Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

UNIVERSALISME ISLAM TERHADAP TRADISI MAPPACCI PADA


MASYARAKAT SUKU BUGIS SULAWESI SELATAN

DOSEN : AHMAD YANI, M.Hum.

DISUSUN OLEH :

SOFYAN (2120203862202087)

PRODI AKUNTANSI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “UNIVERSALISME
ISLAM TERHADAP TRADISI MAPPACCI PADA MASYARAKAT SUKU BUGIS
SULAWESI SELATAN” ini dengan lancar. Shalawat dan salam tidak lupa saya hanturkan
untuk junjungan nabi kita, yaitu Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-
sahabatnya.

Adapun makalah ini saya susun untuk melengkapi nilai mata kuliah STUDI
BUDAYA LOKAL. Semoga dapat dijadikan sumber ilmu dan bisa bermanfaat khususnya
bagi penulis dan juga para pembaca.

Dengan ini saya sebagai penulis memohon maaf sebesar-besarnya jika terdapat
kesalahan pada penulisan makalah ini. Oleh karena itu, segala bentuk saran dan masukan
sangat saya harapkan dan akan saya terima dengan senang hati. Terima kasih.

Parepare, 13 November 2021

SOFYAN

2120203862202006
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Tradisi Mappacci...............................................................................................................3
B. Makna Dan Pesan Yang Terkandung Pada Perlengkapan Mappacci................................5
C. Nilai Hukum Islam Yang Terkandung Dalam Tradisi Mappacci......................................6
BAB III.......................................................................................................................................8
PENUTUP..................................................................................................................................8
A. Kesimpulan........................................................................................................................8
B. Saran..................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama dan budaya merupakan unsur yang sangat berpengaruh dan penting bagi
masyarakat. Kedua unsur tersebut akan saling tarik menarik atas kepentingan satu sama
lain. Adat merupakan jati diri masyarakat yang menggambarkan bagaimana cara pandang
dan berperilaku dalam suatu pergaulan. Adat juga menjadi patokan dan juga pedoman
dari segala pikiran, tingkah laku, dan perbuatan yang diwujudkan, sehingga tidak dapat
terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Islam sendiri merupakan agama yang paling
banyak dianut oleh masyarakat Indonesia serta memiliki kaitan erat terhadap tradisi-
tradisi adat masyarakat lokal. Tradisi merupakan bagian dari budaya yang ada.
Masyarakat Indonesia dikenal memiliki banyak sekali tradisi dan budaya setempat. Selain
memberi warna dalam keanekaragaman, budaya dan tradisi juga mempengaruhi praktek-
praktek keagamaan dan keyakinan masyarakat.

Tradisi atau budaya merupakan hal yang telah lama dilakukan dan menjadi bagian
dari masyarakat sehingga menjadi kebiasaan yang dilakukan terus menerus, meliputi
kepercayaan, moral, hukum, pengetahuan, keilmuan, adat istiadat, kesenian, serta
kemampuan lainnya. Budaya lokal merupakan warisan nenek moyang kepada
keturunannya secara turun-temurun. Tradisi lebih mengarah pada kegiatan ritual dan
kepercayaan yang berkembang dimasyarakat sehingga menjadi sebuah kebudayaan.

Di Indonesia, setiap daerah mempunyai tradisi yang unik dan berbeda-beda. Di


Sulawesi Selatan sendiri khususnya bagi masyarakat Bugis, Saraq (syariah) dan Adeq
(adat) adalah dua hal yang saling berkaitan dengan dinamika kehidupan masyarakat,
ketaatan terhadap agama dan adat sama kuatnya dan dilakukan secara berdampingan.
Dalam konsep undang-undang sosial atau dikenal dengan Panggaderreng terdapat lima
unsur yang saling menguatkan, yaitu wariq (protokoler kerajaan), bicara (sistem hukum),
saraq (syariat Islam), adeq (adat istiadat), rapang (pengambilan keputusan sesuai
perbandingan). Kelima unsur ini merupakan realisasi pengaturan sosial yang turun
temurun sampai saat ini, bahkan tradisi tanah leluhur telah sampai dan mulai berkembang
di daerah lain.

Salah satu tradisi yang ada dan cukup melekat dalam kehidupan masyarakat
Indonesia, khususnya bagi suku Bugis di Sulawesi Selatan adalah Mappacci yang
merupakan salah satu tradisi dalam proses pernikahan suku Bugis yang dilakukan pada
malam pernikahan. Tujuan dari proses ini yaitu untuk membersihkan jiwa calon
pengantin sebelum membangun bahtera rumah tangga. Dalam melakukan proses
mappacci ini, masyarakat Bugis menggunakan beberapa bahan tertentu dan disetiap
bahan yang digunakan memiliki simbol serta maknanya masing-masing. Tradisi
mappacci bukan merupakan suatu kewajiban dalam agama Islam. Namun tradisi ini
dianggap sakral dan bernilai positif untuk keberlangsungan rumah tanggah, serta
mayoritas ulama menganggapnya sebagai kecintaan akan kebaikan atau disebut juga
sennu-sennungeng ridecengnge. Oleh karena itu, sampai sekarang masyarakat Bugis
masih melakukan tradisi tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tradisi mappacci?

2. Apa saja makna dan pesan yang terkandung pada perlengkapan mappacci?

3. Apa nilai hukum Islam yang terkandung dalam tradisi mappacci?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tradisi mappacci

2. Untuk mengetahui makna dan pesan yang terkandung pada perlengkapan mappacci

3. Untuk mengetahui nilai hukum Islam yang terkandung dalam tradisi mappacci
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tradisi Mappacci
Tradisi diartikan sebagai kebiasaan yang sudah dilakukan sejak lama serta menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat. Tradisi mappacci telah menjadi bagian dan kebiasaan
yang melekat serta sukar untuk dihilangkan bagi masyarakat suku Bugis.

Mappacci diambil dari kata pacci yang berarti daun yang dihaluskan untuk
menghias kuku, pengucapan katanya hampir mirip dengan kata paccing yang berarti
bersih atau suci. Mappacci adalah suatu acara adat dalam salah satu susunan pelaksanaan
pesta pernikahan yang memiliki maksud untuk membersihkan diri atau sebagai pensucian
diri. Hal ini melambangkan bahwa calon pengantin telah siap dalam keadaan hati yang
suci, termasuk suci dalam artian mappacci ati (bersih hati), mappacci pangkaukeng
(bersih perbuatan atau tingkah laku), mappacci nawa-nawa (bersih fikiran), mappacci
ateka (bersih itikat) untuk menghadapi hari esok untuk memulai bahtera rumah tangga.
Selain itu, malam mappacci juga sekaligus sebagai malam yang dipenuhi doa.

Proses mappacci menggunakan daun pacci (pacar) dan dilaksanakan pada malam
hari sebelum hari pernikahan. Daun pacci yang diletakkan pada calon pengantin biasanya
diletakkan oleh orang-orang yang memiliki kehidupan rumah tangga yang bahagia serta
kedudukan sosial yang baik. Semua ini bermakna agar kelak kehidupan calon pengantin
juga dapat bahagia seperti mereka.

Pada malam hari sebelum upacara mappacci, terdapat beberapa kegiatan yang
terlebih dahulu dilakukan yaitu seperti pembacaan barasaji atau berzikir. Dahulu proses
mappacci dilaksanakan bersamaan dengan pembacaan zikir yaitu sesudah pembacaan doa
selamat lalu penghulu syara’ berzikir dan ketika waktunya pembacaan syalawat Nabi
Muhammad SAW. Orang-orang berdiri kemudian memulai di telapak tangan pengantin
yang duduk di lamming (tempat pengantin).

Dalam melaksanakan proses mappacci, diperlukan beberapa macam peralatan yang


mempunyai artian khusus yang terangkum menjadi satu yang mengandung doa dan
harapan bagi kebahagiaan dan kesejahteraan calon pengantin. Adapun peralatan yang
dibutuhkan antara lain:

1. Bantal
2. Tujuh lembar sarung sutera
3. Daun pucuk pisang
4. Daun panasa (daun nangka)
5. Lilin
6. Pacci (daun inai)
7. Benno (beras melati)
8. Tempat pacci/wadah dari logam
9. Gula merah dan kelapa

Apabila calon pengantin berasal dari keluarga biasa, maka pemberian pacci atau
disebut juga mallekke pacci cukup dilakukan oleh satu atau dua keluarga terdekatnya
menggunakan pakaian adat lengkap. Secara sederhananya, upacara pacci dijalankan
dengan beberapa proses seperti:

1. Calon pengantin sudah siap duduk di lamming


2. Para pembaca barasanji (pabarasanji) serta para tamu juga telah siap di tempat yang
telah disediakan
3. Pembaca barasanji sudah dapat dimulai setelah protokol pembuka
4. Acara mappacci dapat dimulai setelah dibacakan “Badrun alaina” kemudian para
tamu yang ditetapkan satu persatu mulai mengambil sedikit daun pacci untuk
diletakkan di telapak tangan calon pengantin, sambil barasanji tetap dibacakan.
5. Setelah mappacci selesai maka para hadirin berdoa bersama untuk calon pengantin
agar direstui oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Adapun pada proses pemberian pacci ke telapak tangan calon pengantin yaitu dengan
cara, mengambil daun pacci yang sudah dihaluskan dan dibentuk bulat. Letakkan lalu
usap pada tangan calon pengantin bergantian dari telapak tangan kanan kemudian telapak
tangan kirinya disertai doa agar kelak hidup calon pengantin bahagia. Kemudian sebagai
penghormatan orang yang telah memberikan pacci diberi rokok (dahulu sirih yang sudah
diisi lalu dilipat-lipat). Terkadang juga calon pengantin dihamburkan benno (butiran
beras) disertai doa oleh Indo Botting atau biasa juga orang yang memberikan pacci.
Setelah semuanya selesai, para tamu kemudian disuguhi dengan kue-kue tradisional yang
disimpan dalam bosara.

B. Makna Dan Pesan Yang Terkandung Pada Perlengkapan Mappacci


Hamid (2001) berpendapat bahwa Mappacci merupakan upacara pernikahan adat
dari suku Bugis yang bertujuan untuk mensucikan dan membersihkan calon pengantin
dari hal-hal buruk dan yakin jika hal yang bertujuan baik mesti didasari juga oleh niat dan
upaya yang baik.

Dalam proses mappacci ada beberapa unsur yang perlu disediakan dan semua itu
tidak semata-mata hanya sebagai perlengkapan tetapi memiliki makna filsafat yang
mendalam. Semuanya merupakan satu kesatuan kata yang berisi doa dan harapan demi
kebahagiaan dan kesejahteraan calon pengantin.
a. Bantal
Terbuat dari kapuk dan kapas, bantal melambangkan kemakmuran, serta sebagai
pengalas kepala yang dasarnya bagian paling mulia dari manusia sehingga
melambangkan kehormatan, kemuliaan atau martabat. Makna yang terkandung dari
bantal yaitu saling menghargai atau sipakatau. Dan mengandung pesan agar calon
pengantin menjaga martabatnya dan saling menghormati.

b. Sarung sutera
Sebagai penutup tubuh, sarung berarti harga diri (merasa malu). Sehingga
diharapkan calon pengantin dapat menjaga harga dirinya yang dalam bahasa Bugis
yaitu Sini nalitutuwi sirina. Dan 7 lembar mengacu pada kata patuju/tujui yang berarti
benar, berguna, manfaat. Sehingga calon pengantin diharapkan selalu mengerjakan hal
benar,berguna dan bermanfaat.

c. Daun pucuk pisang


Daun pisang diatas bantal berarti kehidupan yang saling berkesinambungan dan
menyambung. Serta daun pucuk pisang bermakna untuk tidak pernah berhenti
berupaya dan berusaha demi hasil yang diinginkan.

d. Daun nangka (Daun panasa)


Nangka merupakan simbol cita-cita yang dalam bahasa bugis yaitu panasa
(Mamminasa) yang berarti cita-cita dan tekad. Pastinya setiap pasangan suami istri
mengharapkan rumah tangganya dalam keadaan bahagia dan tenteram sesuai yang
diinginkan.

e. Lilin
Lilin bersimbol sebagai penerangan dan pengabdian yang digunakan dalam gelap
untuk menerangi. Hal ini bersimbol sebagai pengabdian terhadap keluarga, agama,
masyarakat, bangsa dan negara. Semoga calon pengantin senantiasa mendapat
petunjuk Allah SWT dalam menempuh masa depan.

f. Daun pacci (Daun pacar)


Daun pacci sebagai simbol dari kebersihan dan kesucian. Meskipun hanya sebuah
daun tetapi daun pacci memiliki makna yang mendalam. Pesan yang terkandung yaitu
agar calon pengantin bersih suci hatinya dalam akad nikah menuju kehidupan rumah
tangga.

g. Beras melati (Benno)


Beras diartikan sebagai pesan semoga calon pengantin bisa berkembang dalam
membina rumah tangganya dengan baik dan mandiri serta dilandasi dengan penuh
kedamaian, cinta kasih dan kesejahteraan.
h. Tempat pacci/wadah dari logam
Dalam bahasa bugis yaitu capparu/bekkeng yang menyimbolkan menyatunya dua
insan dalam satu jalinan atau ikatan yang kokoh. Makna dari tempat pacci yaitu
semoga pasangan suami istri tetap menyatu bersama menikmati cinta dan kasih
sayang dalam menjalin rumah tangga.

i. Gula merah dan Kelapa


Tradisi dalam masyarakat Bugis, kurang lengkap rasanya jika kelapa muda tanpa
gula merah. Keduanya sudah identik melambangkan rasa nikmat. Pesan yang
terkandung yaitu satu rasa yg saling melengkapi kekurangan dan senantiasa menikmati
manis pahitnya kehidupan.

Dari keterangan di atas dapat diliat bahwa semua perlengkapan memiliki makna dan
pesan masing-masing yang ditujukan kepada calon mempelai agar pernikahannya
senantiasa diridhoi Allah SWT dan diberi kebahagiaan serta menjadi keluarga sakinah,
mawadah dan warahmah.

C.Nilai Hukum Islam Yang Terkandung Dalam Tradisi Mappacci


Mappacci telah menjadi salah satu unsur pelengkap serta syarat perkawinan pada
masyarakat Bugis. Namun, tradisi ini berbaur atau mengalami sinkretisme. Bahkan
masyarakat suku Bugis yang mayoritas beragama Islam telah memperkenankan tradisi ini
melalui alim ulama atau biasa disebut Anregurutta.

Walaupun mappacci bukan bagian dari kewajiban agama Islam, tapi tradisi ini sudah
dianggap sebagai kecintaan akan kebaikan (sennu-sennungeng ri decengnge). Pemuka
agama bahkan sampai berusaha mencari dalil atau legalitas mappacci dalam kitab suci
agar dapat memperkuat tradisi ini.

Prosesi mappacci dilakukan pada malam hari sebelum akad nikah yang dilaksanakan
keesokan harinya. Prosesinya menggunakan daun pacar atau daun pacci yang bertujuan
sebagai pembersih raga dan kesucian jiwa calon pengantin. Dapat diliat dalam hal ini,
calon pengantin melalui adat atau tradisi sebelum ia melakukan pernikahan yang
termasuk salah satu sunnah Rasulullah saw. Nilai hukum Islam yang terkandung dalam
tradisi mappacci adalah bahwa agama Islam menganjurkan kesucian dan kebersihan.
Sesuai dengan tujuan dari dilaksanakannya prosesi mappacci tersebut.

Sebelum dilaksanakannya mappacci biasanya terlebih dahulu dilaksanakan yang


namanya mappanre temme (khatam Al-Qur’an) dimana calon pengantin telah
menamatkan seluruh bacaan Al-Qur’an, juga sebelum proses mappacci akan didahului
dengan pembacaan barazanji yang membacakan sunnah sunnah nabi dengan irama
tertentu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dan sanjungan kepada Nabi
Muhammad SAW. agar dapat diberkati dan diridhoi oleh Allah SWT. Hal ini agar dalam
pelaksanaan mappacci bisa berjalan lancar dan doa serta harapan untuk calon pengantin
dapat terwujud. Hal itulah yang menjadi nilai hukum Islam yang terdapat pada proses
sebelum mappacci dimana dalam proses sebelum dilaksanakannya mappacci, Al-Qur’an
dan sunnah-sunnah nabi masih dijadikan pedoman. Artinya dalam proses mappacci masih
tetap mengikuti ajaran Islam dan tetap menggunakan sumber hukum Islam.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Agama dan budaya merupakan dua unsur yang saling tarik menarik serta sangat
berpengaruh dan penting dalam masyarakat. Budaya atau tradisi adalah hal yang telah
menjadi kebiasaan dan merupakan warisan dari nenek moyang secara turun temurun.
Salah satu tradisi yang melekat di Indonedia khususnya pada masyarakat suku Bugis di
Sulawaesi Selatan adalah mappacci.

Mappacci merupakan suatu acara adat dalam salah satu susunan pelaksanaan pesta
pernikahan yang dimaksud untuk membersihkan diri atau sebagai pensucian diri bagi
calon pengantin. Dalam melaksanakan proses mappacci, diperlukan beberapa macam
perlengkapan yang memiliki arti khusus yang mengandung doa dan harapan bagi
kebahagiaan dan kesejahteraan calon pengantin. Salah satu perlengkapan yang
dibutuhkan yaitu daun pacci (daun pacar) yang menjadi simbol dari kebersihan dan
kesucian.

Mappacci sebenarnya bukan bagian dan kewajiban dalam agama Islam, namun
dalam tradisi mappacci ini masih terkandung nilai-nilai hukum Islam seperti tujuannya
yang menganjurkan kesucian dan kebersihan sebelum melakukan pernikahan yang
termasuk salah satu sunnah Rasulullah SAW., dilaksanakannya mappanre temme (khatam
Al-Qur’an) serta pembacaan barazanji yang membacakan sunnah-sunnah nabi dengan
irama tertentu sebelum dilaksanakannya proses mappacci. Artinya, dalam proses
mappacci ini masih tetap mengikuti ajaran agama Islam dan tetap menggunakan sumber
hukum Islam dimana Al-Qur’an dan sunnah-sunnah nabi masih dijadikan sebagai
pedoman.

B.Saran
Tradisi mappacci sudah ada sejak dahulu dan merupakan warisan kebudayaan
masyarakat suku Bugis yang masih tetap dilaksanakan sampai saat ini. Tradisi ini
diharapkan akan terus dipertahankan karena mengandung makna dan pesan serta nilai-
nilai yang bertujuan baik dalam kehidupan. Sebagai bagian dari warisan budaya, kita
khususnya masyarakat suku Bugis harus melestarikan dan merawat kebudayaan ini
dengan cara menghargai dan menghormati, memberi input positif, serta tetap mendukung
pengembangan adat tersebut sebagai bagian dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia
khususnya masyarakat suku Bugis di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai