Pembahasan RUU Tentang Lambang Negara
Pembahasan RUU Tentang Lambang Negara
Mengingat: Pasal 20, Pasal 21, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 36A, Pasal 36B, dan
Pasal 36C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG BENDERA, BAHASA, LAMBANG
NEGARA, DAN LAGU KEBANGSAAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Bagian Kesatu
Asas
Pasal 2
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
2
a. memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. menegakkan kehormatan yang menunjukkan kedaulatan bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia; dan
c. menciptakan adanya ketertiban, kepastian, dan standarisasi penggunaan
Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan.
BAB III
BENDERA NEGARA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
(1) Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk segi-empat panjang dengan
ukuran lebar dua-pertiga dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan
bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya sama lebar.
(2) Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dari kain yang
tidak luntur.
(3) Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dengan
ketentuan ukuran:
a. 200x300 cm untuk penggunaan di lapangan istana kepresidenan;
b. 120x180 cm untuk penggunaan di lapangan umum;
c. 100x150 cm untuk penggunaan di ruangan;
d. 36x54 cm untuk penggunaan di mobil presiden dan wakil presiden;
e. 30x45 cm untuk penggunaan di mobil pejabat negara;
f. 20x30 cm untuk penggunaan di kendaraan umum;
g. 100x150 cm untuk penggunaan di kapal;
h. 100x150 cm untuk penggunaan di kereta api;
i. 30x45 cm untuk penggunaan di pesawat udara; dan
j. 10x15 cm untuk penggunaan di meja.
(4) Untuk keperluan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bendera
Negara dapat dibuat dari bahan dan ukuran yang berbeda dengan
perbandingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(5) Bahan dan ukuran Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
dibuat sesuai dengan ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1).
Pasal 5
Bagian Kedua
Penggunaan Bendera Negara
3
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
(1) Bendera Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) wajib
dikibarkan atau dipasang setiap hari di:
a. Istana Presiden dan Wakil Presiden;
b. Gedung atau kantor lembaga negara;
c. Gedung atau kantor lembaga atau instansi pemerintah;
d. Gedung atau kantor lembaga pemerintah non-departemen;
e. Gedung atau kantor lembaga pemerintah daerah;
f. Gedung atau kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
g. Gedung atau kantor perwakilan Negara Republik Indonesia di luar negeri;
h. Gedung atau halaman sekolah negeri dan swasta;
i. gedung atau kantor pemerintah dan swasta;
j. makam pahlawan nasional;
k. Rumah jabatan Presiden dan Wakil Presiden;
l. Rumah jabatan pimpinan lembaga negara;
m. Rumah jabatan Menteri;
n. Rumah jabatan pimpinan lembaga pemerintah non-departemen;
o. Rumah jabatan Gubernur, Bupati, Walikota, dan Camat;
p. Pos perbatasan dan pulau-pulau terluar di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
4
q. Lingkungan Tentara Nasional Indonesia; dan/atau
r. Gedung atau kantor atau rumah jabatan lain.
(2) Penggunaan Bendera Negara di gedung atau kantor perwakilan Negara
Republik Indonesia di luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf g dilakukan menurut undang-undang ini.
(3) Dalam hal Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g
digunakan di luar kantor perwakilan Negara Republik Indonesia dilakukan
sesuai dengan peraturan penggunaan bendera asing yang berlaku di
negara yang bersangkutan.
(4) Penggunaan Bendera Negara di lingkungan Tentara Nasional Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf q diatur tersendiri oleh
Panglima Tentara Nasional Indonesia dengan berpedoman pada undang-
undang ini.
Pasal 10
Pasal 11
5
(4) Dalam hal pejabat tinggi pemerintah negara asing menggunakan mobil yang
disediakan Pemerintah, Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dipasang pada sisi kanan depan mobil dan bendera negara asing
dipasang pada sisi sebelah kiri depan mobil.
Pasal 12
6
meninggal dalam tugas, dan/atau Warga Negara Indonesia yang berjasa
bagi bangsa dan negara.
(13) Bendera Negara sebagai penutup peti atau usungan jenazah sebagaimana
dimaksud pada ayat (12) dipasang lurus memanjang peti atau usungan
jenazah, bagian yang berwarna merah di atas sebelah kiri badan jenazah.
(14) Bendera Negara sebagai penutup peti atau usungan jenazah sebagaimana
dimaksud pada ayat (13) setelah digunakan, diberikan kepada pihak
keluarga.
Bagian Ketiga
Tata Cara Penggunaan Bendera Negara
Pasal 13
(1) Bendera Negara dikibarkan atau dipasang pada tiang yang besar dan tinggi
seimbang dengan ukuran Bendera Negara.
(2) Bendera Negara yang dipasang pada tali, diikatkan bagian pinggir dalam
Bendera Negara.
(3) Bendera Negara yang dipasang pada dinding, dipasang membujur rata di
dinding.
Pasal 14
(1) Pada saat Bendera Negara dinaikkan atau diturunkan pada tiang, dilakukan
secara perlahan-lahan, khidmat, dan tidak menyentuh tanah.
(2) Bendera Negara yang dikibarkan setengah tiang, dinaikkan hingga ke ujung
tiang, dihentikan sebentar dan diturunkan tepat setengah tiang.
(3) Dalam hal Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hendak
diturunkan, dinaikkan hingga ke ujung tiang, dihentikan sebentar dan
diturunkan.
Pasal 15
(1) Pada waktu penaikan atau penurunan Bendera Negara, semua orang yang
hadir memberi hormat dengan berdiri tegak dan khidmat sambil
menghadapkan muka pada Bendera Negara sampai penaikan atau
penurunan Bendera Negara selesai.
(2) Pada waktu penaikan atau penurunan Bendera Negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat diiringi Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Pasal 16
(1) Dalam hal Bendera Negara dikibarkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (1), Bendera Negara ditempatkan di halaman depan, di tengah-tengah
atau di sebelah kanan gedung atau kantor, rumah, sekolah, dan makam
pahlawan nasional.
(2) Dalam pertemuan atau rapat yang menggunakan Bendera Negara,
pemasangan dilakukan:
a. apabila dipasang pada dinding, Bendera Negara ditempatkan merata pada
dinding di atas sebelah belakang pimpinan rapat;
b. apabila dipasang pada tiang, Bendera Negara ditempatkan di sebelah
kanan pimpinan rapat atau mimbar.
7
Pasal 17
(1) Dalam hal Bendera Negara dikibarkan atau dipasang bersama dengan
bendera negara asing, ukuran panjang, lebar, tinggi, dan besar bendera
sama.
(2) Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikibarkan atau
dipasang sebagai berikut:
a. apabila ada satu bendera asing, Bendera Negara ditempatkan di sebelah
kanan;
b. apabila ada bendera dari beberapa negara asing, semua bendera
ditempatkan pada satu baris, dengan ketentuan:
1) apabila jumlah semua bendera ganjil, Bendera Negara ditempatkan
tepat di tengah; atau
2) apabila jumlah semua bendera genap, Bendera Negara ditempatkan di
tengah sebelah kanan;
(3) Penempatan Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dan huruf b dalam acara-acara internasional yang dihadiri oleh kepala
negara, wakil kepala negara, dan kepala pemerintahan dapat dilakukan
menurut kebiasaan internasional.
(4) Penempatan Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) berlaku untuk Bendera Negara yang dibawa bersama-sama dengan
bendera negara asing dalam pawai atau defile.
Pasal 18
Pasal 19
Dalam hal Bendera Negara dan bendera negara asing dipasang pada tiang yang
bersilang, Bendera Negara ditempatkan di sebelah kanan dan tiangnya
ditempatkan di depan tiang bendera asing.
Pasal 20
Dalam hal Bendera Negara dipasang bersama dengan bendera negara asing
dalam bentuk bendera meja pada konperensi internasional, Bendera Negara
ditempatkan di depan tempat duduk wakil negara Republik Indonesia.
Pasal 21
Dalam hal Bendera Negara dipasang bersama dengan Panji Presiden dan/atau
Panji Wakil Presiden, Bendera Negara ditempatkan dengan ketentuan:
a. apabila ada sebuah panji, Bendera Negara dipasang disebelah kanan;
b. apabila ada dua buah panji, Bendera Negara ditempatkan di tengah;
8
c. Bendera Negara dibuat lebih besar dan dipasang lebih tinggi dari panji; dan
d. Bendera Negara tidak dipasang bersilang dengan panji.
Pasal 22
(1) Dalam hal Bendera Negara dipasang bersama dengan bendera atau panji
organisasi, Bendera Negara ditempatkan dengan ketentuan:
a. apabila ada sebuah bendera atau panji organisasi, Bendera Negara
dipasang di sebelah kanan;
b. apabila ada dua atau lebih bendera atau panji organisasi dipasang dalam
satu baris, Bendera Negara ditempatkan di depan baris bendera atau panji
organisasi di posisi tengah;
c. apabila Bendera Negara dibawa dengan tiang bersama dengan bendera
atau panji organisasi dalam pawai atau defile, Bendera Negara dibawa di
depan rombongan; dan
d. Bendera Negara tidak dipasang bersilang dengan bendera atau panji
organisasi.
(2) Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat lebih besar
dan dipasang lebih tinggi dari bendera atau panji organisasi.
Pasal 23
(1) Bendera Negara yang dipasang berderet pada tali sebagai hiasan,
ukurannya dibuat sama besar dan disusun dengan urutan warna merah-
putih.
(2) Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dipasang
berselingan dengan bendera organisasi atau bendera lain.
Pasal 24
9
Bagian Keempat
Larangan
Pasal 25
BAB IV
BAHASA INDONESIA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 26
(1) Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa resmi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
(2) Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berfungsi sebagai identitas nasional, sarana pemersatu, sarana
komunikasi antar daerah dan antar budaya daerah.
(3) Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar
resmi di lembaga pendidikan, bahasa resmi di dalam komunikasi tingkat
nasional, bahasa resmi untuk pengembangan kebudayaan nasional, sarana
pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
bahasa media massa.
Bagian Kedua
Penggunaan Bahasa Indonesia
Pasal 27
10
c. pidato kenegaraan Presiden atau Wakil Presiden yang disampaikan di dalam
dan luar negeri;
d. pengantar dalam pendidikan nasional;
e. pelayanan administrasi publik di badan-badan pemerintahan pusat dan
daerah;
f. penulisan naskah nota kesepahaman atau perjanjian antara lembaga negara
atau lembaga swasta atau badan usaha atau perseorangan dengan pihak
asing;
g. forum yang bersifat nasional;
h. komunikasi resmi di lingkungan kerja pemerintah dan swasta;
i. laporan kegiatan dan keuangan agen, perusahaan, dan yayasan yang
terdaftar di Indonesia untuk pemerintah;
j. penulisan dan publikasi karya ilmiah di Indonesia;
k. nama daerah atau pulau di Indonesia;
l. nama bangunan atau gedung, nama jalan, nama apartemen atau pemukiman,
nama perkantoran, nama komplek perdagangan, merek dagang, nama
perusahaan Indonesia, nama lembaga pendidikan, dan sejenisnya;
m. informasi tentang produk barang dan jasa produksi dalam negeri atau luar
negeri yang beredar di pasar Indonesia;
n. rambu umum, penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi lain
yang merupakan pelayanan umum;
o. penyiaran melalui radio, stasiun televisi, jaringan kabel, dan penyiaran audio-
visuil lainnya; dan
p. informasi media cetak.
Pasal 28
11
(9) Informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf m dapat disertai
dengan bahasa asing.
(10) Penggunaan Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
huruf n untuk kegiatan keagamaan, adat-istiadat, dan/atau kesenian serta
tempat umum dapat disertai bahasa asing dan bahasa daerah.
(11) Penyiaran melalui televisi, jaringan kabel, dan penyiaran audio-visuil lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf o dapat menggunakan bahasa
asing atau bahasa daerah untuk program khusus pelajaran bahasa, program
berita bahasa asing atau daerah, program siaran langsung yang berbahasa
asing atau daerah, atau siaran dimana sasaran pendengar khusus orang
asing atau daerah.
(12) Volume program berita dan program siaran langsung bahasa asing
sebagaimana dimaksud pada ayat (11) diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undang.
(13) Penyiaran melalui radio sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf o
dapat menggunakan bahasa asing atau daerah untuk program tertentu.
(14) Informasi media cetak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf p dapat
menggunakan bahasa asing atau bahasa daerah untuk tujuan khusus atau
sasaran pembaca khusus orang asing atau daerah.
Bagian Ketiga
Pengembangan dan Pelindungan Bahasa Indonesia
Pasal 29
Pasal 30
BAB V
LAMBANG NEGARA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 31
Pasal 32
12
(1) Garuda dengan perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 memiliki
paruh, sayap, ekor, dan cakar yang mewujudkan lambang tenaga
pembangunan.
(2) Garuda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki sayap yang berbulu
17 dan ekor yang berbulu 8.
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35
Bagian Kedua
Penggunaan Lambang Negara
Pasal 36
13
Pasal 37
Pasal 39
(1) Penggunaan Lambang Negara sebagai cap atau kop surat jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf b digunakan oleh:
a. Presiden atau Wakil Presiden;
b. anggota lembaga negara;
c. Menteri atau pejabat setingkat Menteri;
d. pejabat lembaga pemerintah non-departemen;
e. Gubernur, Bupati atau Walikota;
f. anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan
g. notaris.
(2) Penggunaan Lambang Negara sebagai cap dinas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 huruf c digunakan untuk kantor:
a. Presiden atau Wakil Presiden;
b. lembaga negara;
14
c. Menteri atau pejabat setingkat Menteri;
d. pejabat lembaga pemerintah non-departemen;
e. Gubernur, Bupati atau Walikota;
f. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan
g. notaris.
(3) Penggunaan Lambang Negara sebagai lencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 huruf f dipasang pada pakaian di dada sebelah kiri.
(4) Penggunaan Lambang Negara pada penyelenggaraan peristiwa resmi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf i dipasang pada gapura dan
bangunan-bangunan lain yang pantas.
Bagian Ketiga
Tata Cara Penggunaan Lambang Negara
Pasal 40
Pasal 41
Bagian Keempat
Larangan
Pasal 42
15
c. membuat lambang perseorangan, partai politik, perkumpulan, organisasi
dan/atau perusahaan yang sama atau menyerupai Lambang Negara;
d. menggunakan Lambang Negara untuk tujuan perseorangan, partai politik,
perkumpulan, organisasi dan/atau perusahaan; dan/atau
e. menggunakan Lambang Negara sebagai cap dagang, reklame perdagangan
atau alat propaganda politik.
BAB VI
LAGU KEBANGSAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 43
(1) Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf
Supratman.
(2) Lagu Kebangsaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlampir dalam
Undang-Undang ini.
Bagian Kedua
Penggunaan Lagu Kebangsaan
Pasal 44
Bagian Ketiga
Tata Cara Penggunaan Lagu Kebangsaan
Pasal 45
(1) Lagu Kebangsaan dapat dinyanyikan dengan diiringi atau tanpa diiringi alat
musik.
(2) Lagu Kebangsaan yang diiringi alat musik, dinyanyikan lengkap satu kali, satu
strofe dengan dua kali ulangan.
16
(3) Lagu Kebangsaan yang tidak diiringi alat musik, dinyanyikan lengkap satu
bait, bait pertama dengan dua kali ulangan.
Pasal 46
Apabila Lagu Kebangsaan dinyanyikan lengkap tiga bait, sesudah bait pertama
dan bait kedua dinyanyikan ulangan satu kali, sesudah bait terakhir dinyanyikan
ulangan satu kali, dan sesudah bait terakhir dinyanyikan ulangan dua kali.
Pasal 47
Setiap orang yang hadir pada saat Lagu Kebangsaan diperdengarkan dan/atau
dinyanyikan, wajib berdiri tegak dengan sikap hormat.
Pasal 48
(1) Dalam hal Presiden atau Wakil Presiden Republik Indonesia menerima
kunjungan Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan negara lain, lagu
kebangsaan negara lain diperdengarkan lebih dahulu, selanjutnya Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya.
(2) Dalam hal Presiden Republik Indonesia menerima duta besar negara lain
dalam upacara penyerahan surat kepercayaan, lagu kebangsaan negara lain
diperdengarkan pada saat duta besar negara lain tiba, dan Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya diperdengarkan pada saat duta besar negara lain akan
meninggalkan istana.
Pasal 49
Dalam pertemuan yang bersifat umum yang diadakan oleh warga negara asing,
lagu kebangsaan negara asing tersebut dapat diperdengarkan dan/atau
dinyanyikan setelah mendapat izin dari kepala daerah setempat.
Bagian Keempat
Larangan
Pasal 50
BAB VII
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
Pasal 51
17
Lagu Kebangsaan untuk kehormatan dan kedaulatan bangsa dan negara sesuai
dengan Undang-Undang ini.
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 52
Pasal 53
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 54
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 55
Pasal 56
18
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal …………
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal …………..
ttd
ANDI MATALATTA
19
RANCANGAN PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR .............. TAHUN ..........
TENTANG
BENDERA, BAHASA, LAMBANG NEGARA, DAN LAGU KEBANGSAAN
I. UMUM
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara
Garuda Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan simbol
identitas nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat simbol
tersebut menjadi pencerminan kedaulatan negara, baik di dalam tata
pergaulan dengan negara lain maupun sebagai independensi dan eksistensi
sebuah negara yang merdeka, mandiri dan berdaulat penuh. Dengan begitu,
Bendera Negara, Bahasa Indonesia, Lambang Negara, dan Lagu
Kebangsaan bukan hanya sekedar sebagai pengakuan atas Indonesia
sebagai bangsa dan negara, melainkan menjadi simbol atau lambang negara
yang dihormati dan dibanggakan Warga Negara Indonesia.
20
suatu Undang-Undang. Selama ini Bendera Negara, Lambang Negara, dan
Lagu Kebangsaan Indonesia hanya diatur dengan Peraturan Pemerintah
yang masih merupakan produk hukum berdasarkan amanat Undang-Undang
Dasar Sementara. Sementara pengaturan mengenai Bahasa Indonesia
dimasukkan dalam Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah mengenai pendidikan tinggi.
21
berbagai permasalahan terkait dengan penggunaan Bendera Negara,
Bahasa Indonesia, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan sebagai simbol
identitas bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selama ini
masih menggunakan peraturan perundang-undangan produk Undang-
Undang Dasar Sementara. Undang-Undang baru ini menjamin adanya
kepastian hukum, keselarasan, keserasian, standarisasi, dan ketertiban
dalam penggunaan Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu
Kebangsaan.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan “asas persatuan” adalah bahwa penggunaan
Bendera Negara, Bahasa Indonesia, Lambang Negara, dan Lagu
Kebangsaan sebagai sarana pemersatu bangsa dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “asas kedaulatan” adalah bahwa
penggunaan Bendera Negara, Bahasa Indonesia, Lambang Negara,
dan Lagu Kebangsaan merupakan simbol yang menunjukkan
kedaulatan negara.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “asas kehormatan” adalah bahwa
penggunaan Bendera Negara, Bahasa Indonesia, Lambang Negara,
dan Lagu Kebangsaan sebagai identitas yang menunjukkan harga
diri, dan kebesaran bangsa dan negara.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "asas kebangsaan" adalah bahwa
penggunaan Bendera Negara, Bahasa Indonesia, Lambang Negara,
dan Lagu Kebangsaan harus mencerminkan sifat patriotisme,
kepahlawanan, dan nasionalisme yang tinggi untuk tetap setia
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "asas kenusantaraan" adalah bahwa
penggunaan Bendera Negara, Bahasa Indonesia, Lambang Negara,
dan Lagu Kebangsaan mencerminkan kepentingan seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "asas bhinneka tunggal ika" adalah bahwa
penggunaan Bendera Negara, Bahasa Indonesia, Lambang Negara,
dan Lagu Kebangsaan memperhatikan keragaman penduduk,
agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah dan budaya
dalam kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Huruf g
22
Yang dimaksud dengan "asas ketertiban dan kepastian hukum"
adalah bahwa penggunaan Bendera Negara, Bahasa Indonesia,
Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan ditujukan untuk
mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum dalam penggunaannya.
Huruf h
Yang dimaksud dengan "asas keseimbangan, keserasian, dan
keselarasan" adalah bahwa penggunaan Bendera Negara, Bahasa
Indonesia, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan harus
mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam
hal pengadaan, penetapan, dan penggunaannya.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “warna merah” adalah merah dengan jernih
atau secara digital, merah dengan model warna RGB dan kode
merah 255 hijau 0 biru 0.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud “bahan dan ukuran yang berbeda” adalah bahwa
bendera dapat dibuat dari bahan seperti kain, kertas, plastik, atau
aluminium, serta dapat memiliki berbagai ukuran dengan
perbandingan lebar dua-pertiga dari panjang.
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Yang dimaksud dengan “pengibaran” adalah penaikan dan penurunan
bendera dengan seutas tali yang terikat pada tiang.
Pasal 7
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “antara saat matahari terbit dan sebelum
matahari terbenam” adalah waktu antara pukul 06.00 hingga 18.00.
Ayat (2)
23
Yang dimaksud dalam “keadaan tertentu” adalah kondisi dimana
pengibaran Bendera Negara dilakukan untuk mengobarkan
semangat patriotisme, nasionalisme, semangat membela tanah air,
kondisi darurat perang, perlombaan olah raga, renungan suci, serta
untuk menandakan bahwa bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia sangat bersuka cita atau dalam keadaan sangat berduka
cita.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia” adalah termasuk wilayah yurisdiksi di kedutaan besar atau
perwakilan Negara Republik Indonesia di luar negeri dan kapal milik
pemerintah atau Warga Negara Indonesia yang sedang berlayar atau
berlabuh di luar negeri.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “hari-hari besar nasional di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia” adalah:
a. tanggal 2 Mei, hari Pendidikan Nasional;
b. tanggal 20 Mei, hari Kebangkitan Nasional;
c. tanggal 17 Agustus, hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia;
d. tanggal 1 Oktober, hari Kesaktian Pancasila;
e. tanggal 28 Oktober, hari Sumpah Pemuda;
f. tanggal 10 November, hari Pahlawan; dan
g. tanggal 22 Desember, hari Ibu.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “lembaga negara” adalah lembaga yang
dibentuk berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
24
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas
Huruf r
Yang dimaksud dengan “gedung atau kantor atau rumah jabatan
lain” adalah gedung atau kantor atau rumah jabatan yang diatur
dengan Keputusan Presiden.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
25
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud “penggunaan Bendera Negara pada kapal”
adalah sebagai tanda kehormatan untuk menyatakan
kebangsaan dan identitas kapal tersebut.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “perayaan lain” adalah pengibaran atau
pemasangan bendera sebagai tanda pernyataan nasionalisme
dan kegembiraan umum.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
26
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Pengibaran Bendera di Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah dilakukan di seluruh halaman/rumah Warga Negara
Indonesia, kantor/gedung pemerintah maupun swasta, sekolah dan
seluruh wilayah yurisdiksi Indonesia di luar negeri
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Ayat (11)
Cukup jelas.
Ayat (12)
Cukup jelas.
Ayat (13)
Cukup jelas.
Ayat (14)
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
27
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Bendera Negara hanya dipasang bersilang dengan bendera negara
lain, karena kedua bendera negara itu sederajat, sedangkan Bendera
Negara tidak disilangkan dengan panji karena tidak sederajat.
Pasal 22
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “baris” adalah deratan bendera yang
sejajar dalam satu garis
Huruf c
Bendera Negara yang dibawa di depan rombongan pawai atau
defile dimaksudkan untuk menghormati Bendera Negara.
Huruf d
Bendera Negara tidak disilangkan dengan panji organisasi
karena kedudukan antara Bendera Negara dan panji organisasi
tidak sederajat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
28
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud “bersifat nasional” adalah corak kegiatan di manapun
yang dihadiri oleh perwakilan lebih dari satu daerah dan memiliki
topik, tema, atau substansi yang berdampak nasional
Huruf h
Yang dimaksud dengan “lingkungan kerja swasta” adalah mencakup
perusahaan yang berbadan hukum Indonesia dan perusahaan asing
yang beroperasi di Indonesia.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
29
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Bahasa asing yang digunakan dalam perjanjian adalah bahasa resmi
negara yang mengadakan perjanjian internasional atau bahasa
Inggris sesuai kesepakatan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Yang dimaksud dengan “tujuan khusus” adalah tujuan untuk
membuktikan kemahiran berbahasa selain Bahasa Indonesia.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Ayat (11)
Cukup jelas.
30
Ayat (12)
Cukup jelas.
Ayat (13)
Cukup jelas.
Ayat (14)
Cukup jelas.
Pasal 29
Yang dimaksud dengan “pengembangan bahasa” adalah melakukan
upaya memodernkan korpus bahasa melalui pemerkayaan kosakata,
pemantapan dan pembakuan sistem bahasa secara umum serta
mengupayakan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
perhubungan luas antarbangsa.
Pasal 30
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pembinaan” adalah meningkatkan mutu
pemakaian bahasa melalui penyelenggaraan pembelajaran bahasa
di semua jenjang pendidikan dan pemasyarakatan bahasa.
Peningkatan mutu pemakaian bahasa itu juga dimaksudkan untuk
mempertinggi sikap positif masyarakat terhadap Bahasa Indonesia
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 31
Yang dimaksud dengan “Garuda Pancasila” adalah lambang burung
garuda yang berasal dari mitologi kuno yang dekat dengan burung elang
rajawali. Garuda telah dikenal sejak lama baik dalam arkheologi,
kesusasteraan dan mitologi Indonesia. Burung garuda dilukiskan di candi
Dieng, Prambanan, Mendut, Sukuh dan Panataran yang terdapat di Jawa
Tengah dan Jawa Timur sejak abad 6 sampai abad 16 masehi. Lukisan
garuda dapat berupa manusia dengan berparuh burung dan bersayap
yang terdapat di candi Dieng; sementara di candi Prambanan, Mendut
dan di candi Sukuh, Kedal Jawa Timur bentuknya seperti burung, dengan
berparuh panjang berambut raksasa dan bercakar. Lambang garuda
pernah dipakai sebagai lencana oleh Prabu Airlangga pada abad
kesebelas dengan nama Garudamukha, yang dalam patung belahan
dilukiskan Prabu Airlangga sedang mengendarai seekor garuda.
Lambang garuda juga digunakan Pergerakan Indonesia Muda (1928)
yang memakai panji-panji sayap garuda yang ditengah-tengahnya berdiri
sebilah keris di atas tiga goresan garis. Kemudian garuda menjadi
lambang Negara Indonesia untuk menggambarkan Indonesia sebagai
bangsa yang besar, sekaligus sebagai negara yang kuat di antara
negara-negara lain.
Yang dimaksud dengan “perisai” adalah perisai atau tameng yang telah
dikenal lama dalam kebudayaan dan peradaban asli Indonesia sebagai
senjata dalam perjuangan untuk mencapai tujuan dan perlindungan diri.
Perisai dimaksudkan bahwa sebagai lambang perjuangan dan
perlindungan diri yang artinya tetap dan tidak berubah-ubah. Mata
31
bulatan dalam rantai untuk menunjukkan bagian perempuan dan
digambar berjumlah 9, mata persegi yang digambar berjumlah 8
menunjukkan bagian laki-laki, rantai yang bermata 17 itu sambung
menyambung tidak putus-putusnya, sesuai dengan manusia yang
bersifat turun-temurun, serta kedua tumbuhan kapas dan padi sesuai
dengan hymne yang menempatkan pakaian (sandang) dan makanan
(pangan) sebagai simbol tujuan kemakmuran dan kesejahteraan.
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “sayap garuda berbulu 17” adalah untuk
melukiskan tanggal 17 dan ekor garuda berbulu 8 yang melukiskan
bulan 8 atau Agustus. Simbolitas angka 17 dan 8 digunakan sebagai
penanda proklamasi kemerdekaan Indonesia yang ditetapkan pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Pasal 33
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “garis hitam yang melukiskan khatulistiwa
(aequator)” adalah untuk menyatakan bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia merupakan satu-satunya negara asli yang
merdeka dan berdaulat yang berada di permukaan bumi berhawa-
panas yang melewati Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian
(Papua). Garis tengah katulistiwa ditujukan untuk menimbulkan
perasaan, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sajalah satu-
satunya negara asli yang merdeka dan berdaulat yang terletak di
katulistiwa di permukaan bumi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 34
Huruf a
Yang dimaksud dengan “warna merah dan putih” adalah warna asli
yang menunjukkan identitas Indonesia yang telah lama ada dalam
mitologi, kesusasteraan dan sejarah nusantara. Warna merah putih
telah lama digunakan kerajaan Sriwijaya, Majapahit, dan Mataram
seperti bukti ukiran pada dinding candi Borobudur (yang dibangun
pada abad ke-9) yang menggambarkan tiga orang hulubalang yang
membawa umbul-umbul berwarna gelap dan terang, kemudian di
candi Mendut didapati ukiran bunga tunjung mabang (merah) dan
32
tunjung maputeh (putih), serta dalam kesusasteraan didapati cerita
pahlawan Inu Kertapati yang digambarkan sebagai cahaya matahari,
merah, dan putri Tjandera Kirana dilambangkan sebagai sinar
rembulan, putih. Persatuan dwi warna dilambangkan oleh hubungan
cinta tak terpisahkan antara Inu Kertapati dan Tjandera Kirana yaitu
antara warna merah dan putih Merah. Dalam kehidupan masyarakat
Indonesia warna merah mirip dengan warna gula jawa atau gula aren
dan warna putih mirip dengan warna nasi. Sedangkan secara filosofis
merah melambangkan tubuh manusia, sedangkan putih
melambangkan jiwa manusia. Merah berarti berani dan putih berarti
suci. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan untuk
Indonesia. Gradasi warna merah secara digital adalah dengan model
warna RGB dan kode merah 255 hijau 0 biru 0. Sementara warna
putih adalah putih tanpa gradasi warna atau secara digital, putih
dengan model warna RGB dan kode merah 255 hijau 255 biru 255.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “warna kuning emas” adalah warna yang
melukiskan kemegahan emas yang dimaksudkan untuk
menggambarkan kebesaran bangsa atau keluhuran Negara. Warna
kuning emas adalah warna kuning keemasan secara digital dengan
gradasi warna model RGB dan kode merah 255 hijau 255 biru 0.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “warna hitam” adalah warna asal yang
menggambarkan siklus dan jalinan kehidupan umat manusia dari
awal mula penciptaan hingga akhir kehidupan. Warna hitam secara
digital dengan gradasi warna model RGB dan kode merah 0 hijau 0
biru 0.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “warna alam” adalah warna-warna yang
meniru warna yang melekat pada diri benda-benda dan makhluk
hidup yang ada di alam. Warna-warna itu menggambarkan semangat
dan dinamika kehidupan di alam semesta ini.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Lambang Negara ditempatkan lebih
tinggi dan di sebelah kiri Bendera Negara” adalah bila Bendera
Negara dipasang di tiang maka Bendera Negara ditempatkan di
sebelah kiri di bawah Lambang Negara.
33
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 38
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “penggunaan Lambang Negara di dalam
gedung atau kantor” adalah untuk menunjukkan kewibawaan negara
yang penggunaan nya dibatasi hanya pada kantor dinas.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “gedung atau kantor lain” adalah gedung
sekolah, kantor perusahaan swasta, organisasi dan lembaga-
lembaga.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “penggunaan Lambang Negara di luar
gedung atau kantor” adalah penggunaan Lambang Negara sebagai
lambang keistimewaan yang penggunaannya ditempatkan di muka
sebelah luar pada rumah jabatan yang disediakan khusus untuk
penjabat negara.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “tempat tertentu” adalah tempat yang pantas,
menarik perhatian orang, mudah dilihat dan tampak baik bagi
pandangan mata semua orang yang datang dan berada di gedung
atau kantor tersebut.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
34
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “ukuran yang disesuaikan dengan
kepantasan ruangan dan tempat” adalah bahwa ukuran Lambang
Negara harus dibuat dengan mengacu perbandingan ukuran yang
terdapat di dalam lampiran Undang-Undang ini, tetapi disesuaikan
besar ukurannya dengan kepantasan besar ruangan dan tempat.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “Lambang Negara dibuat dari bahan yang
kuat” adalah bahwa Lambang Negara harus dibuat dari bahan cor
semen, metal, campuran besi atau campuran bahan lain yang liat
dan kuat, sehingga bentuk Lambang Negara terlihat kokoh dan kuat,
dapat digunakan untuk waktu yang lama, tidak mudah patah, hancur
ataupun tidak cepat rusak.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Yang dimaksud dengan “Lagu Kebangsaan dinyanyikan lengkap tiga
bait” adalah sesudah bait pertama dan bait kedua dinyanyikan ulangan
atau reffrain satu kali; kemudian sesudah bait terakhir, dinyanyikan
ulangan satu kali; dan sesudah bait terakhir dinyanyikan ulangan dua
kali.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Yang dimaksud dengan “pertemuan yang bersifat umum” adalah
pertemuan yang diadakan oleh warga negara asing di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, baik pertemuan yang bersifat resmi
maupun tidak resmi atau informal.
35
Yang dimaksud dengan “kepala daerah setempat” adalah Gubernur,
Bupati, Walikota, atau Camat yang berwenang atas wilayah di tempat
acara tersebut diadakan.
Pasal 50
Yang dimaksud dengan “dilarang memperdengarkan atau menyanyikan
Lagu Kebangsaan dengan nada-nada, irama, iringan, kata-kata dan
gubahan-gubahan lain” adalah agar Lagu Kebangsaan tidak dinyanyikan
secara sembarangan dan keluar dari derajat dan kedudukannya sebagai
Lagu Kebangsaan. Sedangkan yang dimaksud dilarang
memperdengarkan, menyanyikan dan menggunakan Lagu Kebangsaan
untuk bahan dan alat reklame dan/atau kegiatan komersial dalam bentuk
apapun adalah agar Lagu Kebangsaan tidak digunakan untuk meraih
keuntungan komersial tertentu yang melecehkan kedudukan Lagu
Kebangsaan tersebut.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
36