id
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
an
nd
ru
Pe
n
Yang dimaksud dengan "pegawai negeri" dalam Peraturan Pemerintah ini adalah
ra
tu
ra
(Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3041).
Pasal 2
(2) Ketentuan-ketentuan tersebut pada ayat (1) berlaku juga bagi karyawan
dan pensiunan karyawan yang sebelum berlakunya Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian dipersamakan
dengan pegawai negeri dan pada saat mulai berlakunya Undang-undang
itu sudah memiliki tanah pertanian secara guntai.
(3) Dalam hal seorang karyawan atau pensiunan karyawan seperti dimaksud
dalam ayat (1) dan (2) meninggal dunia maka pemilikan tanah pertanian
tersebut secara guntai dapat dilanjutkan oleh janda yang
ditinggalkannya, selama ia tidak menikah lagi dengan seorang bukan
pegawai negeri atau pensiunan pegawai negeri.
(4) Jika tanah warisan yang ditinggalkan oleh seorang pegawai negeri atau
pensiunan pegawai negeri ataupun jandanya, demikian juga yang
dimaksudkan dalam ayat (3) jatuh kepada para ahli waris yang tidak
memenuhi syarat untuk memiliki tanah pertanian secara guntai, maka
dalam waktu 1 (satu) tahun sejak meninggalnya pemilik, pemilikan
secara guntai itu wajib diakhiri.
Pasal 3 ng
an
da
(1) Tanah-tanah pertanian yang dimiliki oleh para pensiunan pegawai negeri
un
g-
Pasal 4
(1) Jika pada saat mulai berlakunya Peraturan Pemerintah ini tanah yang
tersebut pada Pasal 2 digarap oleh orang lain berdasarkan keputusan
pejabat yang berwenang, maka orang tersebut tetap berhak untuk terus
menggarapnya dalam hubungan perjanjian bagi hasil dengan pemiliknya
menurut ketentuan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1960 (Lembaran
Negara Tahun 1960 Nomor 2), hubungan perjanjian tersebut berlangsung
sampai tanaman yang sekarang ada selesai dipanen.
Pasal 5
Pasal 6
Seorang pegawai negeri dalam waktu 2 (dua) tahun menjelang masa pensiun
diperbolehkan membeli tanah pertanian secara guntai (absentee) seluas sampai
2/5 (dua perlima) dari batas maksimum penguasaan tanah untuk Daerah
Tingkat II yang bersangkutan.
Pasal 7
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Pemerintah ini akan diatur
lebih lanjut oleh Menteri Dalam Negeri.
Pasal 8 ng
an
da
Republik Indonesia.
ra
tu
ra
Pe
n
tje
di
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Pebruari 1977
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SOEHARTO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 2 Pebruari 1977
MENTERI/SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA,
SUDHARMONO, SH
www.djpp.depkumham.go.id
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 1977
TENTANG
PEMILIKAN TANAH PERTANIAN SECARA GUNTAI (ABSENTEE)
BAGI PARA PENSIUNAN PEGAWAI NEGERI
PENJELASAN UMUM
diperbolehkan itu terbatas sampai 2/5 (dua perlima) dari luas maksimum
untuk Daerah Tingkat II yang bersangkutan yang ditetapkan berdasarkan
ketentuan Undang-Undang Nomor 55 Prp. Tahun 1960 (Lembaran Negara
Tahun 1960 Nomor 174). Kalau maksimum untuk Daerah itu 5 (lima) ha,
maka mereka hanya boleh memiliki tanah secara guntai sampai 2 (dua)
ha. Pengecualian tersebut berlaku juga bagi isteri dan atau anak-anak
yang masih menjadi tanggungannya.
Pembelian dan perbuatan-perbuatan hukum lainnya yang mengakibatkan
pemilikan tanah pertanian secara guntai tetap dilarang, juga bagi para
pegawai negeri.
pemilikan tanah itu justru dimaksudkan untuk jaminan dihari tua setelah
un
g-
pensiun.
an
nd
ru
banyak hal para pensiunan pegawai negeri itu dipersamakan dengan para
ra
tu
ra
bagi para pegawai negeri tersebut, dinyatakan berlaku juga bagi para
pensiunan pegawai negeri dan para janda pegawai negeri serta janda
pensiunan pegawai negeri, selama tidak kawin lagi dengan seorang
bukan pegawai negeri atau pensiunan pegawai negeri.
milik para pensiunan pegawai negeri secara guntai yang telah dikuasai
un
g-