Anda di halaman 1dari 35

BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

BAB II

DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERLANTAI

BANYAK

2.1 Umum

Dalam desain bangunan, khususnya bangunan tinggi berlantai banyak,

faktor struktur merupakan salah satu faktor penting dalam suatu perencanaan.

Suatu perancangan bangunan berlantai banyak membutuhkan perhitungan yang

sangat teliti dan tepat. Hasil dari perhitungan kekuatan struktur dibuat seoptimal

mungkin sehingga didapat bangunan yang kuat dan stabil sehingga dapat

memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna maupun penghuninya.

Secara umum struktur bangunan terdiri dari dua bagian utama, yaitu struktur

bagian atas meliputi balok, kolom, lantai, dan atap yang berfungsi untuk

mendukung beban-beban yang bekerja pada suatu bangunan dan struktur bagian

bawah berupa pondasi yang mempunyai fungsi untuk menyalurkan beban dari

struktur atas ke bawah.

Dalam merencanaakaan bangunan gedung berlantai banyak dibutuhkan

standarisasi, agar tujuan perencanaan tersebut dapat tercapai sesuai apa yang

direncanakan. Di Indonesia mempunyai standarisasi yang dapat dijadikan salah

satu pedoman untuk mendesain sebuah bangunan struktur. Didalam panduan

SNI yang mengatur tentang standart perencanaan struktur beton bertulang di

Indonesia adalah SNI 03-2847-02 dimana dalam pasal 10.1 tertera ketentuan

perencanaan struktur beton bertulang yang berbunyi “Semua komponen struktur

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 4


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

harus direncanakan cukup kuat sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan

dalam tata cara ini, dengan menggunakan faktor reduksi kekuatan  ditentukan

dalam 11.2 dan 11.3.” (SNI 03-2847-02, hal 51). Terdapat beberapa kriteria

yang harus direncanakan dalam mendesain suatu struktur yaitu :

2.1.a Kemampuan layan (Serviceability)

Struktur harus mampu memikul beban rancang serta aman tanpa

kelebihan tegangan pada material dan mempunyai deformasi yang

masih dalam daerah yang diizinkan. Dengan memilih ukuran serta

bentuk elemen struktur dan bahan yang digunakan, taraf tegangan pada

struktur dapat ditentukan pada taraf yang dipandang masih dapat

diterima dan aman, hal ini merupakan kriteria kekuatan dan merupakan

dasar yang sangat penting. Defleksi atau deformasi besar dapat

diasosiasikan dengan struktur yang tidak aman, tetapi hal ini tidak

selalu demikian. Deformasi dikontrol oleh kekakuan struktur dan

kekakuan sangat bergantung pada jenis, besar dan distribusi bahan pada

struktur.

2.1.b Efisiensi

Kriteria ini mencakup tujuan desain struktur yang relatif lebih

ekonomis. Ukuran yang sering digunakan adalah banyak material yang

diperlukan untuk memikul beban yang diberikan dalam ruang pada

kondisi dan kendala yang ditentukan.

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 5


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

2.1.c Konstruksi

Tinjauan konstruksi sering juga mempengaruhi pilihan struktural

dimana perakitan elemen-elemen struktural akan efisiensi apabila

materialnya mudah dibuat dan dirakit.

Syarat-syarat dalam mendesain suatu struktur diantaranya yaitu :

 Keamanan

Struktur harus aman dan kuat terhadap gaya-gaya dan beban-beban

yang bekerja padanya seperti beban mati, hidup, angin dan gempa.

 Kekakuan

Dalam perencanaan suatu gedung perlu diperhitungkan kekakuannya

agar didapat struktur yang kaku dan tidak mudah rusak saat terjadi

gempa serta aman dari faktor tekuk.

 Stabilitas

Dalam mendesain struktur perlu juga diperhatikan kestabilannya

terhadap momen-momen yang bekerja padanya seperti momen geser

dan gaya uplift.

2.2 Beban-Beban pada Struktur

Dalam melakukan analisis desain suatu struktur, perlu ada gambaran

yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur.

Perencanaan bangunan konstruksi beton bertulang pada umumnya berdasarkan

pada keadaan batas atau ultimit. Analisis struktur dikerjakan untuk berbagai

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 6


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

kombinasi pembebanan ultimit untuk mendapatkan gaya dalam desain

berdasarkan keadaan ekstrem yang mungkin terjadi.

2.2.a Beban Mati

Beban mati adalah beban-beban yang bekerja vertikal ke bawah pada

struktur dan mempunyai karakter yang pasti. Berat sendiri struktur

adalah beban mati, seperti misalnya penutup lantai, alat mekanis dan

lain-lain. Semua metode untuk menghitung beban mati suatu elemen

didasarkan atas peninjauan berat suatu material yang terlibat dan

berdasarkan volume elemen tersebut.

2.2.b Beban Hidup

Beban hidup adalah beban-beban yang bisa ada atau tidak ada pada

struktur untuk suatu waktu yang diberikan. Meskipun dapat berpindah-

pindah, beban hidup masih dapat dikatakan bekerja secara perlahan-

lahan pada struktur. Beban penggunaan (occupancy loads) disebut juga

beban hidup, yang termasuk beban hidup adalah berat manusia, perabot,

material yang disimpan dan sebagainya. Semua beban hidup

mempunyai karakteristik dapat pindah atau bergerak dan secara khas

beban ini bekerja vertikal ke bawah, tetapi kadang-kadang dapat

berarah horizontal.

2.2.c Beban Gempa

Menurut peraturan SNI–03–1726–2002, sub bab 4.1.1. standar ini

menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 7


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

perencanaan struktur gedung serta berbagai bagian dan peralatannya

secara umum. Akibat pengaruh Gempa Rencana, struktur gedung secara

keseluruhan harus masih berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi

di ambang keruntuhan. Gempa Rencana ditetapkan mempunyai perioda

ulang 500 tahun, agar probabilitas terjadinya terbatas pada 10% selama

umur gedung 50% tahun.

Menurut peraturan SNI–03–1726–2002, sub bab 4.7.1 Indonesia

ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah, dimana Wilayah Gempa 1 adalah

wilayah dengan kegempaan paling rendah dan Wilayah Gempa 6

dengan kegempaan paling tinggi.

Data-data untuk menentukan beban gempa rencana antara lain :

a. Faktor Keutamaan (I) menurut peraturan SNI–03–1726–2002, sub

bab 4.1.2

I = I1 . I2 (2.1)

Dimana :

I = Faktor Keutamaan

I1 = Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang gempa

berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa itu selama

umur gedung.

I2 = Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang gempa

berkaitan dengan penyesuaian umur gedung tersebut.

I = 1,4 . 1,0 = 1,4

Faktor-faktor Keutamaan I1, I2 dan I ditetapkan menurut Tabel 1.

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 8


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

Tabel 2.1 Faktor Keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan

b. Faktor reduksi gempa (R) menurut peraturan SNI – 03 – 1726 –

2002, sub bab 4.3.3

1,6 ≤ R = μ . f1 ≤ Rm (2.2)

dimana :

R = Faktor reduksi gempa

μ = Faktor daktilitas untuk struktur gedung

f1 = Faktor kuat lebih beban beton dan bahan 1.6

Rm = Faktor reduksi gempa maksimum

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 9


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

c. Struktur bangunan yang akan dibangun berada di Padang

Menggunakan peraturan SK SNI T–15–1991–03, berada pada wilayah

gempa 5 lunak

d. Waktu getar alami struktur gedung (T)

T = 0.06 (H)3/4 (2.3)

Dimana :

H = tinggi struktur bangunan

2.2.d Daktilitas

Daktilitas merupakan kemampuan suatu struktur gedung untuk

mengalami simpangan pasca elastik yang besar secara berulang kali dan

bolak-balik akibat beban gempa di atas beban gempa yang

menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan

kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut

tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang

keruntuhan. SK SNI T 15-1991-03 menetapkan bahwa struktur beton

bertulang dapat direncanakan dengan tingkat daktilitas 1, 2 atau 3.

Tingkat daktilitas 1 (elastis)

Struktur dengan tingkat daktilitas 1 (μ = 1.0) harus direncanakan agar

tetap berperilaku elastis saat terjadi gempa kuat.

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 10


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

a. Tingkat daktilitas 2 (daktilitas terbatas)

Struktur dengan tingkat daktilitas 2 atau daktilitas terbatas (μ = 1.5 -

5.0) harus direncanakan sedemikian rupa dengan pendetailan khusus

sehingga mampu berperilaku inelastis terhadap beban siklis gempa

tanpa mengalami keruntuhan getas.

b. Tingkat daktilitas 3 (daktilitas penuh)

Struktur dengan tingkat daktilitas 3 atau daktilitas penuh (μ = 5.3) harus

direncanakan terhadap beban siklis gempa kuat sedemikian rupa dengan

pendetailan khusus sehingga mampu menjamin terbentuknya sendi-

sendi plastis dengan kapasitas pemencaran energi yang diperlukan.

2.3 Analisis Struktur

Gedung beton bertulang berlantai banyak merupakan kombinasi dari

balok, kolom, pelat dan dinding yang dihubungkan satu sama lain untuk

membentuk suatu kerangka monolitis. Setiap bagian harus mampu menahan

gaya yang bekerja padanya. Oleh karena itu, penentuan gaya-gaya merupakan

bagian yang penting di dalam proses perencanaan.

Analisis dimulai dengan menghitung seluruh beban yang dipikul oleh

konstruksi, termasuk berat sendiri konstruksi. Selanjutnya parameter-parameter

penampang seperti luas dan momen inersia dihitung. Gaya-gaya dapat dihitung

dengan berbagai metode analisis struktur statis tak tentu, baik secara manual

maupun software komputer.

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 11


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

Dalam menganalisis struktur gedung, pada Tugas Akhir ini digunakan

program komputer ETABS. Program ini dapat memberikan bantuan dalam

analisis struktur yang melibatkan perhitungan matematis.

Beban yang diterima struktur direncanakan sebagai pembebanan vertikal

gravitasi dan pembebanan lateral gempa. Pembebanan vertikal gravitasi terdiri

atas beban mati dan beban hidup. Dengan menggunakan software ETABS ini

analisis rangka struktur balok, kolom baik normal maupun perkakuan sudah

otomatis menghitung sebagai beban mati, sehingga beban vertikal hanya berasal

dari pelat. Dinding dan kaca berada di tepi-tepi gedung. Pemodelan pada struktur

3 dimensi dalam satuan kg dan cm dengan gaya gravitasi sebesar 9.81 m/dt2,

kondisi untuk semua tumpuan adalah jepit.

2.4 Metode Analisis Perencanaan Bangunan

Metode yang digunakan dalam menganalisis perencanaan bangunan pada

Tugas Akhir ini yaitu, Analisis beban statik ekuivalen dan Analisis dinamis.

2.4.a Analisis Beban Statik Ekuivalen

Setiap struktur gedung harus direncanakan dan dilaksanakan untuk

menahan suatu beban geser dasar akibat gempa dalam arah-arah yang

ditentukan.

Gaya lateral direncanakan dan dilaksanakan untuk menahan suatu

beban geser dasar akibat gempa (V) dalam arah-arah yang ditentukan.

Besarnya beban lateral menurut peraturan SNI–03–1726-2002 dapat

dinyatakan sebagai berikut :

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 12


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

C1 I
V= Wt (2.4)
R

Dimana :

V = gaya geser horizontal total akibat gempa

R = Faktor reduksi gempa

C1 = Faktor respon gempa

I = Faktor keutamaan

Wt = Berat total bangunan termasuk beban hidup yang sesuai

Beban geser dasar nominal V harus dibagikan sepanjang tinggi struktur

gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen Fi yang

menangkap pada pusat massa lantai ke-I menurut persamaan :

Wi Zi
Fi = n V (2.5)
∑W i Zi
i =1

dimana :

Wi = berat lantai tingkat ke-I

Zi = ketinggian lantai

Nilai T1 diatas hanyalah perkiraan awal, waktu getar alami yang akan

digunakan pada perencanaan adalah persamaan sebagai berikut:

n
2
w d i i
T1  0,63 i 1
n
dan T1 < H3/4 (2.6)
g  fidi
i 1

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 13


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

Bedasarkan SNI – 03 – 1726 – 02 nilai koefisien pembatas waktu getar

alami fundamental () pada wilayah gempa 5 adalah = 0,9

2.4.b Analisis Dinamik

Analisis dinamik adalah untuk menentukan pembagian gaya geser

tingkat akibat gerakan tanah oleh gempa dan dapat dilakukan dengan

cara analisa ragam spektrum respon atau dengan cara analisa respon

riwayat waktu.

Spektrum respon merupakan plat respon maksimum (perpindahan,

kecepatan ataupun percepatan maksimum) pada dasar sistem struktur

dari fungsi beban tertentu untuk semua kemungkinan sistem berderajat

kebebasan tunggal. Absis dari spektrum adalah frekuensi natural

(periode) dari sistem dan ordinat merupakan respon maksimum. Jadi

dalam menentukan respon dari suatu grafik spektrum untuk suatu

pengaruh tertentu, maka hanya diperlukan untuk mengetahui frekuensi

natural dari sistem itu.

Salah satu aspek penting dalam analisa dinamik adalah periode dan pola

getar alami. Dalam hal ini dapat dilakukan analisis modal untuk mode

getaran dengan menggunakan eigenvector. Setiap pasangan

eigenvector disebut mode getar alami struktur. Mode tersebut

ditunjukkan dengan memberi nomor dari 1 sampai n sesuai jumlah yang

diinginkan yang diperoleh program. Data jumlah mode n yang akan

dihitung harus diberikan sebelum dilakukan analisis, kemudian program

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 14


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

akan mencari mode frekuensi tersebut. Hasil analisis ini dapat berupa

frekuensi dan periode.

Untuk analisis dinamik pada software ETABS ini penulis mencoba

menggambarkan secara sederhana prosesnya. Struktur dengan jumlah

bentang dan kolom tersebar dapat diidealisasikan hubungan massa dan

per, sehingga dapat dianggap :

 Massa terpusat pada bidang lantai

 Balok pada lantai, kaku tak hingga dibandingkan kolom

 Deformasi struktur tak dipengaruhi gaya aksial yang terjadi pada

struktur

Dengan kondisi struktur yang terdiri dari beberapa lantai, maka

keseimbangan dinamik dengan sistem derajat kebebasan banyak. Sifat

dinamis yang perlu diketahui yaitu frekuensi natural dengan getaran tak

bebas dengan damping dimana harga F  0, sehingga :

[M] {ÿ} + [C] {ý} + [K] {y} = {F} (2.7)

Dimana : [M] : Matrik massa {ÿ} : vektor percepatan

[C] : Matrik redaman {ý} : vektor kecepatan

[K] : Matrik kekakuan {y} : vektor perpindahan

Selanjutnya Mario Paz (1996 : 181) mengatakan sebuah kolom yang

bermassa seragam dengan kedua ujungnya terjepit atau tak berotasi,

konstanta kekakuannya adalah :

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 15


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

I= x bh3 (2.8)

= (2.9)

Untuk kekakuan kolom persegi menggunakan rumus diatas. Sedangkan

untuk menentukan Inersia kekakuan kolom berbentuk lingkaran maka

menggunakan rumus seperti berikut :

4
I= x (2.9)

Dimana : L : tinggi kolom

E : Modulus Elastisitas

I : Momen Inersia

Konstanta kekakuan kolom tidak digunakan dalam perhitungan

ETABS, melainkan secara otomatis sudah dihitung oleh ETABS pada

saat mengimput atau memasukkan dimensi kolom.

Kemudian dikatakan lagi, redaman yang ada pada struktur relatif kecil

dan secara praktis tidak mempengaruhi perhitungan frekuensi natural

dan pola perubahan bentuk dari sitem, jadi pengaruh redaman dapat

diabaikan. Oleh sebab itu pada praktiknya untuk struktur teredam

diselesaikan dengan metode yang sama untuk sistem struktur tak

teredam (Mario Paz, 1996 : 228)

Berdasarkan keterangan Mario Paz di atas, maka persamaan geraknya

menjadi :

[M] {ÿ} + [K] {y} = {F} (2.10)

Solusi untuk persamaan (2.24) dengan gerak harmonis dalam bentuk,

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 16


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

yi = ai sin (ωt – α), i = 1, 2, ..., n

ÿ = - ω2 ai sin (ωt – α), i = 1, 2, ..., n

Dalam notasi matriks,

{y} = {a} sin (ωt – α) (2.11)

{ÿ} = - ω2 {a} sin (ωt – α) (2.12)

Dimana : ai : amplitudo gerak dari koordinat ke i

n : jumlah derajat kebebasan

Substitusi persamaan (2.11) dan (2.12) ke dalam persamaan (2.10),

sehingga

- ω2 [M] {a} sin (ωt – α) + [K] {a} sin (ωt – α) = {F} (2.13)

Atau kembali dalam besaran matriks,

{F }
[K] - ω2 [M] = (2.14)
{a}sin(.t.)

Persamaan (2.14) dapat diselesaikan dengan hanya satu variabel yang

tak diketahui. Dari persamaan (2.14) yang perlu diketahui,

 [K] merupakan matriks kekakuan berdasarkan persamaan (2.9)

didefinisikan sebagai gaya koordinat i bila satu besaran

perpindahan diberikan pada titik j.

 ω2 merupakan nilai eigenvalue untuk analisis mode shape dan

frekuensi. Mode alami perilaku struktur diberikan oleh software

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 17


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

dan digunakan sebagai analisis spektrum respon. Eigenvalue

merupakan akar dari frekuensi sudut ω, untuk mode tersebut.

Frekuensi f, dan periode T merupakan fungsi ω, yang

ditunjukkan dengan :


f = , (2.15)
2

1
T = (2.16)
f

Data jumlah mode yang akan dihitung harus diberikan sebelum

dilakukan analisis, kemudian program akan mencari frekuensi

tersebut.

 [M] merupakan matriks diagonal massa dimana elemen yang

tidak nol hanya pada diagonal utama.

 {a} merupakan nilai konstanta amplitudo gerak (simpangan).

 {F} merupakan vektor gaya, menurut Lumantarna (2000) gaya

ini dapat berupa beban impuls dan beban sembarang.

Berdasarkan keterangan Mario Paz dan B. Lumantarna di atas bahwa

tipe analisis superposisi yang digunakan untuk menyederhanakan

masalah agar mendapatkan respon dengan banyak derajat kebebasan

menjadi hanya menentukan respon sistem berderajat kebebasan tunggal

dimana tiap persamaan hanya mempunyai satu variabel yang tak

diketahui.

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 18


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

Analisis dinamik harus dilakukan untuk struktur gedung-gedung

berikut:

 Gedung-gedung yang strukturnya sangat tidak beraturan

 Gedung-gedung dengan kekakuan tingkat yang tidak merata

 Gedung-gedung yang tingginya lebih dari 40 m

 Gedung-gedung yang bentuk, ukuran dan peruntukannya tidak

umum

Analisa dinamik yang ditentukan didasarkan atas perilaku struktur yang

bersifat elastik penuh dan dengan meninjau gerakan gempa dalam satu

arah saja.

2.5 Faktor Beban Ultimit

Pada SK SNI-03-2847-02 diatur berbagai kombinasi ultimit dengan

memberikan faktor-faktor beban pada masing-masing komponen atau jenis

beban. Kombinasi-kombinasi beban ultimit yang dipakai adalah sebagai berikut:

U1 = 1,4D (2.17)

U2 = 1,2D + 1,6L + 0,5(A atau R) (2.18)

U3 = 1,2D + 1,0L + 1,6W + 0,5 (A atau R) (2.19)

U4 = 0,9D + 1,6W (2.20)

U5 = 1,2D + 1,0L + 1,0E (2.21)

U6 = 0,9D + 1,0 E (2.22)

Keterangan :
Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 19
Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

D = beban mati

L = beban hidup

E = beban gempa

W = beban angin

A = beban atap

R = beban hujan

2.6 Perencanaan Struktur Pelat

Pelat adalah struktur planar kaku yang secara khas terbuat dari material

monolit yang tingginya kecil dibandingkan dengan dimensi-dimensi lainnya.

Pelat dapat dianalisis sebagai grid-grid menerus. Akan tetapi, kita akan

mendapat manfaat lebih banyak apabila kita meninjau pelat dengan

memperhatikan bagaimana berbagai jenis pelat memberikan momen dan gaya

geser internal yang mengimbangi momen dan geser eksternal. Beban yang

umum bekerja pada pelat mempunyai sifat banyak arah dan tersebar. Sejak

digunakannya beton bertulang modern untuk pelat, hampir semua gedung

menggunakan material ini sebagai elemen pelat karena beton bertulang

merupakan material yang dapat memberikan kemungkinan dalam desain. Beton

bertulang yang dicor di tempat adalah material yang sangat berguna untuk

membuat pelat karena banyak alasan. Beton misalnya, selalu dapat dibuat

bersifat 2 arah apabila ditulangi dengan benar. Pelat dapat ditumpu diseluruh

tepinya, atau hanya pada titik-titik tertentu (misalnya oleh kolom-kolom), atau

campuran antara tumpuan menerus dan titik. Kondisi tumpuan dapat sederhana

atau jepit. Adanya kemungkinan variasi kondisi tumpuan menyebabkan pelat

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 20


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

dapat digunakan untuk berbagai keadaan. Untuk merencanakan pelat beton

bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan, tetapi juga

ukuran dan syarat-syarat tumpuan pada tepi. Syarat yang harus dipenuhi tidak

hanya kekuatan tapi juga kekakuannya.

Pelat selain sebagai penahan beban berlaku juga sebagai bagian pengaku

lateral struktur. Gaya dalam yang dominan adalah momen lentur, sehingga

perancangan tulangannya relatif sederhana.

Syarat-syarat untuk menentukan tebal minimum pelat (SK SNI T-15-1991-03):

 Rumus 1
fy
[ 0.8+ ] (2.23)
h ≥ Ln 1500

(36 + 9β)

fy
 Rumus 2 [ 0.8+ ]
h ≥ Ln 1500
(2.24)
36

fy
Ln [0.8+ ]
 Rumus 3 1500
h≥

36+5β{αm-0.12[1+ 1 ]} (2.25)

β
Dimana :

Ln : panjang bentang bersih pelat setelah dikurangi tebal balok (cm)

fy : tegangan leleh baja untuk pelat

h : tebal pelat

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 21


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

αm : koefisien jepit pelat

n : jumlah tepi pelat

β : Ln memanjang (cm) / Ln melintang (cm)

Selain itu pada SK SNI T–15–1991–03 Pasal 3.6.6 mengijinkan untuk

menentukan distribusi gaya dengan menggunakan koefisien momen yang dapat

dilakukan dengan mudah.

Setelah menentukan syarat-syarat batas, bentang dan tebal pelat

kemudian beban-beban dapat dihitung. Dalam SK SNI T 15–1991–03 pasal

3.2.2 untuk pelat yang sederhana berlaku rumus :

WU = 1,2 WD + 1,6 WL (2.26)

Menurut peraturan SK SNI T–15–1991–03 tabel 3.2.5 (b), batas lendutan

l
maksimum adalah bentang. Lendutan yang terjadi akibat beban merata
480

(Timoshenko dkk, 1998) adalah :

α . Wu . b4 (2.27)
δ=
D

Ec . H3 (2.28)
D=
12 (1 - μ2)
Dimana :

δ : lendutan yang terjadi

α : koefisien lendutan

Wu : beban ultimate (kg/cm2)

μ : nilai poison rasio

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 22


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

D : momen akibat lentur untuk pelat (kg.cm)

Ec : modulus elastisitas beton

h : tebal pelat

b : lebar pelat

2.7 Perencanaan Struktur Balok

Perancangan balok beton bertulang bertujuan untuk menghitung tulangan

dan membuat detail-detail konstruksi untuk menahan momen-momen lentur

ultimit, gaya-gaya lintang, dan momen-momen puntir dengan cukup kuat.

Kekuatan suatu balok lebih banyak dipengaruhi oleh tinggi dari pada lebarnya.

Lebar yang sesuai dapat sepertiga sampai setengah dari tinggi, tetapi mungkin

jauh lebih kecil untuk suatu balok tinggi, dan mungkin pula dipakai balok-balok

yang lebih lebar dan rendah untuk mempertahankan tinggi ruangan. Diusahakan

agar dimensi balok jangan terlalu sempit karena akan timbul kerusakan dalam

menyediakan selimut beton dan jarak tulangan yang memadai.

Secara umum dimensi balok diperkirakan dengan :

H = 1/10 L sampai dengan 1/12 L (2.29)

L = bentang pelat terpanjang

B = 1/2 H sampai dengan 2/3 H (2.30)

H = tinggi balok

Untuk memeriksa kekakuan balok terhadap lendutan (δ), lendutan maksimum

yang terjadi pada tengah bentang bila balok dianggap sendi dan rol pada ujung-

ujungnya (Timoshenko dkk, 1988) adalah :


Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 23
Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

5 .WU . L4 (2.31)
δ=
384 .EI
Dimana :

L = panjang bentang balok

E = modulus elastisitas balok

I = momen inersia balok

Dalam merencanakan penulangan balok harus dapat memenuhi persyaratan

dibawah ini ;

B
1. > 0.3 (2.32)
H

2. bmin > 25cm (2.33)

3.  min <  <  maks (2.34)

Koefisien balok dengan pelat, αm merupakan nilai rata-rata α untuk semua balok.

Untuk mencari lebar effektif dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

beff = bW + ½. L1 + ½.L2 (2.35)

beff = bW + 8 hf + 8 hf (2.36)

beff = L / 4 (2.37)

Menurut SK SNI T–15–1991–03 untuk lebar effektif dari balok “L” ditetapkan

1
sebesar lebar balok ditambah dengan harga terkecil dari nilai l atau 6h,
12

1
ataupun l.
2 1

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 24


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

2.8 Perencanaan Struktur Kolom

Kolom-kolom di dalam sebuah konstruksi berfungsi meneruskan beban-

beban dari balok-balok dan pelat-pelat ke bawah sampai ke pondasi. Karenanya,

kolom-kolom merupakan bagian konstruksi tekan, meskipun mungkin harus pula

menahan gaya-gaya lentur akibat kontinuitas dari konstruksi. Perencanaan

kolom memperhatikan keadaan batas tegangan (kekuatan) dan kekakuan untuk

menghindari deformasi berlebihan dan tekuk. Daktail tulangan yang benar dan

b
penutup beton yang cukup adalah penting. Perbandingan dari kolom tidak
h

boleh < dari 0.4.

Syarat untuk menentukan dimensi kolom (Kusuma dan Andriono, 1996), yaitu:
Nu
≤ 0.2 fc' (2.38)
Agross

Nu
Agross ≥
0.2 fc' (2.39)

Dimana : Nu = Wu = beban ultimate yang dipikul kolom (kg)

Agross = luas kolom yang dibutuhkan (cm2)

Fc’ = mutu beton (Mpa)

Untuk batang-batang eksentrisitas yang sangat besar atau yang sangat kecil,

pedoman mengatur ketentuan-ketentuan keamanan tambahan, yang akan

dikemukakan dibawah ini.

Perilaku ini bervariasi, dimulai dari apabila batang ditekan secara

konsentris (P = Pn0, M = 0), pada interval dimana keruntuhan terjadi dengan

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 25


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

hancurnya beton, melalui kondisi seimbang dan interval dimana keruntuhan

terjadi dengan melelehkan tulangan, sampai pada kondisi ekstrim lainnya akibat

momen lentur (M = Mn0, P = 0). Situasi ini dapat dibayangkan lebih mudah

apabila hasil-hasil perhitungan digambarkan secara grafis melalui apa yang

disebut diagram interaksi. Diagram –diagram interaksi seperti ini juga

merupakan alat bantu perencanaan yang sangat bermanfaat.

Momen-momen dan eksentrisitas-eksentrisitas disini dihitung terhadap

pusat plastis (untuk penampang-penampang simetris dihitung terhadap pusat

geometrisnya) bukan terhadap pusat tulangan tarik. Setiap titik pada grafik

tersebut, seperti misalnya titik a, menunjukkan sepasang harga Pn dan Mn yang

menurut teori adalah kekuatan minimal akan dapat meruntuhkan batang tersebut.

Untuk tekan konsentris M = 0 grafik tersebut mulai dari o dengan kekuatan Pn0

merupakan batang yang dibebani secara konsentris. Bagian ob menunjukkan

daerah dengan eksentrisitas yang kecil dimana keruntuhan diawali dengan

hancurnya beton. Titik b mewakili kondisi seimbang, yaitu suatu keadaan

dimana aksi serentak beban Pnb dan momen Mnb beton akan mencapai regangan

batasnya (0.003) pada saat yang sama ketika tulangan tarik mencapai tegangan

lelehnya. Bagian bc menunjukkan suatu daerah dimana keruntuhan diawali

dengan melelehnya tulangan tarik. Akhirnya, titik ujung c menunjukkan

kapasitas momen Mn0 apabila bekerja lentur saja, yaitu, apabila Pn = 0. Semua

garis miring yang melalui titik awal mempunyai suatu kemiringan yang

kebalikannya merupakan eksentrisitas terhadap pusat dari kombinasi harga-

harga batas Pn dan Mn seperti yang terlihat pada gambar berikut.

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 26


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

Pn

Pno
Compressio
Pn o
n failure

tension failure
c

Mn Mno Mnb

Gambar 2.1 Diagram interaksi untuk tekan dengan lentur, Pn dan Mn.

Compression failure = keruntuhan tekan

Tension failure = keruntuhan tarik

Pada daerah ob yaitu daerah keruntuhan tekan, apabila beban aksial Pn semakin

besar momen yang didapat dipikul oleh penampang tersebut sebelum ia

mengalami keruntuhan. Namun demikian, pada daerah bc atau daerah tarik

terjadi hal sebaliknya, semakin besar beban aksial semakin besar pula kapasitas

momen dari penampang tersebut.

2.9 Sistem Perkakuan Elemen Vertikal Gedung

2.9.a Sistem Rangka Kaku (Rigid Frame System)

Sistem rangka kaku pada umumnya berbentuk grid persegi teratur,

terdiri dari balok horisontal dan kolom vertikal yang dihubungkan di

suatu bidang dengan menggunakan sambungan kaku (rigid). Rangka ini

bisa satu bidang dengan dinding interior bangunan, atau sebidang

dengan fasade bangunan. Prinsip rangka kaku akan ekonomis untuk

bangunan sampai 30 lantai dengan material baja dan sampai 20 lantai

dengan material beton.

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 27


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

Gambar 2.2 Sistem struktur rangka (Schuller, 1989)

Gambar-gambar denah menunjukkan penerapan sistem-sistem struktur

ini pada berbagai bentuk denah bangunan yang ditentukan oleh

berbagai jenis pola grid, seperti di bawah ini :

 Rangka melintang sejajar

 Pada grid persegi tipikal

 Pada grid persegi dengan grid interior

 Pada grid radial

 Pada grid lengkung

 Pada dua sumbu

 Rangka Luar

 Pada rangka luar dengan rangka inti melintang

 Pada rangka luar dan dalam pada grid persegi

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 28


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

Contoh-contoh di atas memperlihatkan kemungkinan untuk membagi

bangunan berdasarkan sistem rangka.

Gambar 2.3 : Lentur balok dan kolom struktur rangka

Karena kontinyuitasnya, maka rangka kaku bereaksi terhadap beban

lateral terutama melalui lentur dari kolom dan balok (Gambar 2.3). Sifat

menerus dari rangka bergantung pada tahanan rotasi dari sambungan

dan batang-batang.

Kapasitas beban rangka sangat bergantung pada kekuatan balok dan

kolom individual. Kapasitasnya menurun sebanding dengan kenaikan

tinggi lantai dan jarak antar kolom. Dari sisi lendutan lateral, pada

rangka kaku disebabkan oleh dua hal yaitu :

Lendutan yang disebabkan oleh lentur kantilever (gambar 2.4)

Fenomena ini dikenal sebagai chord drift. Ketika melawan momen

gulling, rangka ini berlaku sebagai balok kantilever vertikal yang

melentur melalui deformasi aksial serat-seratnya. Disini pemanjangan

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 29


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

dan pemendekan kolom akan menghasilkan ayunan lateral. Mode

lendutan menyumbang kira-kira 20% dari penyimpangan total struktur.

Gambar 2.4 : Deformasi struktur rangka (Schueller, 1989)

Defleksi karena lentur balok dan kolom

Fenomena ini dikenal sebagai shear lag atau frame wracking. Gaya

geser horisontal dan vertikal yang bekerja pada kolom dan balok

menyebabkan terjadinya momen lentur pada batang-batang tersebut.

Apabila melentur, seluruh rangka mengalami distorsi. Mode deformasi

ini menyebabkan 80% dari jumlah ayunan total struktur yang terdiri

dari 65% karena lentur balok dan 15% karena lentur kolom. Lengkung

defleksi setara dengan diagram geser eksternal, kemiringan deformasi

adalah minimum pada bagian dasar struktur, yaitu tempat terjadinya

gaya geser terbesar.

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 30


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

2.9.b Sistem Dinding Geser (Shear Wall / Core Wall System)

Dinding geser adalah unsur pengkaku vertikal yang dirancang untuk

menahan gaya lateral atau gempa yang bekerja pada bangunan.

(Gambar 2.5) memperlihatkan dinding geser sebagai dinding luar,

dalam ataupun berupa inti yang memuat ruang lift atau tangga.

Susunan geometri sistem dinding geser tidak terbatas. Bentuk-bentuk

dasar yang umum diperlihatkan pada lingkaran pusat pada (Gambar

2.5). Bentuk segitiga, persegi panjang, sudut, kanal dan flens lebar

adalah contoh-contoh bentuk yang umum dikenal. Sistem dinding geser

pada dasarnya dapat dibagi menjadi sistem terbuka dan tertutup.

Sistem terbuka terdiri dari unsur linear tunggal atau gabungan unsur

yang tidak lengkap menutupi ruang geometris. Bentuk-bentuk ini

adalah L, X, V, Y, T, dan H. Sebaliknya, sistem tertutup melingkupi

ruang geometris, bentuk-bentuk yang sering dijumpai adalah

bujursangkar, segitiga, persegi panjang dan bulat.

Sistem dinding geser baik di dalam maupun di luar bangunan,

dapat disusun secara simetris atau asimetris. Lingkaran tengah pada

(Gambar 2.5) memperlihatkan berbagai susunan simetri yang dapat

digunakan untuk bentuk bangunan sederhana dengan menggunakan

satu, dua, tiga ataupun empat unsur dasar dinding geser di tempat-

tempat yang berbeda pada bangunan.

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 31


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

Gambar 2.5 : Susunan dinding geser

Bentuk dan penempatan dinding geser mempunyai akibat yang besar

terhadap perilaku struktural apabila dibebani secara lateral. Inti yang

diletakkan asimetris terhadap bentuk bangunan harus memikul torsi

selain lentur dan geser.

Akan tetapi, rotasi dapat juga terjadi pada bangunan yang

memiliki susunan dinding geser simetris apabila angin bekerja pada

fasade yang terbuat dari tekstur permukaan yang berbeda (halus-

kasarnya permukaan) atau apabila angin tidak bekerja pada titik berat

massa bangunan. (Gambar 2.6)

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 32


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

Gambar 2.6 : Pengaruh permukaan dan letak dinding terhadap gaya


lateral

Perlawanan yang optimal terhadap torsi diperoleh pada penampang inti

tertutup. Akan tetapi, ketika menganalisis perlawanan terhadap torsi,

kekakuan torsi harus dikurangi apabila terdapat bukaan jendela dan

bukaan lainnya karena menurunnya kekakuan dinding akibat

perlubangan tersebut. Belahan dinding yang mempunyai bukaan besar

untuk memuat sistem mekanikal dan elektris mungkin tidak dapat

menahan beban demikian.

Apabila resultan dari gaya- gaya lateral melalui titik berat dari

kekakuan relatif bangunan, maka yang dihasilkan hanyalah reaksi

translasi. Kasus yang paling jelas adalah pada bangunan dinding geser

murni. Pada bangunan dinding geser rangka kaku, sebagai perkiraan

awal dianggap bahwa geser akan dipikul seluruhnya oleh inti karena

kekakuannya jauh melebihi kekakuan lateral rangka.

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 33


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

Apabila susunan dinding geser itu adalah asimetris, maka resultan gaya

lateral tidak melalui titik berat kekakuan bangunan. Yang terjadi adalah

rotasi dari dinding geser ditambah dengan translasi. Penyebaran

tegangan tergantung pada bentuk sistem dinding geser.

2.9.c Sistem Perbesaran Kolom Sudut serta Balok Lantai Atas dan

Bawah

Penggunaan perkakuan tambahan berupa perbesaran kolom sudut serta

balok lantai atas dan bawah sangat bermanfaat untuk meningkatkan

faktor kekakuan pada sepanjang rangka. Selain mampu memperkecil

terjadinya lendutan juga dapat mereduksi momen-momen dalamnya,

sehingga momennya mengecil dibandingkan dengan tanpa diberi

perkakuan. Dari gedung berlantai 10 yang dianalisis dengan cara statis

ekivalen, pada bangunan yang bertapak bujur sangkar perkakuan yang

ada mampu memperkecil lendutan yang terjadi. Sedangkan pada

bangunan bertapak persegi panjang, perkakuan hanya efektif pada arah

memendek (Maya Kumala Sari,1991).

Pada gedung berbentuk persegi panjang sistem perkakuan tambahan ini

menimbulkan efek yang agak berbeda dengan gedung berbentuk bujur

sangkar. Sistem perkakuan hanya mampu memperkecil goyangan pada

lantai ke-1 dan ke-2. Sedangkan mulai lantai ke-3 dan seterusnya ke

atas, goyangan yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan tanpa

diberi perkakuan.

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 34


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

Perkakuan pada struktur gedung membawa pengaruh pada

momen yang dihasilkan oleh balok dan kolom. Pada lantai teratas

terjadi peningkatan momen yang besar hampir pada semua baloknya,

terlebih pada balok sepanjang sisi gedung yang diberi perkakuan, hal ini

terjadi hingga lantai ke-1.

Berdasarkan distribusi momen akibat beban vertikal dan beban

lateral, sistem perkakuan untuk gedung berbentuk bujur sangkar

diperoleh momen tumpuan (negatif) yang bertambah besar dan momen

lapangan (positif) yang relatif lebih kecil. Sedangkan pada kolom,

peningkatan momen hanya terjadi pada kolom-kolom sudutnya.

Selebihnya momen pada kolom lainnya mengecil akibat pengaruh

distribusi momen.

Pengaruh perkakuan pada redistribusi momen gedung berbentuk

persegi panjang tidak jauh berbeda dengan gedung berbentuk bujur

sangkar.

Gambar 2.7 : Sistem perkakuan vertikal dengan perbesaran kolom serta


balok lantai dan bawah (Sari, 1999)

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 35


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

Pada Tugas Akhir ini perhitungan struktur atas dengan sistem

perkakuan vertikal dinding geser. Pemilihan dinding geser ini

diharapkan cukup efektif untuk bangunan-bangunan yang memuat

ruang lift atau tangga.

2.10 Tulangan

Baja dalam beton bertulang berfungsi memikul tegangan tarik, sedangkan beton

sendiri berfungsi untuk memikul tegangan tekan. Dengan demikian, pada suatu

gelagar beton bertulang, beton berfungsi memikul gaya tekan batang-batang baja

yang dipasang longitudinal diletakkan di dekat permukaan tarik untuk memikul

gaya tarik, dan sering kali batang-batang baja tambahan diletakkan sedemikian

rupa sehingga dapat memikul timbulnya tegangan tarik yang disebabkan oleh

gaya geser pada badan gelagar. Supaya pemakaian tulangan bisa berjalan dengan

efektif, harus diusahakan agar tulangan dan beton dapat mengalami deformasi

bersama-sama, yaitu agar terdapat ikatan yang cukup kuat diantara kedua

material tersebut untuk memastikan tidak terjadinya gerakan relatif (atau slip)

dari tulangan dengan beton yang ada disekelilingnya.

Dalam perencanaan, dikenal tulangan yang bersifat Balance Reinforced

(tulangan berimbang) artinya tulangan leleh pada saat yang bersamaan dengan

hancur beton. Ada dua kondisi dalam perencanaan yaitu kondisi Over

Reinforced dan Under Reinforced. Berikut akan diuraikan perbedaan mengenai

keduanya.

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 36


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

Over Reinforced

 Tulangan banyak

 Momen nominal (Mn) besar

 Garis netral besar

 Tulangan belum leleh saat beton hancur

 Keruntuhan tekan

 Keruntuhan tiba-tiba

 Brittle failure

Under reinforced

 Tulangan sedikit

 Momen nominal (Mn) kecil

 Garis netral kecil

 Tulangan sudah leleh saat beton hancur

 Keruntuhan tarik

 Keruntuhan perlahan (didahului oleh lendutan yang besar dan

retak-retak)

 Dactile failure

Karena sifat dari over reinforced yang runtuhnya tiba-tiba, perancangan tidak

boleh mencapai over reinforced. Perancangan harus selalu under reinforced.

Banyaknya tulangan ditunjukkan oleh luas penampang tulangan (As)

As
= (2.40)
b d

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 37


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]
BAB II Dasar-dasar Perencanaan Struktur Gedung

Dimana : ρ : angka tulangan (tanpa dimensi)

As : luas tulangan

ρb : angka tulangan pada keadaan berimbang (balanced)

ρ > ρb : over reinforced (2.41)

ρ < ρb : under reinforced (2.42)

Dalam perancangan : ρ ≤ 0.75 ρb (2.43)

= 0,85 . . . (2.44)

Kapasitas momen akan meningkat dengan semakin banyaknya tulangan, tetapi

tulangan yang makin banyak menyebabkan penampang tersebut menjadi over

reinforced. Dalam perancangan, penampang dengan kapasitas besar tapi tetap

under reinfoced. Solusinya adalah penampang dengan tulangan rangkap (ada

yang diatas (tekan) dan ada di bawah (tarik).

Perencanaan Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak dengan 38


Pembesaran Kolom Sudut yang Berbentuk Bundar

any address]

Anda mungkin juga menyukai