlukan pengobatan signifikan. 7. Penyebab Avoidant/Restrictive Food Intake Disorde Menurut Krlie, et al. dan Zickgraf, et al. (2016) penyebab Avoidant/Restrictive Food Intake Disorde yaitu : a. Memaksa anak untuk makan b. Membentak atau memarahi anak saat makan c. Pilih-pilih makanan (Picky Eater) juga tergantung kondisi atau keadaan keluarga d. Masalah saat di beri makan 8. Penanganan Avoidant/Restrictive Food Intake Disorde Seiring bertambahnya usia sebagian besar anak akan menyadari seberapa pentingnya nutrisi pada varian jenis makanan yang ada. Inilah beberapa cara untuk mengatasi Picky Eater pada anak : a. Ktreatifitas Dalam Menu Makanan Dengan menu makanan yang sehat tetapi monoton tentunya anak akan kurang tertarik untuk mencicipinya. Namun, jika di olah menjadi bentuk- bentuk yang lucu dengan warna yang menarik, pastinya anak akan tertarik untuk mencoba makanan itu. b. Ajak Anak Berpartisipasi Untuk Menyiapkan Makanan Dengan mengajak anak untuk membuat hidangan yang akan disajikan, tentunya akan membuat anak belajar tentang jenis-jenis makanan. c. Hargai Keinginan Anak Untuk Memilih Makanan Jangan paksa anak untuk makan jika anak tidak lapar, buatlah suasana makan yang nyaman. Jangan membentak atau memarahi anak, itu akan membuatnya frustasi dang menganggap kegiatan makan adalah hal yang tidak menyenangkan. Apalagi anak akan menahan rasa laparnya akibat kegiatan makan yang merubah mindsetnya menjadi kegiatan yang buruk. d. Membiasakan Anak Untuk Menjaga Pola Makan Pola makan yang baik adalah pola makan yang teratur tanpa ada paksaan dan sudah menjadi budaya. Budayakanlah pola makan pada anak setiap hari dan jadilah contoh yang baik untuk anak agar anak tahu waktu yang tepat untuk dirinya makan. DAFTAR PUSTAKA