Anda di halaman 1dari 2

3 Persepektif Teoritis pada Aplikasi dan Pemodelan

Realistic Mathematics Education (RME) adalah suatu teori pengajaran dan pembelajaran
dalam matematika berasal dari interpretasi Freudenthal terhadap matematika sebagai ativitas
manusia melalui me-matematika-kan. proses matematikasi melibatkan perkembangan
horizontal dan vertikal. Freudenthal (1991) menyatakan bahwa mateatikasi horizontal
melibatkan bagian dari dunia kehidupan kedalam dunia simbol dan matematikasi vertikal
berarti berpindah di dalam dunia simbol.
Di matematika sekolah, satu pendekatan dasar RME adalah untuk melihat konteks riil bahwa
murid dapat gunakan sebagai titik awal untuk matimatisasi progresif, dalam pergeseran dari
pengetahuan informal matematis dengan menggunakan suatu model dari menjadi
pengetahuan matematis menggunakan model untuk (Gravemeijer 1994). (Gambar 22.1).
Persepektif model dan pemodelan (M&M) menekankan fakta bahwa “berpikir matematis”
adalah tentang merepresentasikan situasi secara matematis. Dalam aktivitas pemodelan, siswa
menggunakan ide awal mereka untuk membuat makna dari situasi; mereka memodelkan
situasi dan mengembangkan konsep dasar matematika, mempromosikan perubahan konsep
pada pemahaman ide matematika mereka dan situasi spesifik (Lesh dan Doerr 2003).
Suatu aktivitas menimbulkan model mengarahkan siswa untuk mengekpresikan pemikiran
mereka dan memperbaikinya beberapa kali. Model matematis mereka adalah hasil dari suatu
proses perulangan yang mana siswa menyampaikan ide pikirannya, tes, memperbaiki dan
memperluas interpretasi mereka. Pengembangan model terjadi sepanjang pengembangan
konsep (Gambar. 22.2).
Dua persepektif mengambil ke dalam catatan langkah yang berbeda pada model, bukan salah
satu dari nama model dari dan model untuk atau dibawah penandaan model dan konstruksi.
Dalam kedua kasus, kita menyatakan fakta bahwa model terlibat pada jenjang umum mereka
sebagaimana mereka berpindah dari masalah konteks menjadi lebih ke pengetahuan
matematis formal didorong oleh kebutuhan untuk memecahkan masalah tertentu atau
pertanyaan dan untuk merefleksikan solusi kembali ke dalam situasi kontekstual. Satu dari
fokus kita adalah untuk melihat bagaimana objek riil dan eksperimen cocok dengan dua teori
dan bagaimana ini berhubungan dengan model alami yang siswa buat.
4 Penelitian Kerja Empiris
Ruang kelas berbasis riset kita adalah suatu eksperimen mengajar dalam suatu lingkungan
kurikulum reguler dengan dua kelas 9 (usia 14-15 tahun). Siswa terlibat dalam penelitian
tidak pernah bekerja pada tugas pemodelan sebelumnya. Pelajaran 90 menit pada aktivitas
pemodelan diadakan dari Januari hingga Juni 2009, satu kali dalam seminggu pada setiap
kelas.
Pertanyaan pokok dari pekerjaan kita adalah: Bagaimana pengalaman langsung pada situasi
yang melibatkan penggunaan dan manipulasi objek memainkan peran dalam membentuk rute
pemodelan siswa?
Dalam memperbaiki fokus pada pertanyaan utama kita, kita sudah merumuskan dua sub-
pertanyaan yang lain: (1) Apa yang dapat kita katakan tentang pengalaman dengan objek
kongkrit dari persepektif RME?(2) Apa yang dapat kita katakan tentang pengalaman dengan
objek kongkrit dari persepektif M&M?
Prosedur untuk mengoleksi data kualitatif adalah observasi peserta, video dan rekaman audio
pekerjaan murid, dan laporan tertulis setiap aktivitas. Guru juga sebagai peneliti yang mana
mengambil observasi peserta dalam kelas mengumpulkan catatan.
Data dipresentasikan berdasarkan tugas pemodelan kedua dengan total lima dan tugas
dipresentasikan akhir Januari. Tugas “Box Kue” termasuk tiga bagian (lihat dibawah). Pada
bagian pertama, situasi riil dipresentasikan. Bagian kedua terdiri dari pekerjaan eksperimen
dengan objek fisik dan yang ketiga adalah pengaturan yang mana model matematika
“datang”.
5 Deskripsi dan Analisis Data
Siswa melakukan beberapa siklus pemodelan dalam percobaan untuk menemukan solusi
masalah dengan melakukan eksperimen berturut-turut. Deskripsi berikut fokus satu grup dari
empat murid (I,F,M,R) yang mennjukkan konsentrasi kuat pada eksperimen dan permintaan
untuk pergi dibelakang konkrit menjadi matematika formal.
Group mulai mengukur kertas, menggambar dan menukis dimensi kertas pada buku mereka;
mereka melipat dan membuat tiga box dari tiga ukuran kertas yang berbeda. Kemudian
mereka mencoba untuk mempak beberapa kue nyata (bentuk bundar dan dikumpulkan dalam
himpunan menggunakan platik ) dalam box. Mereka menyadari bahwa satu dari box akan
untuk dipak dua himpunanan dan yang lainnya satu akan cocok hanya untuk setengah
himpunan kue.
Hipotesis pertama mereka adalah: satu box bekerja dengan baik untuk dua himpunan,
sehingga setengah kertas akan menyelesaikan pak dari satu himpunan kue. Mereka
menggambar skema hipotesis mereka untuk menciptakan box yang lain (Gambar. 22.3),
membuatnya dan mencicipinya. Hal tersebut tidak cocok dengan tujuan mereka.
Hipotesis kedua adalah: Dua box kecil disatukan, sehingga mendua kalikan kertas dapat
menjadi solusi. Mereka menaruh dua kertas kecil bersama dan menempelkan mereka dalam
satu kertas. Mereka membuat box baru dan mencicipinya (Gambar. 22.4). Lagi, kue tidak
cocok.. Semua pekerjaan mengembangkan ke poin ini adalah eksperimen utama dan terdiri
dari konstruksi box dengan ukuran kertas berbeda, berdasarkan hipotesis yang mana
hubungan untuk volume yang mana secara tiba-tiba diterjemahkan ke dalam hubungan yang
sama untuk luas kerta (dua kali atau setengah).
Pada akhirnya siswa memutuskan untuk merekam dimensi box, tidak melipat box dan
mencoba untuk menghubungkan dimensi box dengan dimensi kertas dan hasil lipatan. Box
diukur lagi lebih dari satu kali. Suatu relasi aljabar dimulai untuk dipertimbangkan oleh satu
murid (I) dan dia mencoba untuk melakukan pendekatan masalah dengan temuan relasi
formal. Jawaban akhir hanya muncul kemudian, sebagai siswa melanjutkan untuk
mengerjakan tugas di rumah.

Anda mungkin juga menyukai