Rista berangkat lebih awal dari Risti dan Risky. Hari ini adalah jadwal piketnya. Ia membersihkan
kelas. Kemudian Risti dan Risky sudah datang.
“Dari dulu kali.” Risti dan Risky memainkan Hp-nya. Rista selesai nyapu. Ia menuju sahabatnya.
“Asyik sekali kalian mainin Hp, seperti tidak ada pekerjaan lain apa gitu.” ejek Rista.
Risti dan Risky merasa tersinggung. “Emang kamu ngapain?” tanya Risti agak marah.
“Jangan marah dong, aku kan cuma bercanda. Minta maaf ya.” pinta Rista.
“Oke, kami akan memaafkan kamu tapi ingat jangan ulangi lagi.” kata Risky.
Rista teringat pada satu hal, “Oh ya, aku mau cerita tapi nanti istirahat saja, ya.”
“Ris, kalian tahu tidak aku memendam rasa pada seorang pria.”
“Kalau begitu asyik dong. Bisa main tebak-tebakkan sama pria yang kita suka.” Risti-Rizky
mengganguk.
“Kalau begitu aku dulu. Huruf pertama A, terakhir S dan jumlah huruf ada 4 serta dia kakak kelas
kita, XI IPA-2. Ayo siapa tahu?”
“Azis,” Risky.
Rista menggelengkan kepala,” Ayo tebak lagi.”
“Salah. Apa kalian nyerah? haha,” Rista. Kepala Risti-Risky menunduk nyerah.
Risti-Risky mengangguk.
“Kalau begitu aku akan berhenti mencintainya. Lagi pula aku tidak pantas baginya. Dia juga belum
tentu suka aku.”
“Kita adalah sahabat sejati. Jadi, biarkan dia memilih cintanya. Aku percaya jodoh di tangan Allah.”
“Iya aku juga sayang kalian. Kalian tidak akan biarkan ada sahabat yang cemburu. Mari kita berjanji
tak akan menyembunyikan sesuatu terutama berkaitan dengan perasaan.” ucap Risti sambil
memberikan jari kelingkingnya. Rista-Risky juga memberikan kelingkingnya.
Setelah kejadian itu, tidak rahasia di antara mereka. Mereka selalu menjaga kesetiaan persahabatan
mereka. Suka atau duka selalu dirasakan bersama. Mereka beranggapan bahwa lebih baik menjaga
persahabatan daripada cintanya kepada pria karena ini akan menimbulkan rasa cemburu dan benci
hingga muncul permusuhan.
Selesai