Anda di halaman 1dari 3

MENEKAN PERILAKU SEKS BEBAS, DENGAN PEMBEKALAN PENDIDIKAN

SEKS

Pendidikan seks sangat penting untuk diberikan kepada anak. Namun realita
dilapangan tidak menunjukan adanya pendidikan seks yang benar-benar mendidik anak
dengan baik. Sebenarnya, secara eksplisit pemberian materi tentang seks sendiri telah
kemendikbud masukan kedalam kurikulum pembelajaran 2013, namun penrealisasiannya
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Anak-anak mendapatkan pembelajaran tentang organ
reproduksi pada mata pelajaran biologi dan mereka mendapatkan pelajaran tentang penyakit
menular organ reproduksi serta menjaga kesehatan organ reproduksi pada mata pelajaran
pendidikan jasmani, itu semua tidaklah cukup untuk mengedukasi anak mengenai seks.
Terlebih lagi cara pemberian materi yang tidak tersampaikan dengan baik dari guru ke siswa
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pemahaman tentang pendidikan seks dikalangan
pelajar sangat rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan tingkat kehamil di luar nikah yang dari
tahun ke tahun semakin meningkat, disusul dengan meningkatnya pula kasus AIDS. Di
Surakarta sendiri, menurut data dari Komisi Penanggulangan AIDS Solo, pengidap penyakit
AIDS pada tahun ini meningkat sebanyak 112 orang, meskipun sempat mengalami penurunan
pada tahun 2016, sedangkan di Jogjakarta menurut data dari dinas kesehatan daerah istimewa
Jogjakarta, terdapat 976 remaja yang hamil diluar nikah. Hal ini membuktikan bahwa
keefektifan pemberian materi tentang pendidikan seks masih tergolong minim.
Lubang yang besar mengenai pendidikan seks untuk anak bisa saja ditambal dengan
pemberian pendidikan seks oleh orang tua. Akan tetapi kenyataannya para orang tua tidak
memberikan pendidikan seks yang baik bahkan tidak sama sekali kepada anaknya. Mereka
beranggapan bahwa segala hal yang bersinggungan dengan seks adalah hal yang tidak
sepantasnya dibahas, serta segala hal yang berhubungan dengan seks sendiri dianggap tabu.
Prinsip yang keliru ini membuat anak mencari informasi sendiri dari media ketika mereka
mulai dibuat penasaran dengan apa yang dinamakan dengan seks, jika orang tua tidak
melakukan kontrol, bisa saja anak akan melakukan penyelewengan, kerena kita tahu sendiri
bahwa kata ‘seks’ adalah kata yang sangat sensitif. Jika saja orang tua memberikan
pendidikan seks sendiri kepada anak, maka kemungkinan buruk bisa terhidar. Pada usia 9
tahun, anak sudah dapat diberikan pendidikan seks dini dengan cara mengajaknya berdiskusi
ringan tentang seks. Bukan hanya mengatakan ‘kalau pacaran harus hati-hati, jangan sampai
melakukan hal yang memalukan’, kalimat legend yang sering diucapkan oleh orang tua
kepada anak, jika kalimat tersebut diucapkan namun tidak diimbangi dengan pemberian
pendidikan seks, gagal sudah. Westerenisasi semakin menggerogoti sistem kemasyarakatan
kita, anak yang terlihat baik-bisa saja menjadi nakal tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Mirisnya lagi ketika fantasi anak seolah menjadi liar jika mereka mendengar maupun melihat
segala sesuatu yang berkaitan dengan seks. Entah apa yang mereka pikirkan sehingga
membuat imajinasi mereka sangat liar ketika bersentuhan dengan seks, mereka akan tertawa
kencang dan bersorak heboh ketika hal sensual dipampangkan.
Mari kita bayangkan seberapa bahayanya jika seorang anak telah terjerumus ke dalam
seramnya pergaulan yang salah. Mereka diintai oleh penyakit pembunuh nomor 1 di dunia,
mereka diintai penyakit yang sampai saat ini masih belum bisa disembuhkan, mereka rawan
menihak muda, dan mirisnya lagi mereka, para remaja putri rawan hamil diluar nikah yang
kebanyakan akan berujung pada tidak ilegal aborsi.
Untuk mencegah hal-hal tersebut terjadi, ada baiknya sebelum seorang anak
memasuki jenjang remaja, terlebih dahulu ia diberikan pendidikan seks oleh orang tua, karena
sekolah tidak selalu dapat diandalkan dalam permasalahan ini, pasti ada beberapa sekolah
yang tidak memberikan materi tentang pendidikan seks dengan baik. Contohnya saja ketika
masa pembelajaran pendidikan jasmani, sekolah akan lebih fokus pada pemberian materi
tentang olah raga dan sering mengabaikan materi tentang menjaga kesehatan organ
reproduksi. Pelajaran biologi mengenai organ reproduksi tidaklah cukup, apalagi kelas IPS
dan Bahasa yang tidak memiliki mata pelajaran biologi, sudah jelas kedua jurusan itu
mendapatkan materi tentang organ reproduksi pada mata pelajaran pendidikan jasmani.
Sebab itulah, orang tua seharusnya ikut andil dalam pemberian pendidikan seks kepada
anaknya. Semestinya, pemikiran untuk menabukan seks dihilangkakan. Jika zaman semakin
maju, seharunya pola pikir juga harus lebih universal. Seks adalah hal yang wajar, tergantung
bagaimana cara setiap individu untuk menanggapinya. Jika pemikiran tentang seks yang
masih dianggap tabu, maka pemberian pendidikan seks kepada anak oleh orang tua tidak
akan sukses. Jika anak sampai belajar sindiri mengenai seks di media yang kurang kreadible,
mungkin saja anak akan melakukan penyelewengan.
Pemberian materi tentang seks oleh orang tua kepada anak bisa berupa pengertian
mengenai pubertas sebagai awal mulanya, memberikan pengertian tentang kiat-kita merawat
diri ketika telah mengalami masa pubertas, memberikan penjelasan tentang bagaimana cara
menjalin hubungan dengan lawan jenis dan membimbingnya pada batasan-batasan ketika
menjalin sebuah hubungan, memberi pengertian tentang apa itu hubungan seks dan aktivitas
seksual lainnya termasuk ereksi, ejakulasi, mimpi basah, termasuk bagaimana dapat
terjadinya kehamilan. Namun perlu diingat, terkadang anak bisa saja risih dengan pendidikan
seks yang diberikan oleh orang tuanya. Untuk mensiasati hal tersebut, sebelumnya orang tua
mengajak berdiskusi ringan tentang seks dengan membangun suasana yang nyaman ketika
berdiskusi, jangan memberikan penjelasan yang ambigu dan berbelit-belit, serta jangan
terlalu berlebihan. Ada sebuah kasus di Korea, seorang ibu terlalu berlebihan memberikan
pendidikan seks kepada anaknya, yang mengakibatkan anak tersebut tidak suka kepada
ibunya dan memilih untuk kabur dari rumah.
Sebelum sekolah memberikan perlindungan kepada anak terhadap pergaulan bebas
dengan memberikan pendidikan seks, orang tua seharusnya memberikan perlindungan
terlebih dahulu untuk anaknya dengan memberikan pendidikan seks versi mereka sendiri.
Karena tidak menutup kemungkinan kurikulum yang terkait dengan pendidikan seks tidak
diimplementasikan dengan baik oleh pihak sekolah. Karena pepatah mengatakan ‘lebih baik
mencegah dari pada mengobatin’, sebelum semuannya terlanjur lebih baik dihimbau terlebih
dahulu. Karena seks dianggap sebuah kesenangan dan dapat mengakibatkan kecanduan
terutama perilaku seks bebas, maka lebih baik untuk mencegahnya agar tidak terjadi di masa
mendatang.

Anda mungkin juga menyukai