Anda di halaman 1dari 35

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami kelompok dapat menyelesaikan tugas
makalah “Asuhan Keperawatan Klien dengan "Tumor Otak" dengan baik dan
lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah yaitu ibu Ns, fitriani. S. Kep., M. Kep.
Makalah “Asuhan Keperawatan Klien dengan Tumor Otak" ini disajikan
dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca
dalam memahami makalah ini. Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat
memahami Asuhan Keperawatan Klien dengan Tumor Otak. Ucapan terimakasih
kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuuk belajar makalah
“Asuhan Keperawatan Klien dengan Tumor Otak”. Tidak lupa penulis sampaikan
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan berupa konsep,
pemikiran dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala
kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari
pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas lain dan pada waktu
mendatang.

Sorong, 30 Oktober 2021

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3
2.1 Definisi Tumor Otak..........................................................................................3
2.2 Etiologi Tumor Otak..........................................................................................4
2.2 Patofisiologi Tumor Otak...................................................................................5
2.3 Klasifikasi Tumor Otak......................................................................................6
2.5 Manifestasi Klinik............................................................................................12
2.6 Penatalaksanaan Tumor Otak...........................................................................14
2.7 Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak...............................................................15
2.8 Komplikasi Tumor Otak .................................................................................21
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS TUMOR OTAK...............................23
4.1 Kasus................................................................................................................37
4.2 Pengkajian........................................................................................................37
4.3 Analisa Data.....................................................................................................39
4.4 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................40
WOC...............................................................................................................................42
BAB 5 PENUTUP..........................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................44

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang
baik jinak maupun ganas yang tumbuh diotak, meningen dan tengkorak (Sylvia.A.
1995:1030). Tumor otaak dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu herediter, sisa sisa
sel embrional, radiasi, virus, substansi-substansi karsinogenik. Tumor otak menyebabkan
gangguan neurologis progresif. Gangguan neurologis ini disebabkan oleh adanya
gangguan fokal oleh tumor dan peningkatan tekanan intracranial. Gangguan fokal terjadi
bila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.

Tumor otak merupakan penyebab kematian yang kedua dari semua kasus kanker
yang terjadi pada pria berusia 20-39 tahun. Selama periode 2009-2013 terdapat 173 kasus.
Dari 173 kasus secara keseluruhan diketahui bahwa wanita lebih banyak terkena tumor
otak dibanding pria dengan perbandingan 1,8:1. Selain itu diketahui bahwa meningioma
merupakan tumor terbanyak dengan 100 kasus dari 173 kasus(57,8%) diikuti oleh
astrositoma dengan 50 kasus (28,9%) dengan lokasi tumor terbanyak pada frontal
(30,1%).

Penatalaksanaan tumor otak dapat melalui terapi operasi jika obat-obatan


antiedema otak tidak dapat diberikan secara terus menerus, terapi konservatif yang
meliputi radioterapi, kemoterapi dan imunoterapi. Radioterapi dilakukan untuk
menghancurkan tumor dengan dosis yang masih dapat diteleransi oleh jaringan normal
yang ditembusnya. Kemoterapi digunakan untuk tumor otak astrositoma, glioblastoma
dan astrositoma anaplastik beserta variannya. Imunoterapi diguanakan jika terdapat
gangguan fungsi imunologi tubuh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari tumor otak?
2. Bagaimana etiologi dari tumor otak?

4
3. Bagaimana patofisiologi dari tumor otak?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari tumor otak?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari tumor otak?
6. Pemeriksaan penunjang apa yang bisa digunakan untuk pasien dengan tumor otak?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor otak?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor otak.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui definisi tumor otak
2. Mahasiswa mampu memahami apa saja penyebab dan patofisiologi yang
menyebabkan tumor otak
3. Mahasiswa memahami manifestasi klinis tumor otak
4. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami penatalaksanaan tumor otak
5. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk
pasien dengan tumor otak
6. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pasien dengan tumor otak

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tumor Otak

5
Gambar 1. Tumor Otak
Tumor Otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak. Banyak jenis tumor yang
berbeda-beda. Beberapa tumor otak bukan merupakan kanker (jinak) dan beberapa tumor
otak lainnya adalah kanker (ganas). Tumor otak dapat berasal dari otak (tumor otak
primer) atau kanker yang berasal dari bagian tubuh lain dan merambat ke otak (tumor
otak sekunder / metastatik).
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang
baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (Sylvia.A,
1995: 1030). Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial)
atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan
selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal
dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ
lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut
tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002).
Central Brain Tumor Registry for the United States (CBTRUS) memperkirakan
bahwa akan terdapat 190.600 tumor otak yang akan terdiagnosis pada 2005. Dari jumlah
tersebut 43.800 diperkirakan adalah tumor otak primer dan sisanya adalah sekunder atau
metastasis. Insiden umum untuk tumor otak primer dan CNS adalah 14 kasus per 100.000
orang/tahun. Insiden tumor otak tampaknya makin meningkat, tetapi ini mungkin
mencerminkan diagnosis yang lebih cepat dan lebih akurat. CBTRUS mencatat bahwa,
pada tahun 2000, sekitar 359.00 orang di Amerika Serikat hidup dengan tumor otak
primer dengan 75% memiliki tumor jinak dan 23% memiliki tumor ganas.

2.2 Etiologi Tumor Otak


Tidak ada faktor etiologi jelas yang telah ditemukan untuk tumor otak primer.
Walaupun tipe sel yang berkembang menjadi tumor sering kali dapat diidentifikasi,
mekanisme yang menyebabkan sel bertindak abnormal tetap belum diketahui.
Kecenderungan keluarga, imunosupresi, dan faktor-faktor lingkungan sedang diteliti.

6
Waktu puncak untuk kejadian tumor otak adalah decade kelima dan ketujuh. Selain itu,
pria terkena lebih sering dari pada wanita.

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti. Adapun
faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-
anggota sekeluarga. Dibawah 5% penderita glioma mempunyai sejarah keluarga
yang menderita brain tumor. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang
dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor
familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang
kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-Sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan
pada hewan.

7
f. Trauma kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak massa
otak akhirnya terjadi tumor otak.

2.3 Patofisiologi Tumor Otak


Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh
dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial (TIK).
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau
invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut dan
dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi,
invasi, dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti bertambahnya
massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi CSS. Tumor ganas
menyebabkan edema dalam jaringan otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan
tekanan osmosis yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan edema
yang disebabkan oleh kerusakan sawar di otak, menimbulkan peningkatan volume
intracranial dan meningkatkan TIK.
Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif
dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intracranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini meliputi volume darah intrakranial, volum CSS, kandungan cairan
intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan
mengakibatkan herniasi untuk serebellum.
Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ke-3. Pada
herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh
suatu massa posterior.
Kompresi medulla oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan gangguan pernapasan.
8
2.4 Klasifikasi Tumor Otak
1. Klasifikasi stadium (Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan
berdasarkan grading) :
a. WHO grade I : tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca reseksi
cukup baik.
b. WHO grade II : tumor bersifat infiltratif , aktivitas mitosis rendah, namun sering
timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat progresif ke arah derajat
keganasan yang lebih tinggi.
c. WHO grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi tinggi,
dan terdapat anaplasia.
d. WHO grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya berhubungan
dengan progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post operasi
2. Jenis – jenis Tumor otak berdasarkan WHO 2000, tumor otak dibagi menjadi :
a. Tumors of the Neuroepithelial tissue :
1) Astrocytic tumor terdiri dari :
a) Pilocytic astrocytoma (grade I)
b) Diffuse Astrocytoma (grade II)
c) Anaplastic astrocytoma (grade III)
d) Glioblastoma multiforma (grade IV)
2) Oligodendroglioma tumors :
a) Oligodendroglioma (grade II)
b) Anaplastic oligodendroglioma (grade III)
3) Glioma campuran :
a) Oligoastrocytoma (grade III)
b) Anaplastic oligoastrocytoma (grade III)
b. Ependymal tumors
c. Choroid plexus tumors
d. Pineal Parenchymal tumors
e. Embryonal tumors :
1) Medulloblastoma
2) Primitive neuroectodermal tumors (PNET)
f. Meningeal tumors : Meningioma
g. Primary CNS Lymphoma
9
h. Germs cell tumors
i. Tumors of the sellar region
j. Brain metastase of the systemic cancers.

Tabel skema untuk mengklasifikasi Tumor Otak


Tipe Tumor Kriteria
Astrositoma Peningkatan jumlah astrosit;astrosit matang; astrosit yang
berkembang dengan normal.
Astrositoma Peningkatan jumlah astrosit yang kurang matur; kemungkinan
anaplastik ada gambaran mitotic (gambaran mitotic menunjukkan
peningkatan pembelahan sel dan perubahan keganasan).
Glioblastoma Peningkatan jumlah sel astrotis;astrotis imatur;adanya
multiformis gambaran mitosis;perdarahan;nekrosis, pembengkakan dan
batas tumor yang tidak jelas.

3. Berdasarkan Jenis Tumor


1. Jinak
Pertumbuhan tumor jinak lambat dan biasanya berkapsul sehingga mudah
dibedakan dengan jarinngan sekitarnya karena berbatas tegas. Pembesaran tumor
akan menekan jaringan di dekatnya dan dapat menyebabkan obstruksi atau atrofi.
1) Acoustic Neuroma
Tumor jinak dan sebaiknya disebut sebagai schwannoma, tumbuh dari sel
selubung saraf pada kompleks nervus VIII pada region meatus auditorius
internus. Manifestasi awal yang khas adalah gangguan pendengaran
sensorineural unilateral, yang disebabkan oleh kerusakan nervus delapan
dalam meatus (lesi intrakanalikular). Ekspansi tumor lebih lanjut ke sudut
serebelopontin melibatkan nervus kranialis yang berdekatan (nervus V dan
VII). Pertumbuhan tumor lebih lanjut menyebabkan ataksia ipsilateral akibat
kompresi batang otak-serebelum dan palsi nervus kranialis bagian bawah
(bulbar). Akhirnya, terjadi gambaran peningkatan tekanan intracranial,
terutama jika terjadi hidrosefalus akibat ostruksi pada tingkat ventrikel
keempat. tumor lain yang dapat mengenai sudut serebelopontin termasuk
meningioma dan metastasis.

10
2) Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi
jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya. Pasien
usia tua sering terkena dan perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki.
Tumor ini sering kali memiliki banyak pembuluh darah sehingga mampu
menyerap isotop radioaktif saat dilakukan pemeriksaan CT scan otak.
3) Pitiutary Adenoma
Jika terjadi ekspansi tumor hipofisis, maka tumor dapat mengenai struktur di
atas maupun di sekeliling fosa hipofisis (ekstensi suprasela dan parasela).
Manifestasi neurologis klasik dari lesi ini adalah hemianopia bitemporal yang
disebabkan oleh kompresi kiasma optikum oleh ekstensi suprasela suatu
adenoma. Keadaan patologis lainnya yang dapat menyebabkan kompresi
kiasma, sehingga menyerupai adenoma hipofisis adalah aneurisma karotis,
meningioma suprasela, dan kraniofaringioma (tumor yang berasal dari sel
perkembangan epitel bukan yang secara embriologis dekat dengan tangkai
hipofisis).
Adenoma hipofisis dapat menyebabkan gangguan endokrin bersamaan dengan
atau tanpa gangguan lapang pandang. sel tumor dapat bersifat fungsional,
yaitu mensekresi hormone hipofisis anterior (akromgeali yang disebabkan oleh
kelebihan hormone, prolaktinoma, penyakit Cushing akibat tumor yang
mensekresi kortikortropin). selain itu, dapat terjadi hipopituitarisme akibat
supresi sel normal kelenjar oleh tumor. Terkadang adenoma hipofisis dapat
mengalami infark akut. pasien menunjukkan gejala nyeri kepala akut dan
muntah-muntah (menyerupai perdarahan subarachnoid) dan hipopituitarisme
akut (aplopeksi hipofisis). Pembengkakan jaringan tumor nekrotik
menyebabkan hemianopia bitemporal yang berkemebang cepat dengan
oftalmoplegia bilateral akibat ekstensi paraselar ke sinus kavernosus.
4) Astrocytoma (Grade 1)
b. Malignan
Tumor ganas sering disebut juga kanker, tumbuh dengan cepat dan
cenderung berinvasi ke jaringan sekitarnya sehingga batasnya tidak tegas dan
jarang berkapsul. Pada umumnya, tumor ganas diberi nama sesuai dengan asal
jaringan saat embrio. Tumor ganas yang berasal dari ectoderm dan endoderm
disebut karsinoma, dan yang berasal dari mesoderm disebut sebagai sarcoma. Jika
11
jaringan tumor ganas sangat menyerupai jaringan embrio, tumor ini disebut
sebagai blastoma, sepertipada neuroblastoma. Jika tumor tersebut berasal dari dua
lapis jaringan embrio, disebut karsinosarkoma. Jika berasal dari tiga lapis jaringan
embrio disebut sebagai teratoma.
1) Astrocytoma (Grade 2,3,4)
2) Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat muncul
hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan
simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan
merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif.
3) Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada ependim
yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi tetapi dapat
terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Dua faktor utama yang
mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan hidup
jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien
maka makin buruk progmosisnya.
4) Metastase Tumor Otak
Tumor dengan lokasi utama di luar otak. Kanker paru, payudara, dan ginjal,
serta melanoma ganas adalah sumber utama kanker otak metastasis. Tumor
metastasis pada otak umumnya multiple yang membuatnya lebih sulit
ditangani. Lokasi tumor dapat terletak di dalam otak itu sendiri atau di
meningen yang melapisi otak itu sendiri atau di meningen yang melapisi otak.
4. Berdasarkan Lokasi Tumor
a. Tumor Supratentorial
1) Glioma :
a) Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di
hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral melalui korpus
kolosum. Tumor di dalam otak berkembang dari sel otak, disebut sel glial.
Sel ini adalah beberapa dari yang disebut sel pendukung yang tidak
mengirimkan impuls saraf, tapi melaksanakan tugas-tugas yang berarti
bagi otak, misalnya membersihkan zat kimia yang berlebihan. Terkadang
tumor glial tumbuh sangat lambat dan orangnya bisa hidup normal selama
12
bertahun-tahun sebelum masalah muncul. tumor sel glial lainnya tumbuh
dengan cepat sekali dan berisi sel yang membagi dengan sangat cepat.
Obat belum menjadi alat efektif untuk mengobati tumor yang tumbuh
dengan cepat semacam itu. Jenis tumor yang merupakan masalah
pengobatan terbesar dalam bentuk tumor glial, glioblastoma.
Glioblastoma atau glioblastoma multiform adalah stadium tertinggi
glioma (grade IV), tumor paling ganas dalam kelas astrocytoma, dan sama
dengan grade IV glioma. Gambaran histologist yang ditambilkan
glioblastoma dari seluruh grade menunjukkan adanya nekrosis dan
peningkatan pembuluh darah disekitar tumor. Tumor grade IV tumbuh
dengan cepat dan memiliki tingkat keganasan yang tinggi.
Banyak peneliti berusaha muncul dengan terapi lebih baik untuk
tumor terberat, Glioblastoma. satu pendekatan adalah memasukkan obat
penghancur kanker langsung ke dalam tumor dalam bentuk tablet berisi
obat bubuk yang dikeluarkan dengan lambat. Pendekatan ini
memperpanjang kelangsungan dan kulitas hidup, tapi sejauh ini belum
memproduksi obat. Tehnik genetic modem juga diuji yang dapat
memasukkan gen ke dalam tumor, dengan harapan akan membunuh tumor,
atau membuatnya lebih responsive terhadap pengobatan dengan
kemoterapi atau radiasi.

Terdapat 2 subtipe glioblastoma


1. De Novo (baru atau primer)
Tumor de novo tumbuh sangat cepat dan segera membentuk sel yang
terlihat berbahaya. tumor tersebut merupakan kejadian tumor
terbanyak dan sangat berbahaya dari glioblastoma.
2. Sekunder
Glioblastoma sekunder sering ditemukan pada pasien berusia kurang
dari 45 tahun hingga 45 tahun. Glioblastoma sekunder ditandai dengan
dimulainya grade astrocytoma awal hingga grade sedang yang berasal
dari kelainan gen yang akan berubah menjadi ganas, tumbuh cepat
menjadi glioblastoma.

13
Tampilan makroskopis glioblastoma yaitu massa yang berbatas
tegas atau neoplasma yang infiltrative secara difus. hampir 60% tumor ini
merupakan massan yang solid dan sisanya kistik. nekrosis tumor juga
dapat dijumpai. Potongan tumor dapat berupa massa yang lunak berwarna
keabu-abuan atau kemerahan atau berupa daerah nekrosis dengan
konsistensi seperti krim kekuningan atau berwarna cokelat kemerahan.
Tampilan mikroskopik glioblastoma berupa massa hiperseluler,
pleiomorfisme sel dan nucleus serta nekrosis. garam kalsium dijumpai
pada 3% kasus. Kadang ada kecenderungan sel untuk berkumpul di sekitar
daerah nekrosis, dimana tampilan ini dikenal dengan istilah
pseudopalisade. terjadi pertambahan jumlah kapiler dan proliferasi
endotelnya. gejala yang dialami pasien mulai dari nyeri kepala, gangguan
motorik, perubahan mental, kejang, abnormalitas neurologis berupa refleks
yang abnormal, konfusi atau diaorientasi, kesadangan menurun, gangguan
lapang pandang, koma dan parese nervus ke III dan VI.

Gambar 2. Glioblastoma – MR sagittal with contrast

b) Astroscytoma
Neoplasma pada sistem saraf pusat dimana sel predominan
diturunkan pada astrosit (neuroglia bentuk seperti bintang). Pada orang
dewasa tumbuh di hemisfer serebri. Pada anak-anak dan dewasa muda di
serebelum, dan pada umumnya berisi cairan atau kistik.
c) Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi
terdiri dari sel sel oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan

14
cenderung mengalami klasifikasi biasanya di jumpai pada hemisfer otak
orang dewasa muda.
2) Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari meningen,
sel sel mesotel, dan sel sel jaringan penyambung araknoid. Tumor ini
umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan duramater yang lebar
(broad base) berbatas tegas karena adanya psedokapsul dari membran
araknoid. Pada kompartemen supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak
dekat dengan tulang dan kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis.
Karena merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai
dengan tempat perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid
ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%), Tuberculum sellae
(10%), Konveksitas serebellum (5%), dan Cerebello-Pontine angle. Karena
tumbuh lambat defisit neurologik yang terjadi juga berkembang lambat
(disebabkan oleh pendesakan struktur otak di sekitar tumor atau letak
timbulnya tumor). Pada meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis
dan asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii
sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial
sphenoid ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan menyebabkan
gangguan visus yang progresif. Secara mikroskopis, sel tumor terlihat bundar,
oligonal, oval, atau bentuk spindle. intinya teratur, bundar atau oval,
leptokromatik. Sitoplasmanya berwarna eosinofilik pucat. tumor ini
vaskularisasinya banyak, shingga untuk pendekatan tindakan operatif mutlak
dilakukan angiografi. CT-scan non kontras terlihat hiperdens. post kontras
enhancemennya homogen, kecuali bila terjadi nekrotik, kistik, dan hemoragis.

Gambar 3. Meningioma
Gambar 4. Lokasi umum Meningioma

15
b. Tumor Infratentorial
1) Schwanoma akustikus
Biasanya lambat pertumbuhannya dan paling sering berkembang
pada saraf akustikus sehingga muncul gejala gangguan pendengaran.
2) Tumor metastasis
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh
tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling
sering berasal dari paru-paru dan payudara. Namun neoplasma dari saluran
kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke
otak. Organ tubuh seperti tulang, paru, dan otak mempunyai kecenderungan
lebih besar sebagai tempat metastasis jika dibandingkan dengan organ tubuh
lain, sebaliknya limpa, ginjal, dan hari merupakan organ yang paling jarang
terkena.
Kanker dapat menyebar dari satu organ ke lainnya saat cukilan kecil
tumor pecah dan memasuki aliran darah. Lalu cukilan tumor terbawa ke orang
lain, yang memulai aksinya. kanker yang menyebar ke otak paling umum
menimpa orang lanjut usia; kanker paru, payudara, usus dan kaker kulit yang
disebut melanoma yang berbahaya. Kanker prostat adalah kasus khusus karena
atas suatu alasan, penyebarannya mengarah ke penutup otak daripada jaringan
otak itu sendiri.
Pada saat kanker menyebar ke otak, biasanya tumbuh sebagai tumor
tunggal. jadi, tumor otak metastatic memiliki gejala sama sebagai tumor otak
primer dan terlihat mirirp sekali pada studi pencitraan. Dokter bisa
memberitahu perbedaan hanya dengan melihat tumor di bawah mikroskop dan
mengenali bahwa sel-sel yang membentuk tumor tidak, secara normal, berada
di dalam otak tapi bergerak ke sana dari paru-paru atau payudara. tak ajrang
gejala dari otak adalah tanda pertama yang meanndai munculnya kanker. di
waktu-waktu yang lan, keterlibatan otak dalam penyakit sudah terlambat,
setelah kanker sudah menyebar ke organ-organ lain.
3) Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari meningen,
sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dural.
4) Hemangioblastoma
16
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang
paling sering dijumpai dalam serebelum.

2.5 Manifestasi Tumor Otak


1. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis mungkin tidak spesifik yang dapat disebabkan oleh edema
dan peningkatan TIK atau spesifik yang disebabkan oleh lokasi anatomi tertentu.
a. Perubahan Status Mental
Seperti pada gangguan neurologis atau bedah syaraf, perubahan tingkat
kesadaran atau sensoris dapat ditemukan. Perubahan status emosional dan mental,
seperti letargi dan mengantuk, kebingungan, disorientasi, serta perubahan
kepribadian dapat ditemukan.
b. Sakit kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang
kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri
kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver
valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50%
penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan
terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih
ke oksiput dan leher. 
Sakit kepala dapat terbatas atau keseluruhan. Biasanya intermiten dengan
durasi meningkat dan dapat diperparah dengan perubahan posisi atau mengejan.
Sakit kepala parah dan berulang pada klien yang sebelumnya bebas sakit kepala
atau sakit kepala berulang di pagi hari yang frekuensi dan keparahannya
meningkat dapat menandakan suatu tumor intrakranial dan membutuhkan
pengkajian lebih lanjut.
c. Mual dan Muntah
Manifestasi klinis mual dan muntah dipercaya terjadi karena tekanan pada
medula, yang terletak pusat muntah. Klien sering mengeluhkan sakit kepala parah
setelah berbaring di ranjang. Saat sakit kepala makin nyeri, klien juga dapat
mengalami mual atau muntah yang spontan. Selama episode muntah biasanya
nyeri kepala akan berkurang.
d. Papiledema

17
Kompresi pada nervus kranialis kedua, nervus optik, dapat menyebabkan
papiledema. Mekanisme patofisiologis yang mendasari hal ini masih belum
diapahami. Peningkatan tekanan intrakranial mengganggu aliran balik vena dari
mata dan menumpuk darah di vena retina sentralis. Juga dikenal sebagai “Choked
disc”, papiledema umum pada klien dengan tumor intrakranial dan mungkin
merupakan manifestasi awal dari peningkatan tekanan intrakranial. Papiledema
awal tidak menyebabkan perubahan ketajaman penglihatan dan hanya dapat
dideteksi dengan pemeriksaan oftalmologis. Papiledema parah dapat
bermanifestasi sebagai penurunan tajam penglihatan.
e. Kejang
Kejang, fokal atau umum, sering ditemui pada klien dengan tumor
intrakranial, terutama tumor hemisfer serebral. Kejang dapat parsial atau
menyeluruh. Kejang parsial biasanya membantu membatasi lokasi tumor.
2. Manifestasi Lokal
Manifestasi klinis lokal disebabkan oleh kerusakan, iritasi, atau kompresi dari
sebagian otak tempat tumor terletak.
1) Kelemahan Fokal ( misal, hemiparesis)
2) Gangguan sensoris, antara lain tidak dapat merasakan (anestesia), atau
sensasi abnormal (Parestesia)
3) Gangguan bahasa
4) Gangguan koordinasi (misal, jalan sempoyongan)
5) Gangguan penglihatan seperti diplopia (pandangan ganda) atau gangguan
lapang pandang (monopia)

2.6 Penatalaksanaan Tumor Otak


Faktor –faktor prognostik sebagai pertimbangan penatalaksanaan:
1. Usia
2. General Health
3. Ukuran Tumor
4. Lokasi Tumor
5. Jenis Tumor
Langkah pertama pada pengobatan tumor otak ialah pemberian kortikostreoid
yang bertujuan untuk memberantas edema otak. Pengaruh kortikostreoid terutama dapat
dilihat pada keadaan-keadaan seperti nyeri kepala yang hebat, deficit motorik, afasia dan
18
kesadaran yang menurun. Beberapa hipotesis yang dikemukakan: meningkatkan
transportasi dan reasirbsi cairan serta memperbaiki permeabilitas pembuluh darah. Jenis
kortikostreoid yang dipilih yaitu glukokortikoid; yang paling banyak dipakai ialah
deksametason, selain itu dapat diberikan prednisone atau prednisolon. Dosis
deksametason biasa diberikan 4-20 mg intravena setiap 6 jam untuk mengatasi edema
vasogenik (akibat tumor) yang menyebabkan tekanan tinggi intracranial (Greenberg et al.,
1999). Selain itu terapi suportif yang dapat dilakukan yaitu IVFD RL XX tetes/menit
(makro), ceftriaxon vial 1 gram/12 jam, ranitidine ampul 1 gram/12 jam, dexamethason 1
ampul/6 jam.
Untuk tumor otak metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitu :
1) Pembedahan
Tumor jinak sering kali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan
pembedahan merupakan tindakan yang berpotensi kuratif, untuk tumor primer
maligna, atau sekunder biasanya sulit disembuhkan. Pembedahan tumor biasanya
harus melalui diagnosis yang histologis terlebih dahulu.
2) Terapi Medikamentosa
a) Antikonvulsan untuk epilepsi
b) Kortikosteroid (dekstrametason) untuk peningkatan tekanan intrakranial. Steroid
juga dapat memperbaiki defisit neurologis fokal sementara dengan mengobati
edema otak
c) Kemoterapi diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagai ajuvan
pembedahan dan radioterapi dengan pengawasan unit spesialistik neuro onkologi.

3) Terapi Radiasi
Radioterapi konvensional menghantarkan radiasi menggunakan akselerator linier.
Dosis standar untuk tumor otak primer kurang lebih 6.000 Gy yang diberikan lima kali
seminggu selama 6 minggu. Untuk klien dengan tumor metastasis, dosis standar radiasi
kurang lebih 3.000 Gy. Dosis pasti akan bergantung pada karakteristik tumor, volume
jaringan yang harus diradiasi biasanya diberikan dalam periode yang lebih pendek untuk
melindungi jaringan normal di sekitarnya. Bentuk lain dari terapi radiasi, walaupun tidak
dianggap konvensional dan belum tersedia luas, adalah terapi radiasi partikel berat,
radioterapi neutron cepat, terapi fotodinamik, dan terapi tangkapan neutron boron.
Walaupun penggunaannya luas, terapi radiasi bukan tanpa konsekuensi.

19
2.7 Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak
1. CT Scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi
awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit
otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-
gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto Polos Dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis
yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak
yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi
anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses
infeksi (abses cerebri).

4. Biopsi Stereostatik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
Menurut Muttaqin (2008) ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang digunakan
dalam mengindikasi penyakit tumor otak, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Computed Tomography Scan (CT-Scan)
Computed Tomography (CT) Scan merupakan suatu teknik diagnostik dengan
menggunakan sinar sempit dari sinar-X untuk memindai kepala dalam lapisan yang
berurutan. Bayangan yang dihasilkan memberi gambaran potongan melintang dari
otak, dengan membandingkan perbedaan jaringan padat pada tulang kepala, korteks,
struktur subkortikal, dan ventrikel. Bayangan ditunjukkan pada osiloskop atau
monitor TV dan difoto. Lesi-lesi pada otak terlihat sebagai variasi kepadatan
jaringan yang berbeda dari jaringan otak normal sekitarnya. Jaringan abnormal
20
sebagai indikasi kemungkinan adanya massa tumor, infark otak dan atrofi kortikal.
Oleh karena itu, CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi
pasen yang diduga menderita tumor otak. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi
tumor yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil.
Gambaran CT Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal
berupa massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya tumor otak
dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah.
Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan
sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih
nyata bila pada waktu pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras.
Penilaian CT Scan pada tumor otak:
a. Tanda proses desak ruang:
1. Pendorongan struktur garis tengah itak
2. Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel
b. Kelainan densitas pada lesi:
1. Hipodens
2. Hiperdens atau kombinasi
c. Klasifikasi, perdarahan
1. Edema perifokal

Gambar 5 Pemeriksaan CT scan pada Tumor Otak (Pearce, 2009)


2. Positron Emmision Tomography (PET)

21
Positron Emmision Tomography (PET) adalah teknik pencitraan nuklir
berdasarkan komputer yang dapat menghasilkan bayangan fungsi organ secara
aktual. Klien menghirup gas radioaktif atau diinjeksikan dengan zat radioaktif yang
memberikan partikel bermuatan positif. Bila positron ini berkombinasi dengan
elektron-elektron bermuatan negatif (normalnya didapat dalam sel-sel tubuh),
resultan sinar gamma dapat dideteksi oleh alat pemindai. Dalam alat-alat pemindai,
detektor tersusun dalam sebuah cincin dan seri-seri yang dihasilkan berupa gambar
dua dimensi pada berbagai tingkatan otak. Informasi ini terintegrasi oleh komputer
dan memberikan sebuah komposisi bayangan kerja otak. PET memungkinkan
pengukuran aliran darah, komposisi jaringan, dan metabolisme otak. PET mengukur
aktifitas ini secara spesifik pada daerah otak dan dapat mendeteksi perubahan
penggunaan glukosa. Uji ini digunakan untuk melihat perubahan metabolik otak,
melokasikan lesi seperti adanya tumor otak. PET digunakan untuk mendiagnosa
kelainan metabolisme pada otak dan mampu mendiagnosa penyakit Alzheimer serta
penyebab lain dari demensia. Hasil yang didapatkan seperti pada (Gambar 2-6).

Gambar 6 Positron Emmision Tomography (PET) (Pearce, 2009)


3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemindaian MRI dapat mendemonstrasikan otak dengan menggunakan
fasilitas multiplanar pada bidang aksial, koronal dan sagital dengan gambaran yang
sangat baik pada fosa posterior, karena tidak ada artefak tulang. MRI merupakan
pemeriksaan yang sangat sensitif dalam mendeteksi tumor seperti adenoma hipofisis
dan neuroma akustik. MRI menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda
penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau

22
gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses
lainnya. Pada keadaan tumor otak ini akan nampak warna yang kontras dengan
warna organ normal dan terjadi penebalan jaringan otak.

Gambar 7 Hasil MRI pada Tumor Otak (Pearce, 2009)


4. Elektroensefalografi
Elektroensefalografi (EEG) merekam aktifitas umum eletrik di otak, dengan
meletakkan elektroda-elektroda pada daerah kulit kepala atau dengan menempatkan
mikroelektroda dalam jaringan otak. Pemeriksaan ini memberikan kajian fisiologis
aktifitas serebri. EEG bertindak sebagai indikator kematian otak. Tumor, abses,
jaringan parut, bekuan darah, dan infeksi dapat menyebabkan aktifitas listrik berbeda
dari pola normal irama dan kecepatan. Pemeriksaan ini pada tumor otak berfungsi
untuk mengevaluasi lobus temporal pada saat kejang.

Gambar 8 Contoh Gambaran EEG pada Tumor Otak (Pearce, 2009)


5. MR-Spectroscopy
MR-Spectroscopy (MRS) mampu membedakan berbagai lesi pada otak.
Derajat akurasinya mencapai 95-100% untuk membedakan lesi neoplasma atau

23
nonneoplasma. Choline adalah marker spesifik pada neoplasma intrakranial.
Peningkatan konsentrasi choline atau jumlah rasio Cho/Cr atau Cho/NNA
menunjukkan adanya suatu neoplasma (Castillo et al, 1998). Kelainan spesifik
tertentu dapat mempersulit untuk membedakan diagnostik antara tumor atau proses
inflamasi seperti pada high grade glioma dan abses serebri dimana puncak
konsentrasi choline dapat tidak muncul karena adanya proses nekrosis. Berbagai
cara tertentu dapat digunakan seperti penggunaan long TE dapat mempermudah
identifikasi puncak choline. Adanya puncak cytosolic amino acids pada 0,9 ppm
adalah karakteristik khusus untuk abses. Pada diffusion weight image, abses
menunjukkan high signal intensity sedangkan pada tumor dengan degenerasi
nekrosis menunjukkan ISO sampai low signal intensity. Pada abses biasanya
menunjukkan hipoperfusi sedangkan pada glioma menunjukkan hiperperfusi
(Fatterpekar et al, 2001).

Gambar 9 Gambaran Grafik MR-Spectroscopy Tumor Otak


6. Angiografi Serebral
Menegaskan adanya tumor. Memberikan gambaran pembuluh darah serebral
dan letak tumor serebral. Pada tumor otak ini pembuluh darah pada siklus Willis di
cabang arteri otak yang kecil akan mengalami pembesaran masa pembuluh darah
saat dilakukan pemeriksaan ini.

24
Gambar 10 Hasil Pemeriksaan Angiografi Serebral pada Tumor Otak (Pearce, 2009)
7. Pemeriksaan Lumbal Pungsi
Menunjukan peningkatan cairan serebrospinal (CSS), yang mencerminkan
TIK, peningkatan kadar protein, penurunan kadar glukosa, dan terkadang sel-sel
tumor pada CSS.  Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker
tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan
massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui
pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor
dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).

Gambar 11 Pemeriksaan Lumbar Pungsi (Pearce, 2009)

2.8 Komplikasi Tumor Otak


Menurut beberapa sumber salah satunya menurut Ginsberg (2008) komplikasi
yang dapat terjadi pada tumor otak antara lain:

1. Peningkatan Tekanan Intrakraial


Peningkatan tekanana intrakranial terjadi saat salah satu maupun semua faktor yang
terdiri dari massa otak, aliran darah ke otak serta jumlah cairan serebrospinal
mengalami peningkatan. Peningkatan dari salah satu faktor diatas akan memicu:

25
a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih terakumulasi disekitar lesi sehingga
menambah efek masa yang mendesak.
b. Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi akibat peningkatan produksi CSS ataupun karena adanya
gangguan sirkulasi dan absorbsi CSS. Pada tumor otak, massa tumor akan
mengobstruksi aliran dan absorbsi CSS sehingga memicu terjadinya hidrosefalus.
c. Herniasi Otak
Peningkatan tekanan intracranial dapat mengakibatkan herniasi sentra, unkus,
dan singuli. Herniasi serebellum akan menekan mesensefalon sehingga
menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga (okulomotor)
(Fransisca, 2008).
2. Epilepsi
Epilepsi diakibatkan oleh adanya perangsangan atau gangguan di dalam selaput otak
(serebral cortex) yang disebabkan oleh adanya massa tumor (Yustinus, 2006).
3. Berkurangnya fungsi neurologis
Gejala berkurangnya fungsi neurologis karena hilangnya jaringan otak adalah khas
bagi suatu tumor ganas (Wim, 2002). Penurunan fungsi neurologis ini tergantung
pada bagian otak yang terkena tumor.
4. Ensefalopati radiasi
5. Metastase ke tempat lain 
6. Kematian

26
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS PADA PASIEN TUMOR OTAK

4.1. Kasus

Tn. A usia 25 tahun di diagnosa medis mengalami tumor otak. Pasien mengalami
nyeri kepala yang sangat berat hingga mual dan muntah, serta ada riwayat kejang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan menunjukkan RR 30x/menit, TD 140/100 mmHg, Nadi
100x/menit, S 37,8˚C, CRT 4 detik. Terdengar suara ronchi. Pernapasan klien tampak
tersengal-sengal dan tidak nafsu makan akhir-akhir ini, akral klien teraba hangat dan
warnanya pucat. Berjalan tidak seimbang selama 1 bulan. Terdapat papiledema,
penglihatan kabur. Pasien mengalami penurunan kesadarn dengan GCS 4,4,5 dan terlihat
lemah.

4.2. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. A
Usia : 25 Tahun
Diagnosa medis : Tumor Otak
b. Anamnesa
1) Keluhan Utama
Sakit kepala yang sangat hebat
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan sakit kepala sejak kurang lebih 5 bulan yang lalu, klien
muntah-muntah ketika mengalami sakit kepala, dan trauma. Pasien berjalan
tidak seimbang sejak satu bulan terakhir, napsu makan menurun, penurunan
berat badan satu bulan terakhir, penglihatan pasien mulai kabur sejak 1 bulan
terakhir
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat kejang

27
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada

28
c. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
a. RR 12x/menit
b. Napas tersengal-sengal
c. Suara napas ronchi
2) B2 (Blood)
a. N 100x/menit
b. TD 140/100 mmHg
c. S 37,8˚C
d. CRT 4 detik
e. Conjungtiva anemis
f. Akral hangat dan pucat
3) B3 (Brain)
a. Kesadaran menurun dengan GCS 445
b. Kejang
c. Gangguan koordinasi/keseimbangan
d. Penglihatan kabur
4) B4 (Bladder)
a. Warna urine kunging pekat, Bau : Biasa
5) B5 (Bowel)
a. Bibir tampak kering
b. Gerakan peristaltic naik turun
c. Kulit abdomen pucat
d. Mual dan muntah proyektil
6) B6 (Bone)
a. Terdapat papiledema dan edema pada leher bagian kanan
b. Adanya kelemahan otot
d. Pemeriksaan Psikososial
Terjadi perubahan mental keluarga pada saat awal klien didiagnosa menderita
penyakit tumor pada kepala dan berbagai pengobatan telah dilakukan sesuai
dengan anjuran pada medis hingga akhirnya keluarga pasrah melihat
perkembangan, dimana keadaan klien semakin memburuk.

29
4.3 Analisa Data
Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
DS : - Pembesaran masa tumor Pola napas tidak
DO : efektif
a. Klien tampak sesak ↓
b. Hasil TTV Menekan pusat saraf napas
N 100x/menit ↓
RR 30x/menit Pola napas tidak feketif
S 37,8 dearajat
TD 140/100 mmHg
DS: Nyeri
Pasien mengeluh sakit
kepala
DO :
a. Skala nyeri 8
Pembesaran massa tumor

Ukuran tengkorak tetap

PTIK

Nyeri
DS : Adanya tumor Nutrisi kurang dari
Klien mengatakan tidak ↓ kebutuhan tubuh
nafsu makan Nyeri kepala
DO : - ↓
Rasa sakit yang berlebih

Nafsu makan turun

30
4.4 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan saraf nafas
Domain 4: Activity/Rest
Class 4. Cardiovascular/Pulmonary Responses
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pola pernafasan
kembali normal
NOC NIC
Domain-Physiologic Health (II) Airway Management (3140)
Class-Cardiopulmonary a. Monitor status respirasi dan
Respiratory Status (0415) oksigenasi, yang tepat
Pola nafas klien kembali normal Respiratory Management (3350)
dilihat dari indikator : 1) Monitor kecepatan, irama,
1. Respiraroty Rate normal kedalaman dan upaya pernafasan.
2.Respiraory Rhytm normal 2) Monitor pola pernapasan
3.Saturasi oksigen normal 3) Monitor tingkat saturasi oksigen
4.Tidak ada sianosis dalam klien yang tenang
4) Auskultasi suara napas, mencatat
area penurunan ketiadaan ventilasi
dan keberadaan suara tambahan

2. Nyeri kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial


Domain 12 Comfort
Class 1 Physical Comfort
Tujuan :  setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri yang
dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien
NOC NIC
Domain IV Health and Knowledge Pain Management (4092)
Behavior 1. Melakukan pengkajian komprehensif
Class Q Health Behavior mengenai nyeri klien (nyeri pasien
Pain Control 1605 tersebut terjadi pada saat pasien menelan
Kriteria Hasil : makanan)
Nyeri yang dirasakan klien berkurang 2. Meminimalkan faktor yang
dilihat dari indikator : menimbulkan nyeri pada klien

31
1. Penggunaan analgesik 3. Mengajarkan mengenai managemen
2. Melaporkan nyeri yang terkontrol nyeri (teknik distraksi misalnya, napas
3. Mengenali serangan nyeri dalam)
4. Melaporkan perubahan gejala nyeri 4. Mengajarkan klien untuk memonitor
pada pasien nyeri (respon yang dialami oleh pasien
sendiri dapat diidentifikasi)
5. Anjurkan untuk istirahat agar
meminimalkan nyeri
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
profesional mengenai analgesik efektif
untuk pereda nyeri

3. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan


efek kemoterapi dan radioterapi.
Domain 2: Nutrition
Class 1. Ingestion
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan nutrisi
klien dapat terpenuhi dengan adekuat
NOC NIC
Domain 2 Physiologic Health Nutritional Monitoring (1160)
Class K Digestion and Nutrition 1. Monitor kalori dan intake diet klien
Nutritional Status (1004) 2. Monitor kelihangan berat badan
Kriteria Hasil : yang dialami klien
Nutrisi klien membaik dilihat dari indikator : 3. Tentukan rekomendasi energi yang
1. Intake Nutrisi meningkat dibutuhkan klien
2. Asupan makanan meningkat 4. Tentukan faktor yang
3. Rasio berat badan dan tinggi badan normal mempengaruhi intake nutrisi klien
5. Tentukan pola makan klien

32
WOC KASUS TUMOR OTAK
Trauma

Pertumbuhan Sel yang Abnormal Obstruksi cairan Peregangan Epidural


serebrospinal dari ventrikel
lateral ke sub arachnoid
TUMOR OTAK Nyeri Kepala

Papiledema
Penambahan Massa Otak dan atau Cairan Otak

Bergesernya ginus Mengenai batang otak


medialis lobus temporal
ke inferior melalui
insisura tentorial Iritasi pusat vagal di
medula oblongata

Herniasi medula
Volume intrakranial naik (PTIK) oblongata Mual & Muntah

Menekan pusat saraf napas MK. Nutrisi


Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
MK. Ketidakefektifan
MK. Nyeri Kronis
Pola Napas

33
BAB 5

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tumor Otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak. Tumor otak adalah
suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna)
membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum
tulang belakang (medulla spinalis).
Tidak ada faktor etiologi jelas yang telah ditemukan untuk tumor otak
primer. Walaupun tipe sel yang berkembang menjadi tumor sering kali dapat
diidentifikasi, mekanisme yang menyebabkan sel bertindak abnormal tetap belum
diketahui. Penyebab tumor otak terjadi karena herediter, sisa sel embrional, radiasi,
virus, dan substansi karsinogen. Faktor –faktor prognostik sebagai pertimbangan
penatalaksanaan meliputi usia, general health, ukuran, lokasi dan jenis tumor.
Tumor otak dapat ditatalaksana dengan terapi konsevatif dan terapi operatif.
Langkah pertama pada pengobatan tumor otak ialah pemberian kortikostreoid yang
bertujuan untuk memberantas edema otak. Selain itu terapi suportif yang dapat
dilakukan yaitu IVFD RL XX tetes/menit (makro), ceftriaxon vial 1 gram/12 jam,
ranitidine ampul 1 gram/12 jam, dexamethason 1 ampul/6 jam. Untuk tumor otak
metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitu pembedahan dan
terapi medikamentosa. Ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang digunakan dalam
mengindikasi penyakit tumor otak, diantaranya CT-Scan, MRI, foto polos dada,
pemeriksaan cairan serebrospinal, biopsy stereostatik, angiografi serebral dan EEG.

34
DAFTAR PUSTAKA

Ginsberg,Lionel. 2005. Lecture Notes: Neurologi. Jakarta: Erlangga


Baughman, Diace C dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Vol 2. Jakarta: EGC
Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing


Diagnoses: Definitions & Classification, 2015-2017, Tenth Edition. Oxford: Wiley
Blackwell

Bulechek, Gloria M., [et al.]. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Sixth
Edition. United States of America: Mosby Elsevier

Moorhead, Sue., [et al.]. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC): measurement
of health outcomes, Fifth Edition. United States of America: Mosby Elsevier

35

Anda mungkin juga menyukai