PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran pernapasan
bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak napas. Hal ini diakibatkan oleh
adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi
asing yang berupa eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru
(Khasanah, 2017). Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-
paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti virus,
bakteri, jamur, maupun mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2019).
Pneumonia menjadi penyebab sekitar satu juta kematian balita di Afrika dan Asia Selatan. Pada
tahun 2015 dan 2016, pneumonia menjadi penyebab dari 15-16% kematian balita di dunia. Penyakit
ini menyerang semua umur di seluruh wilayah. Namun kasus terbanyak terjadi di Asia Selatan dan
Afrika sub-Sahara. Pneumonia telah membunuh sekitar 2.400 anak per hari dengan besar 16% dari
5,6 juta kematian balita atau sekitar 880.000 balita pada tahun 2016 dan telah membunuh 920.136
balita pada tahun 2015 (Matthew, 2015). Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai
masalah kesehatan utama pada orang-orang dewasa di negara berkembang. Pneumonia
merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Angka kematian akibat pneumonia
sebesar 1,4 juta per tahunnya dan menyumbang angka 7% penyebab kematian (WHO, 2016).
Pneumonia merupakan penyakit menular melalui udara, sehingga dapat menjadi suatu ancaman
yang harus diperhatikan oleh kesehatan dunia. Salah satu kelompok berisiko tinggi untuk pneumonia
komunitas adalah usia lanjut dengan usia 65 tahun atau lebih. Pada usia lanjut dengan pneumonia
komunitas memiliki derajat keparahan penyakit yang tinggi, bahkan dapat mengakibatkan kematian
(Ranny, 2016).
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa prevalensi pneumonia tiap tahunnya
selalu meningkat dan dibuktikan bahwa penderita terbanyak dialami oleh lakilaki
dibandingkan dengan perempuan. Selain itu, factor usia menjadi salah satu factor resiko
terjadinya peningkatan angka kejadian dan kematian akibat pneumonia di Indonesia maupun
di dunia terutama pada lansia dan anak-anak.
Apabila masalah pola nafas tidak efektif pada pasien pneumonia tidak segera ditangani,
maka dapat mengakibatkan terjadinya hipoksemia dan hipoksia pada pasien.(Bararah, T dan
Jauhar, M, 2013). Selain itu dampak dari adanya pola nafas tidak efektif adalah adanya
dipsneu, penggunaan alat bantu pernafasan terutama saat ekspirasi sehingga nampak
penderita bernafas pendek oleh karena saluran nafas menjadi sempit. Sehingga aliran
oksigen yang masuk ke dalam saluran pernafasan juga akan berkurang (Wilkinson, 2016).
Sebagai perawat pertolongan kesehatan yang dapat diberikan pada pasien pneumonia
dengan pola nafas tidak efektif adalah memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dengan pendekatan preventif, kuratif, rehabilitatif dan kolaboratif. Upaya preventif yang
bisa dilakukan seperti menjaga pola hidup sehat dan bersih serta memberikan edukasi
kepada pasien dan keluarga tentang tanda gejala dan faktor resiko dari penyakit pneumonia.
Upaya kuratif yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan obat sesuai dengan dosis
yang telah ditetapkan oleh dokter. Upaya rehabilitatif adalah dengan memberikan latihan
batuk yang efektif dan melakukan fisioterapi dada jika diperlukan. Selain itu upaya
kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya juga diperlukan guna mempercepat proses
penyembuhan bagi penderita pneumonia.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat judul karya
tulis ilmiah “ Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. M dengan diagnosa medis Pneumonia
diruangan isolasi RS Hermina Makassar”.
B. Tujuan
Adapun tujuan umum dan tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Pneumonia merupakan suatu peradangan pada paru paru yang tidak saja mengenai
jaringan paru tetapi juga dapat juga mengenai bronchioli (Nugroho, 2011). Pneumonia
adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah, 2015). Pneumonia adalah suatu
penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran nafas
bawah akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk disertai sesak nafas yang
disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma, dan substansi asing,
berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui
gambaran radiologi (Nurarif, 2015).
2. Etiologi
Penyebab pneumonia pada orang dewasa dan usia lanjut umumnya adalah bakteri.
Penyebab paling umum pneumonia di Amerika Serikat yaitu bakteri Streptococcus
pneumonia, atau Pneumococcus.Sedangkan pneumonia yang disebabkan karena virus
umumnya adalah Respiratory Syncytial Virus, rhinovirus, Herpes Simplex Virus, Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS)(Nursalam, 2016).
a. Bakteri
bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang diberikan obat secara intravena
(intravena drug abusers) memungkan infeksi kuman ini menyebar secara
hematogen dari kontaminasi injeksi awal menuju ke paru- paru. Apabila suatu
organ telah terinfeksi kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu peradangan,
nekrosis dan pembentukan abses.
c) Enterococcus (E. faecalis, E faecium)
2) Atipikal organisme
Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp, chlamedia sp, Legionella
sp.
b. Virus
Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non
produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak
darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih
suka berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan
fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas,
takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak
menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, dan ronki(Nursalam, 2016).
4. Pemeriksaan penunjang
Menurut Mutaqin (2014), Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang dengan
masalah pneumonia adalah :
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi uji resistensi tapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien pneumonia perlu diberikan terapi secepatnya maka biasanya
diberikan oantibiotik golongan Penicillin G untuk infeksi pneumonia virus,
Eritromicin, Tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang
menjadi betuk produktif dengan mukus purulen kekuning kuningan, kehijau
hijauan, kecoklat coklatan atau kemerahan dan sering kali berbau busuk.
Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil (keadaan
mungkin terjadi secara tiba-tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada
pleuritis, sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan dan nyeri kepala
3) Riwayat penyakit dahulu
Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC Paru, trauma.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi.
4) Riwayat penyakit keluarga
Dikaji apakah klien memiliki riwayat alergi terhadap obat, makanan, udara dan
debu.
c. Demografi
Apakah di daerah tempat tinggal klien terdapat sumber polusi
d. Pola Pengkajian Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya sesak
nafas.
5) Pola aktfitas dan latihan
Aktifitas dan latihan klien akan menurun karena adanya kelemahan fisik
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: tampak lemas, sesak nafas
2) Kesadaran: tergantung tingkat keparahan penyakit, bisa somnolen
3) Tanda-tanda vital :
Nadi: takikardi
Suhu: hipertermi
4) Kepala
Kulit kepala
Palpasi raba dan tentukan apakah ada lesi, hangat atau dingin,
turgor kulit elastis atau tidak
Rambut
Tujuan mengetahui tekstur, warna, rontok atau tidak dan
bersih atau kotor
pertumbuhan rambut merata atau tidak, tebal atau
Inspeksi tipis
mudah rontok atau tidak, kasar atau halus
Palpasi
5) Kuku
13) Abdomen
Tujuan mengetahui gerakan peristaltik usus dan ada
tidaknya nyeri tekan
Inspeksi amati bentuk perut, warna kulit, apakah ada asites
atau tidak
Palpasi ada tidaknya nyeri tekan
Auskultasi dengarkan bising usus
14) Muskuloskeletal
Tujuan mengetahui kekuatan otot
Inspeksi apakah ada kelainan pada ekstrimitas atas atau
bawah, apakah ada kelemahan otot
Palpasi apakah ada nyeri tekan pada ekstrimitas atas atau
bawah
2. Masalah/diagnosa keperawatan berdasarkan patoflow teori
Intervensi keperawatan:
Latihan batuk efektif 1.01006
Observasi
1) Identifikasi kemampuan batuk
2) Monitor adanya retensi sputum
3) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
4) Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan
karakteristik)
Terapeutik
1) Atur posisi semi-fowler atau fowler
2) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
3) Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
2) Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mecucu (dibulatkan)
selam 8 detik
3) Anjurkan tarik nafas dalam hingga 3 kali
4) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke-3
Kolaborasi
Intervensi keperawatan:
Observasi
1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
2) Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi)
3) Monitor kemampuan batuk efektif
4) Monitor adanya produksi sputum
5) Monitor adanya sumbatan jalan nafas
6) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7) Auskultasi bunyi nafas
8) Monitor saturasi oksigen
9) Monitor AGD
10) Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
1) Atur interval pemantuan respirasi sesuai kondisi pasien
2) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi:
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauaan
2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas D.0005
Intervensi keperawatan:
Observasi
1) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
2) Monitor bunyi nafas tambahan (misalnya gurgling, mengi, wheezing, ronki)
3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
1) Posisikan semi-fowler atau fowler
2) Berikan minum hangat
3) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
4) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
5) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik. jika perlu
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis D.0077
Intervensi keperawatan:
Manajemen nyeri 1.08238
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2) Identifikasi sekala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
8) Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2) Kontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri (misalkan suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, priode dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian analgetik
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan D.0019
Terapeutik
1) Lakukan oral hygene sebelum makan, jika perlu
2) Fasilitasi menentukan pedoman diet
3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6) Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalkan pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
f. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit D.0130
Intervensi keperawatan:
Manajemen hipertermia 1.15506
Observasi
1) Identifikasi penyebab hipertermia
2) Monitor suhu tubuh
3) Monitor kadar elektrolit
4) Monitor haluaran urine
5) Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
1) Sediakan lingkungan yang dingin
2) longgarkan atau lepaskan pakaian
3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4) Berikan cairan oral
5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
6) Lakukan pendinginan eksternal (mis. kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, dan aksilia)
7) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen D.0056
Intervensi keperawatan:
Manajemen energi 1.05178
Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola dan jam tidur
4) Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama aktivitas
Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan / atau aktif
3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4) Ajarkan koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
h. Resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan secara aktif D.0034
Intervensi keperawatan:
Manajemen hipovolemia 1.03116
Observasi
1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (misalnya nadi teraba lemah, tekanan
darah menurun, tugor kulit menurun, membrane mukosa kering, dan lemah)
2) Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
1) Hitung kebutuhan cairan
2) Berikan asupan cairan oral
Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Asesment dimulai tgl 8-11 Februari 2021 Jam 10.30, Selesai Jam 11.00
Data diperoleh dari : Pasien
Cara masuk : Dengan brankar
Asal pasien : IGD
Biodata
Nama pasien : Tn. “M”
Umur : 65 Tahun
Diagnosa medis : Pneumonia
DPJP : dr. “A”
Agama : Islam
Tanggal masuk : 08 Februari 2021
Tanggal keluar : 08 Februari 2021
Ruang perawatan : Perawatan isolasi lantai 4, kamar 421
Alamat : Jl. Maccini tengah II
Nama penanggung jawab: Ny. “M”
1. Status sosial, ekonomi, agama, suku/budaya, nilai kepercayaan, dan kebutuhan privasi
a. Pekerjaan pasien : Buruh
b. Pekerjaan penanggung jawab : IRT
c. Pendidikan pasien : SD
d. Pendidikan penanggungjawab : SMP
e. Cara pembayaran : KEMENKES (Asuransi)
f. Tinggal bersama : Keluarga
g. Spiritual (Agama) : Islam
h. Mengungkapkan keprihatinan yang berhubungan dengan rawat inap : Tidak
i. Suku/Budaya : Bugis, Makassar
j. Nilai-nilai kepercayaan keluarga : Tidak ada
k. Kebutuhan privasi pasien : Tidak
2. Anamnese
a. Diagnosa medis saat masuk : Pneumonia
b. Keluhan utama : Batuk
c. Riwayat penyakit sekarang : pasien mengatakan batuk kurang lebih 1 bulan yang
lalu dan memberat sejak kemarin (07-02-2021) serta merasa lemas.
d. Riwayat penyakit dahulu : tidak ada
e. Riwayat penyakit keluarga : tidak diketahui
f. Riwayat penggunaan obat di rumah : tidak ada
g. Riwayat penggunaan obat pengencer darah : tidak pernah
h. Riwayat alergi : tidak ada
i. Nyeri : tidak ada
j. Riwayat transfusi darah : tidak pernah
k. Golongan darah : tidak diketahui
l. Riwayat kemoterapi : Tidak pernah
m. Riwayat radioterapi : Tidak pernah
n. Riwayat merokok : ya (jumlah kurang lebih 5 batang perhari)
o. Riwayat minum minuman keras : Tidak
p. Riwayat penggunaan obat penenang : Tidak
q. Riwayat pernikahan : Pernikahan pertama
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : sakit sedang
b. Kesadaran : compos mentis
c. GCS : Eye:4 Motorik:6 Verbal:5
d. Tanda-tanda vital : TD 87/57 mmHg, P: 23x/i, N: 93x/i, S: 36,5oC
e. Berat badan : 60 kg
4. Pengkajian persistem
a. Sistem saraf pusat
1) Kepala : Tidak ada masalah kelainan
2) Ubun-ubun : Datar
3) Wajah : Tidak ada kelainan
4) Leher : Tidak ada kelainan
5) Kejang : Tidak
6) Sensorik : tidak ada kelainan
7) Motorik : Tidak ada kelainan
b. Sistem penglihatan
1) Gangguan penglihatan : Tidak ada kelainan
2) Posisi mata : Simetris
3) Pupil : Isokor
4) Kelopak mata : Tidak ada masalah
5) Konjungtiva : nampak anemis
6) Sklera : Tidak ada masalah
7) Alat bantu penglihatan : Tidak ada
c. Sistem pendengaran : Tidak ada kelainan, tidak menggunakan alat
bantu pendengaran
d. Sistem penciuman : Tidak ada kelainan
e. Sistem pernapasan
1) Pola napas : Normal
2) Retraksi : Tidak
3) NCH : Tidak
4) Jenis pernapasan : Dada
5) Irama pernapasan : Teratur
6) Terpasang WSD : Tidak
7) Kesulitan bernapas : Tidak
8) Batuk dan sekresi : Ya
9) Warna sputum : putih
10) Suara napas : Ronkhi
11) Perkusi : Sonor
f. Sistem kardiovaskuler
1) Warna kulit : Normal
2) Clubing finger : Tidak
3) Nyeri dada : Tidak
4) Denyut nadi : Teratur
5) Sirkulasi : Akral hangat
6) Pulsasi : Kuat
7) CRT : 3 detik
8) Bunyi jantung : Normal
g. Sistem pencernaan
1) Mulut : Tidak ada kelainan, mukosa bibir nampak kering
2) Gigi : Tidak ada kelainan
3) Lidah : nampak kotor
4) Tenggorokan : Tidak ada kelainan
5) Abdomen : Tidak ada kelainan
6) Peristaltik usus : Tidak ada kelainan
7) Anus : Tidak ada kelainan
8) BAB : Tidak ada kelainan
h. Sistem urinaria
1) Kebersihan : Bersih
2) Kelainan : Tidak ada kelainan
3) BAK : Tidak ada kelainan
4) Palpasi : Tidak ada kelainan
5) Perkusi : Tidak ada kelainan
i. Sistem integumen
1) Turgor : Baik, elastis
2) Mukosa bibir : Lembab
3) Warna : Normal
4) Integritas : Utuh
j. Sistem muskuloskeletal
1) Pergerakan sendi : Bebas
2) Kekuatan otot : Lemah
3) Nyeri sendi : Tidak ada
4) Oedema : Tidak ada
5) Fraktur : Tidak ada
6) Parese : Tidak ada
7) Portur tubuh : Normal
k. Sitem endokrin
1) Mata : Tidak ada masalah
2) Leher : Tidak ada masalah
3) Ekstremitas : Trem
5. Pengkajian fungsi kognitif dan motorik
a. Kognitif : Orientsi penuh
b. Motorik
1) Aktivitas sehari-hari : Bantuan minimal
2) Berjalan : Perlu bantuan
3) Riwayat patah tulang : Tidak ada
4) Alat ambulan : Tidak menggunakan
5) Ekstremitas atas : Tidak ada kesulitan
6) Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan
7) Kemampuan menggenggam: Tidak ada kesulitan
8) Kemampuan koordinasi :Tidak ada kelainan
c. Pengkajian resiko pasien jatuh
Resiko jatuh Geriatri : Resiko rendah (0-5)
d. Proteksi
1) Status mental : Orientasi
2) Penggunaan restrain : Tidak
e. Status psikologi : Tenang
f. Kebutuhan pendidikan
1) Bicara : Normal
2) Bahasa sehari-hari : Indonesia, daerah bugis makassar
3) Hambatan belajar : Tidak ada
4) Cara belajar yang disukai : Audio/visual
g. Pasien atau keluarga menginginkan informasi/bersedia : Bersedia
h. Pasien atau keluarga menginginkan informasi tentang : Proses penyakit
i. Perencanaan edukasi :Penkes tentang cara batuk efektif, tehnik relaksasi
nafas dalam dan menganjurkan minum air hangat
SKRINING GIZI PERAWAT
leukositosis
leukositosis
sesak nafas
suplai O2 kejaringan
menurun
ATP menurun
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
D. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d proses infeksi
2. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
E. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA PERENCANAAN
O
TUJUAN KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Batuk efektif Observasi
tidak efektif intervensi
berhubungan dengan keperawatan Frekuensi nafas 1. Monitor tanda tanda
proses infeksi selama 3x24 jam normal
vital
bersihan jalan Pola nafas normal
nafas meningkat 2. Monitor kesadaran
DS:
Pasien mengatakan pasien
batuk
3. Monitor status
pernafasan seperti
DO:
frekuensi, bunyi
Suara nafas
nafas, kecepatan,
tambahan ronkhi
irama, dan
TD 87/57 mmHg
kedalaman serta
N: 93x/i
penggunaan otot
P: 23x/i
bantu nafas
S: 36,5oC
4. Identifikasi
kemam,puan pasien
untuk batuk dan
mengeluarkan
sputum
5. Auskultasi bunyi
nafas, catat adanya
bunyi nafas
tambahan
2. Ciptakan lingkungan
yang tenang, kurangi
kebisingan
3. Libatkan keluarga
utnuk memberikan
minum air hangat
Edukasi:
1. Ajarkan pasien
latihan batuk efektif
dan nafas dalam
2. Berikan edukasi
pentingnya minum
air hangat
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan
DPJP tentang
pemberian terapi
2. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan Keadaan umum baik Observasi:
b.d kelemahan intervensi Saturasi oksiogen 1. Monitor TTV
DS: keperawatan meningkat sebelum dan sesudah
Pasien mengatakan selama 3x24 jam Tekanann darah aktivitas
lemas dan merasa toleransi aktivitas meningkat 2. Monitor keadaan
sulit bernafas ketika meningkat Frekuensi nadi umum pasien
berkuat untuk normal 3. Identifikasi
bangun Frekuensi nafas kemampuan pasien
Pada bab ini, penulis akan menguraikan dan membahas tentang kesenjangan-
kesenjangan yang terdapat pada kasus Tn. “M” di ruang perawatan isolasi kamar 421 RS
Hermina Makassar yang dihubungkan dengan teori dan pengalaman langsung pada tanggal 8-11
Februari 2021 meliputi proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi,
dan evaluasi keperawatan dan termasuk faktor penghambat dan faktor pendukung serta alternatif
pemecahan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan.
A. Pengkajian keperawatan
Pembahasan kesenjangan terkait pengkajian meliputi etiologi, pemeriksaan fisik,
manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan medis. Tanda dan gejala
pada teori dan kasus memiliki kesamaan pada keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang
yaitu batuk dan merasa lemas, yang mana pasien mengatakan batuk kurang lebih 1 bulan
yang lalu dan memberat sejak kemarin (07-02-2021) serta merasa lemas.
B. Diagnosa keperawatan
Dari 8 diagnosa keperawatan yang ada pada teori, ada 2 yang muncul pada kasus, yaitu :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d proses infeksi
2. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
C. Intervensi keperawatan
Tahap perencanaan asuhan keperawatan pada kasus ini merupakan lanjutan dari
diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan. Kegiatan perencanaan sangat menentukan
dalam keberhasilan asuhan keperawatan yang dilaksanakan selain berfokus pada kebutuhan
dan keadaan pasien. Perencanaan juga didasarkan pada kemampuan perawat. Tahap kegiatan
ini meliputi tujuan, kriteria hasil, rencana tindakan. Perencaan keperawatan juga meliputi 5
aspek yaitu : observasi, pendidikan kesehatan, tindakan mandiri, libatkan, dan kolaborasi.
Prioritas utama diagnosa keperawatan yang penulis susun adalah bersihan jalan nafas
tidakefektif behubungan dengan proses infeksi merupakan masalah yang dapat mengancam
dan mempengaruhi keadaan pasien. Prioritas kedua intoleransi aktivitas berhubungan
dengan adanya kelelahan. Faktor pendukung dalam tahap ini adalah pasien cukup
kooperatif dan
kerjasama yang baik antara perawat dan tim kesehatan lainnya dan tidak ada faktor
penghambat.
D. Implementasi keperawatan
Pada tahap implementasi penulis mengacu pada rencana tindakan yang telah
disusun disesuaikan dengan kondisi, situasi, kebutuhan pasien, serta fasilitas yang ada.
Pada diagnosa pertama dan kedua perawat melakukan observasi keadaan umum pasien
dan tanda-tanda vital, menganjurkan pasien untuk minum air hangat, mengajarkan pasien
batuk efektif, pertahankan istirahat tirah baring untuk mengurangi kelelahan, memberikan
posisi aman dan nyaman untuk meningkatkan istirahat, libatkan keluarga dalam
memberikan motivasi ke pasien, dan tindakan kolaborasi.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang sangat penting
sebagai tolak ukur keberhasilan rencana keperawatan yang telah ditetapkan. Pada tahap
evaluasi, penulis menggunakan pendekatan SOAP dengan mengacu pada tujuan dan
kriteria hasil yang diharapkan sehingga dapat menilai apakah masalah tersebut dapat
tercapai atau sebaliknya.
Bersihan jalan nafas tidakefektif berhubungan dengan proses infeksi teratasi
sebagian karena pasien mengatakan batuknya berkurang dan mampu mengelurkan
dahaknya. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan teratasi sebagian, pasien
mengatakan lemasnya berkurang dan sudah bisa melakukan aktivitasnya sebagian tanpa bantuan.Untuk
tindak lanjut dari diagnosa yang masih teratasi sebagian maka penulis bekerja sama
dengan perawat ruangan untuk melanjutkan rencana tindakan pada diagnosa keperawatan
tersebut.
Faktor pendukung dalam tahap ini adalah pasien yang cukup kooperatif dan kerja
sama yang baik antara perawat dan tim kesehatan lainnya. Penulis tidak menemukan
faktor penghambat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. “M” dengan diagnose medis
Pneumonia diruang perawatan isolasi kamar 421 RS Hermina Makassar pada tanggal 8-11
Februari 2021, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari
suatu infeksi saluran nafas bawah akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk disertai
sesak nafas yang disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma, dan
substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat
dilihat melalui gambaran radiologi.
Terdapat 2 diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus. Prioritas utama diagnosa
keperawatan yang penulis susun adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan proses infeksi.diagnosa keperawatan kedua yaitu Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelelahan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yaitu menganjurkan minum air
hangat, mengajarkan batuk efektif, menganjurkan posisi yang nyaman, menganjurkan pasien
untuk beristirahat untuk mengurangi kelelahan, Melibatkan keluarga dalam memberi
motivasi, keluarga kooperatif dan kolaborasi dengan DPJP terkait terapi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk perawat di ruangan, diharapkan mampu mempertahankan dan meningkatkan
asuhan keperawatan pada pasien Pneumonia dan menegakkan diagnosa keperawatan
dengan data yang ada baik dari fisik maupun pemerikasaan penunjang sehingga tidak
terjadi komplikasi dan menjaga hubungan terapeutik untuk proses penyembuhan, serta
dapat memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga setelah pulang dari
rumah sakit.
2. Untuk rumah sakit, diharapkan mampu meningkatkan mutu pelayanan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang tersedia
Bararah, T dan Jauhar, M 2013, Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesional, Jakarta : Prestasi Pustakaraya
Judith M Wilkinson, 2016, Diagnosis Keperawatan ed 10, Jakarta Amanah Budaya (EGC)
Kemenkes RI. (2011). Acta Universitatis Agriculturae et Silviculturae Mendelianae Brunensis
(Vol. 16, Issue 2). https://doi.org/10.1377/hlthaff.2013.0625
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018].
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/Data-
dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
Khasanah, fitri nur. (2017). Asuhan Keperawatan Pada..., ASTRIA EMA KHARISMA
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015. 9–40.
Mathew, J. L., Singhi, S., Ray, P., Hagel, E., Hedengren, S. S., Bansali, Arun., Ygberg, Sofia.,
Sodhi, Kushaljit Singh., Kumar, BV Ravi., Nilsson, Anna. 2015. Etiology of Community
Acquired Pneumonia Among Children in India: Prospective, Cohort Study. Journal of
Global Health, 5(2).
Muttaqin, Arif, 2014, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan,
Jakarta, Salemba Medika
Ngastiyah 2015, Perawatan Anak Sakit ed 2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran (EGC)
Nugroho T, 2011, Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit Dalam,
Jogjakarta, Nuha Medika
Nurarif AH & Kusuma AH 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan BerdasarkanDiagnosa
Medis, Jogjakarta : Penerbit Mediaction
Nursalam, 2016, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba
Medika
Ranny, A. (2016). Perbedaan Karakteristik Pasien Pneumonia Komunitas Dewasa dengan Usia
Lanjut di Bangsal Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang 2014.
http://scholar.unand.ac.id/3681/
Riskesdas, 2018, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan.
Diunduh dari http://www.docstoc.com/docs/19707850 /Laporan-Hasil-Riset Kesehatan
World Health Organization, 2017 pneumonia di dunia,Jakarta: EGC
DAFTAR PUSTAKA