Anda di halaman 1dari 12

BAB.

3
PERAN AKTIF INDONESIA PADA MASA PERANG DINGIN
DAN DAMPAKNYA TERHADAP EKONOMI GLOBAL
A. Perkembangan Gerakan Non Blok dan Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok

1.Latar Belakang dan Faktor Berdirinya Gerakan Non-Blok

Ketika berakhirnya Perang Dunia II, muncul dua buah negara yang menjadi negara adidaya yang
dimana memiliki pengaruh besar terhadap seluruh negara-negara yang ada di dunia, baik itu
untuk negara maju dengan negara berkembang guna untuk menjadi bagian dari mereka, dimana,
kedua negara tersebut adalah negara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kemudian, efek dari kedua
pengaruh negara adidaya tersebut, menciptakan sebuah Perang Dingin yang dimana ketika
mereka selalu dihadapkan untuk bersaing dan juga untuk saling memperkuat sistem dari
pertahanan mereka itu sendiri. Sehingga membuat setiap negara memilih kawan dan juga lawan.

Hal tersebut menyebabkan Indonesia dimana menentukan sistem politik luar negeri bebas aktif
menjadi sebuah prinsip yang dimana menjadi sebuah prinsip bagi negara-negara lainnya.
Kemudian, Indonesia membentuk sebuah kelompok baru yang dimana bersifat netral dan tidak
berada di pihak Barat (Amerika Serikat) atau Timur (Uni Soviet).

Berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya gerakan non-blok :

1. Munculnya dua buah blok besar yang dimana blok barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan
blok timur dipimpin oleh Uni Soviet untuk menjadi negara paling berpengaruh di dunia.

2. Terdapat sebuah kecemasan bagi negara-negara yang baru saja terlahir sejak berakhirnya
Perang Dunia II yang dimana ingin menghindari pertikaian dan meredakan ketegangan dunia.

3. Adanya pertemuan lima orang negarawan Non Blok Presiden Joseph Broz Tito dari
Yugoslovia, PM Jawaharlal Nehru dari India, Presiden Gamal Abdul Nasser dari Mesir ,
Presiden Soekarno dari Indonesia di markas besar PBB dalam sidang Umum PBB ke-15 tahun
1960, yang sepakat membentuk Gerakan NonBlok

4.Terjadinya sebuah perjanjian Dokumen Brioni yang ditandatangani pada tahun 1956 oleh
Presiden Joseph Broz Tito dari Yugoslovia, PM Jawaharlal Nehru dari India, Presiden Gamal
Abdul Nasser dari Mesir, Presiden Soekarno dari Indonesia yang dimana bertujuan untuk
mempersatukan negara yang tergabung dalam non blok

5.Terjadinya krisis Kuba tahun 1961. Krisis ini terjadi karena Uni Soviet membangun pangkalan
rudal di Kuba secara besar-besaran. Amerika Serikat merasa terancam dan memprotes tindakan
Uni Soviet tersebut. Situasi dunia menjadi tegang, hal ini mendorong negara-negara Non Blok
untuk segera menyelenggarakan KTT NonBlok
Prinsip GNB :

Kata non-blok sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Perdana Menteri India, Nehru, melalui
pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka. Ia menjelaskan lima pilar yang kemudian
dijadikan basis dari GNB, yaitu:

1. Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan.


2. Perjanjian non-agresi
3. Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain
4. Kesetaraan dan keuntungan bersama
5. Menjaga perdamaian

Asas Gerakan Non Blok


 GNB bukanlah suatu blok tersendiri dan tidak bergabung ke dalam blok dunia yang saling
bertentangan.
 GNB merupakan wadah perjuangan negara-negara yang sedang berkembang yang
gerakannya tidak pasif.
 GNB berusaha mendukung perjuangan dekolonisasi di semua tempat, memegang teguh
perjuangan melawan imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, rasialisme, apartheid,
dan zionisme.

Tujuan Gerakan Non Blok yaitu:


1. mengusahakan terwujudnya hubungan antarbangsa secara demokratis;
2. menentang kolonialisme, politik apartheid, dan rasialisme;
3. meredakan ketegangan dunia sebagai akibat pertentangan dua blok adidaya yang
bersengketa;
4. mengusahakan terciptanya suasana dunia yang aman dan damai;
5. menggalang kerja sama antara negara berkembang dan negara maju menuju terciptanya tata
ekonomi dunia baru.memperjuangkan kebebasan dalam bidang ekonomi dan kerja sama atas
dasar persamaan derajat;

Gerakan Non Blok merupakan organisasi dunia yang dibentuk pada saat terjadinya Perang
Dingin antara blok barat dengan blok timur. Di dalam Gerakan Non Blok tidak terdapat struktur
organisasi yang mengurus kegiatan di berbagai bidang karena Gerakan Non Blok bukan
merupakan lembaga. Gerakan Non Blok mengandalkan perjuangan pada kekuatan moral. Satu-
satunya pengurus dalam Gerakan Non Blok adalah ketua. Ketua Gerakan Non Blok dijabat oleh
kepala pemerintahan negara yang menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Gerakan Non Blok. KTT Gerakan Non Blok dihadiri oleh para kepala pemerintahan dan kepala
negara anggota Gerakan Non Blok.

Kegiatan Gerakan Non Blok meliputi :

Bidang Politik
Kegiatan yang dilakukan Gerakan Non Blok dalam bidang politik dan perdamaian dunia, antara
lain ikut berusaha:

1. meredakan ketegangan dunia;


2. mengusahakan terciptanya perdamaian dunia;
3. mengusahakan terwujudnya hubungan antarbangsa secara demokratis;
4. mengusahakan pelucutan senjata dan pengurangan senjata nuklir;
5. menghapus pangkalan militer asing dan pakta-pakta militer;
6. melenyapkan kolonialisme;
7. menyelesaikan sengketa antarnegara dan perang-perang lokal, separti Perang Irak-Iran,
masalah di wilayah Timur Tegah (Midle East);
8. menghapus persekutuan militer;
9. menentang rasialisme dan apartheid.

Bidang Ekonomi
Kegiatan yang dilakukan Gerakan Non Blok dalam bidang ekonomi, antara lain:

ikut berusaha memperjuangkan kemerdekaan atau kebebasan dalam bidang ekonomi dan kerja
sama atas dasar persamaan derajat; ikut berusaha mewujudkan suatu tatanan ekonomi dunia baru
sehingga terdapat hubungan kerja sama saling menguntungkan antara negara maju dan negara
sedang berkembang.

Pelaksanaan tata ekonomi dunia baru yang diperjuangkan Gerakan Non Blok dalam forum PBB
adalah sebagai berikut.

1. Dialog Utara–Selatan. Dialog Utara–Selatan adalah pertemuan yang membahas kerja sama
saling menguntungkan antara kelompok negara maju yang merupakan negara industri
(Utara) dan negara-negara berkembang (Selatan). Dengan adanya dialog Utara–Selatan
diharapkan dapat menghilangkan kesenjangan antara negara maju dan berkembang sehingga
terwujud tata ekonomi dunia baru yang adil dan merata.

2. Kerja Sama Selatan–Selatan. Kerja sama Selatan–Selatan merupakan bentuk kerja sama
antarnegara berkembang dalam bidang ekonomi dan teknologi.

3. Kelompok 77.Kelompok 77 merupakan kelompok negara berkembang yang berjuang untuk


memperoleh keadilan ekonomi atas negara-negara maju. Kelompok 77 dibentuk di Jenewa,
Swiss pada tahun 1964. Kelompok 77 beranggo- takan negara di kawasan Asia, Amerika
Latin dan Karibia, serta Afrika.

Penyelenggaraan KTT Non Blok I sampai XV


1. KTT I
Dilaksanakan tanggal 1 sampai dengan 6 Desember 1961, di Beograd, Yugoslavia.
Hasil KTT I:
 Gerakan Non Blok bukan organisasi pembentuk blok sendiri.
 Gerakan Non Blok wadah perjuangan yang tidak bersifat pasif.
 Gerakan Non Blok mendukung setiap usaha menentang imperialisme, kolonialisme,
neokolonialisme, rasialisme, apartheid, serta zionisme (penjajahan dalam segala bentuk).
2. KTT II
Dilaksanakan tanggal 5 – 10 Oktober 1964, di Kairo, Mesir.
Hasil: demokrasi, hubungan internasional, kerjasama budaya.
3. KTT III
Dilaksanakan tanggal 10 Oktober 1970, di Lusaka, Zambia.
Hasil : kerja sama ekonomi dunia ke-3 (negara berkembang).
4. KTT IV
Dilaksanakan tanggal 5 – 9 September 1973, di Aljir, Aljazair.
Hasil : kerja sama ekonomi negara berkembang dan negara maju, serta mengatasi ketegangan
politik di Timur Tengah dan Afrika.
5. KTT V
Dilaksanakan tanggal 16 – 19 September 1976, di Kolombo, Sri Lanka.
Hasil : bahaya perang nuklir, memperkokoh persatuan, masalah Timor Timur (usulan Angola,
dulu jajahan Portugis).
6. KTT VI
Dilaksanakan tanggal 3 – 9 September 1979, Havana, Kuba.
Hasil: adanya perbedaan pandangan dalam Gerakan Non Blok, yaitu antara golongan Radikal
(Kuba, Aljazair, Vietnam) dengan golongan moderat (Indonesia, Yugoslavia, India, Sri Lanka)
tentang masalah serangan RRC ke Vietnam, perang saudara Kamboja, persetujuan Camp David
(Mesir – Israel).
7. KTT VII
Dilaksanakan tanggal,…… September 1982, di New Delhi, India.
Hasil : adanya perbedaan pendapat dalam GNB, bahwa ternyata Kuba pro Uni Soviet, sehingga
ketua GNB mengancam mengeluarkan Kuba dari anggota GNB.
8. KTT VIII
Dilaksanakan tanggal 1 – 6 September 1986, di Harare, Zimbabwe.
Hasil : setelah meredanya Perang Dingin Amerika Serikat, Uni Soviet lebih menekankan pada
masalah sosial – ekonomi.
9. KTT IX
Dilaksanakan tanggal 4 – 7 September 1989, Beograd, Yugoslavia.
Hasil : kurang membawa hasil bermanfaat karena perpecahan dalam negeri negeri Federasi,
Yugoslavia.
10. KTT X
Dilaksanakan tanggal 1 – 7 September 1992, Jakarta, Indonesia.
Hasil : penyelesaian Hutang Negara Berkembang. Adanya Deklarasi : Jakarta Message (Pesan
Jakarta).
11. KTT XI
Dilaksanakan tanggal 18 – 20 Oktober 1995, di Cartagena de Indieas, Kolombia.
Hasil : upaya rekonstrukturisasi Dewan Keamanan PBB.
12. KTT XII
Dilaksanakan tanggal 2 – 3 Desember 1999, di Durban, Afrika Selatan.
Hasil : perjuangan demokrasi bagi pengakuan negara dunia ke-3. Kebijakan hubungan
internasional Indonesia.
13. KTT XIII
Dilaksanakan tanggal 20 – 25 Pebruari 2003, di Kuala Lumpur, Malaysia.
Hasil : Menerima aonggota baru Timor Leste, Saint Vincent, Grendinis, sehingga berjumlah 116
negara. Menentang terjadinya perang AS – Inggris terhadap Irak.
14. KTT IV
Dilaksanakan tanggal 11 – 16 September 2006, di Havana, Kuba.
Hasil:
 menyelamatkan dunia dari bahaya terorisme internasional.
 memperjuangkan kepentingan bersama di segala bidang.
 pemanfaatan teknologi tinggi untuk peningkatan kesejahteraan rakyat di masing-masing negara.
 serukan pembahasan soal nuklir Iran.
15. KTT XV
Dilaksanakan tanggal 11 – 16 Juli 2009, di Sharm El-Sheikh, Mesir.
Hasil:
 perhatian pada krisis ekonomi dan moneter global.
 perlunya komunitas internasional kembali pada komitmen pada prinsip Piagam PBB.
 peningkatan kerja sama antar negara maju dan berkembang.
Perang Indonesia Dalam Gerakan Non Blok Pada Masa Perang Dingin
1. Peran Aktif dalam Pendirian Gerakan Non Blok (GNB)

1. Pada tahun 1992, Indonesia menjadi tuan rumah pennyelenggaraan KTT GNB ke X
2. Presiden Soeharto ditunjuk sebagai ketua GNB.
3. Indonesia memprakarsai kerja sama teknis di beberapa bidang seperti pertanian dan
kependudukan serta mencetuskan upaya untuk menghidupkan kembali dialog Utara-
Selatan.
4. Indonesia ikut memprakarsai berdirinya GNB

Dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan Politik Global

KTT GNB I mencetuskan prinsip politik bersama, yaitu bahwa politik berdasarkan
koeksistensi damai, bebas blok, tidak menjadi anggota pasukan militer dan bercita-
cita melenyapkan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasi. GNB juga memba
ntu Afrika Selatan dalam menghapus politik Apartheid.

GNB mencari perdamaian yang berkelanjutan melalui pemerintah global dan mewujudk
an adanya rasa optimism bahwa GNB dapat memainkan peran yang sangat
penting dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas. Pentingnya GNB terletak pada
kenyataan bahwa GNB merupakan gerakan Internasional terbesar kedua, setelah
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), GNB dapat mewujudkan eratnya hubungan
kerjasama antara negara satu dengan negara yang lain.

Dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan Ekonomi Global

Kerjasama antara anggota-anggota GNB dapat memiliki dampak positif pada situasi
ekonomi dunia. Dengan menciptakan tata hubungan ekonomi Internasional yang masih
seimbang, dan memperluas partisipasi negara-negara berkembang dalam proses
pengambilan keputusan mengenai masalah-masalah ekonomi dunia.
GNB membuat negara-negara anggota Non-Blok berjalan lancar tanpa hambatan.
Jadi GNB ini meningkatkan program kearah tata ekonomi dunia.

B. Perkembangan ASEAN dan Peran Indonesia dalam


ASEAN

1. Berdirinya ASEAN dan KTT ASEAN

Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (PERBARA) atau lebih populer dengan


sebutan Association of Southeast Asia Nations (ASEAN) merupakan sebuah organisasi
geopolitik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di
Bangkok, 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura, dan Thailand.

Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan
pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, serta memajukan perdamaian di tingkat
regionalnya. Negara-negara anggota ASEAN mengadakan rapat umum pada setiap bulan
November.
ASEAN sebagai Organisasi Internasional Regional.

a. Perkembangan ASEAN

Berdirinya ASEAN ditandai dengan penandatanganan Deklarasi Bangkok pada tanggal 8


Agustus 1967. Tokohtokoh yang menandatangani Deklarasi Bangkok adalah Adam Malik
(Menteri Luar Negeri Indonesia), S. Rajaratnam (Menteri Luar Negeri Singapura), Tun Abdul
Razak (Pejabat Perdana Menteri Malaysia), Thanat Khoman (Menteri Luar Negeri Thailand),
dan Narcisco Ramos (Menteri Luar Negeri Filipina).

Pada tanggal 8 Januari 1984 Brunei Darussalam bergabung menjadi anggota ASEAN. Vietnam
menjadi anggota ketujuh ASEAN pada tanggal 28 Juli 1995. Dua tahun kemudian, pada tanggal
23 Juli 1997 Laos dan Myanmar menjadi anggota ASEAN, disusul Kamboja pada tanggal 30
April 1999. Negara baru, Timor Leste, yang dahulu merupakan sebuah provinsi di Indonesia
hanya mendapatkan status pemerhati (observer) dalam ASEAN. Hal ini setelah menuai protes
dari beberapa negara ASEAN yang tidak mendukung masuknya Timor Leste ke ASEAN.

Tujuan ASEAN :

a. Mempercepat pertumbuhan ekonomi dan sosial budaya.


b. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional.
c. Meningkatkan kerja sama dengan saling membantu di bidang ekonomi, sosial budaya,
teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi.
d. Bekerja sama dalam meningkatkan pertanian dan industri, perluasan perdagangan,
penyempurnaan fasilitas komunikasi dan mempertinggi taraf hidup rakyat masing-
masing negara.
e. Meningkatkan pengkajian wilayah Asia Tenggara.
f. Memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan organisasi internasional dan
regional lainnya.
Negara Anggota ASEAN:
a. Indonesia: 8 Agustus 1967.
b. Malaysia: 8 Agustus 1967.
c. Singapura: 8 Agustus 1967.
d. Thailand: 8 Agustus 1967.
e. Filipina: 8 Agustus 1967.
f. Brunei Darussalam: 8 Januari 1984.
g. Vietnam: 28 Juli 1995.
h. Laos: 23 Juli 1997.
KTT ASEAN diselenggarakan oleh 10 negara Asia Tenggara setiap tahunnya.
Pertemuan Tahunan Anggota ASEAN

Tanggal Negara Tuan rumah

1 23‒24 Februari 1976 Indonesia Bali

2 4‒5 Agustus 1977 Malaysia Kuala Lumpur

3 14‒15 Desember 1987 Filipina Manila

4 27‒29 Januari 1992 Singapura Singapura

5 14‒15 Desember 1995 Thailand Bangkok

6 15‒16 Desember 1998 Vietnam Hanoi

7 5‒6 November 2001 Brunei Bandar Seri Begawan

8 4‒5 November 2002 Kamboja Phnom Penh

9 7‒8 Oktober 2003 Indonesia Bali

10 29‒30 November 2004 Laos Vientiane

11 12‒14 Desember 2005 Malaysia Kuala Lumpur

12 11‒14 Januari 20071,2 Filipina Cebu

13 18‒22 November 2007 Singapura Singapura

14 27 Februari-1 Maret 2009[2]3 Thailand Cha Am, Hua Hin

15 10-11 April 2009 Thailand Cha Am, Hua Hin

16 23–25 Oktober 2009 Thailand Cha Am, Hua Hin

17 8-9 April 2010 Vietnam Hanoi

18 28-31 Oktober 2010 Vietnam Hanoi

19 7-8 Mei 2011 Indonesia Jakarta

20 14-19 November 2011 Indonesia Bali


21 3-4 April 2012 Kamboja Phnom Penh

22 17-20 November 2012 Kamboja Phnom Penh

23 24-25 April 2013 Brunei Bandar Seri Begawan

24 9-10 Oktober 2013 Brunei Bandar Seri Begawan

25 10–11 Mei 2014 Myanmar Naypyidaw

26 10–12 November 2014 Myanmar Naypyidaw

27 26–27 April 2015 Malaysia Kuala Lumpur/Langkawi

28 18–22 November 2015 Malaysia Kuala Lumpur

29 6–8 September 2016 Laos Vientiane

30 28–29 April 2017 Filipina Pasay

31 13–14 November 2017 Filipina Pasay

32 April 2018 Singapura Singapura

33 November 2018 Singapura Singapura

34 20-23 Juni 2019 Thailand Bangkok

35 31 Oktober-4 November 2019 Thailand Bangkok

36 TBA Vietnam TBA

37 TBA Vietnam TBA

1
Ditunda dari tanggal sebelumnya 10‒14 Desember 2006 akibat Badai Seniang

2
Menjadi tuan rumah setelah Myanmar mundur karena ditekan AS dan UE

3
Ditunda dari tanggal sebelumnya 12‒17 Desember 2008 akibat krisis politik Thailand 2008. Pertemuan pada
Maret kemudian dibatalkan akibat aksi unjuk rasa di lokasi pertemuan.

Konferensi Tingkat Tinggi Tak Resmi ASEAN

Tanggal Negara Tuan rumah

1 30 November 1996 Indonesia Jakarta

2 14‒16 Desember 1997 Malaysia Kuala Lumpur

3 27‒28 November 1999 Filipina Manila

4 22‒25 November 2000 Singapura Singapura

Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa ASEAN


Tanggal Negara Tuan rumah

1 6 Januari 2005 Indonesia Jakarta

Hasil dari KTT resmi ASEAN


KTT ke-1

 Deklarasi Kerukunan ASEAN; Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara
(TAC); serta Persetujuan Pembentukan Sekretariat ASEAN.
KTT ke-2

 Pencetusan Bali Concord 1.


KTT ke-3

 Mengesahkan kembali prinsip-prinsip dasar ASEAN.


 Solidaritas kerjasama ASEAN dalam segala bidang.
 Melibatkan masyarakat di negara-negara anggota ASEAN dengan memperbesar peranan swasta
dalam kerjasama ASEAN.
 Usaha bersama dalam menjaga keamanan stabilitas dan pertumbuhan kawasan ASEAN.
KTT ke-4

 ASEAN dibentuk Dewan ASEAN Free Trade Area (AFTA) untuk mengawasi, melaksanakan
koordinasi.
 Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan Skema Tarif Preferensi Efektif Bersama (Common
Effective Preferential Tariff/CEPT) menuju Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN.
KTT ke-5

 Membicarakan upaya memasukkan Kamboja, Laos, Vietnam menjadi anggota serta memperkuat
identitas ASEAN di mata dunia.
KTT ke-6

 Pemimpin ASEAN menetapkan Statement of Bold Measures yang juga berisikan komitmen
mereka terhadap AFTA dan kesepakatan untuk mempercepat pemberlakuan AFTA dari tahun
2003 menjadi tahun 2002 bagi enam negara penandatangan skema CEPT, yaitu Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand.
KTT ke-7

 Mengeluarkan deklarasi HIV/AIDS.


 Mengeluarkan deklarasi Terorisme, karena menyangkut serangan terorisme pada gedung WTC di
Amerika.
KTT ke-8

 Pengeluaran deklarasi Terorisme, bagaimana cara-cara pencegahan.


 Pengesahan ASEAN Tourism Agreement.
KTT ke-9

 Pencetusan Bali Concord II yang akan dideklarasikan itu berisi tiga konsep komunitas ASEAN
yang terdiri dari tiga pilar, yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASC), Komunitas Ekonomi
ASEAN (AEC) dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASSC).
KTT ke-10

 Program Aksi Vientiane (Vientiane Action Program) yang diluluskan dalam konferensi tersebut
menekankan perlunya mempersempit kesenjangan perkembangan antara 10 negara anggota
ASEAN, memperluas hubungan kerja sama dengan para mitra untuk membangun sebuah
masyarakat ASEAN yang terbuka terhadap dunia luar dan penuh vitalitas pada tahun 2020.
KTT ke-11

 Perjanjian perdagangan jasa demi kerja sama ekonomi yang komprehensif dengan Korea Selatan,
memorandum of understanding (MoU) pendirian ASEAN-Korea Center, dan dokumen hasil
KTT Asia Timur yang diberi label Deklarasi Singapura atas Perubahan Iklim, Energi, dan
Lingkungan Hidup.
KTT ke-12

 Membahas masalah-masalah mengenai keamanan kawasan, perundingan Organisasi


Perdagangan Dunia (WTO), keamanan energi Asia Tenggara, pencegahan dan pengendalian
penyakit AIDS serta masalah nuklir Semenanjung Korea.
KTT ke-13

 Penandatanganan beberapa kesepakatan, antara lain seperti perjanjian perdagangan dalam


kerangka kerjasama ekonomi dan penandatangan kerjasama ASEAN dengan Korea Center,
menyepakati ASEAN Center.
KTT ke-14

 Penandatanganan persetujuan pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-


Selandia Baru.

Hasil dari KTT tidak resmi ASEAN (BASKARA)[sunting | sunting sumber]


KTT tidak resmi ke-1

 Kesepakatan untuk menerima Kamboja, Laos, dan Myanmar sebagai anggota penuh ASEAN
secara bersamaan. (BASKARA)
KTT tidak resmi ke-2

 Sepakat untuk mencanangkan Visi ASEAN 2020 yang mencakup seluruh aspek yang ingin
dicapai bangsa-bangsa Asia Tengara dalam memasuki abad 21, baik di bidang politik, ekonomi
maupun sosial budaya.
KTT tidak resmi ke-3

 Kesepakatan untuk mengembangkan kerja sama di bidang pembangunan ekonomi, sosial, politik
dan keamanan serta melanjutkan reformasi struktural guna meningkatkan kerja sama untuk
pertumbuhan ekonomi di kawasan.
KTT tidak resmi ke-4

 Sepakat untuk pembangunan proyek jalur kereta api yang


menghubungkan Singapura hingga Cina, bahkan Eropa guna meningkatkan arus wisatawan.
KTT Luar Biasa (Jakarta, 6 Januari 2005)

 Pembahasan bagaimana penanggulangan dan solusi menghadapi gempa atau tsunami.

Peran Serta Indonesia dalam ASEAN

Indonesia menunjukkan peran aktif dalam ASEAN sejak masa pembentukannya. Indonesia
berkeyakinan bahwa Asia Tenggara bisa berkembang menjadi kekuatan regional yang mandiri
dan kuat. Peran Indonesia dalam ASEAN sebagai berikut:

• Sebagai negara pemrakarsa berdirinya ASEAN.


• Sebagai penyelenggara KTT I dan IX yaitu di Bali.
• Sebagai tempat kedudukan sekretariat tetap, yaitu di Jakarta.
• Turut menyelesaikan pertikaian antarbangsa atau negara.
• Mendukung kesepakatan bahwa Asia sebagai kawasan yang bebas, damai, netral, atau
Zone of Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN).
• Menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting (JIM) untuk meredakan konflik di
wilayah Kamboja.

C. Kerja Sama Negara-Negara Kawasan Utara-Selatan.


1. Lahirnya Kerja sama Negara Kawasan Utara-Selatan

Istilah kawasan Utara dan Selatan ini lebih memiliki makna ekonomis bukan geografis. Apa
maksudnya? Maksudnya itu, dalam kedua kawasan tersebut, terdapat pengelompokan beberapa
negara. Seperti kawasan Utara, negara-negara yang masuk ke dalam kawasan itu adalah negara-
negara maju yang secara geografis terletak di Eropa Barat, Amerika, dan Kanada. Sedangkan
beberapa negara yang masuk ke dalam kawasan Selatan adalah negara-negara berkembang yang
secara geografis terletak di wilayah Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Negara-negara kawasan Utara ini tergabung dalam Group of Seven (G-7), ada Amerika Serikat,
Inggris, Kanada, Prancis, Italia, Jerman, dan satu negara Asia yang masuk ke dalamnya adalah
Jepang. Kalau kawasan Selatan, negara-negaranya tergabung ke dalam kelompok 77 (G-77),
seperti yang sudah disebutkan di atas yaitu negara-negara berkembang seperti Indonesia,
Filipina, Vietnam, dan lainnya.

Kerja sama kawasan Utara dan Selatan itu adalah kerja sama antara negara maju dan negara
berkembang . Hubungan kerjasamanya diawali sejak diadakannya pertemuan antara negara
produsen minyak dengan negara-negara konsumennya. Pertemuannya itu digelar pada tanggal 7
April tahun 1975 di kota Paris, Prancis.

Pertemuan yang diprakarsai oleh Amerika Serikat dan Prancis ini dilanjutkan
dengan Konferensi Kerja Sama Ekonomi Internasional yang diadakan pada tanggal 16-18
Desember 1975 di kota yang sama. Pertemuan inilah yang kemudian dikenal sebagai kerja sama
Utara-Selatan.
Tujuan kerja sama ini adalah:

 Menghormati hubungan antara negara-negara industri (kawasan Utara) dengan negara-


negara berkembang (kawasan Selatan)
 Mengikutsertakan negara-negara berkembang dalam perundingan perekonomian dunia.
 Membagi keuntungan secara adil dari diadakannya perdagangan internasional

Kemudian pada tahun 1979, jumlah negara berkembang semakin banyak nih, mencapai 150
negara pada tahun itu. Melihat hal itu, PBB kemudian membentuk United Nations Conference on
Trade and Development (UNCTAD). Organisasi tersebut dibentuk untuk menjalin kerja sama
dalam kebijakan ekonomi ataupun perdagangan antara negara-negara di dunia agar
menguntungkan semua pihak.

2.Peran Indonesia dalam kerja sama kawasan Utara dan Selatan

Pada saat Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok yang ke-X di Jakarta pada 1-7
September 1992, Indonesia menjadi tuan rumah sekaligus ketua dari Gerakan Non-Blok. Pada
saat itu, Indonesia mendorong kembali diadakannya dialog antara kawasan Utara dan Selatan.
Tujuannya itu difokuskan pada masalah perdagangan barang komoditas internasional.

Negara-negara di kawasan Selatan juga menginginkan komposisi yang adil, sehingga dapat
saling menguntungkan dari penjualan komoditas tersebut , hal itu terangkum dalam
kerangka New Partnertship for Development atau kemitraan bagi perkembangan. Sehingga, perlu
juga diadakannya dialog antara Selatan dengan Selatan.

MATERI PERTEMUAN MINGGU DEPAN :


D. MASALAH PALESTINA
F. DAMPAK PERAN INDONESIA TERHADAP POLITIK DAN EKONOMI GLOBAL

Anda mungkin juga menyukai