Anda di halaman 1dari 44

TUGAS

PENGKAJIAN & PELAYANAN RESEP DAN PELAYANAN INFORMASI


OBAT

NAMA : HARNIAH
STAMBUK : 15120200179
KELOMPOK :2

PEMBIMBING : apt. A. MAULANA K., S.Farm., M.Clin.Pharm.

PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI RUMAH SAKIT


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
RESUME MATERI
A. PELAYANAN DAN PENGKAJIAN RESEP
Pengkajian dan pelayanan resep di Rumah Sakit didefinisikan sebagai
suatu rangkaian proses kegiatan terkait penyiapan obat (dispensing). Proses
kegiatan dispensing ini meliputi :
1. Penerimaan resep
2. Pengkajian resep
3. Pemeriksaan ketersediaan produk.
4. Penyiapan sediaan farmasi, alkes dan bahan medis habis pakai (BMHP).
5. Telaah obat, untuk mengecek apakah obat telah sesuai atau tidak.
6. Penyerahan obat kepada pasien yang disertai pemberian informasi obat.
Medication Error
Medication error merupakan kesalahan terapi yang sering terjadi di
praktek kefarmasian terjadi karena :
1. Peresapan yang salah akibat ketidaktepatan dalam proses pengambilan
keputusan oleh tenaga medis. Berkaitan dengan kesalahan pengumpulan
data dan kesalahan pemeriksaan.
2. Kesalahan pemilihan jenis obat, dosis, cara pemakaian
3. Penulisan yang sulit dibaca meningkatkan kesalahan terapi
Penyebab Medication Error
1. kurangnya pengetahuan tentang obat
2. kurangnya informasi tentang pasien
3. kesalahan dan kehilangan arsip
4. kesalahan pada tulisan
5. kesalahan interaksi dengan pemberi pelayanan yang lain
6. kesalahan dalam perhitungan dosis
7. masalah dalam memasukkan obat melalui selang infus lewat parenteral
8. pegontrolan yang kurang
9. masalah dalam penyimpanan dan pengantaran obat
10. kesalahan dalam preparasi
11. kekurangan standarisasi
Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian dan pelayanan resep dilakukan untuk mencegah terjadinya
kelalaian pencantuman informasi, penulisan resep yang buruk dan tidak tepat.
Dampknya mulai dari yang tidak berefek sama sekali sampai terjadi
kecacatan/kematian. Tujuan pengkajian untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah terkait obat sebelum disiapkan. Pelayanan resep
bertujuan agar pasien mendapatkan obat dengan tepat dan bermutu.
1. Pelaksana Pengkajian dan pelayanan Resep
- Dilakukan oleh apoteker : (SNARS 2018)
a. Ketepatan identitas pasien, obat, dosis, frekuensi, aturan
minum/makan obat, waktu pemberian
b. Duplikasi pengobatan
c. Potensi alergi atau sensitivitas
d. Interkasi antar obat atau dengan makanan
e. Variasi kriteria penggunaan dari RS
f. Berat badan pasien dan atau informasi fisiologi
g. Kontraindikasi
- TTK (petunjuk teknis)
a. Aspek administrasi dan farmasetik dalam pengawasan apoteker
2. Persiapan pengkajian dan pelayanan
Dokumen regulasi yang diperlukan :
a. SPO pengkajian dan pelayanan resep
b. Sarana dan fasilitas meliputi :
1) Lembar resep/modul peresepan
2) Daftar tilik (ceklis), dimana biasanya pada beberapa rumah sakit
antara resep dan daftar tilik disatukan.
3) menyediakan timbangan untuk resep racikan
4) Menyediakan kalkulator
5) Menyediakan alat tulis
6) Sumber informasi obat (MIMS, ISO, DIH, dan software)
7) Komputer (untuk resep elektronik)
8) Mortar dan Stamper.
3. Tahapan pengakajian dan pelayanan resep
Adapun tahapan dalam melakukan pelaksanaan pengkajian resep
(Kementerian Kesehatan RI, 2019) :
a. Pengkajian Resep
1) Terima resep elektronik atau manual yang diserahkan ke bagian
farmasi.
2) Jika sudah menggunakan sistem informasi, cetak resep elektronik.
3) Jika resep manual tidak terbaca, hubungi dokter penulis resep.
4) Periksa kelengkapan adminisitratif berupa identitas pasien (nama,
nomor rekam medik, usia/tanggal lahir, jenis kelamin), berat
badan (terutama pasien pediatric, geriatric, kemoterapi, gangguan
hati, epilepsi, gangguan ginjal, pasien bedah), tinggi badan
(pasien pediatri, kemoterapi), identitas dokter (nama, no SIP,
alamat, paraf). Identitas resep (tanggal resep, jaminan, ruang
rawat), untuk pasien umum sebaiknya lakukan persetujuan harga
obat.
5) Lakukan pengkajian dari aspek farmasetik meliputi nama obat,
bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat; stabilitas dan
kompatibilitas; aturan dan cara penggunaan.
6) Lakukan pengkajian dari aspek klinis meliputi ketepatan indikasi,
dosis, waktu/jam penggunaan obat; duplikasi pengobatan; alergi
dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
kontraindikasi; dan interaksi obat (farmakokinetik terkait dengan
perubahahan konsentrasi obat, farmakodinamik terkait efek obat).
7) Lakukan pengkajian dari aspek regulasi rumah sakit sebagai
contoh pengkajian antibiotika dilakukan apakah sudah sesuai
dengan kebijakan rumah sakit tentang restriksi antibiotika.
8) Pencatatan pengkajian dilakukan pada daftar tilik
9) Berikan tanda centang di kolom “Ya” jika hasil pengkajian sesuai
atau beri tanda centang “Tidak” jika hasil pengkajian tidak sesuai
pada masing-masing aspek yang perlu dikaji.
10) Informasikan dan minta persetujuan tentang harga resep pada
pasien non jaminan/umum.
11) Buat laporan kesalahan penggunaan obat tahap peresepan
berdasarkan catatan pengkajian resep yang tidak sesuai. Laporan
dibuat setiap bulan.
b. Pelayanan Resep
1) Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep yang sudah
dilakukan pengkajian:
a) menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep;
b) mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kedaluwarsa dan
keadaan fisik obat. Lakukan double check kebenaran
identitas obat yang diracik, terutama jika termasuk obat
high alert/LASA.
2) Melakukan peracikan obat bila diperlukan. Memberikan etiket
disesuaikan dengan sistem penyiapan obat yang diterapkan.
Pada etiket obat dengan sistem resep individu memuat
informasi: nama lengkap pasien, nomor rekam medis dan/atau
tanggal lahir, nama obat, aturan pakai, instruksi khusus, tanggal
kedaluwasa obat dan tanggal penyiapan obat. Pada etiket di
kantong obat dengan sistem dosis unit memuat informasi nama
lengkap pasien, nomor rekam medis dan/atau tanggal lahir,
instruksi khusus, dan tanggal penyiapan obat.
3) Sebelum obat diserahkan kepada perawat (untuk pasien rawat
inap) atau kepada pasien/keluarga (untuk pasien rawat jalan)
maka harus dilakukan telaah obat yang meliputi pemeriksaan
kembali untuk memastikan obat yang telah disiapkan sesuai
dengan resep. Aspek yang diperiksa dalam telaah obat meliputi
5 tepat yakni, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat rute,
tepat waktu pemberian.
4) Pada penyerahan obat untuk pasien rawat jalan, maka harus
disertai pemberian informasi obat yang meliputi nama obat,
kegunaan/indikasi, aturan pakai, efek terapi dan efek samping
dan cara penyimpanan obat.
5) Jika regulasi rumah sakit membolehkan pengantaran obat ke
rumah pasien dilakukan oleh jasa pengantar, maka kerahasiaan
pasien harus tetap terjaga (contoh: resep dalam amplop tertutup,
obat dikemas tertutup).
Alur pelayanan obat
a. Resep masuk
b. Telaah resep (tulisan jelas, tepat obat, tepat dosis, tepat cara pemberian,
tepat waktu pemberian, tepat frekuensi pemberian, tidak ada interaksi
obat, tidak ada duplikasi, tidak ada kontraindikasi, tertera dalam
Formularium RS).
c. Input SIM RS
d. Penyiapan obat
e. Telaah obat (tepat pasien, obat, dosis, rute pemberian, tepat waktu)
f. penyerahan
Telaah resep
a. Kejelasan penulisan resep
1) pastikan tulisan terbaca dan jelas
2) disarankan untuk menggunakan e-prescribing
3) pastikan semua data yang ada pada resep dituliskan
4) untuk identitas pasien, menggunakan stiker
5) jika tulisan tidak terbaca, konfirmasi ke dokter penulis resep
6) Waspada potensi LASA (look alike sound alike)/ NORUM (nama
obat rupa ucapan mirip).
b. Tepat obat
1) Pastikan obat yang diresepkan sesuai dengan spesialis dokter
(bandingkan dengan retriksi Formularium RS)
2) Pastikan jumlah obat sesuai dengan kebutuhan pasien dan retriksi
Formularium Rumah Sakit
3) Pastikan obat sesuai dengan diagnose pasien (rekam medik)
4) Pastikan bentuk sediaan sesuai dengan pasien
5) Pastikan obat yang diresepkan sesuai dengan kondisi klinis pasien
(resep elektronik)
c. Tepat dosis
1) Pastikan dosis sesuai dengan pasien
2) Untuk obat tertentu (sitostatika) pastikan data BB dan TB ada
3) Untuk pasien pediatric diseseuaikan dengan BB dan usia
4) Untuk pasien dengan gangguan hati dan ginjal perhatikan
5) Untuk mempermudah, memasukkan informasi obat di SIM RS atau
gunakan alat bantu aplikasi monile (Lexicomp, uptodate,
Micromedex, Medscape)
d. Tepat cara pemberian
1) Pastikan cara pemberian ada dalam signa pada resep
2) Pastikan instruksi lengkap untuk pemberian IV infus/ syringe pump
(misal : syringe pump 20 mg/kg dalam 50 mL NaCl tiap 24 jam)
3) Untuk obat pro renata pastikan kapan harus diminum
e. Tepat waktu pemberian :
1) Pastikan waktu pemberian ada dalam signa
2) Disarankan menggunakan aturan jam
3) Jika pemberian 1 kali sehari, pastikan waktu pemberian sesuai
dengan obatnya. (misal : simvastatin diminum malam hari sebelum
tidur)
f. Tepat frekuensi pemberian :
1) Pastikan frekuensi pemberian ada dalam signa
2) Disarankan menggunakan aturan jam
3) Pastikan frekuensi penggunaan obat sesuai dengan aturan masing-
masing obat.
g. Tidak ada interaksi obat :
1) Pastikan tidak ada interaksi obat yang berbahaya
2) Interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan
3) Gunakan tools drug interaction checker untuk mempermudah
4) Jika terdapat interaksi obat berbahaya, komunikasikan dengan
penulis resep
5) Jika terdapat interaksi moderat (sedang) komunikasikan ke Apoteker
klinis untuk melakukan monitoring.

h. Tidak ada duplikasi :


Kategori duplikasi
1) Merek berbeda, komposisi sama
2) Dokter berbeda, meresepkan obat yang sama
3) Obat dalam golongan yang sama (NSAID)
Jika terjadi makan konfirmasi ke dokter untuk dilakukan
penghentian/penggantian obat
i. Tidak ada kontraindikasi :
Pastikan tidak ada obat yang kontraindikasi dengan pasien. Pasien
dengan kontraindikasi seperti :
1) Bayi dan anak
2) Ibu hamil/ menyususi
3) Geriatric (>60 tahun)
Jika terjadi kontraindikasi, komunikasikan ke penulis resep
Telaah obat
1. Tepat pasien :
a. Pastikan nama pasien yang ada pada resep sesuai dengan nama
pasien yang ada pada etiket
b. Konfirmasi kembali bahwa pasien yang mengambil obat adalah
pasien yang dipanggil
c. Jika obat diantarkan ke ruang rawat. Pastikan bahwa pasien benar
dirawat pada ruang perawatan tersebut.
d. Pastikan pasien bertandatangan saat penyerahan resep
2. Tepat obat
a. Pastikan semua obat yang terdapat dalam resep ada
b. Pastikan pasien menerima obat sesuai dengan jumlah obat yang
diresepkan
3. Tepat dosis
a. Pastikan dosis sesuai dengan etiket
b. Waspadai penggantian kekuatan sediaan obat
4. Tepat rute pemberian
a. Pastikan rute pemberian pada resep sesuai dengan etiket
b. Gunakan warna etiket yang sesuai
5. Tepat waktu
a. Pastikan telah sesuai dengan resep
Penyerahan Resep
1. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan
serta jenis dan jumlah obat
2. Memanggil nama dan no tunggu pasien
3. Memeriksa ulang identitas dan nama pasien
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
5. Memberikan informasi obat (cara penggunaan, indikasi, makanan yang
harus dihindari, efek samping dan cara penyimpanan)
6. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik dan sopan, mungkin kondisi emosi pasien yang kurang stabil
7. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarga
8. Membuat salinan resep seuai dengan resep asli dan diparaf oleh apoteker
9. Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan untuk
memudahkan pelaporan
Evaluasi
Dilakukan evaluasi terhadap pengkajian dan pelayanan resep yang
dilakukan secara berkala biasanya kurang lebih setiap 3 bulan. Dimana pada
proses evaluasi ini mencakup jumlah penyampaian informasi dan
rekomendasi kepada dokter penulis resep terkait kesalahan yang terjadi pada
saat penulisan resep, kesalahan pada saat penyiapan obat, kepatuhan terhadap
penulisan resep yang harus disesuaikan dengan formularium nasional, serta
kecepatan pelayanan resep.

B. PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)


Pelayanan informasi obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi obat, rekomendasi obat, yang independen (tidak boleh
terikat dengan apapun), akurat, tidak bias, terkini, dan komprehensif yang
dilakukan oleh apoteker kepada dokter, sesama apoteker, perawat, profesi
kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit. PIO
diperlukan karena perkembangan obat yang semakin cepat dengan
bermunculannya obat-obat baru, literature obat semakin banyak dan
kompleks, kebutuhan informasi obat yang obyektif dan patient oriented.
Adapun tugas PIO yaitu:
1. Mendukung pelayanan kefarmasian dengan menjawab pertanyaan
2. Terlibat dengan kegiatan KFT: mengembangkan kebijakan penggunaan
obat dan membuat serta merevisi formularium
3. Memberikan informasi secara aktif melalui buletin dan website
4. Melakukan edukasi kepada tenaga kesehatan, mahasiswa, dan
masyarakat
Adapun beberapa fungsi dari pelayanan informasi obat yaitu:
1. Mendukung pelaksanaan formularium
2. Mendukung pekerjaan apoteker di bangsal
3. Membantu dokter mengambil keputusan terapi
4. Upgrading formularium
5. Meningkatkan profesionalitas apoteker
6. Sebagai materi edukasi dan konseling bagi tenaga kesehatan dan pasien
Menurut world health organitation (WHO) pelayanan informasi obat
dilakukan oleh seorang apoteker yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang baik, menunjukan kompetensi professional dalam
penelusuran, penyeleksian dan evaluasi sumber informasi,mengetahui tentang
fasilitas perpustakaan di dalam dan di luar rumah sakit, metodologi
penggunaan data elektronik, memiliki latar belakang pengetahuan tentang
terapi obat, memiliki kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun
tulisan. Adapun sasaran yang dapat menerima pelayanan informasi obat yaitu:
pasien, keluarga pasien dan atau masyarakat umum, tenaga kesehatan (dokter,
dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, dll), pihak lain seperti: manajemen
rumah sakit, tim/kepanitiaan klinik,komite, dll.
Pelayanan informasi obat (PIO) bertujuan untuk menunjang
ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional, berorientasi kepada pasien,
tenaga kesehatan, dan pihak lain; menyediakan informasi untuk membuat
kebijakan yang berhubungan dengan obat terutama bagi KFT; serta
menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga
kesehatan, dan pihak lain. Berikut beberapa manfaat dari pelayanan informasi
obat yaitu: 1. Promotif, meliputi penyuluhan dan CBIA; 2. Preventif, seperti
penyuluhan HIV dan TB, bahaya merokok dan narkotika; 3. Kuratif (edukasi
saat rawat inap); 4. Rehabilitas, seperti rumatan metadon dan program
berhenti merokok. Pekerjaan Pelayanan informasi obat dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Pelayanan aktif, tidak menunggu pertanyaan, melainkan aktif
memberikan informasi.
2. Pelayanan pasif, pelayanan memberikan informasi obat sebagai jawaban
atas pertanyaan yang diterima.
Adapun beberapa ruang lingkup terkait pelayanan informasi obat, yaiut:
1. Pelayanan
- Menjawab pertanyaan
- Menerbitkan bulletin
- Menyiapkan materi untuk brosur/ pamphlet informasi obat
2. Pendidikan
- Mengajar dan membimbing mahasiswa
- Membuat/menyampaikan makalah seminar/symposium
- Memberi pendidikan pada tenaga kesehatan dalam hal informasi
obat
3. Penelitian
- Melakukan penelitian evaluasi penggunaan obat
- Melakukan penelitian penggunaan obat baru
Dalam melakukan pelayanan informasi obat dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu secara informal dan formal. Secara informal dilakukan dengan
memberikan informasi mengenai penggunaan obat ketika melakukan kegiatan
farmasi klinik, misalnya ketika melakukan pemantauan terapi obat di ruang
rawat apoteker menjawab pertanyaan perawat terkait waktu pemberian obat.
Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mengajukan pertanyaan
seputar pelayanan informasi obat yaitu diantarnaya; secara lisan, telepon,
SMS/WA, Email, maupun tertulis.
Ada 7 langkah terkait pendekatan sistematis dalam menjawab
permintaan informasi obat yaitu:
1. Memproleh data diri penanya
2. Dapatkan informasi latar belakang
3. Tentukan dan golongkan pertanyaan sebenarnya
4. Tentukan strategi dan lakukan pencarian
5. Lakukan evaluasi, analisa dan sintesa
6. Formulasi dan berikan jawaban
7. Tindak lanjut dan dokumentasi
Sumber informasi pelayanan informasi obat berupa:
1. Primer
- Kebanyakan up to date
- Mengenalkan teori-teori/penemuan-penemuan baru
- Memperkuat teori yang sudah ada
- Dapat ditemukan informasi mengenai obat-obat yang sudah diteliti.
Contoh: laporan hasil penelitian, laporan kasus, studi evaluasi,
laporan deskripsi.
- Evaluasi:
 Bagian bahan dan metode
 Sampel
 Desain studi
2. Sekunder
Sistem indeks yang berisi kumpulan abstrak dari berbagai macam artikel
jurnal. Contoh : medline, NEJM, Sience direct, dll. Evaluasi meliputi:
- Waktu, jarak waktu majalh terbit
- Jurnal pustaka, jumlah pustaka ilmiah
- Selektivitas pengindeksan/pengabstrakan, cetak standar atau
terkomputerisasi
3. Tersier
Berupa buku referensi yang berisi materi yang umum, lebgkap, dan
mudah dipahami. Contoh: textbook, compendia, farmakope, pedoman
praktis. Evaluasinya meliputi:
- Penulis dan atau editor
- Tanggal publikasi
- Penerbit
- Daftar pustaka
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam menentukan validasi dan
reabilitas informasi yang ditemukan online:
1. Tentukan identitas pengarang dan reputasi organisasi yang memberi
sponsor dengan menentukan kreadibilitas sumber
2. Kapan website terakhir di update
3. Apakah referensi dicantumkan
4. Bila ada sponsor, apakah informasi berkaitan dengan produk sponsor
5. View website dengan tiga kata terakhir pada web addres: edu, gov ord
(dikeluarkan oleh institusi pendidikan, agensi pemerintah US, organisasi
swasta) dot-com web: kemungkinan bias.
Tahap pelaksanaan salah satu kegiatan pelayanan informasi obat dalam
menjawab pertanyaan:
1. Apoteker menerima pertanyaan melalui telepon, pesan tertulis atau tatap
muka
2. Mengidentifikasi penanya berupa: nama, status (dokter, perawat,
apoteker, asisten apoteker, pasien/keluarga pasien, dietisien, umum), asal
unit kerja penanya
3. Mengidentifikasi pertanyaan apakah akan diterima atau dirujuk ke unit
kerja terkait
4. Menanyakan secara rinci data/informasi terkait pertanyaan dan
menanyakan tujuan permintaan informasi (perawat pasien, pendidikan,
penelitian, umum)
5. Menetapkan urgensi pertanyaan dan melakukan penelusuran secara
sistematis, mulai dari sumber informasi tersier, sekunder dan primer jika
diperlukan
6. Melakukan penilaian (critical appraisal) terhadap jawaban yang
ditemukan dari minimal 3 (tiga) literature
7. Memformulasikan jawaban dan menyampaikan jawaban kepada penanya
secara verbal atau tertulis
8. Melakukan follow-up dengan menanyakan ketepatan jawaban
9. Mendokumentasikan kegiatan yang dilaksanakan dan mencatat waktu
yang diperlukan untuk menyiapkan jawaban
Setelah terjadi interaksi antara penanya dan pemberi jawaban, maka
kegiatan tersebut harus didokumentasikan. Pendokumentasian sangat penting
karena dapat membantu menelusuri kembali data informasi yang dibutuhkan
dalam waktu yang relative lebih singkat. Pendokumentasian tersebut juga
memperjelas beban kerja dari apoteker. Dokumentasi yang dilakukan
meliputi:
1. No. dokumen
2. Nama penanya
3. Profesi
4. Telepon
5. Alamat
6. Tanggal dan jam pertanyaan diterima
7. Metode bertanya
8. Penyampaian jawaban (segera < 24 jam, > 24 jam)
9. Tanggal dan jam jawaban diberikan
10. Metode menjawab
11. Latar belakang pertanyaan
12. Kategori pertanyaan
13. Jawaban yang diberikan
14. Referensi
15. Paraf dan nama apoteker yang menjawab pertanyaan
Pelayanan informasi obat pada pasien dan keluarga pasien sering
dikenal dengan konseling atau KIE (Komunikasi, Informasi, dan edukasi).
Aktivitas PIO pada pasien meliputi: mendengar, bertanya,
menilai/menafsirkan, memberi informasi (aktif/pasif), memberi saran,
memotivasi. Adapun prosedur pemberian informasi kepada pasien:
1. Persiapan
a. Penampilan petugas pemberi informasi
1) Periksa kerapian pakaian seragam
2) Periksa kelengkapan atribut

b. Alat-alat:
1) Alat tulis
2) Materi edukasi
3) Formulir penilaian kebutuhan informasi
2. Pelaksanaan
a. Ucapkan salam
b. Perkenalkan diri dan jelaskan tugas serta peran anda
c. Pastikan identitas pasien
d. Lakukan penilaian pasien meliputi:
1) Bahasa yang digunakan
2) Kemampuan baca
3) Emosional
4) Hambatan fisik dan kognitif
5) Kesiapan menerima informasi
e. Ciptakan suasana yang nyaman
f. Jelaskan materi informasi kepada pasien dan atau keluarga
g. Dorong pasien dan keluarga untuk bertanya mengenai materi yang
diberikan
h. Lakukan verivikasi kepada pasien dan keluarga terhadap materi
informasi yang diberikan
i. Berikan formulir pemberian informasi untuk ditanda tangani oleh
pasien dan keluarga dan petugas pemberi edukasi dan di lampirkan
di status pasien
j. Berikan nomor telepon yang bisa dihubungi jika sewaktu waktu
diperlukan atau bisa datang langsung ke kantor
k. Tawarkan bantuan kembali
l. Ucapkan salam, terima kasih, dan rasa empati.
TUGAS
1. Buatlah SOP pelayanan resep (dari resep datang-pasien menerima obat)
PELAYANAN RESEP

RS UMI No Dokumen No Revisi Halaman


001/SPO/MEDIS/2021 00 1 dari 1

Ditetapkan Oleh
Direktur RS
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR drN
06/09/2021
OPERASIONAL
dr. Nia, Sp. OT (K)
NIP. 19790706 202001 2 002
PENGERTIAN Prosedur tindakan yang harus dilakukan mulai resep datang
sampai penyerahan obat kepada pasien

TUJUAN Tercapainya pelayanan kefarmasian dengan mutu cakupan dan


efisiensi yang optimal melalui pelayanan perbekalan farmasi
pasien rawat jalan
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.72 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

PROSEDUR 1. Pasien datang membawa resep ke Apotek


2. Resep diterima petugas farmasi dan diberi nomor resep
3. Apoteker melakukan pengkajian resep, meliputi: aspek
administrasi, aspek farmaseutik, dan aspek klinis
4. Apoteker mengkonsultasikan ke dokter apabila terdapat
masalah dalam resep
5. Petugas farmasi melakukan pemeriksaan ketersediaan
produk
6. Petugas farmasi membuat perhitungan harga, dan meminta
konfirmasi pasien, jika pasien setuju maka resep akan
dilayani
7. Penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai
8. Melakukan telaah obat : tepat obat, tepat pasien, tepat dosis,
tepat rute pemberian, dan tepat waktu pemberian
9. Penyerahan obat oleh apoteker kepada pasien disertai
pemberian informasi obat.
UNIT TERKAIT Instalasi farmasi Rumah Sakit, Depo Rawat Jalan, Depo Rawat
inap, Depo IGD, Depo ICU/OK
2. Lakukan pengkajian resep pada resep-resep berikut
a. Resep narkotik
KELENGKAPAN ADMINISTRATIF
Identitas Pasien Identitas Penulis Resep Identitas Resep
Ket Ket
Ket
Nama ✅ Nama dokter ✅
No. RMIK/ No. SIP Tanggal
- -
Tgl Lahir dokter penulisan

Jenis Alamat resep
- ✅
kelamin
Berat badan - Paraf ✅
Ruangan/unit
Tinggi badan - Kewenangan -
✅ asal resep
Alamat - klinis
KELENGKAPAN FARMASETIK
R1
Nama obat Gabapentin
Bentuk sediaan -
Kekuatan sediaan 100 mg
Dosis dan jumlah obat Dosis Sekali : 100 mg
Dosis Sehari : 100 mg
Jumlah obat : 15 tablet
Stabilitas -
Aturan dan cara penggunaan 1 kali sehari 1 tablet (malam hari)
R2
Nama obat Methylprednisolone
Codein
Amitriptilin
Bentuk sediaan Kapsul racikan
Kekuatan sediaan Methylprednisolone 4 mg
Codein 20 mg
Amitriptilin 4 mg
Dosis dan jumlah obat Dosis sekali :
Metilprednisolone 4 mg
Codein 20 mg
Amitriptilin 4 mg
Dosis sehari :
Metilprednisolone 8 mg
Codein 40 mg
Amitriptilin 8 mg
Jumlah Obat :
30 kapsul
Stabilitas -
Aturan dan cara penggunaan 2 kali sehari 1 kapsul
R3
Nama obat Kalsium Laktat
Bentuk sediaan -
Kekuatan sediaan -
Dosis dan jumlah obat Jumlah obat : 20 tablet
Stabilitas -
Aturan dan cara penggunaan 1 kali sehari 1 tablet
KELENGKAPAN KLINIS
Ketepatan indikasi R1 : Antiepilepsi, nyeri neuropati
R2
Metilprednisolon : anti inflamasi
dan immunosupresant
Codein : nyeri dan batuk
Amitriptilin : depresi dan ansietas
R3 : Anticolvusant induced
hypocalcemia
(AHFS)
Dosis R1 :
Epilepsi : 300 mg 3x sehari
Nyeri neuropati : 300 mg 1x sehari
(hari pertama), 300 mg 2x sehari
(hari kedua), 300 mg 3x sehari
(hari ketiga)
R2 :
Metilprednisolon:
0,117-1,66 mg/kg sehari atau 3,3-
50 mg/m2 sehari, diberikan dalam
3-4 dosis terbagi
Codein:
Batuk : 10-20mg/4-6 jam
Nyeri : 30 mg/4 jam sesuai
kebutuhan; range dosis 15-60mg/4
jam sesuai kebutuhan
*Kurangi dosis untuk pasien
geriatric
Amitriptilin :
Pasien rawat jalan : dosis awal 75
mg sehari dalam dosis terbagi atau
50-100 mg 1x sehari
Pasien rawat inap : dosis awal 100
mg sehari, dapat ditingkatkan
bertahap hingga 200-300 mg
sehari
R3 :
1-2 g sehari
(AHFS)
Waktu penggunaan obat R1 : 1x sehari pada malam hari
R2 : tiap 12 jam sekali
R3 : tiap 24 jam sekali
Duplikasi pengobatan -
Alergi dan ROTD R1 : mual atau muntah, pusing
R2 :
Metilprednisolon : tulang rapuh,
katarak, gangguan pencernaan,
nyeri otot, nyeri belakang
Codein : konstipasi, mual, muntah
Amitriptylin : mulut kering,
konstipasi, gangguan penglihatan,
hipotensi ortostatik, sedasi
R3 : Konstipasi, mual
(AHFS)
Kontraindikasi R1 : Hipersensitivitas terhadap
gabapentin
R2
Methylprednisolone : infeksi serius
yang tidak terobati,
hipersensitivitsas, trauma cedera
otak
Codein : hipersensitivitas, asma
akut atau berat, depresi pernapasan
signifikan, anak dibawah 12 tahun,
nyeri post-operasi, obstruksi GI
Amitriptilin : hipersensitivitas
(medscape)
Interaksi Obat Gabapentin + Codein :
meningkatkan efek satu sama lain
dengan sinergisme
farmakodinamik. Modifikasi
terapi. Pemberian bersama
depresan SSP dapat menyebabkan
depresi pernapasan, mengancam
jiwa dan fatal. Gunakan dosis
serendah mungkin dan pantau
adanya depresi pernapasan dan
sedasi
Gabapentin + Amitriptilin :
meningkatkan efek satu sama lain
dengan sinergisme
farmakodinamik. Modifikasi
terapi. Pemberian bersama
depresan SSP dapat menyebabkan
depresi pernapasan, mengancam
jiwa dan fatal. Gunakan dosis
serendah mungkin dan pantau
adanya depresi pernapasan dan
sedasi
Kodein + Amitriptilin :
Keduanya meningkatkan sedasi.
Gunakan perhatian
Metilprednisolon + Amitriptilin :
Metilprednisolone akan
menurunkan kadar atau efek
amitriptilin dengan mempengaruhi
enzim CYP3A4 di hati/usus.
(Minor)
(Medscape)

b. Resep psikotropik
KELENGKAPAN ADMINISTRATIF
Identitas Pasien Identitas Penulis Resep Identitas Resep
Ket Ket
Ket
Nama ✅ Nama dokter ✅
No. RMIK/ No. SIP Tanggal
✅ ✅
Tgl Lahir dokter penulisan

Jenis Alamat resep
- ✅
kelamin
Berat badan - Paraf ✅
Ruangan/unit
Tinggi badan - Kewenangan ✅
✅ asal resep
Alamat - klinis
KELENGKAPAN FARMASETIK
R1
Nama obat Fluoxetin
Alprazolam
Haloperidol
Bentuk sediaan Kapsul Racikan
Kekuatan sediaan Fluoxetin 10 mg
Alprazolam 0,25 mg
Haloperidol 0,5 mg
Dosis dan jumlah obat Dosis Sekali :
Fluoxetin 10 mg
Alprazolam 0,25 mg
Haloperidol 0,5 mg
Dosis Sehari :
Fluoxetin 10 mg
Alprazolam 0,25 mg
Haloperidol 0,5 mg
Jumlah obat : 30 kapsul
Stabilitas -
Aturan dan cara penggunaan 1 kali sehari 1 kapsul (malam hari)
R2
Nama obat Amlodipin
Bentuk sediaan -
Kekuatan sediaan 5 mg
Dosis dan jumlah obat Dosis sekali : 5 mg
Dosis sehari : 5 mg
Jumlah Obat : 30 tablet
Stabilitas -
Aturan dan cara penggunaan 1 kali sehari 1 tablet
R3
Nama obat Vitamin B6
Bentuk sediaan -
Kekuatan sediaan -
Dosis dan jumlah obat Jumlah obat : 30 tablet
Stabilitas -
Aturan dan cara penggunaan 1 kali sehari 1 tablet
R4
Nama obat Vitamin B12
Bentuk sediaan -
Kekuatan sediaan -
Dosis dan jumlah obat Jumlah obat : 30 tablet
Stabilitas -
Aturan dan cara penggunaan 1 kali sehari 1 tablet
KELENGKAPAN KLINIS
Ketepatan indikasi R1 :
Fluoxetin : Gangguan Depresi
Major, Gangguan panik, Gangguan
Bipolar
Alprazolam : gangguan ansietas,
gangguan panik, kemoterapi
kanker induced Mual dan muntah
Haloperidol : gangguan psikotik,
Sindrom Tourette, Mual dan
muntah
R2 : Hipertensi, CAD
R3 : Defisiensi Piridoksin,
kebutuhan diet, piridoksin
dependen seizure, gangguan
metabolik
R4 : Suplemen nutrisi, anemia,
defisiensi B12
(AHFS dan Medscape)
Dosis R1 :
Fluoxetin : 10-80 mg sehari
Alprazolam : 0,25-0,5 mg 3 kali
sehari
Haloperidol : 0,5-2 mg 2 atau 3
kali sehari
R2 :
Hipertensi : 2,5-5 mg 1 kali sehari
CAD : 5-10 mg 1 kali sehari
R3 :
2,5-10 mg sehari
R4 :
Suplemen makanan :2,4 mcg
Defisiensi B12 : 30 mcg IM 1 kali
sehari
(AHFS & Medscape)
Waktu penggunaan obat R1 : 1x sehari pada malam hari
R2 : 1x sehari
R3 : 1x sehari
R4 : 1x sehari
Duplikasi pengobatan -
Alergi dan ROTD R1 :
Fluoxetin : ansietas, nerveous,
insomnia, tremor, pusing, mual,
diare, mulut kering, ruam,
mengantuk
Alprazolam : mengantuk, pusing,
depresi, sakit kepala, mulut kering,
konstipasi, diare
Haloperidol : reaksi
ekstrapiramidal
R2 : sakit kepala, edema
R3 : mual, sakit kepala,
mengantuk, peningkatan serum
AST
R4 : artralgia, pusing, sakit kepala,
diare
(AHFS)
Kontraindikasi R1 :
Fluoxetin : hipersensitivitas, ibu
menyusui
Alprazolam : hipersensitivitas,
glaukoma sudut sempit akut,
penggunaan bersama dengan
penghambat CYP3A4
(itrakonazole, ketokonazole)
R2 : hipersensitivitas
R3 : hipersensitivitas
R4 : hipersensitivitas terhadap
produk
Interaksi Obat -
c. Resep racikan
KELENGKAPAN ADMINISTRATIF
Identitas Pasien Identitas Penulis Resep Identitas Resep
Ket Ket
Ket
Nama ✅ Nama dokter ✅
No. RMIK/ No. SIP Tanggal
✅ -
Tgl Lahir dokter penulisan

Jenis Alamat resep
✅ ✅
kelamin
Berat badan - Paraf ✅
Ruangan/unit
Tinggi badan - Kewenangan -
✅ asal resep
Alamat - klinis
KELENGKAPAN FARMASETIK
R1
Nama obat Parasetamol
Bentuk sediaan Sirup
Kekuatan sediaan -
Dosis dan jumlah obat Jumlah obat : 1 botol
Stabilitas -
Aturan dan cara penggunaan 3 kali sehari 1 ½ sendok teh
R2
Nama obat Cefadroxil
Cetirizine
Dexametason
Ambroxol
Bentuk sediaan Racikan pulveres
Kekuatan sediaan Cefadroxil : 160 mg
Cetirizine : 2 mg
Dexametason : -
Ambroxol : 10 mg
Dosis dan jumlah obat Dosis sekali :
Cefadroxil : 160 mg
Cetirizine : 2 mg
Dexametason : -
Ambroxol : 10 mg
Dosis sehari :
Cefadroxil : 480 mg
Cetirizine : 6 mg
Dexametason : -
Ambroxol : 30 mg
Jumlah Obat :
21 bungkus
Stabilitas -
Aturan dan cara penggunaan 3 kali sehari 1 bungkus
KELENGKAPAN KLINIS
Ketepatan indikasi R1 : Nyeri, Demam
R2
Cefadroxil : Faringitis dan
tonsilitis, infeksi kulit dan struktur
kulit, ISK
Cetirizine : Rhinitis alergi,
urtikaria chronik idiopatik
Dexametason : anti-inflamasi dan
immunosupresan
Ambroxol : Mukolitik
(AHFS)
Dosis R1 :
Pediatri (6-8 tahun)
Nyeri : 320 mg 4-6 jam sekali jika
dibutuhkan
Demam : 320 mg 4-6 jam sekali
jika dibutuhkan
R2 :
Cefadroxil:
Pediatri : 30mg/kg sehari dalam 2
dosis terbagi
Cetirizine :
Pediatri >6 tahun :
5-10 mg 1 kali sehari
Dexametasone :
0,024-0,34 mg/kg sehari atau 0,66-
10 mg/m2 sehari, diberikan dalam
4 dosis terbagi
Ambroxol :
Anak 6-12 tahun : 15 mg 3 kali
sehari
(AHFS; Mims.com)
Waktu penggunaan obat R1 : 1x sehari pada malam hari
R2 : tiap 12 jam sekali
R3 : tiap 24 jam sekali
Duplikasi pengobatan -
Alergi dan ROTD R1 : urtikaria, angioedema,
peningkatan bilirubin dan alkalin
fosfat, nefrotoksik,
trombositopenia
R2 :
Cefadroxil : dispepsia, mual,
muntah
Cetirizine : sakit kepala, faringitis,
nyeri perut
Dexametasone : tulang rapuh,
katarak, gangguan GI, nyeri otot,
nyeri belakang, kandidiasis oral
Ambroxol : sindrom steven-
johnson, mual, muntah, diare,
dispepsia, mulut atau
kerongkongan kering, nyeri perut
(AHFS; mims.com; Medscape)
Kontraindikasi R1 : Hipersensitivitas terhadap
acetaminophen
R2
Cefadroxil : hipersensitivitas
terhadap cefadroxil atau
sefalosporin lain
Cetirizine : hipersensitivitas
terhadap cetirizine, hidroxizin atau
bahan lain dalam formulasi
Dexametasone : hipersensitivitas
terhadap dexametasone atau
kortikosteroid lain, infeksi jamur
sistemik, pemberian bersama
dengan vaksin antivirus
Ambroxol : pasien dengan ulkus
perut atau duodenal, kondisi
bronkial, gagal ginjal, gagal
jantung, kehamilan dan menyusui.
(AHFS; Mims.com)
Interaksi Obat -
d. Resep non racikan
KELENGKAPAN ADMINISTRATIF
Identitas Pasien Identitas Penulis Resep Identitas Resep
Ket Ket
Ket
Nama ✅ Nama dokter ✅
No. RMIK/ No. SIP Tanggal
✅ ✅
Tgl Lahir dokter penulisan

Jenis Alamat resep
✅ ✅
kelamin
Berat badan - Paraf -
Ruangan/unit
Tinggi badan - Kewenangan -
- asal resep
Alamat ✅ klinis
KELENGKAPAN FARMASETIK
R1
Nama obat Azitromycin
Bentuk sediaan -
Kekuatan sediaan 500 mg
Dosis dan jumlah obat Dosis sekali : 500 mg
Dosis sehari : 500 mg
Jumlah obat : 10 tablet
Stabilitas -
Aturan dan cara penggunaan 1 kali sehari 1 tablet
R2
Nama obat Zegavit
Bentuk sediaan Tablet
Kekuatan sediaan -
Dosis dan jumlah obat Jumlah Obat :
10 tablet
Stabilitas -
Aturan dan cara penggunaan 1 kali sehari 1 tablet
R3
Nama obat Fluimucyl
Bentuk sediaan Tablet Effervesent
Kekuatan sediaan 600 mg
Dosis dan jumlah obat Dosis sekali : 600 mg
Dosis sehari : 600 mg
Jumlah Obat : 10 tablet
Stabilitas -
Aturan dan cara penggunaan 1 kali sehari 1 tablet
R4
Nama obat Omeprazole
Bentuk sediaan -
Kekuatan sediaan 20 mg
Dosis dan jumlah obat Dosis Sekali : 20 mg
Dosis sehari : 40 mg
Jumlah obat : 10 kapsul
Stabilitas -
Aturan dan cara penggunaan 2 kali sehari 1 kapsul
KELENGKAPAN KLINIS
Ketepatan indikasi R1 : Akut otitis media (AOM),
Faringitis dan tonsilitis, Infeksi GI,
Infeksi saluran napas
R2 : Suplemen makanan
R3 : akut dan kronik bronkial dan
paru berhubungan dengan
ketebalan sekresi mukus
R4 : ulserasi berhubungan dengan
NSAID, penyakit peptic ulser
berhubungan dengan H.pylori,
peptic ulser, penyakit reflux
gastro-esofagial
(AHFS)
Dosis R1 :
Dewasa
Faringitis dan tonsilitis : 500 mg
sebagai dosis tunggal pada hari 1,
diikuti 250mg 1 kali sehari pada
hari 2-5
Infeksi GI : 500 mg 1 kali sehari
selama 7 hari
Infeksi saluran napas : 500 mg 1
kali sehari selama 3 hari
R2 :
Vit E 30 IU, vit C 750 mg, vit
B1 15 mg, vit B2 15 mg,
niacinamide 100 mg, vit B6 25 mg,
vit B12 12 mcg, folic acid 0.4 mg,
Ca 20 mg, pantothenic acid 20 mg,
Zn 20 mg
R3 :
Dewasa
1 tablet effervesent sehari
R4 :
ulserasi berhubungan dengan
NSAID : 20mg 1 kali sehari
Penyakit peptic ulser berhubungan
dengan H.pylori : 20 mg 2 kali
sehari selama 1 minggu
dikombinasi dengan klaritromisin,
amoksisilin atau metronidazol
Peptic ulser : 20 mg atau 40 mg 1
kali sehari
Penyakit reflux gastro-esofagial :
20 mg 1 kali sehari selama 4-8
minggu
(AHFS; Mims.com)
Waktu penggunaan obat R1 : 1x sehari pada malam hari
R2 : tiap 12 jam sekali
R3 : tiap 24 jam sekali
Duplikasi pengobatan -
Alergi dan ROTD R1 : diare, mual, muntah, nyeri
perut
R2 : -
R3 : mual, muntah, urtikaria,
bronkospasme, diare, pusing
R4 : lupus erythematosus, SLE,
fraktur berhubungan dengan
osteoporosis, diare berhubungan
dengan clostridium, defisiensi
B12, infeksi GI, mual, muntah,
diare, konstipasi, flatulen, nyeri
perut
(AHFS; mims.com; Medscape)
Kontraindikasi R1 : Hipersensitivitas terhadap
azitromycin, eritromycin,
makrolida lain atau ketolida lain
R2 : Hipersensitivitas
R3 : hipersensitivitas, pasien
dengan diabetes atau diet rendah
kalori
R4 : penggunaan bersama dengan
nelfinavir
(AHFS; Mims.com)
Interaksi Obat azitromisin + zegavit :
azitromisin akan menurunkan
tingkat atau efek asam pantotenat
dengan mengubah flora usus.
Hanya berlaku untuk bentuk oral
dari kedua agen. Gunakan
Perhatian/Monitor.

azitromisin + Zegavit :
azitromisin akan menurunkan
tingkat atau efek piridoksin dengan
mengubah flora usus. Hanya
berlaku untuk bentuk oral dari
kedua agen. Gunakan
Perhatian/Monitor.
3. Buat salinan resep jika penebusan berikutnya resep ditebus setengahnya
Copy Resep :
APOTEK NIA FARMA
Jl. Dg. Tata III, No. 17, Tlp : (0411) 697067, Makassar
Apoteker : apt. Harniah, S. Farm
SIPA No : 179/45-6/SIPA-KES/DPM-PTS/IV/2021

COPY RESEP
Nama Dokter : dr. Ada nama dokter
No. Resep : 0001 Tgl resep : 11 januari 2019
Pro : Ny. A Umur : 58 tahun

Makassar, 6 September 2021


R/ Risperidon 0,5 mg
Alprazolam 0,25 mg
m.f. pulv. Dtd in caps No XXX
S 0-0-1
Did
R/ Fluoxetin 20 mg No XXX
S 1-0-0
Did

PCC
HRN Stempel
(apt. Harniah, S. Farm)
4. Hitunglah racikan jika resep ditebus 1/2nya
Perhitungan Racikan jika yang diambil ½ resep (8 kapsul)
 Parasetamol 350 mg

 Ergotamin ¾ tablet

 Diazepam 2 mg

 Amitriptilin 3 mg
5. Buatlah SOP pelayanan Informasi Obat
a. Kepada Dokter
PELAYANAN INFORMASI OBAT

RS UMI No Dokumen No Revisi Halaman


002/SPO/MEDIS/2021 00 1 dari 1

Ditetapkan Oleh
Direktur RS
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR drN
06/09/2021
OPERASIONAL
dr. Nia, Sp. OT (K)
NIP. 19790706 202001 2 002
PENGERTIAN Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk memberi informasi secara akurat
dan tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat,
profesi kesehatan lainnya dan pasien
TUJUAN 1. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga
kesehatan lain di lingkungan Rumah Sakit UMI
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat
oleh jaringan dengan mempertimbangkan stabilitas, harus
memiliki alat penyimpanan yang memadai).
3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.72 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

PROSEDUR 1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen


secara aktif dan pasif
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan
melalui telepon, surat, atau tatap muka
3. Membuat bulletin, leaflet dan label obat
4. Menyediakan informasi bagi Panitia Farmasi Terapi
sehubungan dengan penyusunan formularium Rumah Sakit
5. Bersama dengan PMKRS melakukan kegiatan penyuluhan
bagi pasien rawat jalan dan rawat inap
6. Melakukan Pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi
dan tenaga kesehatan lainnya

UNIT TERKAIT Apoteker di semua unit pelayanan


b. Kepada Pasien
PELAYANAN INFORMASI OBAT

RS UMI No Dokumen No Revisi Halaman


003/SPO/MEDIS/2021 00 1 dari 1

Ditetapkan Oleh
Direktur RS
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR drN
06/09/2021
OPERASIONAL
dr. Nia, Sp. OT (K)
NIP. 19790706 202001 2 002
PENGERTIAN Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk memberi informasi secara akurat
dan tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat,
profesi kesehatan lainnya dan pasien
TUJUAN Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi dan
konsultasi secara akurat, tidak bias, faktual, terkini, mudah
dimengerti, etis dan bijaksana
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.72 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

PROSEDUR 1. Memberikan informasi kepada pasien berdasarkan resep atau


kartu pengobatan pasien (medication record) atau kondisi
kesehatan pasien baik lisan maupun tertulis
2. Melakukan penelusuran literatur bila diperlukan, secara
sistematis untuk memberikan informasi.
3. Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan mudah
dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana baik secara lisan
maupun tertulis
4. Informasi yang perlu disampaikan kepada pasien :
a Jumlah, jenis dan kegunaan masing-masing obat
b Bagaimana cara pemakaian masing-masing obat yang
meliputi : bagaimana cara memakai obat, kapan harus
mengkonsumsi/memakai obat, seberapa banyak/dosis
dikonsumsi sebelumnya, waktu sebelum atau sesudah
makan, frekuensi penggunaan obat/rentang jam
penggunaan
c Bagaimana cara menggunakan peralatan kesehatan
Peringatan atau efek samping obat
d Bagaimana mengatasi jika terjadi masalah efek samping
obat
e Tata cara penyimpanan obat (sediaan farmasi/alkes)
Pentingnya kepatuhan penggunaan obat
5. Menyediakan informasi aktif (brosur, leaflet dll)
6. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi
obat
UNIT TERKAIT Apoteker di semua unit pelayanan

Anda mungkin juga menyukai