Anda di halaman 1dari 13

DESA SIAGA

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/MENKES/SK/VI


II/2006, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa siaga, desa siaga merupakan
desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan
untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
Desa siaga adalah suatu konsep peran serta dan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa,
disertai dengan pengembangan kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara
kesehatannya secara mandiri.
Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem di suatu desa yang bertanggung jawab
memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di bawah bimbingan dan interaksi dengan
seorang bidan dan 2 orang kader desa. Di samping itu, juga dilibatkan berbagai pengurus
desa untuk mendorong peran serta masyarakat dalam program kesehatan seperti imunisasi
dan posyandu (Depkes 2009).
Secara umum, tujuan pengembangan desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang
sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.
Selanjutnya, secara khusus, tujuan pengembangan desa siaga (Depkes, 2006), adalah :
1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan.
2. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa.
3. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat.
4. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.
Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut (Depkes, 2006) :
1. Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan sekurang-
kurangnya 2 orang kader desa.
2. Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta peralatan dan
perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan oleh masyarakat yang dikenal
dengan istilah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang
melaksanakan kegiatan-kegiatan minimal :
 Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian
luar biasa serta faktor-faktor risikonya.
 Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB serta
kekurangan gizi.
 Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
 Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya.
 Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS, penyehatan
lingkungan dan lain-lain.
Prinsip pengembangan desa siaga (Depkes, 2008), yaitu :
1. Desa siaga adalah titik temu antara pelayanan kesehatan dan program kesehatan
yang diselenggarakan oleh pemerintah dengan upaya masyarakat yang terorganisir.
2. Desa siaga mengandung makna “kesiapan” dan “kesiagaan” Kesiagaan masyarakat
dapat didorong dengan memberi informasi yang akurat dan cepat tentang situasi
dan masalah-masalah yang mereka hadapi.
3. Prinsip respons segera. Begitu masyarakat mengetahui adanya suatu masalah,
mereka melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang perlu dan apabila
langkah tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan memberikan bantuan
(termasuk pustu, puskesmas, Dinkes, dan RSUD).
4. Desa siaga adalah “wadah” bagi masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan untuk
menyelenggarakan berbagai program kesehatan.
Pengelola kegiatan harian desa siaga, bertugas melaksanakan kegiatan lapangan seperti
pemetaan balita untuk penimbangan dan imunisasi, pemetaan ibu hamil, membantu tugas
administrasi di poskesdes dan lain-lain.
Kegiatan pokok desa siaga
1. Surveilans dan pemetaan : Setiap ada masalah kesehatan di rumah tangga akan
dicatat dalam kartu sehat keluarga. Selanjutnya, semua informasi tersebut akan
direkapitulasi dalam sebuah peta desa (spasial) dan peta tersebut dipaparkan di
poskesdes.
2. Perencanaan partisipatif: Perencanaan partisipatif di laksanakan melal ui survei
mawas diri (SMD) dan musyawarah masyarakat desa (MMD). Melalui SMD, desa
siaga menentukan prioritas masalah. Selanjutnya, melalui MMD, desa siaga
menentukan target dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai target
tersebut. Selanjutnya melakukan penyusunan anggaran.
3. Mobilisasi sumber daya masyarakat : Melalui forum desa siaga, masyarakat
dihimbau memberikan kontribusi dana sesuai dengan kemampuannya. Dana yang
terkumpul bisa dipergunakan sebagai tambahan biaya operasional poskesdes. Desa
siaga juga bisa mengembangkan kegiatan peningkatan pendapatan, misalnya dengan
koperasi desa. Mobilisasi sumber daya masyarakat sangat penting agar desa siaga
berkelanjutan (sustainable).
4. Kegiatan khusus: Desa siaga dapat mengembangkan kegiatan khusus yang efektif
mengatasi masalah kesehatan yang diprioritaskan. Dasar penentuan kegiatan
tersebut adalah pedoman standar yang sudah ada untuk program tertentu, seperti
malaria, TBC dan lain-lain. Dalam mengembangkan kegiatan khusus ini, pengurus
desa siaga dibantu oleh fasilitator dan pihak puskesmas.
5. Monitoring kinerja : Monitoring menggunakan peta rumah tangga sebagai bagian
dari surveilans rutin. Setiap rumah tangga akan diberi Kartu Kesehatan Keluarga
untuk diisi sesuai dengan keadaan dalam keluarga tersebut. Kemudian pengurus
desa siaga atau kader secara berkala mengumpulkan data dari Kartu Kesehatan
Keluarga untuk dimasukkan dalam peta desa.
6. Manajemen keuangan: Desa siaga akan mendapat dana hibah (block grant) setiap
tahun dari DHS-2 guna mendukung kegiatannya. Besarnya sesuai dengan proposal
yang diajukan dan proposal tersebut sebelumnya sudah direview oleh Dewan
Kesehatan Desa, kepala desa, fasilitator dan Puskesmas. Untuk menjaga transparansi
dan akuntabilitas, penggunaan dana tersebut harus dicatat dan dilaporkan sesuai
dengan pedoman yang ada.
Tahapan pengembangan desa siaga
Pengembangan desa siaga merupakan aktivitas yang berkelanjutan dan bersifat siklus.
Setiap tahapan meliputi banyak aktivitas.
1. Pada tahap 1 dilakukan sosialisasi dan survei mawas diri (SMD), dengan kegiatan
antara lain : Sosialisasi, Pengenalan kondisi desa, Membentuk kelompok masyarakat
yang melaksanakan SMD, pertemuan pengurus, kader dan warga desa untuk
merumuskan masalah kesehatan yang dihadapi dan menentukan masalah prioritas
yang akan diatasi.
2. Pada tahap 2 dilakukan pembuatan rencana kegiatan. Aktivitasnya, terdiri dari
penentuan prioritas masalah dan perumusan alternatif pemecahan masalah.
Aktivitas tersebut, dilakukan pada saat musyawarah masyarakat 2 (MMD-2).
Selanjutnya, penyusunan rencana kegiatan, dilakukan pada saat musyawarah
masyarakat 3 (MMD-3). Sedangkan kegiatan antara lain memutuskan prioritas
masalah, menentukan tujuan, menyusun rencana kegiatan dan rencana biaya,
pemilihan pengurus desa siaga, presentasi rencana kegiatan kepada masyarakat,
serta koreksi dan persetujuan masyarakat.
3. Tahap 3, merupakan tahap pelaksanaan dan monitoring, dengan kegiatan berupa
pelaksanaan dan monitoring rencana kegiatan.
4. Tahap 4, yaitu : kegiatan evaluasi atau penilaian, dengan kegiatan berupa
pertanggung jawaban.
VISI DAN MISI KEMENKES
Visi Misi
Visi dan Misi Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024 menjabarkan visi dan misi Presiden
tahun 2020-2024 di bidang kesehatan, yaitu :

Visi
"Menciptakan manusia yang sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan"

Misi
a. Menurukan angka kematian ibu dan bayi;
b. Menurunkan angka stunting pada balita;
c. Memperbaiki pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional; dan
d. meningkatkan kemandirian dan penggunaan produk farmasi dan alat kesehatan dalam
negeri.

Tujuan Strategis Kementerian Kesehatan


1. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pendekatan siklus hidup
2. Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
3. Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit dan pengelolaan
kedaruratan kesehatan masyarakat
4. Peningkatan sumber daya Kesehatan

POSYANDU
Pelaksanaan Posyandu dikenal dengan nama “sistem 5 meja”, dimana kegiatan di masing-
masing meja mempunyai kekhususan sendiri-sendiri. Sistem 5 meja tersebut tidak berarti
bahwa Posyandu harus memiliki 5 buah meja untuk pelaksanaannya, tetapi kegiatan
Posyandu harus mencakup 5 pokok kegiatan :
 Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui;
 Meja 2 Penimbangan dan pengukuran balita;
 Meja 3 Pencatatan hasil penimbangan dan pengukuran;
 Meja 4 Penyuluhan dan Pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu
menyusui; dan
 Meja 5 Pelayanan kesehatan, KB dan Imunisasi.
Meja 1
Bayi, balita, ibu hamil, Pasangan Usia Subur (PUS), dan Wanita Usia Subur (WUS)
mendaftarkan identitasnya di meja 1. Kader akan melakukan pencatatan peserta yang
datang ke posyandu. Banyak orang menyangka bahwa posyandu hanya untuk bayi dan
balita. Padahal ibu hamil, PUS, dan WUS juga bisa datang ke posyandu, loh.
Meja 2
Kader melakukan penimbangan bayi dan balita. Beberapa posyandu menggunakan dacin
untuk menimbang bayi, namun ada pula yang telah menggunakan timbangan digital.
Biasanya, kendala yang dialami pada meja 2 yaitu bayi menangis dan terus bergerak
sehingga sulit untuk ditimbang. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara ibu dan kader
untuk menenangkan bayi.
Meja 3
Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) dilakukan di meja 3. KMS diberikan kepada bayi dan
balita dengan tujuan:
 Memantau pertumbuhan anak sesuai standar WHO
 Mencatat riwayat kesehatan anak
 Menyediakan informasi mengenai tumbuh kembang anak
Kader membantu mengisi KMS sesuai hasil timbang dan di meja 2. Bagi anak laki-laki KMS
berwarna biru, sedangkan anak perempuan berwarna merah muda.
Meja 4
Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi bayi, balita, ibu hamil, PUS, dan WUS dilakukan di meja
4. Pada bagian ini, kader posyandu terlatih bertugas untuk memberi edukasi sesuai kondisi
kesehatan masing-masing individu. Namun, seringkali meja 4 terlewatkan bahkan
dihilangkan di struktur 5 meja posyandu ini.
Meja 5
Pemberian imunisasi, KB, tablet tambah besi, vitamin A, obat cacing, dan sebagainya
dilakukan di meja 5 oleh petugas medis atau bidan. Tak hanya itu, beberapa posyandu juga
menyediakan pelayanan pengobatan lainnya.
Teman Sehat, ternyata selain jenis posyandu di atas, terdapat beberapa jenis posyandu
lainnya seperti posyandu lansia, posyandu remaja, serta POSBINDU. Masing-masing
posyandu tersebut ngga selalu terdiri dari 5 meja.
Sebuah inovasi baru terjadi di Kendari yang menambahkan meja 6 dan meja 7 di posyandu.
Meja 6 menyajikan hasil kebun dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) yang dihasilkan
masyarakat sekitar. Sedangkan meja 7 menyediakan produk daur ulang sampah rumah
tangga.

KESEHATAN IBU DAN ANAK


Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan Ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi, anak balita serta anak prasekolah.
Peran pemerintah dalam mengatasi masalah angka kematian ibu (AKI) di awali dengan
kesehatan di sekolah, kemudian terkait dengan reproduksi remaja. Selanjutnya ke program
tentang pelayanan anatal care, persalinan dan pelayanan kepada bayi. Selain itu, Kemenkes
juga melakukan perluasan akses serta mutu pelayanan seperti:
Memperbanyak tenaga kesehatan di daerah terpencil yang memang jangkauan
pelayanannya masih dirasa kurang.
Melengkapi sarana dan prasarana yang ada di fasilitas kesehatan. Baik fasilitas kesehatan
dasar maupun rujukan.
Obat akan disediakan dalam satu kesatuan dengan sistem layanan kesehatan.
Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kehamilan.
Pemahaman masyarakat tentang kehamilan juga berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan
anak (KIA) serta menurunkan tingkat angka kematian ibu dan anak (AKI).
Mengembangkan riset riset operasional secara sederhan

FUNGSI/TUJUAN KELUARGA BERENCANA


Ada beberapa tujuan penting dilaksanakannya program keluarga berencana, di antaranya:

 Membentuk keluarga kecil sejahtera, sesuai dengan kondisi ekonomi keluarga


tersebut
 Mencanangkan keluarga kecil dengan cukup 2 anak
 Mencegah terjadinya pernikahan di usia dini
 Menekan angka kematian ibu dan bayi akibat hamil di usia yang terlalu muda atau
terlalu tua, atau akibat penyakit sistem reproduksi.
 Menekan jumlah penduduk serta menyeimbangkan jumlah kebutuhan dengan
jumlah penduduk di Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa manfaat program keluarga berencana yang penting untuk
diterapkan pada setiap keluarga:

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi

2. Mendorong kecukupan ASI dan pola asuh yang baik bagi anak

3. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan

4. Mencegah penyakit menular seksual

5. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi

6. Membentuk keluarga yang berkualitas

ADVOKASI KESEHATAN
Advokasi kesehatan merupakan serangkaian kegiatan komunikasi untuk mempengaruhi
penentu kebijakan dengan cara: membujuk, meyakinkan, menjual ide agar memberikan
dukungan terhadap upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat.
Pengertian Advokasi
Menurut Foss & Foss et al. (1980); Toulmin (1981), advokasi adalah upaya persuasif yang
mencakup kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi, dan rekomendasi tindak
lanjutmengenai sesuatu ( Hadi Pratomo dalam Notoatmodjo, 2005).

Dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah kombinasi kegiatan individu dan sosial yang
dirancang untuk memperoleh komitmen politis, dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan
sistem yang mendukung tujuan atau program kesehatan tertentu

2. Tujuan Advokasi

Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), tujuan advokasi adalah sebagai berikut:

Tujuan Umum

Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa kebijakan,
tenaga, dana, sarana, kemudahan, keikutsertaan dalam kegiatan, maupun berbagai bentuk
lainnya sesuai keadaan dan usaha.

Tujuan Khusus

Adanya pemahaman atau pengenalan atau kesadaran.


Adanya ketertarikan atau peminatan atau tanpa penolakan.
Adanya kemauan atau kepedulian atau kesanggupan untuk membantu dan menerima
perubahan.
Adanya tindakan/perbuatan/kegiatan nyata (yang diperlukan).
Adanya kelanjutan kegiatan (kesinambungan kegiatan)

3. Sasaran dan Pelaku dalam Advokasi

Sasaran advokai kesehatan adalag berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan
dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya para pengambil keputusan dan penentu
kebijakan di pemerintah, lembaga perwakilan rakyat, mitra di kalangan pengusaha/swasta,
badan penyandang dana, media masa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan.

Pelaku advokasi dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi,
organisasi profesi, LSM, dan tokoh berpengaruh.

4. Pendekatan dan Langkah dalam Advokasi

Menurut UNFPA dan BKKBN (2002), terdapat lima pendekatan utama dalam advokasi, yaitu
melibatkan para pemimpin, bekerja sengan media massa, membangun kemitraan,
memobilisasi massa, dan membangun kapasitas. Strategi advokasi dilakukan melalui
pembentukan koalisi, pengembangan jaringan kerja, pembangunan institusi, pembuatan
forum, dan kerjasama bilateral.
Langkah-langkah Pokok dalam Advokasi (Menurut Depkes, 2007)
Identifikasi dan analisis masalah atau isu yang memerlukan advokasi.
Identifikasi dan analisis kelompok sasaran
Siapkan dan kemas bahan informasi.
Rencanakan teknik atau cara kegiatan operasional.
Laksanakan kegiatan, pantau dan evaluasi serta lakukan tindak lanjut.

Merumuskan Tujuan Tujuan haruslah kongkrit Menggunakan indikator SMART


S = Specific (spesifik – tidak umum)
M = Measureable (terukur)
A = Attainable (dapat dicapai)
R = Realistic (realistis)
T = Timely (memiliki jangka waktu)

KEMITRAAN

Menurut Notoatmodjo (2003), Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara
individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu
tugas atau tujuan tertentu.

Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :

 Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih


 Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
 Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak
tersebut
 Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi
manfaat
Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri 3 (tiga)
tahap yaitu tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor
kesehatan sendiri, tahap kedua kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi
pemerintah dan yang tahap ketiga adalah membangun kemitraan yang lebih luas. Unsur-
unsur dari lintas program, lintas sektor. lintas bidang dan lintas organisasi mencakup :

 Unsur pemerintah,
 Unsur swasta atau dunia usaha,
 Unsur LSM dan organisasi masa
 Unsur organisasi profesi.
Peran Dinas Kesehatan dalam Pengembangan Kemitraan di Bidang Kesehatan. Beberapa
alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat
adalah :

1. Initiator : memprakarsai kemitraan dalam menanggulangi masalah kesehatan


2. Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan
bersama, dll.
3. Fasilitator : memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan
dapat berjalan lancar.
4. Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
5. Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
6. Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).
7. Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan,
masalah dan potensi yang ada.

PROMOSI KESEHATAN MELALUI MEDIA MASSA

Ada tiga jenis media yang sering digunakan untuk melakukan promosi kesehatan, silahkan
simak point-point berikut ini.

1. Media Cetak

Beberapa contoh dari promosi melalui media cetak yaitu seperti poster, booklet, flyer atau
Selebaran, flip chart atau lembar balik, majalah, tulisan cetak seperti koran, dan foto yang
memberikan informasi kesehatan.

2. Media Elektronik

3. Media Luar Ruang

Seperti namanya yaitu media luar ruang, dimana penggunaan media ini di luar ruangan.
Pernahkah anda melihat berbagai papan iklan yang ada di pinggir jalan seperti “Merokok
membunuhmu”, atau tulisan seperti “AYO KB, Dua anak lebih baik”. Pada media jenis ini
memang dapat dikatakan media cetak ataupun media elektronik.

Salah satu kelebihan dari media luar ruang adalah dinamis, serta dapat menjangkau banyak
orang, terutama yang melewati area tersebut.

4. Media Lain

Selain iklan dalam bus, berikut ini juga beberapa promosi kesehatan yang dapat dilakukan.

 Sampling, Yaitu memberikan salah satu produk kepada sasaran secara gratis.
 Road Show, Merupakan salah satu acara yang diadakan pada daerah
tertentu, hal ini tentu didasarkan pada kondisi yang terjadi diwilayah
tersebut.
 Pameran, dengan adanya pameran maka berbagai program kegiatan
kesehatan dapat disampaikan dengan mudah.
UKM UKP
UKP (Upaya Kesehatan Perorangan)

Pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan, meliputi:

 Pelayanan Pendaftaran dan Rekam Medis


 Pelayanan Pemeriksaan Umum
 Pelayanan Anak
 Pelayanan UGD 24 jam
 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
 Pelayanan Imunisasi
 Pelayanan KIA/KB
 Pelayanan Laboratorium
 Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer (Yankestradkom)/Akupressure
 Pelayanan Lansia dan Disabilitas
 Pelayanan Promkes Terpadu ( Konseling PHBS, Kesling, Berhenti Merokok, PKPR, dan
Gizi)
 Pelayanan Farmasi
 Pelayanan VCT, TB
SDGS

Sustainable Development Goals (SDGs). TPB/SDGs bertujuan untuk menjaga peningkatan kesejahteraan
ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat,
menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan terlaksananya tata kelola yang
mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Beberapa agenda MDGs yang belum tercapai akan dilanjutkan dalam pelaksanaan pencapaian SDGs
hingga tahun 2030. SDGs merupakan penyempurnaan MDGs karena:

1. SDGs lebih komprehensif, disusun dengan melibatkan lebih banyak negara dengan tujuan
yang universal untuk negara maju dan berkembang.
2. Memperluas sumber pendanaan, selain bantuan negara maju juga sumber dari swasta.
3. Menekankan pada hak asasi manusia agar diskriminasi tidak terjadi dalam penanggulangan
kemiskinan dalam segala dimensinya.
4. Inklusif, secara spesifik menyasar kepada kelompok rentan (No one left behind).
5. Pelibatan seluruh pemangku kepentingan: pemerintah dan parlemen, filantropi dan
pelaku usaha, pakar dan akademisi, serta organisasi kemasyarakatan dan media.
6. MDGs hanya menargetkan pengurangan “setengah” sedangkan SDGs menargetkan untuk
menuntaskan seluruh tujuan (Zero Goals).
7. SDGs tidak hanya memuat Tujuan tapi juga Sarana Pelaksanaan (Means of
Implementation).

PROMKES MENURUT WHO

Promosi kesehatan adalah serangkaian tindakan untuk memelihara


kesehatan dan kesejahteraan sebaik mungkin pada individu maupun
kelompok.

Promosi kesehatan melibatkan tiga tindakan, yaitu:

 Memberitahu masyarakat bagaimana cara hidup sehat.


 Mengatasi masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat.
 Mengutamakan mencegah daripada mengobati penyakit.
Promosi kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
adalah upaya untuk meningkatkan kesehatan melalui berbagai
intervensi sosial dan lingkungan yang berdampak positif terhadap
kualitas hidup serta pencegahan penyakit tanpa harus
menggunakan pengobatan dan perawatan terlebih dahulu.

3 Elemen Penting Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan mempunyai tiga elemen penting yang saling
berkaitan, yaitu:

1. Tata kelola kesehatan yang baik. Pemangku kepentingan seperti


pemerintah harus membuat kebijakan yang memberikan dampak
baik untuk kesehatan masyarakat.
2. Literasi kesehatan. Masyarakat juga harus dituntut untuk mempunyai
pengetahuan dan keterampilan dalam menjalankan hidup sehat.
3. Kota atau lingkungan yang sehat. Kota atau lingkungan yang bersih serta
sehat akan membuat masyarakatnya terlindung dari ancaman
bahaya penyakit.

Strategi Promosi Kesehatan WHO (1994)


WHO menurumuskan tiga hal dalam strategi promosi kesehatan,
yaitu:
1. Advocacy (Advokasi)
Advokasi promosi kesehatan adalah upaya mengajak para
pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan untuk mau
mendukung program kesehatan yang dicanangkan.

2. Social Support (Dukungan Sosial)


Dukungan sosial adalah upaya mencari dukungan yang melibatkan
tokoh masyarakat formal maupun informal, sehingga melalui
mereka program kesehatan lebih mudah diterima oleh masyarakat.

3. Empowerment (Pemberdayaan Masyarakat)


Pemberdayaan masyarakat adalah strategi promosi kesehatan yang
ditujukkan langsung kepada masyarakat. Pemberdayaan ini
bertujuan untuk mewujudkan visi promosi kesehatan.

Strategi Promosi Kesehatan Piagam Ottawa


Konferensi tersebut menghasilkan piagam yang disebut dengan
Piagam Ottawa dan menelurkan lima rumusan strategi baru dalam
promosi kesehatan, yaitu:

1. Health Public Policy (Kebijakan Berwawasan


Kebijakan)
Strategi promosi kesehatan yang melibatkan pemangku
kepentingan dan pembuat kebijakan untuk membuat kebijakan atau
peraturan publik yang berdampak baik terhadap kesehatan
masyarakat.

2. Supportive Environment (Lingkungan yang


Mendukung)
Strategi promosi kesehatan yang melibatkan pemerintah daerah
atau pengelola tempat umum supaya tersedia sarana dan prasaran
fasilitas kesehatan untuk masyarakat.

3. Reorient Health Service (Reorientasi Pelayanan


Kesehatan)
Strategi promosi kesehatan reorientasi pelayanan kesehatan
melibatkan penyelenggara atau penyedia pelayanan kesehatan
seperti pemerintah, swasta serta masyarakat yang secara bersama-
sama menciptakan pelayanan kesehatan terbaik.
4. Personnel Skill (Keterampilan Individu)
Strategi promosi kesehatan ini melibatkan seluruh pihak yang
terdiri dari individu, keluarga atau kelompok lebih besar lagi untuk
dapat meningkatkan keterampilan dalam memelihara serta
meningkatkan kesehatan baik kepada diri sendiri maupun kepada
pihak lain.

5. Community Action (Gerakan Masyarakat)


Promosi kesehatan akan semakin berjalan efektif serta cepat
mencapai tujuan apabila di dalam masyarakat sendiri terdapat
gerakan-gerakan yang mempromosikan kesehatan secara
berkelanjutan

CUCI TANGAN

Pada tahun 2008, Kemitraan Cuci Tangan Global (GHP) memprakarsai pencanangan Global
Hand Washing Day , dan selanjutnya oleh PBB ditetapkan setiap tanggal 15 Oktober sebagai
Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPSS).

6 langkah cuci tangan yang benar menurut WHO yaitu :

1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

INDONESIA SEHAT
Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 – 2025 atau “Indonesia
Sehat 2025” disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025
adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah
risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya;
sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk
menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community).

PATUH

Adapun maksud saya PATUH adalah P singkatan dari periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran
dokter, A adalah atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, T adalah tetap diet
dengan gizi seimbang, U adalah upayakan aktifitas fisik dengan aman dan H adalah hindari asap
rokok, alkohol dan zat karsinogenik (Kemenkes RI, 2019).

CERDIK
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menghimbau seluruh masyarakat Indonesia
untuk menerapkan perilaku CERDIK. CERDIK merupakan singkatan dari Cek kesehatan
secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin beraktivitas fisik, Diet yang sehat dan seimbang,
Istirahat yang cukup dan Kelola stres.

Anda mungkin juga menyukai