Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM KELOMPOK 1

KIMIA ANORGANIK II

Disusun Oleh:
Nama : Viskia Makrist
Nim :1816150023

“TERMOKRIMIS”

PRODI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2021
A. Tujuan Praktikum
Mengetahui pengaruh suhu terhadap struktur molekul senyawa kompleks.

B. Dasar Teori
Termokromis merupakan suatu struktur kimia kompleks yang mengalami
perubahan struktur kimianya akibat perubahan suhu. Kimia kompleks seringdisebut
juga sebagai kimia koordinasi yang merupakan ilmu yang mempelajarimengenai
senyawa-senyawa kompleks atau koordinasi dimana molekulnyatersusun atas
gabungan dua atau lebih molekul yang sudah jenuh. Pembentukansenyawa kompleks
disertai dengan terjadinya perubahan warna yang mencolok. Apabila terjadi ikatan
kovalen koordinasi antara suatu atom atau ion logamdengan beberapa molekul netral
atau ion donor elektron maka akan terbentuk suatusenyawa kompleks. Sebagian besar
zat netral atau ionik adalah ligan yang termasukkation, seperti kation dan juga
tropilium. Ligan netral seperti amonia, NH3 atau karbon monoksida, CO, dalam
keadaan bebas pun merupakan molekul yang stabil, sementara ligan anionik, seperti
Cl− atau C5H5− distabilkan hanya jikadikoordinasikan ke atom logam pusat ligan
dengan 1 atom pengikat disebut liganmonodentat, dan yang memiliki lebih dari satu
atom pengikat disebut ligan polidentat, yang juga disebut ligan khelat. Jumlah atom
yang diikat pada atom pusatdisebut dengan bilangan koordinasi (Saito, 2008).
Senyawa koordinasi merupakan interaksi asam basa. Atom pusat
berperansebagai asam Lewis, sedangkan ligan berperan sebagai basa Lewis. Atom
pusat biasanya ion-ion logam transisi yang berfungsi sebagai penerima pasangan
elektron bebas dari ligan. Kemampuan suatu ion logam untuk berikatan dengan
sejumlahligan dinyatakan oleh bilangan koordinasinya (Shriver, Weller, Overton,
Rouke, & Armstrong, 2014). Misalnya, Kobalt (II) klorida heksahidrat (CoCl 2.6H2O)
berwarna pink,kemudian akan berwarna biru dengan melepaskan ligan H 2O yang
dilakukandengan cara pemanasan atau dengan penambahan alkohol absolut seperti
reaksi berikut: 2[Co(H2O)][Cl2] + alkohol (absolut) ↔ Co[CoCl4] + 12 H2O
Reaksi di atas menunjukkan terjadinya senyawa yang tidak lagi dapatdipahami
secara sederhana namun bersifat kompleks. Kekompleksan senyawatersebut dapat
ditunjukkan dengan adanya warna pada stokiometri ligan, anion (Cl -) dan molekul
(NH3). Senyawa kompleks memiliki atom yang berperan sebagaiatom (atau ion) pusat
dan gugus pelindung yang dapat berupa beberapa molekulnetral atau ion bermuatan
yang disebut sebagai ligan dan ternyata jumlahnyatertentu untuk setiap jenis senyawa
kompleks. Ligan tidak hanya terdiri atas satu jenis ligan namun terdiri atas beberapa
jenis ligan. Ikatan yang terjadi antara atom pusat dengan ligan adalah ikatan
koordinasi. Ligan sederhana (monodentat) hanyamempunyai sepasang elektron saja
yang disediakan untuk pembentukan ikatankoordinasi dengan pusat atom. Namun
pada umumnya terdapat satu spesies ligandan terdapat dua atau lebih atom yang
bertindak sebagai donor pasangan elektron.
Atom atau ion bebas mempunyai energi pada masing-masing elektron,dimana
kelima orbital d adalah sama sehingga atom dikatakan dalam tingkat dasar (ground
state) tanpa adanya pengaruh medan. Pada senyawa kompleks pasanganelektron atom
donor diarahkan kepada atom pusat untuk membentuk ikatan kovalenkoordinatif
sehingga ligan akan memberikan medan ligan listrik negatif diseputaratom pusat
sehingga menghasilkan interaksi tolakan dengan elektron dn (n = bilangan bulat
positif) terluar dari atom pusat yang menyebabkan adanya kenaikanenergi. Teori yang
menjelaskan mengenai tingkat energi total ini adalah teori medanligan. Teori ini
merupakan salah satu teori yang menjelaskan struktur elektronikkompleks. Medan
listrik yang mengalami efek sterik di sekitar kation logam akanmenghasilkan tingkat
energi total yang lebih rendah dari tingkat energi kation bebassebab adanya interaksi
elektrostatik. Interaksi antara elektron dengan logam danmedan listrik mendestabilkan
sistem dan mengkompensasi stabilisasinya.
Sifat fisika dari zat-zat kimia yang berasal dari eksitasi elektron karenaadanya
penyerapan energi yang dilakukan oleh zat kimia merupakan warna darizat-zat kimia.
Warna komplementer dari penghapusan pajang gelombang yangterserap dapat dilihat
oleh mata. Pelepasan dan penyerapan energi pada strukturkimia disebut dengan
spektroskopi. Menurut Underwood (1986: 390) Spektrofotometri adalah pengukuran
jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem dengan panjang
gelombangtertentu. Keuntungan penggunaan spektroskopi adalah: jumlah zat yang
diperlukanuntuk analisis relatif sedikit dan tidak membutuhkan waktu
lama.Spektorofotometer sering disebut osilator. Osilator yang kita
gunakanmenggunakan prinsip kerja sinar tampak. Spektrum sinar tampak memiliki
panjanggelombang 400-800 nm (Cairul Anwar, 1994: 238).
Prinsip kerja dari spektrofotometer yaitu suatu radiasi monokromatikdengan
panjang gelombang tunggal diarahkan menembus medium tersebut. Dalam prinsip
penggunaan spektrofotometer digunakan larutan blanko sebagai standarkalibrasi alat.
Blanko adalah larutan yang hanya berisi pelarut dan reaktannya.Blanko yang akan
digunakan merupakan bahan yang akan menjadi dasar untukmengukur perbedaan
absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembandingannya.
Senyawa kompleks dengan logam yang berbeda akan mempunyai panjang
gelombang yang berbeda pula. Hal ini karena setiap logam mampu menyerap sinar
ultraviolet maupun visible pada panjang gelombang tertentu sehingga senyawa
kompleks memiliki warna yang khas. Hal ini berarti ada absorpsi di daerah sinar
tampak dari elektron yang dieksitasi oleh cahaya tampak dari tingkat energi orbital
molekul kompleks yang diisi elektron ke tingkat energi yang kosong. Bila perbedaan
energi antar orbital yang dapat mengalami transisi disebut ΔΕ, frekuensi absorpsi ν
diberikan oleh persamaan ΔΕ = h ν. Transisi elektronik yang dihasilkan oleh
pemompaan optis (cahaya) diklasifikasikan secara kasar menjadi dua golongan. Bila
kedua orbital molekul yang memungkinkan transisi memiliki karakter utama d,
transisinya disebut transisi d-d atau transisi medan ligan, dan panjang gelombang
absorpsinya bergantung sekali pada pembelahan medan ligan. Bila satu dari dua
orbital memiliki karakter utama logam dan orbital yangzlainmemiliki karakter ligan,
transisinya disebut transfer muatan. Untuk mengetahuihubungan antara energi dan
panjang gelombang ditentukan dengan persamaan berikut ini : E = hf = hc/λ
Dengan :
E = Energi Kuantum atau foton
f = Frekuensi gelombang cahaya
h = Konstanta Planck
λ = Panjang gelombang
c = Kecepatan cahaya
Orbital atom, orbital molekul dan teori medan ligan dapar
menentukanhubungan antara energi dari berbagai keadaan kuantum. Apabila
energikuantum (foton) pada panjang gelombang tertentu diserap oleh benda, maka
pada saat kita mengamati cahaya yang dipantulkan dari benda itu atau cahayayang
dipancarkan melalui benda itu, kita dapat melihhat warna komplementeryang
terbentuk dari panjang gelombang pada cahaya tampak lainnya yangtersisa.
Pengukuran spektrum setiap senyawa kompleks tertentu dan denganion pusat
yang sama tetapi dengan variasi ligan yang berbeda-beda, makadapat diketahui medan
ligan yang bersangkutan. Adapun deret spektrokimiaadalah sebagai berikut:
I-< Br- < S2- < SCN- < Cl- < NO3- < F- < OH- < (COO)2- < H2O < NCS-< CH3CN <
NH3< en < bipy < phem < NO2- < CN- < CO.
Salah satu unsur logam transisi yang dapat membentuk senyawa
kompleksadalah Kobalt (II). Logam kobalt merupakan salah satu logam yang
dibutuhkandalam tubuh manusia. Fungsi utama kobalt yaitu sebagai membran
transport dalamsel darah manusia. Dalam beberapa penelitian tentang senyawa
kompleks yangtelah dilaporkan, ion logam kobalt(II) mampu menghambat
pertumbuhan bakteridan jamur.
Kobalt adalah logam abu-abu seperti baja. Kobalt mudah melarut dalamasam.
Kobalt merupakan logam transisi golongan VIII B mempunyai nomor atom27, massa
atom 58,9332 g/mol dan terletak pada periode keempat dalam tabelsistem periodik
unsur, bersifat sedikit magnetis, melebur pada 1490°C (Greenwoodand Earnshaw,
1984). Kobalt mudah larut dalam asam-asam mineral encer dan mempunyai bilangan
oksidasi umumnya +2 dan +3 akan tetapi +2 relatif lebih stabil(Cotton and Wilkinson,
1988). Pembentukan kompleks Co (II) dijelaskan dengan teori ikatan valensi, teori
medan kristal, dan teori orbital molekul. Salah satu logam kobalt yang relatif stabil
adalah Co(II) danqCo(III), tetapi dalam senyawa yang sederhana seperti Co, Co(II)
lebih stabil dari pada Co(III). Senyawa kobalt jika diberi perlakukan dengan suhu
berbeda akan membentuk oktrahedral dantetrahedaral, dengan reaksi sebagai berikut:
Perlahan-lahan, kobalt(II) hidroksida teroksidasi dengan oksigen yang ada
udara sekitarnya menjadi kobalt(III) oksida hidroksida CoO(OH). Senyawa kompleks
tetrahedral melibatkan baik elektrostatis dan interaksi kovalen. Kompleks ini memiliki
empat ligan di sudut tetrahedral disekitar atom pusat. Apabila suatu logam
ditempatkan pada titik nol sumbu kartesian dan atom logam atau ion logam
melakukan interaksi elektrostatik terhadap ligan-ligan maka semua orbital yang ada
mengalami kenaikan tingkat energi. Lima orbital d dari atom logam dan ion
logamakan mengalami pemisahan menjadi orbital t2 dan e. Setelah mengalami
kenaikan tingkat energi orbital-orbital dari atom logam dan ion nonlogam
mengadakan kombinasi linier dengan orbital-orbital dari ligan membentuk orbital
molekul kompleks tetrahedral. Senyawa kompleks tetrahedral merupakan kompleks
dengan medan lemah, harga 10Dq < P.
Selain itu, untuk senyawa kompleks oktahedral orbitalnya melibatkan
baikinteraksi elektrostatik maupun interaksi kovalen. Pada waktu atom logam atau ion
logam mengadakan interaksi elektrostatik dengan ligan-ligan maka semua orbitalyang
ada akan mengalami kenaikan tingkat energi. Tiga orbital p meskipunmengalami
kenaikan tingkat energi tetapi tetap dalam keadaan degenerat karenainteraksi ligan-
ligan dengan tiga orbital p tersebut sama kuatnya. Lima orbital d dariatom logam
ataupun ion logam akan mengalami pemisahan membentuk orbital t2g dan eg. Akibat
kenaikan energi tersebut, maka orbital-orbital dari ion logam akanmengadakan
kombinasi linier dengan orbital-orbital dari ligan membentuk senyawakompleks
oktahedral.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
 Timbangan analitik
 Penangas air
 Erlenmeyer 100 mL (1x)
 Gelas beaker 100 mL (1x)
 Gelas beaker 500 mL (1x)
 Pipet volumetric 25 mL (3x)
 Pipet volumetric 10 mL (3x)
 Tabung reaksi (3x)
 Gelas arloji (1x)
 Penjepit tabung reaksi (2x)
 Corong

2. Bahan
 Aquadest 50 mL
 Aseton 50 mL
 Kobalt (II) klorida heksahidrat (CoCl3.6H2O) 1,1868 gram
 Es batu
 Air mentah/matang 100 mL
D. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang kobalt (II) klorida heksahidrat sebanyak 1,1868 gram
3. Masukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL
4. Tambahkan aquadest dan aseton masing-masing sebanyak 10 mL dan 40 mL
5. Aduk larutan tersebut hingga homogen
6. Bagikan larutan tersebut menjadi tiga bagian ke dalam tabung reaksi
 Tabung reaksi I: untuk suhu kamar 34◦C
 Tabung reaksi II: untuk suhu 0◦C
 Tabung reaksi III: untuk suhu 70◦C
7. Panaskan air dengan penangas air. Panaskan hingga 70◦C
8. Siapkan air dingin dengan mencampurkan es batu dengan air biasa/matang
9. Masukkan tabung reaksi tersebut sesuai dengan identitasnya. Misalnya, tabung
reaksi I dimasukkan ke air mendidik karena tabung reaksi tersebut diuji pada
suhu panas. Begitu juga seterusnya.

E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
 Gambar ketiga tabung reaksi sebelum diberi perlakuan

Gambar 2. Sumber: Foto Pribadi Kelompok Donna


 Gambar tabung reaksi setelah diberi perlakuan
1. Tabung reaksi I

Gambar 3. Sumber: Foto Pribadi Kelompok Donna

2. Tabung reaksi II
Gambar 4. Sumber: Foto Pribadi Kelompok Donna
3. Tabung reaksi III

Gambar 5. Sumber: Foto Pribadi Kelompok Donna


2. Pembahasan
Telah dilakukan percobaan berjudul “Termokromis” dengan tujuan percobaan
untuk memahami peristiwa termokromis, yaitu senyawa kompleks yang memiliki
warna berbeda-beda dalam berbagai larutan dan dalam termperatur yang berbeda.
Pada percobaan ini senyawa kompleks yang akan diteliti peristiwa termokromisnya
yaitu Kobalt (II) Klorida Heksahidrat.
Praktikum ini membutuhkan alat diantaranya :Timbangan analitik, Penangas
air, Erlenmeyer 100 mL (1x), Gelas beaker 100 mL (1x), Gelas beaker 500 mL (1x),
Pipet volumetric 25 mL (3x), Pipet volumetric 10 mL (3x), Tabung reaksi (3x), Gelas
arloji (1x), Penjepit tabung reaksi (2x), dan Corong.
Prosedur pertama kali siapkan alat dan bahan, Timbang kobalt (II) klorida
heksahidrat sebanyak 1,1868 gram, Masukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL,
Tambahkan aquadest dan aseton masing-masing sebanyak 10 mL dan 40 mL, Aduk
larutan tersebut hingga homogen, Bagikan larutan tersebut menjadi tiga bagian ke
dalam tabung reaksi -Tabung reaksi I: untuk suhu kamar 34◦C -Tabung reaksi II:
untuk suhu0◦C -Tabung reaksi III: untuk suhu 70◦C, Panaskan air dengan penangas
air. Panaskan hingga 70◦C, Siapkan air dingin dengan mencampurkan es batu dengan
air biasa/matang, dan Masukkan tabung reaksi tersebut sesuai dengan identitasnya.
Misalnya, tabung reaksi I dimasukkan ke air mendidik karena tabung reaksi tersebut
diuji pada suhu panas. Begitu juga seterusnya. Warna awal sampel dalam tiga tabung
reaksi sebelum diberi perlakuan pada temperatur berbeda adalah berwarna ungu
seperti terlihat pada Gambar 2.
Ketiga tabung reaksi diamati efek termokromisnya dengan diberi perlakuan
pada temperatur berbeda, dimana tabung reaksi ke-1 dibiarkan pada suhu kamar,
tabung reaksi ke-2 dimasukkan ke dalam wadah berisi air es, dan tabung reaksi ke3
dimasukkan ke dalam wadah berisi air panas suhu 70oC. Setelah itu senyawa
kompleks tersebut diamati perubahan warnanya. Dari hasil pengamatan, terlihat
perbedaan perubahan warna dari sampel. Tabung reaksi ke-1 yang ditempatkan pada
suhu kamar tidak mengalami perubahan warna sama sekali, yaitu warnanya tetap
berwarna ungu. Tabung reaksi ke-2 yang ditempatkan dalam wadah berisi air es
mengalami perubahan warna menjadi warna pink. Sedangkan Tabung reaksi ke3 yang
ditempatkan dalam wadah berisi air panas suhu 70oC berubah warna menjadi warna
biru. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3, Gambar 4, dan Gambar 5.
Perubahan warna pada larutan setelah diberi perlakuan dengan temperatur
yang berbeda disebabkan karena berubahnya struktur geometri pada Kobalt(II).
Ketika Kobalt(II) ditambahkan dengan akuades, teramati larutan berwarna merah
muda, kemudian setelah ditambahkan aseton larutan berubah warna menjadi ungu.
Hal ini disebabkan karena pada kondisi sebelum penambahan aseton, senyawa
kompleks berada pada lingkungan oktahedrik [Co(H2O)6]2+ sedangkan setelah
penambahan aseton senyawa kompleks berada pada lingkungan tetrahedrik [CoCl4]2- .
Penambahan aseton juga berfungsi sebagai penarik ligan H2O dalam senyawa
kompleks CoCl3. 6H2O.
Senyawa kompleks pada kesetimbangan atau suhu kamar membentuk warna
ungu karena pada kondisi tersebut senyawa kompleks berada pada lingkungan
oktahedral dan tetrahedral secara bersamaan dalam larutan. Adapun reaksi yang
terjadi ketika berada pada kondisi kesetimbangan ialah:
[Co(H2O)6] 2+ + 4Cl- ↔ [CoCl4] 2- + 6H2O
Pada suhu dingin atau temperatur rendah, terjadi perubahan warna dari ungu
ke merah muda. Hal ini disebabkan karena pada kondisi tersebut senyawa kompleks
yang dominan adalah senyawa oktahedral. Adapun pada suhu panas atau temperatur
tinggi 70oC, warnanya berubah dari ungu menjadi biru disebabkan karena senyawa
kompleks yang dominan adalah senyawa tetrahedral.
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percoban dapat disimpulkan bahwa Kobalt(II) mempunyai warna
berbeda-beda pada temperatur yang berbedabeda. Pada suhu dingin atau temperatur
rendah, senyawa kompleks yang dominan adalah senyawa oktahedral sehingga
2+
warnanya berubah dari ungu menjadi merah muda membentuk [Co(H 2O)6] .
Sedangkan pada suhu panas atau temperatur tinggi 70oC, senyawa kompleks yang
dominan adalah senyawa tetrahedral sehingga warnanya berubah dari ungu ke biru
membentuk [CoCl4] 2- . Adapun pada suhu kamar senyawa kompleks yang dominan
adalah senyawa tetrahedral dan oktahedral. Karena pada suhu kamar terjadi
kesetimbangan. Sehingga warnanya tetap berwarna ungu.

G. Daftar Pustaka
Fauziah, A. (2019). academia.edu. Retrieved from AGUSTINA NUR FAUZIAH
(18708251001) - LAPORAN TERMOKROMIS:
https://www.academia.edu/38662275/AGUSTINA_NUR_FAUZIAH_18708251001_
LAPORAN_TERMOKROMIS
Hasan, I. S. (2019). academia.edu. Retrieved from LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA "TERMOKROMIS":
https://www.academia.edu/39158018/LAPORAN_RESMI_PRAKTIKUM_KIMIA_T
ERMOKROMIS_
LAPORAN PRAKTIKUM KELOMPOK II
KIMIA ANORGANIK II

Disusun Oleh:
Nama : Viskia Makrist
Nim :1816150023

“PEMBENTUKAN TAHAPAN SENYAWA KOMPLEKS”

PRODI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2021
A. Tujuan Percobaan
Memperkirakan rumus molekul senyawa kompleks berdasarkan perubahan warna
senyawa yang terbentuk.

B. Dasar Teori
Senyawa kompleks dapat didefinisikan sebagai sebuah atom atau ion logam
pusat yang dikelilingi oleh serangkaian ligan. Ligan merupakan ion atau molekul
independen. Contoh senyawa kompleks adalah [Co(NH3)6]3+. Ion Co3+ dikelilingi oleh
enam buah ligan NH3. Pada umumnya digunakan istilah senyawa koordinasi untuk
senyawa kompleks netral maupun ionik yang memiliki sedikitnya satu ion kompleks.
Senyawa kompleks juga dapat diartikan sebagai kombinasi asam lewis dan basa lewis.
Ion atau atom logam pusat disebut sebagai asam lewis karena menerima pasangan
elektron bebas dari basa lewis (ligan). Sebaliknya, ligan disebut basa lewis karena
dapat memberikan pasangan elektron bebas dari ion atau atom logam pusat. Atom
pusat dan ligan terikat secara kovalen koordinasi (Atkins, 2010).
Senyawa koordinasi/senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk
melalui ikatan koordinasi, yakni ikatan kovalen koordinasi antara ion/atom pusat
dengan ligan (gugus pelindung). Disebut juga sebagai senyawa kompleks karena sulit
dipahami pada awal penemuannya. Ikatan kovalen koordinasi yang terjadi merupakan
ikatan kovalen (terdapat pasangan elektron yang digunakan bersama) di mana
pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah satu atom. Ikatan
koordinasi bisa terdapat pada kation atau anion senyawa tersebut. Ion/atom pusat
merupakan ion/atom bagian dari senyawa koordinasi yang berada di pusat (bagian
tengah) sebagai penerima pasangan electron sehingga dapat di sebut sebagai asam
Lewis, umumnya berupa logam (terutama logam-logam transisi). Sedangkan ligan
atau gugus pelindung merupakan atom/ion bagian dari senyawa koordinasi yang
berada di bagian luar sebagai pemberi pasangan elektron sehingga dapat disebut
sebagai basa Lewis (Chang, 2004).
Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan
sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif
komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri
yang sangat tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan di dalam lingkup valensi yang
klasik. Atom pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang
menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang
stabil dengan satu atom pusat (Cotton, 1989).
Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat menyumbangkan
sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung
koordinasi. Sehingga, ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam lewis.
Jika ligan hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron (misalnya NH 3 melalui
atom N) disebut ligan unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion monoatomik
(tetapi bukan atom netral) seperti ion halida, anion poliatomik seperti NO 2-, molekul
sederhana seperti NH3 atau molekul kompleks seperti piridin C5H5N (Petrucci, 1987).
Senyawa kompleks telah banyak dipelajari dan diteliti melalui suatu tahapan-
tahapan reaksi (mekanisme reaksi) dengan menggunakan ion-ion logam serta ligan
yang berbeda-beda. Ligan memiliki kemampuan sebagai donor pasangan elektron
sehingga dapat dibedakan atas ligan monodentat, bidentat, tridentat dan polidentat.
Dalam kimia koordinasi, NO atau NO2 dapat berperan sebagai ligan sehingga
membentuk senyawa kompleks dengan beberapa logam transisi. Beberapa ligan dapat
dideretkan dalam suatu deret spektrokimia berdasarkan kekuatan medannya, yang
tersusun sebagai berikut : I- < Br- < S2- < SCN- < Cl-< NO3- < F- < OH- < Ox2- < H2O
< NCS- < NH3 < en < bipi < fen < NO 2- < CN- < CO, dengan Ox = oksalat, en =
etilendiamin, bipi = 2,2’-bipiridin dan fen = fenantrolin. Ligan NO 2 dalam deret
spektrokimia lebih kuat dibandingkan ligan-ligan feroin (fenantrolin, bipiridin dan
etilendiamin) dan lebih lemah dari ligan CN (Keenan, 1979).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
 Gelas alorji
 Tabung reaksi
 Penangas air
 Gelas ukur 10 mL
 Pipet tetes
 Batang pengaduk
 Spatula
 Neraca
 Gelas kimia
 Pipet volume
2. Bahan
 Larutan NiCl2.6H2O 0,1M
 Larutan Amonia pekat (NH3)
 Aquades

D. Langkah Kerja
1. Memasukkan 2 mL larutan NiCl2.6H2O 0,1 M ke dalam tabung reaksi. Kemudian
mencatat warna larutan yang ada.
2. Secara perlahan memasukkan satu tetes larutan amonia ke dalam tabung reaksi
(jangan mengenai dinding tabung reaksi) lalu mengguncang tabung secara
perlahan dan hati – hati, kemudian mengamati apa yang terjadi.
3. Melanjutkan penambahan larutan amonia tetes yang kedua, ketiga, keempat dan
seterusnya dan setiap penambahan tetesan amonia ini tabung reaksi diguncang
perlahan dan mengamati apa yang terjad.
4. Melakukan penambahan larutan amonia sampai tidak ada perubahan warna
larutan dalam tabung reaks.
5. Memanaskan tabung reaksi setelah langkah 4 dalam penangas air yang sudah
hampir mendidih selama 30 menit. Kemudian mencatat hasil pengamatan pada
setiap 2 menit pengamatan.
E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
 Pengamatan 1 (Penetesan Amonia)
No Gambar Perlakuan Warna Yang Dihasilkan
.
1. Sebelum ditetes dengan Light green
amonia

NiCl2.6H2O
2. Sesudah ditetes dengan Celadon green
amonia (tetesan pertama)

NiCl2.6H2O
3. Sesudah ditetes dengan Bright mint
amonia (tetesan kedua)

NiCl2.6H2O
4. Sesudah ditetes dengan Tea green
amonia (tetesan ketiga)

NiCl2.6H2O

5. Sesudah ditetes dengan Aqua blue


amonia (tetesan keempat)

NiCl2.6H2O
6. Sesudah ditetes dengan Dodger blue
amonia (tetesan kelima)

NiCl2.6H2O

 Pengamatan 2 (Pemanasan)
No Gambar Perlakuan Kondisi
.
1. Tidak ada perubahan setelah Tidak ada perubahan
pemanasan 2 menit pertama

NiCl2.6H2O
2. Tidak ada perubahan setelah Tidak ada perubahan
pemanasan ke- 4 menit

NiCl2.6H2O
3. Menit ke-6 dan 8 Muncul sedikit endapan

NiCl2.6H2O
4. Menit ke-10 dan 12 Endapan berwarna putih

NiCl2.6H2O
5. Menit ke-14 dan 30 Endapan mulai
mmisahkan diri

NiCl2.6H2O

6. Hasil akhir setelah Warna biru tampak jernih


dipanaskan kurang lebih 30 tapi masih memiliki
menit. sedikit endapan

NiCl2.6H2O

2. Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk memperkirakan rumus molekul senyawa kompleks
berdasarkan perubahan warna senyawa yang terbentuk. Untuk langkah-langkah yang
dilakukan seperti yang terlampil di halaman sebelumnya sehingga diperoleh data hasil
pengamatan yang menunjukkan bahwa:
1. Warna NiCl2.6H2O yang sudah dilarutkan dengan menggunakan aquades
menghasilkan warna Light green
2. Setelah ditetes pertama dengan menggunakan amonia (1 tetes) warnanya perlahan
berubah menjadi warna Celadon green
3. Pada tetes kedua warna berubah menjadi Bright mint
4. Kemudian pada tetes amonia yang ketiga tea green
5. Selanjutnya pada tetes amonia yang ke empat berubah menjadi warna aqua blue
6. Dan pada tetes ke lima-10 hingga tidak adanya lagi terjadi perubahan warna, yaitu
warna yang di peroleh pada tetes ke lima hingga ke sepuluh ini adalah warna
dodger blue.
Perubahan warna ini terjadi karena adanya ligan NH3 yang menyebabkan
pemisahan tingkat energi pada orbital-orbital yang ada pada senyawa NiCl2.6H2O.
Oleh karena itu sinar-sinar tampak mengeksitasi elektron dari orbital d energi rendah
ke orbital d energi tinggi. Setelah itu larutan di dalam tabung reaksi yang berwarna
dodger blue ini kita panaskan dengan menggunakan penangas air (sttirer). Pada saat di
panaskan pada menit ke 2, ke 4 tidak terjadinya perubahan apapun, pada menit ke
enam hingga ke delapan sudah mulai muncul gelembung pada air dan muncul
endapan pada permukaan larutan, pada menit ke sepuluh dan duabelas, gelmebung
mulai berkurang dan endapan sudah mulai turun ke dasar tabung reaksi. Selanjutnya
pada menit ke-14 gelembung gas sama seperti ketika 12 menit dan pada menit ke-30
menit, endapannya sudah semakin tampak nyata dibadning sebelumnnya dan warna,
larutannya mulai jernih. Timbulnya endapan, gelembung gas bahkan warna yang
berubah adalah bagian dari reaksi kembalinya ion kompleks yang terbentuk menjadi
reaktan atau pereaksi. Hal ini dikarenakan reaksi kompleks merupakan reaksi
kesetimbangan, dimana reaksi yang terjadi tidak pernah selesai. Sehingga, ketika
senyawa kompleks yang terbentuk dipanaskan dalam penangas air maka reaktan atau
pereaksinya akan terbentuk kembali.

F. Kesimpulan
Dari percobaan pembentukan tahapan senyawa kompleks ini dapat disimpulkan
bahwa:
1. Senyawa kompleks adalah senyawa yang terdiri dari suatu ion atau atom pusat
(biasanya ion logam transisi) dan beberapa anion atau molekul netral yang terikat
langsung pada ion atau atom pusat melalui ikatan kovalen koordinasi.
2. Hampir semua senyawa-senyawa kompleks mempunyai warna-warna tertentu,
karena zat ini menyerap sinar di daerah tampak atau visible region. Warna yang
tampak ialah warna yang dipantulkan atau perpaduan dari warna-warna yang
dipantulkan. Dengan begitu, kita dapat memperkirakan rumus molekul senyawa
kompleks berdasarkan perubahan warna senyawa yang terbentuk.
3. Reaksi pada senyawa kompleks merupakan reaksi kesetimbangan, sehingga
reaksinya tidak akan pernah selesai akibatnya jika kita memanaskan senyawa
kompleks yang terbentuk, hal ini akan membentuk reaktan atau pereaksinya
kembali.
4. Banyak senyawa kompleks yang digunakan didasarkan pada warna, kelarutan atau
perubahan perilaku kimiawi dari ion logam dan ligan ketika senyawa tersebut
membentuk kompleks. Misalnya, tembaga (II) Ftalosianin biru. Kompleks ini
digunakan sebagai pencelup kain dalam industri tekstil.
5. Perubahan warna terjadi karena adanya ligan NH3 yang menyebabkan pemisahan
tingkat energi pada orbital-orbital yang ada pada senyawa NiCl2.6H2O. Dengan
demikian, ligan NH3 lebih kuat daripada ligan H2O.
6. Penggantian ligan H2O pada NiCl2 dengan ligan NH3 menyebabkan perubahan
warna dari light green ke tea green atau yang sering kita sebut dengan hijau muda
menjadi hijau pucat. Sehingga dapat diperkirakan bahwa senyawa kompleks yang
terbentuk adalah [Ni(NH3)6Cl2].
7. Timbulnya endapan, gelembung gas bahkan warna yang berubah adalah bagian
dari reaksi kembalinya ion kompleks yang terbentuk menjadi reaktan atau
pereaksi.
Hal ini dikarenakan reaksi kompleks merupakan reaksi kesetimbangan, dimana reaksi
yang terjadi tidak pernah selesai. Sehingga, ketika senyawa kompleks yang terbentuk
dipanaskan dalam penangas air maka reaktan atau pereaksinya akan terbentuk
kembali.

G. Daftar Pustaka
Nelius Harefa, S. (2019). BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II.
Jakarta: UKI Press.
Rahmawati, I. (2015, Desember 19). Chemistry Education '14. Retrieved from
Laporan Praktikum Kimia Anorganik I: https://sites.google.com/a/unila.ac.id/chemed-
14/materi-kuliah/laporan-praktikum
Zipora Sembiring, A. A. (2020). SENYAWA KOMPLEKS Fe(II)-BASA SCHIFF:
SINTESIS, KARAKTERISASI SPEKTROSKOPI DAN STUDI TERMAL. Analit:
Analytical and Environmental Chemistry.

LAPORAN PRAKTIKUM KELOMPOK III


KIMIA ANORGANIK II

Disusun Oleh:
Nama : Viskia Makrist
Nim :1816150023
“GARAM RANGKAP”

PRODI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2021

A. Tujuan Percobaan
Tujuan praktikum ini yaitu memahami dan mempelajari sifat dan pembuatan garam
rangkap.

B. Dasar Teori
Zat padat dapat dibedakan antara zat padat kristal dan amorf. Dalam
kristal,atom atau molekul penyusun memiliki struktur tetap sedangkan amorf tidak.
Zat padat memiliki volume dan bentuk tetap. Ini disebabkan karena molekul-
molekuldalam zat padat menduduki tempat yang gelap dalam kristal. Molekul-
molekul zat padat juga mengalami gerakan namun sangat terbatas.
Suatu garam yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran
sejumlahekivalen dua atau lebih garam tertentu disebut garam rangkap. Suatu zat cair
jikadidinginkan, terjadi gerakan translasi molekul-molekul menjadi lebih kecil dan
gayatarik molekul-molekul makin besar hingga setelah mengkristal molekul
mempunyaikedudukan tertentu dalam kristal. Panas yang terbentuk pada kristalisasi
disebut panas pengkristalan. Selama pengkristalan terjadi kesetimbangan meningkat
danakan turun lagi saat pengkristalan selesai.
Garam rangkap adalah garam yang dalam kisi kristalnya mengandung
duakation yang berbeda dengan proporsi tertentu. Garam rangkap memiliki dua
kationyang berbeda pada bentuk kristalnya. Proses pembentukan dari garam
rangkapterjadi apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan
molekultertentu. Garam-garam itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama
denganstruktur garam komponennya. Salah satu contoh yaitu sintesis amonium
tembaga(II)sulfat pentahidrat.
Garam-garam semua asam telah diketahui; biasanya tidak berwarna, berbentuk
kristal, padatan ionik. Wara timbul dari anion-anion yang berwarna,kecuali bilamana
kerusakan diinduksi dalam kisi, misalnya radiasi, jugamenyebabkan pusat warna,
melalui penjebakkan elektron dalam lubang.Garam-garam logam alkali umumnya
dicirikan oleh titik leleh yang tinggi, olehhantaran listrik lelehannya, dan
kemudahannya larut dalam air. Unsur-unsur padagolongan ini biasanya terhidrasi
bilamana anion-anionnya kecil, seperti dalam halida,karena energi hidrasi ion-ion
tersebut tidak cukup mengimbangi energi yangdiperlukan untuk memperluas kisi
(Cotton dan Wilkinson, 1989).
Menurut Day dan Undewood (2002), garam merupakan salah satu contoh zat
padat kristal, garam adalah produk lain di luar air yang terbentuk ketika sebuah asam
bereaksi dengan sebuah basa. Sebagai contoh, ketika asam klorida dan natrium
dannatrium hidroksida bereaksi, produknya adalah garam (natrium klorida) dan
air.Ditulis secara molekuler sebagai berikut: HCl + NaOH → NaCl + H2O
Ketika jumlah setara garam tertentu dicampur dalam larutan berair danlarutan
tersebut diuapkan, garam memiliki dua anion kation yang berbeda ataumungkin
terbentuk, misalnya FeSO4.(NH4)2SO4.6H2O di larutan garam berperilakusebagai
campuran dari dua individu. Garam-garam ini adalah disebut garam gandaatau garam
rangkap, untuk membedakannya dari garam kompleks, yangmenghasilkan kompleks
ion dalam larutan (Daintith, 2004).
Perbedaan antara garam kompleks dan garam rangkap. Dalam
beberapakejadian, kita dimungkinkan dapat memisahkan garam kompleks dari
larutan. Darifero sulfat dan KCN, kalium ferosianida yang terbentuk dapat
dipisahkan. Dalam beberapa kejadian suatu percobaan pemisahan tidak memberi hasil
yang baik dansenyawa kompleks didapatkan hanya stabil dalm keadaan larutan. Suatu
garamkompleks harus dibedakan dari garam rangkap. Sebagai contoh sederhana dari
suatugaram rangkap adalah pembentukan fero amonium sulfat dan seluruh deretan-
deretanformula tawas.Jika fero-sulfat dan amonium sulfat dibiarkan mengkristal
bersama-sama dalam perbandingan yang sesuai, kristal dari keduannya tidak tampak
terpisah.Hasil yang dibentuk adalah satu kristal tunggal. Hal itu menandakan dua
molekulterpisah telah bergabung membentuk satu molekul tunggal. Dalam peristiwa
inigaram kompleks serupa dengan garam rangkap. Senyawa kompleks seperti
kaliumferosianida, molekul ferosianida dan kalium sianida tergabung membentuk
satumolekul tunggal. Akan tetapi, sebenarnya dua peristiwa ini adalah berbeda.
Larutan pada fero amonium sulfat mengandung ion fero sebanyak ion sulfat,
dankeberadaannya di dalam larutan mudah untuk diuji dalam suatu reaksi(Sjahrul,
2010).
Pembentukkan ion kompleks memberikan suatu sifat fisika dan kimia yang
baru terhadap zat. Pada kejadian garam rangkap, peruraian menjadi ion mula-
mulahampir sempurna terjadi, karena itulah sifat kimia tidak mengalami
perubahan(Sjahrul, 2010).
Kita ketahui bahwa zat padat mempunyai volume dan bentuk yang tetap,
inidisebabkan karena molekul- molekul dalam zat padat menempati tempat yang
tetapatau tidak berubah di dalam kristal. Selain itu, molekul-molekul zat padat juga
mengalami pergerakan. Namun, pergerakannya sangat terbatas. Zat padat dapat di
bedakan antara zat padat kristal dan amorf. Di dalam kristal, atom atau molekul
penyusun kristal mempunyai struktur yang tetap tetapi dalam zat amorf tidak. Zat
padat amorf dapat dianggap sebagai cairan yang membeku dengan
membutuhkanwaktu yang lama dengan viskositas yang sangat besar. Zat padat kristal
dan amorfdapat dibedakan dengan berbagai cara misalnya dari titik leburnya. Kristal
memilkititik lebur yang pasti, sedangkan zat amorf titik leburnya tidak pasti, tetapi
tetap berada dalam suatu interval temperatur (Sukardjo, 1985).
Tembaga adalah merah muda, yang lunak, dapat di tempa, dan liat.
Tembagamelebur pada 10380C. Karena potensial elektrodanya positif (+ 0,34 V)
untuk pasangan Cu atau Cu2+ tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam
sulfatencer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut. Kebanyakan
garamtembaga(I) tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku senyawa perak(I).
Merekamudah dioksidasi menjadi senyawa tembaga(II), yang dapat diturunkan
daritembaga(II) oksida CuO hitam. Namun oksidasi selanjutnya menjadi Cu(II)
adalahsulit. Garam-garam tembaga dua umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk
hidrat, padat, maupun dalam bentuk larutan air. Warna ini benar-benar khas hanya
untuk ion tetraakuokuprat(II) [Cu(H2O)4]2+ saja. Garam-garam tembaga(II) anhidrat,
sepertitembaga(II) sulfat anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning).
Dalamlarutan air selalu terdapat ion kompleks tetraakuo atau lebih mudah disebut
denganion tembaga(II) Cu2+ saja (Svehla, 1990).
Pemanfaatan dari CuSO4.5H2O ini sangat luas. Diantaranya yaitu sebagai
fungisida yang merupakan pestisida yang secara spesifik membunuh atau
menghambat cendawan akibat penyakit, reagen analisa kimia, sintesis senyawa
organik, pelapisan anti fokling pada kapal, sebagai kabel tembaga, elektromagnet,
papan sirkuit, solder bebas timbal, dan magneton dalam oven microwave.
KristalCuSO4.5H2O berupa padatan kristal biru ini dapat dibuat dengan
mereaksikantembaga dengan asam sulfat dan asam nitrat yang kemudian dipanaskan
dan hinggaterbentuk kristal. Selain dengan bahan baku logam tembaga, kristal
CuSO4.5H2O juga bisa dibuat dari tembaga bekas ataupun tembaga dalam bentuk
sponge yang diperoleh dari larutan CuCl2 (Fitrony dkk., 2013).
Tembaga banyak digunakan pada berbagai barang elektronik, misalnyakabel,
kumparan, dan lain-lain. Logam tembaga pada barang-barang tersebutmengandung
kadar tembaga yang cukup tinggi. Sehingga, biasanya bekas tembagadari barang-
barang tersebut diolah kembali menjadi logam tembaga baru untukdigunakan pada
barang elektronik lagi. Hal itu memunculkan ide pengolahan limbahtembaga untuk
diolah menjadi bentuk yang lain dalam rangka peningkatan nilaiguna. Salah satunya
sebagai bahan baku pembuatan kristal CuSO4.5H2O(Fitrony dkk., 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Singh dkk., (2013), sejumlah
nanocomposites telah disintesis biomimetically dengan menanamkan berbagai
garamlogam transisi dalam polivinil alkohol (PVA) sebagai matriks preorganised.
Garamlogam dikurangi menjadi bentuk logam menggunakan larutan natrium
borohidrida berair. Komposit garam/logam transisi menunjukkan peningkatan
stabilitas termalyang ditunjukkan dengan pergeseran suhu dekomposisi murni PVA.
Stabilitas termaldijelaskan dalam hal penurunan mobilitas segmental rantai polimer
karena ikatangaram logam/logam yang membentuk kompleks dengan gugus hidroksil
dari rantai polimer dan dengan demikian mengurangi proses perpindahan panas
untukdekomposisi komposit polimer.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan yaitu kaca arloji, pipet volum 10 mL, gelas ukur 10 mL,
batang pengaduk, pemanas dan spatula.

2. Bahan
Bahan yang digunakan kristal CuSO4.5H2O, kristal (NH4)2SO4 dan aquades.

D. Langkah Kerja
Pembuatan Garam Rangkap Kristal Kupri Ammonium Sulfat Heksahidrat:
1. Dilarutkan 2,495 gram CuSO4. dan 1,32 gram ammonium sulfat,(NH4)SO4
dengan 10 ml aquades dalam gelas kimia 100 ml.
2. Dipanaskan secara perlahan-lahan sampai semua garam larut sempurna.
3. Dibiarkan larutan tersebut menjadi dingin pada temperatur kamar sampai
terbentuk kristal. Dibiarkan semalam hingga diperoleh kristal yang banyak.
4. Dilanjutkan pendinginan campuran itu dengan water bath, kemudian di dekantir
untuk memisahkan kristal dalam larutan.
5. Dikeringkan kristal dalam kertas saring, kristal yang diperoleh berbentuk
monoklin. Ditimbang kristal yang di hasilkan dicatat.
6. Hitung jumlah mol reaktan dan mol kristal hasil. Kemudian dihitung persen
hasilnya.
E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
 Hasil Setelah di biarkan dalam satu malam, adanya pembentukan garam
rangkap kristal. kemudian didinginkan kembali dengan water bath selama
15 menit.
 Hasil pengeringan garam rangkap kristal dalam kertas saring, kristal yang
diperoleh berbentuk monoklin.

 Massa garam rangkap kristal yang di peroleh.

2. Pembahasan
Garam rangkap merupakan perpaduan dari suatu senyawa koordinasi
yangterikat oleh sejumlah molekul air hidrat. Garam rangkap terbentuk apabila
dua garammengkristal secara bersama-sama dengan perbandingan molekul
tertentu.Garam-garam ini mengandung ion-ion kompleks dan dikenal sebagai
senyawakoordinasi atau garam kompleks. Garam rangkap yang disintesis pada
percobaan iniadalah amonium tembaga(II) sulfat pentahidrat (Cu(NH 4)2(SO4)
2.5H2O) yang berwarna biru muda. Garam ini terbentuk sebagai hasil reaksi antara
CuSO4.5H2O dan (NH4) 2SO4. Adapun warna garam tembaga sulfat pentahidrat
(CuSO4.5H2O)adalah biru muda, sedangkan garam amonium sulfat (NH 4) 2SO4
berwarna putih.
Senyawa garam rangkap amonium tembaga(II) sulfat pentahidrat
disintesisdengan cara mencampurkan 2,5 gram CuSO4.5H2O dan 1,32 gram
(NH4)2SO4 kedalam gelas kimia 50 mL dan ditambahan akuades 10 mL. Lalu,
larutannyadipanaskan sambil diaduk secara perlahan hingga semua garam larut
sempurna dan1/3 dari volume larutan berkurang. Hasil pencampuran itu akan
menghasilkan larutan biru keruh. Warna biru keruh terjadi akibat campuran yang
kurang sempurna(heterogen), namun akan berangsur-angsur hilang dan
membentuk larutan homogen berwarna biru setelah proses pemanasan. Pemanasan
bertujuan agar air dalam larutanmenguap semua.
Tahap selanjutnya, larutan didinginkan dalam penangas air sampai
terbentukkristal. Pendinginan dalam penangas air bertujuan supaya pembentukan
kristal lebihcepat. Kemudian kristal yang terbentuk disaring menggunakan kertas
saring Whatman 41, lalu diletakkan di atas cawan petri dan dimasukkan ke oven
untukdikeringkan. Kristal yang sudah dikeringkan, kemudian didinginkan dalam
desikatordan selanjutnya ditimbang beratnya menggunakan neraca analitk agar
dapat dihitung persen rendemen garam rangkap amonium tembaga(II) sulfat
pentahidrat (Cu(NH4)2(SO4) 2.5H2O).
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan persen rendamen (Cu(NH 4)2(SO4)
2 .5H 2O) yang diperoleh sebesar 76,01 %.

F. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan persen rendamen (Cu(NH 4)2(SO4) 2.5H2O)
yang diperoleh sebesar 76,01 %.

G. Daftar Pustaka
melyanti, j. (2013, November 18). academia.edu. Retrieved from Laporan garam
rangkap: https://www.academia.edu/6432898/Laporan_garam_rangkap

LAPORAN PRAKTIKUM KELOMPOK IV


KIMIA ANORGANIK II
Disusun Oleh:
Nama : Viskia Makrist
Nim :1816150023

“PENGARUH LIGAN TERHADAP WARNA SENYAWA KOMPLEKS”

PRODI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2021

A. Tujuan Percobaan
Mempelajari pengaruh ligan terhadap warna ion kompleks melalui percobaan.

B. Dasar Teori
Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat menyumbangkan
sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung
koordinasi. Sehingga, ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam lewis.
Jika ligan hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron (misalnya NH3 melalui
atom N) disebut ligan unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion monoatomik
(tetapi bukan atom netral) seperti ion halida, anion poliatomik seperti NO2-, molekul
sederhana seperti NH3 atau molekul kompleks seperti piridin C5H5N (Petrucci,
1987).
Teori medan kristal tentang senyawa koordinasi menjelaskan bahwa dalam
pembentukan kompleks terjadi interaksi elektrostatik antara ion logam (atom pusat)
dengan ligan. Jika ada enam ligan yang berasal dari arah yang berbeda, berinteraksi
dengan atom/ion logam pusat, langsung dengan ligan akan mendapatkan pengaruh
medan ligan lebih besar dibandingkan dengan orbital-orbital lainnya. Akibatnya,
orbital tersebut akan mengalami peningkatan energi dan kelima sub orbital d-nya akan
terpecah (splitting) menjadi dua kelompok tingkat energi. Kedua kelompok tersebut
adalah : 1) Dua sub orbital (dx2-dy2, dan dz2) yang disebut dy atau eg dengan tingkat
energi yang lebih tinggi, dan 2) Tiga sub orbital (dxz, dxy, dan dyz) yang disebut de
atau t2g dengan tingkat energi yang lebih rendah. Perbedaan tingkat energi ini
menunjukkan bahwa teori medan kristal dapat menerangkan terjadinya perbedaan
warna kompleks.
Senyawa koordinasi/senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk
melalui ikatan koordinasi, yakni ikatan kovalen koordinasi antara ion/atom pusat
dengan ligan (gugus pelindung). Disebut juga sebagai senyawa kompleks karena sulit
dipahami pada awal penemuannya. Ikatan kovalen koordinasi yang terjadi merupakan
ikatan kovalen (terdapat pasangan elektron yang digunakan bersama) di mana
pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah satu atom. Ikatan
koordinasi bisa terdapat pada kation atau anion senyawa tersebut. Ion/atom pusat
merupakan ion/atom bagian dari senyawa koordinasi yang berada di pusat (bagian
tengah) sebagai penerima pasangan electron sehingga dapat di sebut sebagai asam
Lewis, umumnya berupa logam (terutama logam-logam transisi). Sedangkan ligan
atau gugus pelindung merupakan atom/ion bagian dari senyawa koordinasi yang
berada di bagian luar sebagai pemberi pasangan elektron sehingga dapat disebut
sebagai basa lewis(Chang,2004).
Teori medan kristal tentang senyawa koordinasi menjelaskan bahwa dalam
pembentukan kompleks terjadi interaksi elektrostatik antara ion logam (atom pusat)
dengan ligan. Jika ada enam ligan yang berasal dari arah yang berbeda, berinteraksi
dengan atom/ion logam pusat, langsung dengan ligan akan mendapatkan pengaruh
medan ligan lebih besar dibandingkan dengan orbital-orbital lainnya. Akibatnya,
orbital tersebut akan mengalami peningkatan energi dan kelima sub orbital d-nya akan
terpecah (splitting) menjadi dua kelompok tingkat energi. Kedua kelompok tersebut
adalah : 1) Dua sub orbital (dx2-dy2, dan dz2) yang disebut dy atau eg dengan tingkat
energi yang lebih tinggi, dan 2) Tiga su orbital (dxz, dxy, dan dyz) yang disebut de
atau t2g dengan tingkat energi yang lebih rendah. Perbedaan tingkat energi ini
menunjukkan bahwa teori medan kristal dapat menerangkan terjadinya perbedaan
warna kompleks (Hala, 2008).
Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat menyumbangkan
sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung
koordinasi. Sehingga, ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam lewis.
Jika ligan hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron (misalnya NH3 melalui
atom N) disebut ligan unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion monoatomik
(tetapi bukan atom netral) seperti ion halida, anion poliatomik seperti NO2-, molekul
sederhana seperti NH3 atau molekul kompleks seperti piridin C5H5N (Petrucci,
1987).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
 1 buah gelas ukur 50 mL
 1 buah gelas ukur 10 mL
 1 buah gelas kimia 100 mL
 1 buah spatula,
 6 buah tabung reaksi besar,
 1 buah rak tabung reaksi, dan
 3 buah pipet tetes.

2. Bahan
 3 gram senyawa kobalt yang larut dalam air,
 1 mL larutan KSCN 0,50 M,
 1 mL larutan CuSO4 0,50 M,
 1 mL larutan NaCL 0,50 M,
 1 mL larutan oksalat 0,50 M,
 Aquades.

D. Langkah Kerja
1. Dilarutkan 3 gram senyawa kobalt dengan 50 mL aquades.
2. Diamati perubahan yang terjadi.
3. Dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 5 mL larutan
Kobalt (CoCl2).
4. Masukkan 1 mL larutan ligan KSCN pada tabung reaksi yang pertama.
5. Masukkan 1 mL larutan ligan CuSO4 pada tabung reaksi yang kedua.
6. Masukkan 1 mL larutan ligan NaCl pada tabung reaksi yang ketiga.
7. Masukkan 1 mL larutan ligan C2H2O4 pada tabung reaksi yang keempat.
8. Dilakukan pengamatan terhadap warna kompleks untuk setiap percobaan (15
menit).

E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan

 Kobalt + KSCN ( merah bata menjadi merah tua)

 Kobalt + CuSO4 (merah bata menjadi merah muda)


 Kobalt + NaCl (merah bata menjadi merah terang)

 Kobalt + Oksalat (merah bata menjadi merah mudah yang menghasilkan


endapan)

2. Pembahasan
Ligan merupakan basa lewis yang dapat terkoordinasi pada ion logam atau
sebagai asam lewis membentuk senyawa kompleks. Ligan dapat berupa anion atau
molekul netral. Jika suatu logam transisi berikatan secara kovalen koordinasi
dengan satu atau lebih ligan maka akan membentuk suatu senyawa kompleks,
dimana logam transisi tersebut berfungsi sebagai atom pusat. Ikatan kovalen
koordinasi adalah ikatan kovalen yang mana pemakaian bersama elektron
didonorkan dari salah satu atom pembentuknya yakni ligan (basa lewis) ke atom
pusat (asam lewis). Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai
mempengaruhi kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
1. Kekuatan basa dari ligan itu
2. Sifat-Sifat penyepitan (jika ada)
3. Efek-Efek sterik (ruang)
Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi
pengamatan umum berikut ini merupakan pedoman yang baik akan perilaku
kompleks-kompleks dari berbagai unsur, yaitu diantaranya:
1. Unsur grup utama, biasanya membentuk kompleks-kompleks labil.
2. Dengan kekecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan unsur transisi baris-
pertama, membentuk kompleks-kompleks labil.
3. Unsur transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk kompleks-
kompleks inert.
Ligan pada senyawa kompleks dikelompokkan berdasarkan jumlah elektron yang
dapat disumbangkan pada atom logam.
1. Ligan Monodentat
Ligan yang terkoordinasi ke atom logam melalui satu atom saja disebut ligan
monodentat, misalnya F-, Cl-, H2O dan CO [2]. Kebanyakan ligan adalah
anion atau molekul netral yang merupakan donor elektron. Beberapa ligan
monodentat yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH, dan OH-.

2. Ligan Bidentat
Jika ligan tersebut terkoordinasi pada logam melalui dua atom disebut ligan
bidentat.Ligan ini terkenal diantara ligan polidentat. Ligan bidentat yang netral
termasuk diantaranya anion diamin, difosfin, dieter.

3. Ligan Polidentat (Senyawa Kelat)


Ligan yang telah dibahas sebelumnya, seperti NH3 dan Cl– dinamakan ligan
monodentat (bahasa Latin: satu gigi). Ligan-ligan ini memiliki atom donor
tunggal yang dapat berkoordinasi dengan atom pusat. Beberapa ligan dapat
memiliki dua atau lebih atom donor yang dapat dikoordinasikan dengan ion
logam sehingga dapat mengisi dua atau lebih orbital d ion logam. Ligan
seperti itu dinamakan ligan polidentat (bahasa Latin: bergigi banyak).
Oleh karena ligan polidentat dapat mencengkeram ion logam dengan dua atau lebih
atom donor, ligan polidentat juga dikenal sebagai zat pengkelat.

F. Kesimpulan
1. Ion-ion dari unsur logam transisi memiliki orbital-orbital kosong yang dapat
menerima pasangan electron pada pembentukan ikatan dengan molekul atau anion
tertentu membentuk ion kompleks.
2. Dalam ion kompleks, kation logam unsur transisi dinamakan atom pusat, dan
anion atau molekul netral terikat pada atom pusat dinamakan ligan.
3. Pengaruh ligan tergantung dari jenisnya, terutama pada kekuatan medan listrik
dan kedudukan geometri ligan dalam kompleks.
4. Berdasarkan jenis ikatannya ligan dikelompokan menjadi ikatan valensi, medan
kristal, dan orbital molekul.
5. Jenis ligan dapat dikelompokkan menjadi ligan monodentat, ligan bidentat, ligan
tridentat, dan ligan polidentat.
G. Daftar Pustaka
Olson, V. (2016, Juni 2). BELAJAR KIMIA. Retrieved from Laporan Praktikum Kimia
Anorganik 1 PENGARUH LIGAN TERHADAP WARNA ION KOMPLEKS:
http://nabellaislamiyati.blogspot.com/2016/06/laporan-praktikum-kimia-anorganik-
1.html
Sari, E. N. (2015, Desember 19). echemistry. Retrieved from PENGARUH LIGAN
TERHADAP WARNA ION KOMPLEKS (Laporan Praktikum Kimia Anorganik I):
http://evinurindahs.blogspot.com/2016/06/pengaruh-ligan-terhadap-warna-ion.html

LAPORAN PRAKTIKUM KELOMPOK V


KIMIA ANORGANIK II
Disusun Oleh:
Nama : Viskia Makrist
Nim :1816150023

“PEMBUATAN GARAM RANGKAP AMONIUM TEMBAGA (II) SULFAT


HEKSAHIDRAT Cu(SO4)2(NH3).6H2O”

PRODI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2021
A. Tujuan Percobaan
Memahami cara pembuatan garam rangkap.
B. Dasar Teori
Dalam artian luas senyawa kompleks adalah senyawa yang
terbentukkarena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing-
masingnyadapat berdiri sendiri. Menurut Warner senyawa kompleks, merupakan
gabunganbeberapa ion logam yang cenderung berikatan koordinasi dengan zat-zat
tertentumembentuk senyawa kompleks yang mantap. Zat-zat tertentu itu disebut
ligan.Ligan merupakan zat yang memiliki satu atau lebih pasangan elektron bebas.
Ion-ion Logam itu cenderung jenuh baik valensi utamanya maupun
valensitambahannya. Valensi koordinasi mengarah ke dalam ruangan mengelilingi
ionlogam pusat. Jadi proses pembentukkan senyawa kompleks koordiasi
adalahperpindahan satu atau lebih pasangan elektron dari ligan ke ion logam
(Rivai,1995).
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logamyang
berikatan dengan ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan
koordinasimerupakan ikatan kovalen dimana ligan memberikan sepasang elektronnya
padaion logam untuk berikatan. Atom pusat yang digunakan dalam penelitian ini
dalam tembaga dan kobalt. Ligan yang digunakan adalah 8-
hidroksikuinolinkarena ligan ini mempunyai fungsi sebagai antimikroba dan
merupakankomponen utama dibeberapa bakterisida, fungisida dan obat-obatan
antimalaria(Agustina, 2013).
Proses pembentukan dari garam rangkap terjadi apabila dua
garammengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-
garamitu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur
garamkomponennya. Kompleks ialah suatu satuan baru yang terbentuk dari satuan-
satuan yang dapat berdiri sendiri, tetapi membentuk ikatan baru dalam kompleksitu.
Dalam hal ini, kompleks yang terbentuk masing-masing berisi
sebuahkomponen, tetapi ada pula yang terjadi dari lebih banyak komponen
(Harjadi,1993).
Sifat magnetik suatu material dapat dirancang melalui
pembentukansenyawa kompleks. Senyawa kompleks dapat bersifat diagmetik atau
paragmetik.Senyawa kompleks mononuklir umumnya bersifat paramagnetik
dan momenmagnetik yang rendah yaitu 1,7-5,9 Bohr magneton (BM). Sifat
paramagnetiksuatu senyawa dapat berupa feromagnetik dan antiferomagnetik
(Swastika, 2012).
Pengembangan sintesis senyawa kompleks masih terus berkembang
hingga saat ini. Kebutuhan aplikasi senyawa kompleks terutama sebagai katalis terus
dikembangkan. Senyawa-senyawa kompleks dari unsur-unsur di blok d memiliki
kelebihan dibanding senyawa lain karena memiliki orbital d yang kosong.
Orbital d inilah yang umunya berperan dalam proses katalisis. Senyawa kompleks
dilaboratorium dapat disintesa dengan mereaksikan ligan yang merupakan
suatu basa dan mempunyai pasangan elektron bebas dengan logam yang merupakan
penerima pasangan elektron yang didonorkan oleh ligan. Berdasarkan
banyaknya elektron yang didonorkan oleh ligan maka ligan dapat diklasifikasikan
menjadi ligan monodentat, ligan bidentat dan ligan multidentat..Ligan monodentat
hanya dapat mendonorkan sepasang elektron yang dimilikinya ke logam. Ligan
bidentat dapat mendonorkan dua pasang elektron yang dimilikinya ke logam,
sedangkan banyak elektron yang bisa didonorkan ke logampada ligan multidentat.
Ligan-ligan multidentat ini pula yang dapat membentuk struktur kelat dalam kimia
koordinasi oleh karena banyaknya pasangan elektron yang bisa didonorkan ke logam
(Saria, 2012).
Tembaga (II) sulfat, campuran kimia dengan rumus CuSO4. Garam ini
adasebagai rangkaian campuran yang berbeda didalam derajat tingkat hidrasi
mereka.Tembaga (II) Sulfat berbentuk serbuk,berwarna biru terang. Nama kuno
bagitembaga (II) sulfat ialah vitriol biru. Kebanyakan kuprum sulfat wujud
dalamalam semula jadi dalam bentuk pentahidrat ( CuSO 4.5H2O). Mineral ini
dikenalisebagai kalkantit. Tembaga (II) sulfat mengurai sebelum melebur.
Bentukpentahidrat yang lazim terhidratnya, yaitu kehilangan empat molekul airnya
pada110 dan kelima-lima molekul air pada 150 . Pada 650 , tembaga (II)
sulfatmengurai menjadi tembaga (II) oksida (CuO), Sulfur dioksida (SO 2) dan
Oksigen(O2) ( Susetyaningsih, 2008 ).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
 Gelas kimia
 Gelas ukur
 Batang pengaduk
 Timbangan
 Pipet ukur
 Corong
 Kertas saring
2. Bahan
 4 ml Ammonia dan 5 ml Ammonia 15M
 2,5 ml Aquades
 2,495 gram CuSO4.5H2O
 8 ml Etanol dan 5 ml Etanol
 5 ml Alkohol 70%

D. Langkah Kerja
1. Tempatkan 4 mL larutan ammonia 15 M dan encerkan dengan 2,5 mL aquades
dalam gelas kimia.
2. Timbang 2,495 gram CuSO45H2O dan tambahkan Kristal tersebut kedalam
larutan ammonia dan aduk sampai semua Kristal larut sempurna.
3. Tambahkan 8 mL etil alkohol secara perlahan-lahan melalui dinding gelas kimia
sehingga larutan tertutupi alkohol. Jangan diaduk dan digoyang, kemudian biarkan
selama satu malam. Setelah didiamkan semalam, aduk pelan-pelan untuk
mengendapkan secara sempurna. Pisahkan endapan yang terbentuk secara
dekantasi. Pindahkan Kristal kedalam kertas saring dan cuci dengan 3 – 5 mL
campuran larutan ammonia 15 M dan alkohol dengan perbandingan volume yang
sama.
4. Cuci sekali lagi Kristal dalam corong dengan 5 mL etanol dan saring dengan
pompa.
5. Timbang Kristal kering yang dihasilkan.

E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
 Setelah didiamkan semalam dan dilakukan pemisahan endapan
menggunakan cara dekantasi

 Kristal endapan dicuci dengan 5ml ammonia dan 5 ml alcohol, selanjutnya


dicuci lagi dengan 5ml etanol. Dan keringkan

 Setelah kering timbang kristal yang terbentuk


2. Pembahasan
Garam merupakan senyawa yang umumnya merupakan hasil reaksi asam dan
basa yang dapat bersifat asam, basa,atau pun netral.Larutan garam dapat
menghantarkan listrik.Garam-garam kuat akan menunjukkan daya hantar listrik
yang lebih tinggi dari pada garam-garam lemah. Garam-garam kuat merupakan
klorida dari logam alkali dan alkalitanah, sedang klorida dari aluminium,
raksakadmium,dan berilium adalah garam lemah.
Kompleks merupakan suatu senyawa yang ligannya (ion, molekul/ atom
donor elektronnya) membentuk ikatan-ikatan koordinasi atau kovalen
koordinasi dengan suatu atom-atom pusat. Ligannya sebagai donor pasangan
elektron dan atom pusatnya sendiri bertindak sebagai akseptor donor pasangan
elektron tersebut.Tak jarang pula kompleks-kompleks tersebut mengandung
elektron-elektron tak berpasangan, takberwarna,serta bersifat paramagnetik.

F. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Garam
kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O dapat dibuat dari garam CuSO4.5H2O dan larutan NH3
dengan berat yang diperoleh 2,94 gram dan rendemen 117%.Garam rangkap CuSO4
(NH4)2SO4.6H2O dapat dibuat dari garam CuSO 4.5H2O dan(NH4)2SO4
dengan berat yang diperoleh sebesar 3,42 gram dan rendemenya sebesar42,80
%.

G. Daftar Pustaka
APRIYANTI, K. (2015, November 14). DOKUMEN INDONESIA. Retrieved from
Dari Indah - [DOCX Document]: https://dokumen.tech/document/dari-indah.html
Clayton, R. F. (2021). PDFCOFEE. Retrieved from Laporan Praktikum Kimia
Anorganik I- Percobaan v (Garam Rangkap Dan Garam Kompleks):
https://pdfcoffee.com/laporan-praktikum-kimia-anorganik-i-percobaan-v-garam-
rangkap-dan-garam-kompleks-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai