Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran pernapasan
bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak napas. Hal ini diakibatkan oleh
adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi
asing yang berupa eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru
(Khasanah, 2017). Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-
paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti virus,
bakteri, jamur, maupun mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2019).

Pneumonia menjadi penyebab sekitar satu juta kematian balita di Afrika dan Asia Selatan. Pada
tahun 2015 dan 2016, pneumonia menjadi penyebab dari 15-16% kematian balita di dunia. Penyakit
ini menyerang semua umur di seluruh wilayah. Namun kasus terbanyak terjadi di Asia Selatan dan
Afrika sub-Sahara. Pneumonia telah membunuh sekitar 2.400 anak per hari dengan besar 16% dari
5,6 juta kematian balita atau sekitar 880.000 balita pada tahun 2016 dan telah membunuh 920.136
balita pada tahun 2015 (Matthew, 2015). Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai
masalah kesehatan utama pada orang-orang dewasa di negara berkembang. Pneumonia
merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Angka kematian akibat pneumonia
sebesar 1,4 juta per tahunnya dan menyumbang angka 7% penyebab kematian (WHO, 2016).

Kematian akibat pneumonia berdasarkan kelompok umur penduduk, prevalensi pneumonia


yang tinggi terjadi pada 2 kelompok umur 1-4 tahun, kemudian mulai meningkat pada umur 45-
54 tahun dan terus meningkat pada kelompok umur berikutnya. Di Indonesia prevalensi
pneumonia selalu mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 angka kejadiannya sebesar
1,8 persen dan meningkat pada tahun 2018 mencapai angka 2 persen (RISKESDAS, 2018).

Pneumonia merupakan penyakit menular melalui udara, sehingga dapat menjadi suatu ancaman
yang harus diperhatikan oleh kesehatan dunia. Salah satu kelompok berisiko tinggi untuk pneumonia
komunitas adalah usia lanjut dengan usia 65 tahun atau lebih. Pada usia lanjut dengan pneumonia
komunitas memiliki derajat keparahan penyakit yang tinggi, bahkan dapat mengakibatkan kematian
(Ranny, 2016).

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa prevalensi pneumonia tiap tahunnya
selalu meningkat dan dibuktikan bahwa penderita terbanyak dialami oleh lakilaki
dibandingkan dengan perempuan. Selain itu, factor usia menjadi salah satu factor resiko
terjadinya peningkatan angka kejadian dan kematian akibat pneumonia di Indonesia maupun
di dunia terutama pada lansia dan anak-anak.

Gambaran klinis pneumonia bervariasi tergantung pada respon sistemik terhadap


infeksi, agen etiologi, tingkat keterlibatan paru dan obstruksi jalan nafas. Adanya agen
etiologi yang masuk ke dalam paru-paru akan menyebabkan proses infeksi yang pada
akhirnya terjadi produksi sputum yang berlebih. Sehingga, hal ini dapat menyebabkan pola
nafas menjadi tidak efektif pada pasien dengan pneumonia (PPNI, 2017).

Apabila masalah pola nafas tidak efektif pada pasien pneumonia tidak segera ditangani,
maka dapat mengakibatkan terjadinya hipoksemia dan hipoksia pada pasien.(Bararah, T dan
Jauhar, M, 2013). Selain itu dampak dari adanya pola nafas tidak efektif adalah adanya
dipsneu, penggunaan alat bantu pernafasan terutama saat ekspirasi sehingga nampak
penderita bernafas pendek oleh karena saluran nafas menjadi sempit. Sehingga aliran
oksigen yang masuk ke dalam saluran pernafasan juga akan berkurang (Wilkinson, 2016).

Sebagai perawat pertolongan kesehatan yang dapat diberikan pada pasien pneumonia
dengan pola nafas tidak efektif adalah memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dengan pendekatan preventif, kuratif, rehabilitatif dan kolaboratif. Upaya preventif yang
bisa dilakukan seperti menjaga pola hidup sehat dan bersih serta memberikan edukasi
kepada pasien dan keluarga tentang tanda gejala dan faktor resiko dari penyakit pneumonia.
Upaya kuratif yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan obat sesuai dengan dosis
yang telah ditetapkan oleh dokter. Upaya rehabilitatif adalah dengan memberikan latihan
batuk yang efektif dan melakukan fisioterapi dada jika diperlukan. Selain itu upaya
kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya juga diperlukan guna mempercepat proses
penyembuhan bagi penderita pneumonia.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat judul karya
tulis ilmiah “ Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. M dengan diagnosa medis Pneumonia
diruangan isolasi RS Hermina Makassar”.

B. Tujuan

Adapun tujuan umum dan tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum

Penulis mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Pneumonia


dengan menggunakan pendekatan tindakan keperawatan secara benar dan tepat sesuai
dengan standar keperawatan yang profesional.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan penulis mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan


Pneumonia:
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan Pneumonia
b. Menentukan masalah keperawatan pada pasien Pneumonia
c. Melakukan intervensi keperawatan pada pasien Pneumonia
d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien Pneumonia
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Pneumonia
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Medis
1. Pengertian

Pneumonia merupakan suatu peradangan pada paru paru yang tidak saja mengenai
jaringan paru tetapi juga dapat juga mengenai bronchioli (Nugroho, 2011). Pneumonia
adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah, 2015). Pneumonia adalah suatu
penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran nafas
bawah akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk disertai sesak nafas yang
disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma, dan substansi asing,
berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui
gambaran radiologi (Nurarif, 2015).
2. Etiologi

Penyebab pneumonia pada orang dewasa dan usia lanjut umumnya adalah bakteri.
Penyebab paling umum pneumonia di Amerika Serikat yaitu bakteri Streptococcus
pneumonia, atau Pneumococcus.Sedangkan pneumonia yang disebabkan karena virus
umumnya adalah Respiratory Syncytial Virus, rhinovirus, Herpes Simplex Virus, Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS)(Nursalam, 2016).
a. Bakteri

Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu


1) Typical organisme

Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :


a) Streptococcus pneumonia

merupakan bakteri anaerob fakultatif. Bakteri patogen ini di temukan


pneumonia komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak 20-60%, sedangkan
pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU sebanyak 33%.
b) Staphylococcus aureus

bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang diberikan obat secara intravena
(intravena drug abusers) memungkan infeksi kuman ini menyebar secara
hematogen dari kontaminasi injeksi awal menuju ke paru- paru. Apabila suatu
organ telah terinfeksi kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu peradangan,
nekrosis dan pembentukan abses.
c) Enterococcus (E. faecalis, E faecium)
2) Atipikal organisme

Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp, chlamedia sp, Legionella
sp.
b. Virus

Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet, biasanya


menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga virus penyebabnya adalah
cytomegali virus, herpes simplex virus, varicella zooster virus.
c. Fungi

Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik,


dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup udara. Organisme yang
menyerang adalah Candida sp, Aspergillus sp, Cryptococcus neoformans.
d. Lingkungan

Faktor lingkungan termasuk faktor yang sangat mempengaruhi untuk terjadinya


pneumonia salah satunya yaitu pencemaran udara. Pencemaran udara dalam rumah
dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain, bahan bangunan (misal; asbes), struktur
bangunan (misal; ventilasi), bahan pelapis untuk furniture serta interior (pada pelarut
organiknya), kepadatan hunian, kualitas udara luar rumah (ambient air quality),
radiasi dari Radon (Rd), formaldehid, debu, dan kelembaban yang berlebihan.
Selainitu, kualitas udara juga dipengaruhi oleh kegiatan dalam rumah seperti dalam
hal penggunaan energy tidak ramah lingkungan, penggunaan sumber energi yang
relative murah seperti batu bara dan biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan
ternak, residu pertanian), perilaku merokok dalam rumah, penggunaan pestisida,
penggunaan bahan kimia pembersih, dan kosmetika. Bahan-bahan kimia tersebut
dapat mengeluarkan polutan yang dapat bertahan dalam rumah untuk jangka waktu
yang cukup lama (Kemenkes RI, 2011).
3. Tanda dan gejala

Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non
produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak
darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih
suka berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan
fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas,
takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak
menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, dan ronki(Nursalam, 2016).

Sedangkan menurut (Nursalam, 2016) pneumonia menunjukan gejala klinis sebagai


berikut:
a. Batuk
b. Sputum produktif
c. Sesak nafas
d. ronkhi
e. Demam tidak stabil
f. Leukositosis
g. Infiltrate

4. Pemeriksaan penunjang

Menurut Mutaqin (2014), Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang dengan
masalah pneumonia adalah :

Sinar X: Mengidentifikasikan distribusi struktural (misalnyanya:


lobar, bronchial), dapat juga menyatakan abses.
Pemeriksaan gram/ untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.
kultur, sputum dan
darah:
Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
Pemeriksaan fingsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaaan.
Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
Bronchoskopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
5. Patofisiologi

Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran


respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan fibrin, eritrosit, cairan edema, dan
ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah.
Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit di alveoli
dan terjadi proses fagositosis yang cepat.

Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag


meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris
menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru
yang tidak terkena akan tetap normal (Nursalam, 2016).

Apabila kuman patogen mencapai bronkioli terminalis, cairan edema masuk ke


dalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah banyak, kemudian makrofag akan
membersihkan debris sel dan bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke lobus
yang sama, atau mungkin ke bagian lain dari paru- paru melalui cairan bronkial yang
terinfeksi. Melalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran darah dan pluro
viscelaris. Karena jaringan paru mengalami konsolidasi, maka kapasitas vital dan
comliance paru menurun, serta aliran darah yang mengalami konsolidasi menimbulkan
pirau/ shunt kanan ke kiri dengan ventilasi perfusi yang mismatch, sehingga berakibat
pada hipoksia. Kerja jantung mungkin meningkat oleh karena saturasi oksigen yang
menurun dan hipertakipnea. Pada keadaan yang berat bisa terjadi gagal nafas (Nursalam,
2016).
6. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2014) antara lain:


a. Manajemen Umum
1) Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan berlebihan.
2) Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg
3) Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia, pasien harus
didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan
kemampuan ventilator.
4) Hidrasi: pemantauan asupan dan keluaran, cairan tambahan untuk
mempertahanakan hidrasi dan mencairkan sekresi
b. Operasi

Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada : mungkin diperlukan jika masalah


sekunder seperti emfisema terjadi
c. Terapi Obat

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi uji resistensi tapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien pneumonia perlu diberikan terapi secepatnya maka biasanya
diberikan oantibiotik golongan Penicillin G untuk infeksi pneumonia virus,
Eritromicin, Tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara


subyektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan
data obyektif (data hasil pengukuran atau observasi). Menurut Nurarif (2015),
pengkajian yang harus dilakukan adalah :
a. Identitas: nama, usia, jenis kelamin
b. Riwayat sakit dan kesehatan
1) Keluhan utama

Klien mengeluh batuk dan sesak nafas.


2) Riwayat penyakit sekarang

Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang
menjadi betuk produktif dengan mukus purulen kekuning kuningan, kehijau
hijauan, kecoklat coklatan atau kemerahan dan sering kali berbau busuk.
Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil (keadaan
mungkin terjadi secara tiba-tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada
pleuritis, sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan dan nyeri kepala
3) Riwayat penyakit dahulu

Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC Paru, trauma.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi.
4) Riwayat penyakit keluarga

Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang


disinyalir sebagai penyebab pneumonia seperti Ca Paru, asma, TBC Paru dan
lain sebagainya.
5) Riwayat alergi

Dikaji apakah klien memiliki riwayat alergi terhadap obat, makanan, udara dan
debu.

c. Demografi
Apakah di daerah tempat tinggal klien terdapat sumber polusi
d. Pola Pengkajian Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat perokok.


2) Pola nutrisi

Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah Karena peningkatan rangsangan


gaster sebagai dampak peningkatan toksik mikrorganisme.
3) Pola eliminasi

Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan


evaporasi karena demam.
4) Pola istirahat/tidur

Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya sesak
nafas.
5) Pola aktfitas dan latihan

Aktifitas dan latihan klien akan menurun karena adanya kelemahan fisik
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: tampak lemas, sesak nafas
2) Kesadaran: tergantung tingkat keparahan penyakit, bisa somnolen
3) Tanda-tanda vital :

TD: biasanya normal

Nadi: takikardi

RR: takipneu, dispneu, nafas dangkal

Suhu: hipertermi
4) Kepala

Kulit kepala

Tujuan mengetahui turgor kulit dan apakah ada lesi atau


bekas luka.

Inspeksi Dilihat apakah ada oedema

Palpasi raba dan tentukan apakah ada lesi, hangat atau dingin,
turgor kulit elastis atau tidak

Rambut
Tujuan mengetahui tekstur, warna, rontok atau tidak dan
bersih atau kotor
pertumbuhan rambut merata atau tidak, tebal atau

Inspeksi tipis
mudah rontok atau tidak, kasar atau halus

Palpasi
5) Kuku

Tujuan mengetahui warna, keadaan kuku serta kapiler refill


apakah ada sianosis, kemerahan karena peningkatan
Inspeksi vesibilitas Hb, bentuk jari
apakah ada nyeri tekan, kaji CRT normal < 2 dtk
Palpasi
6) Wajah
Tujuan mengetahui bentuk dan fungsi, lesi atau kelainan
pada wajah
Inspeksi simetris atau tidak, apakah ada kelumpuhan
Palpasi apakah ada bekas luka, kaji respon nyeri
7) Mata
Tujuan mengetahui bentuk serta fungsi mata, baik
penglihatan maupun otot mata, apakah ada
kelainan pada mata
Inspeksi reflek berkedip baik atau tidak, warna konjungtiva
dan sclera apakah ada ikterik atau anemis,
keadaan pupil miosis atau midriasis
Palpasi apakah ada nyeri tekan atau tidak
8) Hidung
Tujuan mengetahui bentuk, dan apakah ada inflamasi atau
tidak, apakah ada sinusitis atau tidak
Inspeksi simetris atau tidak, ada sekret atau tidak, apakah
ada pernafasan cuping hidung atau tidak
Palpasi apakah ada nyeri tekan atau tidak
9) Telinga
Tujuan mengetahui keadaan telinga, apakah ada
gangguan pendengaran atau tidak
Inspeksi simetris atau tidak, apakah telinga kotor atau
tidak, bentuk daun telinga normal atau tidak
Palpasi ada nyeri tekan atau tidak
10) Mulut dan Faring
Tujuan mengetahui kelainan dan bentuk mulut serta
kebersihan mulut
Inspeksi apakah kelainan pada bibir, keadaan mukosa
mulut apakah lembab atau kering, apakah
simetris, warna dan pembengkakan apakah ada,
kaji juga pada gigi, apakah ada gigi yang
berlubang, bagaimana kebersihan gigi, apakah ada
Palpasi pembesaran tonsil
apakah ada nyeri tekan, oedem atau massa
11) Leher
Tujuan menentukan bentuk serta organ yang berada di
sekitar leher
Inspeksi apakah ada pembesaran kelenjar thyroid
Palpasi apakah teraba adanya pembesaran kelenjar limfe
atau thyroid
12) Dada
Tujuan mengetahui simetris atau tidak, irama dan
frekuensi nafas, ada tidaknya nyeri tekan dan
mendengarkan bunyi paru
amati bentuk dada dan pergerakan dada, amati
Inspeksi adanya retraksi intercostal, amati pergerakan paru,
kaji letak ictus cordis
ada atau tidak nyeri tekan
Palpasi menentukan batas normal suara ketukan paru,
Perkusi bunyi sonor pada seluruh lapang paru, jika ada
efusi pleura maka akan didapati bunyi redup
hingga pekak, jika disertai pneumothorak akan
disertai bunyi hipersonor
untuk mengetahui ada tidaknya suara tambahan
Auskultasi nafas seperti ronchi atau wheezing

13) Abdomen
Tujuan mengetahui gerakan peristaltik usus dan ada
tidaknya nyeri tekan
Inspeksi amati bentuk perut, warna kulit, apakah ada asites
atau tidak
Palpasi ada tidaknya nyeri tekan
Auskultasi dengarkan bising usus
14) Muskuloskeletal
Tujuan mengetahui kekuatan otot
Inspeksi apakah ada kelainan pada ekstrimitas atas atau
bawah, apakah ada kelemahan otot
Palpasi apakah ada nyeri tekan pada ekstrimitas atas atau
bawah
2. Masalah/diagnosa keperawatan berdasarkan patoflow teori

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

Diagnosa keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan phatway, diagnosa


yang mungkin muncul yaitu
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
D.0001
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus-kapiler D.0003
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas D.0005
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis D.0077
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan
D.0019
f. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit D.0130
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen D.0056
h. Resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan secara aktif D.0034
3. Rencana keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat


yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian kelinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi
keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan buku Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia sebagai berikut:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi tertahanD.0001

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas


meningkat L.01001

Kriteria hasil: L.01001


1) Batuk efektif meningkat
2) Produksi sputum menurun
3) Mengi menurun
4) Wheezing menurun
5) Dispnea menurun
6) Sianosis menurun
7) frekuensi nafas membaik
8) pola nafas membaik

Intervensi keperawatan:
Latihan batuk efektif 1.01006

Observasi
1) Identifikasi kemampuan batuk
2) Monitor adanya retensi sputum
3) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
4) Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan
karakteristik)

Terapeutik
1) Atur posisi semi-fowler atau fowler
2) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
3) Buang sekret pada tempat sputum

Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
2) Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mecucu (dibulatkan)
selam 8 detik
3) Anjurkan tarik nafas dalam hingga 3 kali
4) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke-3

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu


b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus-kapiler D.0003

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran


gas meningkat L.01003

Kriteria hasil: L.01003


1) Dispnea menurun
2) Bunyi nafas tambahan menurun
3) Pusing menurun
4) Penglihatan kabur menurun
5) Nafas cuping hidung menurun
6) PCO2 dan PO2 membaik
7) Takikardi membaik
8) Sianosis membaik
9) Pola nafas membaik

Intervensi keperawatan:

Pemantauan respirasi 1.01014

Observasi
1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
2) Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi)
3) Monitor kemampuan batuk efektif
4) Monitor adanya produksi sputum
5) Monitor adanya sumbatan jalan nafas
6) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7) Auskultasi bunyi nafas
8) Monitor saturasi oksigen
9) Monitor AGD
10) Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik
1) Atur interval pemantuan respirasi sesuai kondisi pasien
2) Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi:
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauaan
2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas D.0005

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas membaik


L.010004

Kriteria hasil: L.010004


1) Kapasitas vital meningkat
2) Tekanan ekspirasi meningkat
3) Tekanan inspirasi meningkat
4) Dispnea menurun
5) Penggunaan otot bantu nafas menurun
6) Pernafasan cuping hidung menurun
7) Frekuensi nafas membaik
8) Kedalaman nafas membaik
9) Ekskursi dada membaik

Intervensi keperawatan:

Manajemen jalan nafas 1.01011

Observasi
1) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
2) Monitor bunyi nafas tambahan (misalnya gurgling, mengi, wheezing, ronki)
3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik
1) Posisikan semi-fowler atau fowler
2) Berikan minum hangat
3) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
4) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
5) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2) Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik. jika perlu
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis D.0077

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun


L.08066

Kriteria hasil: L.08066


1) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
2) Keluhan nyeri menurun
3) Meringis menurun
4) Sikap protektif menurun
5) Kesulitan tidur menurun
6) Frekuensi nadi membaik
7) Pola nafas membaik
8) Tekanan darah membaik
9) Nafsu makan membaik
10) Pola tidur membaik

Intervensi keperawatan:
Manajemen nyeri 1.08238
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2) Identifikasi sekala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
8) Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2) Kontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri (misalkan suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi
1) Jelaskan penyebab, priode dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian analgetik
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan D.0019

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan status nutrisi membaik


L.03030

Kriteria hasil: L.03030


1) Porsi makan yang dihabiskan meningkat
2) Perasaan cepat kenyang menurun
3) Frekuensi makan membaik
4) Nafsu makan membaik
5) Membran mukosa membaik
Intervensi keperawatan:
Manajemen nutrisi 1.03119
Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dari intoleransi makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastik
6) Monitor asupan makanan
7) Monitor berat badan
8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik
1) Lakukan oral hygene sebelum makan, jika perlu
2) Fasilitasi menentukan pedoman diet
3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6) Berikan suplemen makanan, jika perlu

Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalkan pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
f. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit D.0130

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


termoregulasi membaik L.14134

Kriteria hasil: L.14134


1) Menggigil menurun
2) kulit merah menurun
3) suhu tubuh membaik
4) tekanan darah membaik

Intervensi keperawatan:
Manajemen hipertermia 1.15506
Observasi
1) Identifikasi penyebab hipertermia
2) Monitor suhu tubuh
3) Monitor kadar elektrolit
4) Monitor haluaran urine
5) Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik
1) Sediakan lingkungan yang dingin
2) longgarkan atau lepaskan pakaian
3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4) Berikan cairan oral
5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
6) Lakukan pendinginan eksternal (mis. kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, dan aksilia)
7) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen D.0056

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


toleransi aktivitas meningkat L.05047
Kriteria hasil: L.05047
1) Saturasi oksigen meningkat
2) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
3) Keluhan lelah menurun
4) Dispnea saat aktivitas menurun
5) Dispnea setelah aktivitas menurun
6) Sianosis menurun
7) Tekanan darah membaik
8) Frekuensi nafas membaik

Intervensi keperawatan:
Manajemen energi 1.05178
Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola dan jam tidur
4) Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama aktivitas

Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan / atau aktif
3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4) Ajarkan koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
h. Resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan secara aktif D.0034

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status cairan membaik


L.03028

Kriteria hasil: L.03028


1) Tugor kulit meningkat
2) Dispnea menurun
3) Frekuensi nadi membaik
4) Tekanan darah membaik
5) Tekanan nadi membaik
6) Membrane mukosa membaik
7) Suhu tubuh membaik

Intervensi keperawatan:
Manajemen hipovolemia 1.03116
Observasi
1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (misalnya nadi teraba lemah, tekanan
darah menurun, tugor kulit menurun, membrane mukosa kering, dan lemah)
2) Monitor intake dan output cairan

Terapeutik
1) Hitung kebutuhan cairan
2) Berikan asupan cairan oral

Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Pengkajian
Asesment dimulai tgl 8-11 Februari 2021 Jam 10.30, Selesai Jam 11.00
Data diperoleh dari : Pasien
Cara masuk : Dengan brankar
Asal pasien : IGD

Biodata
Nama pasien : Tn. “M”
Umur : 65 Tahun
Diagnosa medis : Pneumonia
DPJP : dr. “A”
Agama : Islam
Tanggal masuk : 08 Februari 2021
Tanggal keluar : 08 Februari 2021
Ruang perawatan : Perawatan isolasi lantai 4, kamar 421
Alamat : Jl. Maccini tengah II
Nama penanggung jawab: Ny. “M”
1. Status sosial, ekonomi, agama, suku/budaya, nilai kepercayaan, dan kebutuhan privasi
a. Pekerjaan pasien : Buruh
b. Pekerjaan penanggung jawab : IRT
c. Pendidikan pasien : SD
d. Pendidikan penanggungjawab : SMP
e. Cara pembayaran : KEMENKES (Asuransi)
f. Tinggal bersama : Keluarga
g. Spiritual (Agama) : Islam
h. Mengungkapkan keprihatinan yang berhubungan dengan rawat inap : Tidak
i. Suku/Budaya : Bugis, Makassar
j. Nilai-nilai kepercayaan keluarga : Tidak ada
k. Kebutuhan privasi pasien : Tidak
2. Anamnese
a. Diagnosa medis saat masuk : Pneumonia
b. Keluhan utama : Batuk
c. Riwayat penyakit sekarang : pasien mengatakan batuk kurang lebih 1 bulan yang
lalu dan memberat sejak kemarin (07-02-2021) serta merasa lemas.
d. Riwayat penyakit dahulu : tidak ada
e. Riwayat penyakit keluarga : tidak diketahui
f. Riwayat penggunaan obat di rumah : tidak ada
g. Riwayat penggunaan obat pengencer darah : tidak pernah
h. Riwayat alergi : tidak ada
i. Nyeri : tidak ada
j. Riwayat transfusi darah : tidak pernah
k. Golongan darah : tidak diketahui
l. Riwayat kemoterapi : Tidak pernah
m. Riwayat radioterapi : Tidak pernah
n. Riwayat merokok : ya (jumlah kurang lebih 5 batang perhari)
o. Riwayat minum minuman keras : Tidak
p. Riwayat penggunaan obat penenang : Tidak
q. Riwayat pernikahan : Pernikahan pertama
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : sakit sedang
b. Kesadaran : compos mentis
c. GCS : Eye:4 Motorik:6 Verbal:5
d. Tanda-tanda vital : TD 87/57 mmHg, P: 23x/i, N: 93x/i, S: 36,5oC
e. Berat badan : 60 kg
4. Pengkajian persistem
a. Sistem saraf pusat
1) Kepala : Tidak ada masalah kelainan
2) Ubun-ubun : Datar
3) Wajah : Tidak ada kelainan
4) Leher : Tidak ada kelainan
5) Kejang : Tidak
6) Sensorik : tidak ada kelainan
7) Motorik : Tidak ada kelainan
b. Sistem penglihatan
1) Gangguan penglihatan : Tidak ada kelainan
2) Posisi mata : Simetris
3) Pupil : Isokor
4) Kelopak mata : Tidak ada masalah
5) Konjungtiva : nampak anemis
6) Sklera : Tidak ada masalah
7) Alat bantu penglihatan : Tidak ada
c. Sistem pendengaran : Tidak ada kelainan, tidak menggunakan alat
bantu pendengaran
d. Sistem penciuman : Tidak ada kelainan
e. Sistem pernapasan
1) Pola napas : Normal
2) Retraksi : Tidak
3) NCH : Tidak
4) Jenis pernapasan : Dada
5) Irama pernapasan : Teratur
6) Terpasang WSD : Tidak
7) Kesulitan bernapas : Tidak
8) Batuk dan sekresi : Ya
9) Warna sputum : putih
10) Suara napas : Ronkhi
11) Perkusi : Sonor
f. Sistem kardiovaskuler
1) Warna kulit : Normal
2) Clubing finger : Tidak
3) Nyeri dada : Tidak
4) Denyut nadi : Teratur
5) Sirkulasi : Akral hangat
6) Pulsasi : Kuat
7) CRT : 3 detik
8) Bunyi jantung : Normal
g. Sistem pencernaan
1) Mulut : Tidak ada kelainan, mukosa bibir nampak kering
2) Gigi : Tidak ada kelainan
3) Lidah : nampak kotor
4) Tenggorokan : Tidak ada kelainan
5) Abdomen : Tidak ada kelainan
6) Peristaltik usus : Tidak ada kelainan
7) Anus : Tidak ada kelainan
8) BAB : Tidak ada kelainan
h. Sistem urinaria
1) Kebersihan : Bersih
2) Kelainan : Tidak ada kelainan
3) BAK : Tidak ada kelainan
4) Palpasi : Tidak ada kelainan
5) Perkusi : Tidak ada kelainan
i. Sistem integumen
1) Turgor : Baik, elastis
2) Mukosa bibir : Lembab
3) Warna : Normal
4) Integritas : Utuh
j. Sistem muskuloskeletal
1) Pergerakan sendi : Bebas
2) Kekuatan otot : Lemah
3) Nyeri sendi : Tidak ada
4) Oedema : Tidak ada
5) Fraktur : Tidak ada
6) Parese : Tidak ada
7) Portur tubuh : Normal
k. Sitem endokrin
1) Mata : Tidak ada masalah
2) Leher : Tidak ada masalah
3) Ekstremitas : Trem
5. Pengkajian fungsi kognitif dan motorik
a. Kognitif : Orientsi penuh
b. Motorik
1) Aktivitas sehari-hari : Bantuan minimal
2) Berjalan : Perlu bantuan
3) Riwayat patah tulang : Tidak ada
4) Alat ambulan : Tidak menggunakan
5) Ekstremitas atas : Tidak ada kesulitan
6) Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan
7) Kemampuan menggenggam: Tidak ada kesulitan
8) Kemampuan koordinasi :Tidak ada kelainan
c. Pengkajian resiko pasien jatuh
Resiko jatuh Geriatri : Resiko rendah (0-5)
d. Proteksi
1) Status mental : Orientasi
2) Penggunaan restrain : Tidak
e. Status psikologi : Tenang
f. Kebutuhan pendidikan
1) Bicara : Normal
2) Bahasa sehari-hari : Indonesia, daerah bugis makassar
3) Hambatan belajar : Tidak ada
4) Cara belajar yang disukai : Audio/visual
g. Pasien atau keluarga menginginkan informasi/bersedia : Bersedia
h. Pasien atau keluarga menginginkan informasi tentang : Proses penyakit
i. Perencanaan edukasi :Penkes tentang cara batuk efektif, tehnik relaksasi
nafas dalam dan menganjurkan minum air hangat
SKRINING GIZI PERAWAT

No. Kriteria Skor


0 1 2 3
1. Penurunan BB sebesar >5% : Tidak (skor 0) 0
Penurunan BB kurun waktu 3 bulan (skor 1)
Penurunan BB kurun waktu 2 bulan (skor 2)
Penurunan BB kurun waktu 1 bulan (skor 3)
2. Atau ada penurunan asupan makan dari kebutuhan 0
dalam seminggu terakhir : Tidak (skor 0)
Penurunan 25% (skor 1)
Penurunan 50% (skor 2)
Penurunan 75% (skor 3)
3. Ada penyakit penyerta/kebutuhan khusus : Tidak 0
Usia pasien <70 tahun (skor 0) 0
≥70 tahun )skor 1)
Total skor 0

6. Daftar Masalah Keperawatan


a. Bersihan jalan nafas tidakefektif
b. Intoleransi aktivitas
7. Rencana Keperawatan
a. Monitor keadaan umum dan tanda-tanda vital
b. Atur posisi tidur senyaman mungkin/ semi fowler
c. Libatkan keluarga untuk memberikan minum air hangat
d. Ajarkan pasien latihan batuk efektif dan nafas dalam
e. Kolaborasi dengan tim medis
8. Perencanaan perawatan interdisiplin/referral
a. Diet dan nutrisi : Tidak
b. Rehabilitasi medic : Tidak
c. Farmasi : Tidak
d. Perawatan luka : Tidak
e. Manajemen nyeri : Tidak
9. Perencanaan Pulang
a. Pasien dan keluarga dijelaskan tentang perencanaan pulang: Tidak
b. Lama perawatan rata-rata : Tidak diketahui
c. Jika tidak masuk dalam kondisi khusus edukasi yang diberikan sebagai berikut:
Pemantauan pemberian obat
10. Asessment Transportasi
a. Transportasi pulang : Mandiri
b. Transportasi digunakan : Kendaraan pribadi (Mobil/Motor)
11. Pemeriksaan penunjang
a. EKG
Hasil : Normal ECG
b. Laboratorium
(Tgl 08 Februari 2021)
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan Ket.
Hematologi
Hemoglobin 11,3* 13,2 – 17,3 g/dl
Eritrosit 3,77* 4,40 -5,90 10^6/ul
Hematokrit 33,0* 40,0 – 52,0 %
Lekosit 22.600* 3.800-10.600 /uL
Trombosit 308.000 150.000-440.000 /uL
Nilai-nilai MC
MCV 87,30 80,00-100,00 fi
MCH 30,00 26,00-34,00 pg
MCHC 34,30 32,00-36,00 g/dl
LED 110 < 10 mm/jam
Hitung jenis (diff count)
Basophil 0 0-1 %
Eosinophil 1 1-3 %
Batang 3-6 %
Segmen 88 50-70 %
Limfosit 6 25-40 %
Monosit 5 2-8 %
Kimia klinik
SGOT 9,0* 15,0-39,0 U/L
SGPT 23,0 15,0-49,0 U/L
Ureum darah 43,0 10,0-50,0 mg/dl
Kreatinin darah 1,10 0,62-1,26 mg/dl
Serologi
CRP 74,7 < 6,0 mg/dl
Imunologi
Rdt Cov-19 REAKTIF NON REAKTIF IgG(+) IgM (+)
Diabetes
Glukosa sewaktu 108 mg/dl
Elektrolit & gas darah
Paket NA/K/CL
Natrium 124,00* 135,00-147,00 mmol/L
Kalium 4,50 3,50-5,00 mmol/L
clorida 94,00* 95,00-105,00 mmol/L
12. Terapi
Koreksi NaCl 3%/24 jam
IVFD Nacl 0,9% 16 tpm
Ceftriaxone 1 gr/12/iv
Acetylsistane 3x1
Digoxin 2x1
Catopril 2x6,25 mg
Prove D 1x1
Vit C 3x1
Zink 3x1
B. Data fokus
1. Data objektif
a. Pasien mengatakan batuk dan sesak nafas
b. Pasien mengatakan sulit bernafas ketika berkut untuk berusaha bangun
c. Pasien mengatakan merasa lemas
2. Data subjektif
Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, akral hangat, nadi teraba kuat dan
teratur, mukosa bibir nampak kering, turgor kulit elastis, TD = 87/57 mmHg, N=
93x/i, S= 36,5oC, P=23x/i suara nafas ronkhi. BB= 60kg. Pasien nampak lemah,
nampak tremor ketika ingin bangun dan memegang sesuatu, aktivitas dibantu sebagian
oleh perawat, pasien nampak berbaring dengan posisi semi fowler dan memakai nasal
kanul 3 lpm.
C. Analisa data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Organisme pneumokokus Bersihan jalan nafas
Pasien mengatakan batuk tidak efektif
Saluran nafas bagian bawah
DO:
Suara nafas ronkhi Eksudat masuk ke alveoli
TD 87/57 mmHg
N: 93x/i sel darah merah, leukosit,
P: 23x/i pneumokokus mengisi
S: 36,5oC alveoli

leukosit + fibrin mengalami


konsolidasi

leukositosis

bersihan jalan nafas tidak


efektif
2. DS: Organisme pneumokokus Intoleransi aktivitas
Pasien mengatakan lemas
dan merasa sulit bernafas Saluran nafas bagian bawah
ketika berkuat untuk
bangun Eksudat masuk ke alveoli

sel darah merah, leukosit,


DO: pneumokokus mengisi
Pasien nampak tremor alveoli

leukosit + fibrin mengalami


konsolidasi

leukositosis

bersihan jalan nafas tidak


efektif

sesak nafas

suplai O2 kejaringan
menurun

ATP menurun

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

D. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d proses infeksi
2. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
E. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA PERENCANAAN
O
TUJUAN KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan  Batuk efektif Observasi
tidak efektif intervensi
berhubungan dengan keperawatan  Frekuensi nafas 1. Monitor tanda tanda
proses infeksi selama 3x24 jam normal
vital
bersihan jalan  Pola nafas normal
nafas meningkat 2. Monitor kesadaran
DS:
Pasien mengatakan pasien
batuk
3. Monitor status
pernafasan seperti
DO:
frekuensi, bunyi
Suara nafas
nafas, kecepatan,
tambahan ronkhi
irama, dan
TD 87/57 mmHg
kedalaman serta
N: 93x/i
penggunaan otot
P: 23x/i
bantu nafas
S: 36,5oC
4. Identifikasi
kemam,puan pasien
untuk batuk dan
mengeluarkan
sputum

5. Auskultasi bunyi
nafas, catat adanya
bunyi nafas
tambahan

6. Catat karakter dan


jumlah sputum dan
adanya hemoptisis
Terapeutik

1. Atur posisi tidur


senyaman mungkin/
semi fowler

2. Ciptakan lingkungan
yang tenang, kurangi
kebisingan

3. Libatkan keluarga
utnuk memberikan
minum air hangat
Edukasi:

1. Ajarkan pasien
latihan batuk efektif
dan nafas dalam

2. Berikan edukasi
pentingnya minum
air hangat
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan
DPJP tentang
pemberian terapi
2. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan  Keadaan umum baik Observasi:
b.d kelemahan intervensi  Saturasi oksiogen 1. Monitor TTV
DS: keperawatan meningkat sebelum dan sesudah
Pasien mengatakan selama 3x24 jam  Tekanann darah aktivitas
lemas dan merasa toleransi aktivitas meningkat 2. Monitor keadaan
sulit bernafas ketika meningkat  Frekuensi nadi umum pasien
berkuat untuk normal 3. Identifikasi
bangun  Frekuensi nafas kemampuan pasien

normal dalam beraktifitas

 Kemudahan dalam 4. Monitor frekuensi


DO: aktivitas sehari-hari dan irama jantung
Pasien nampak meningkat Terapeutik:
tremor 1. Tingkatkan istirahat
2. Berikan aktifitas
yang tidak berat
3. Bantu pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan sehari-
hari
Edukasi:
Jelaskan pasien untuk
istirahat
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan
DPJP untuk
pemeberian terapi

F. Implementasi dan evaluasi


TGL/JAM IMPLEMENTASI DAN EVALUASI NAMA PERAWAT
& TTD
09/02/2021
07.00 Melakukan operan dengan sr. sulva, pasien mengeluh Sr. Lisa/ sr. Nining
batuk dan lemas
R/ FU swab tgl 09/02/2021
FU obat digoxin dan catopril
Cek GDP/hari
08.30 Melakukan asessmen ulang, pasien mengatakan batuk, Sr. Nining
lemas berkurang, keadaan umum sedang, kesadaran
composmentis, akral hangat, nadi teraba kuat dan teratur.
Tangan nampak tremor ketika memegang sesuatu,
aktivitas dibantu sebagian oleh perawatan. Penggunaan
otot bantu pernafasan dan alat bantu nafas nasal kanul 3
lpm dengan posisi semi fowler
10.00 Menganjurkan pasien untuk minum air hangat, pasien Sr. Lisa/sr. Nining
11.00 mengerti
12.00 Mengajarkan pasien untuk batuk efektif, pasien koperatif Sr. Lisa/sr. Nining
Kolaborasi dengan DPJP koreksi NaCl 3%/ 24 jam, 2½ Sr. Lisa/ sr. Nining
13.00 kolf, 1 kolf/hari, terapi sesuai DPJP
Evaluasi: Sr. Lisa/ sr. nining
S: Pasien mengatakan batuk, sesak nafas dan merasa
lemas berkurang
O: KU sedang, Kesadaran Composmentis, akral hangat,
nadi teraba kuat dan teratur
TD: 80/50 mmHg
N: 70x/menit
P: 22x/menit
S: 36oC
SpO2: 99%
A: Dx I Bersihan jalan nafas tidakefektif belum teratasi
Dx II intoleransi aktivitas belum teratasi
P: intervensi Dx I,II dilanjutkan
10/02/2021
07.00 Melakukan operan dengan sr. Sulfa, pasien mengeluh Sr. Grace/ sr. Nining
batuk berkurang
R/ FU Swab, koreksi Nacl 3% 1 kolf/hari (2½ kolf)
09.00 Melakukan assesmen ulang, pasien mengeluh batuk dan Sr. Grace/ sr. Nining
lemas berkurang, KU sedang, Kes. CM akral hangat nadi
teraba kuat dan teratur.
10.00 Menganjurkan pasien untuk posisi yang nyaman, pasien Sr. Grace/ sr. Nining
mengerti
11.00 Melibatkan keluarga dalam memberi motivasi, keluarga Sr. Grace/ sr. Nining
kooperatif
12.00 Kolaborasi tidak dilakukan, terapi sesuai DPJP Sr. Grace/ sr. Nining
12.30 Evaluasi:
S: pasien mengeluh batuk dan lemas berkurang
O: KU sedang, Kes. CM, akral hangat nadi teraba kuat
dan teratur Sr. Grace
TD: 109/64 mmHg
N: 95x/menit
P: 20x/menit
S:36,5oC
SpO2: 97%
A: Dx I bersihan jalan nafas tidakefektif belum teratasi
Dx II intoleransi aktivitas belum teratasi
P: Intervensi dx I,II dilanjutkan
11/02/2021
07.30 Melakukan operan dengan sr. Ulan, pasien mengeluh Sr. Yose/ sr. Nining
batuk dan lemasnya berkurang
09.00 Melakukan assesmen ulang, Pasien mengeluh batuk dan Sr. Yose/ br. Joni
rasa lemasnya berkurang, KU sedang, Kes. CM akral
hangat, nadi teraba kuat dan teratur.
10.00 Menganjurkan pasien untuk batuk efektif, pasien Sr. Yose/ br. Joni
mengerti
11.00 Menganjurkan pasien untuk beristirahat, pasien mengerti Sr. Yose/ br. Joni
12.00 Kolaborasi tidak dilakukan, terapi sesuai DPJP Sr. Yose/ br. Joni
Evaluasi:
S: pasien mengeluh batuk dan lemas berkurang
13.00
O: KU sedang Kes. CM akral hangat nadi teraba kuat dan Sr. Yose/ br. joni
teratur
TD: 93/67 mmHg
N: 85x/menit
P: 22x/menit
S: 36,4oC
SpO2: 99%
A: Dx I bersihan jalan tidak efektif belum teratasi
Dx II intoleransi aktivitas belum teratasi
P: intervensi Dx I,II dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan menguraikan dan membahas tentang kesenjangan-
kesenjangan yang terdapat pada kasus Tn. “M” di ruang perawatan isolasi kamar 421 RS
Hermina Makassar yang dihubungkan dengan teori dan pengalaman langsung pada tanggal 8-11
Februari 2021 meliputi proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi,
dan evaluasi keperawatan dan termasuk faktor penghambat dan faktor pendukung serta alternatif
pemecahan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan.

A. Pengkajian keperawatan
Pembahasan kesenjangan terkait pengkajian meliputi etiologi, pemeriksaan fisik,
manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan medis. Tanda dan gejala
pada teori dan kasus memiliki kesamaan pada keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang
yaitu batuk dan merasa lemas, yang mana pasien mengatakan batuk kurang lebih 1 bulan
yang lalu dan memberat sejak kemarin (07-02-2021) serta merasa lemas.

B. Diagnosa keperawatan
Dari 8 diagnosa keperawatan yang ada pada teori, ada 2 yang muncul pada kasus, yaitu :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d proses infeksi
2. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan

C. Intervensi keperawatan
Tahap perencanaan asuhan keperawatan pada kasus ini merupakan lanjutan dari
diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan. Kegiatan perencanaan sangat menentukan
dalam keberhasilan asuhan keperawatan yang dilaksanakan selain berfokus pada kebutuhan
dan keadaan pasien. Perencanaan juga didasarkan pada kemampuan perawat. Tahap kegiatan
ini meliputi tujuan, kriteria hasil, rencana tindakan. Perencaan keperawatan juga meliputi 5
aspek yaitu : observasi, pendidikan kesehatan, tindakan mandiri, libatkan, dan kolaborasi.
Prioritas utama diagnosa keperawatan yang penulis susun adalah bersihan jalan nafas
tidakefektif behubungan dengan proses infeksi merupakan masalah yang dapat mengancam
dan mempengaruhi keadaan pasien. Prioritas kedua intoleransi aktivitas berhubungan
dengan adanya kelelahan. Faktor pendukung dalam tahap ini adalah pasien cukup
kooperatif dan
kerjasama yang baik antara perawat dan tim kesehatan lainnya dan tidak ada faktor
penghambat.

D. Implementasi keperawatan
Pada tahap implementasi penulis mengacu pada rencana tindakan yang telah
disusun disesuaikan dengan kondisi, situasi, kebutuhan pasien, serta fasilitas yang ada.
Pada diagnosa pertama dan kedua perawat melakukan observasi keadaan umum pasien
dan tanda-tanda vital, menganjurkan pasien untuk minum air hangat, mengajarkan pasien
batuk efektif, pertahankan istirahat tirah baring untuk mengurangi kelelahan, memberikan
posisi aman dan nyaman untuk meningkatkan istirahat, libatkan keluarga dalam
memberikan motivasi ke pasien, dan tindakan kolaborasi.

E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang sangat penting
sebagai tolak ukur keberhasilan rencana keperawatan yang telah ditetapkan. Pada tahap
evaluasi, penulis menggunakan pendekatan SOAP dengan mengacu pada tujuan dan
kriteria hasil yang diharapkan sehingga dapat menilai apakah masalah tersebut dapat
tercapai atau sebaliknya.
Bersihan jalan nafas tidakefektif berhubungan dengan proses infeksi teratasi
sebagian karena pasien mengatakan batuknya berkurang dan mampu mengelurkan
dahaknya. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan teratasi sebagian, pasien
mengatakan lemasnya berkurang dan sudah bisa melakukan aktivitasnya sebagian tanpa bantuan.Untuk
tindak lanjut dari diagnosa yang masih teratasi sebagian maka penulis bekerja sama
dengan perawat ruangan untuk melanjutkan rencana tindakan pada diagnosa keperawatan
tersebut.
Faktor pendukung dalam tahap ini adalah pasien yang cukup kooperatif dan kerja
sama yang baik antara perawat dan tim kesehatan lainnya. Penulis tidak menemukan
faktor penghambat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. “M” dengan diagnose medis
Pneumonia diruang perawatan isolasi kamar 421 RS Hermina Makassar pada tanggal 8-11
Februari 2021, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari
suatu infeksi saluran nafas bawah akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk disertai
sesak nafas yang disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma, dan
substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat
dilihat melalui gambaran radiologi.

Terdapat 2 diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus. Prioritas utama diagnosa
keperawatan yang penulis susun adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan proses infeksi.diagnosa keperawatan kedua yaitu Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelelahan.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yaitu menganjurkan minum air
hangat, mengajarkan batuk efektif, menganjurkan posisi yang nyaman, menganjurkan pasien
untuk beristirahat untuk mengurangi kelelahan, Melibatkan keluarga dalam memberi
motivasi, keluarga kooperatif dan kolaborasi dengan DPJP terkait terapi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk perawat di ruangan, diharapkan mampu mempertahankan dan meningkatkan
asuhan keperawatan pada pasien Pneumonia dan menegakkan diagnosa keperawatan
dengan data yang ada baik dari fisik maupun pemerikasaan penunjang sehingga tidak
terjadi komplikasi dan menjaga hubungan terapeutik untuk proses penyembuhan, serta
dapat memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga setelah pulang dari
rumah sakit.
2. Untuk rumah sakit, diharapkan mampu meningkatkan mutu pelayanan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang tersedia
Bararah, T dan Jauhar, M 2013, Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesional, Jakarta : Prestasi Pustakaraya
Judith M Wilkinson, 2016, Diagnosis Keperawatan ed 10, Jakarta Amanah Budaya (EGC)
Kemenkes RI. (2011). Acta Universitatis Agriculturae et Silviculturae Mendelianae Brunensis
(Vol. 16, Issue 2). https://doi.org/10.1377/hlthaff.2013.0625
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018].
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/Data-
dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
Khasanah, fitri nur. (2017). Asuhan Keperawatan Pada..., ASTRIA EMA KHARISMA
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015. 9–40.
Mathew, J. L., Singhi, S., Ray, P., Hagel, E., Hedengren, S. S., Bansali, Arun., Ygberg, Sofia.,
Sodhi, Kushaljit Singh., Kumar, BV Ravi., Nilsson, Anna. 2015. Etiology of Community
Acquired Pneumonia Among Children in India: Prospective, Cohort Study. Journal of
Global Health, 5(2).
Muttaqin, Arif, 2014, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan,
Jakarta, Salemba Medika
Ngastiyah 2015, Perawatan Anak Sakit ed 2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran (EGC)
Nugroho T, 2011, Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit Dalam,
Jogjakarta, Nuha Medika
Nurarif AH & Kusuma AH 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan BerdasarkanDiagnosa
Medis, Jogjakarta : Penerbit Mediaction
Nursalam, 2016, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba
Medika
Ranny, A. (2016). Perbedaan Karakteristik Pasien Pneumonia Komunitas Dewasa dengan Usia
Lanjut di Bangsal Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang 2014.
http://scholar.unand.ac.id/3681/
Riskesdas, 2018, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan.
Diunduh dari http://www.docstoc.com/docs/19707850 /Laporan-Hasil-Riset Kesehatan
World Health Organization, 2017 pneumonia di dunia,Jakarta: EGC
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai