Anda di halaman 1dari 7

UJIAN TENGAH SEMESTER

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

OLEH

Nama : Wilfridus Nong Panggo Pati

Nim : 2015008202

Prodi : Manajemen

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA

2021
A. Sejarah perkembangan fintech di Indonesia
Di tahun 2015, muncul Asosiasi Fintech Indonesia (AFI) yang memiliki tujuan
untuk menyediakan partner bisnis yang mumpuni dalam bidang keuangan. AFI mampu
menjadi salah satu pemicu awal perkembangan Fintech di Indonesia. Sekitar tahun
2016, banyak nama perusahaan fintech yang mulai bermunculan. Karena penggunaan
internet yang semakin meningkat, hal itu menjadi acuan bagi pemerintah untuk
melahirkan sebuah inovasi dalam jasa keuangan. Hingga saat ini sudah banyak
perusahaan fintech yang telah terdaftar dan mendapat pengawasan langsung Otoritas
Jasa Keuangan (OJK). Fintech di Indonesia semakin populer karena penggunaan
internet dan smartphone yang juga kian meningkat. Maka tak heran jika banyak
perusahaan di bidang jasa keuangan memanfaatkan fintech. Para generasi muda bisa
mendapatkan peluang usaha untuk mengakses maupun menanam modal. Sebagai
contoh platform bernama Modalku yang menjadi perusahaan fintech baru di Indonesia.
Modalku akan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses modal serta
mencari alternatif investasi. Platform ini akan mendukung perkembangan usaha atau
bisnis kecil dan memberikan investasi terpercaya bagi setiap calon pemberi pinjaman.
Berdasarkan perkembangan sejarahnya, fintech memiliki beberapa faktor sehingga
mampu berkembang dengan baik. Faktor pertama berdasarkan pada teknologi yang
menunjang. Seiring perkembangan teknologi yang meningkat dan banyaknya
perangkat terbaru, menjadikan fintech mampu berkembang cepat. Kemudian, faktor
kedua penunjang fintech karena inspirasi dari para pelaku sebelumnya. Kesuksesan
perusahaan startup yang menggunakan fintech membuat para generasi muda memiliki
impian untuk berkembang dan maju mengikuti jejak pendahulunya. Layanan finansial
yang cepat dan efisien didukung penggunaan teknologi menjadi awal tujuan
terbentuknya fintech. Meski demikian, tak jarang ada yang beranggapan bahwa
kemunculan fintech ini dapat mengancam keberadaan bank. Berdasarkan fungsinya,
sebenarnya keberadaan Bank dan fintech yaitu untuk memudahkan masyarakat dalam
melakukan transaksi finansial. Khususnya bagi fintech lending seperti P2P lending ini,
ternyata dianggap bagi keberadaan bank di Indonesia. Adanya P2P lending memang
cukup menarik minat para penggunanya baik untuk melakukan pinjaman ataupun
mengembangkan dana. Selain itu, P2P lending mampu menjadi alternatif baru bagi
para UKM dalam mengembangkan usahanya. Pada intinya, baik bank maupun fintech
tidak akan saling mengusik satu sama lain, karena keduanya memiliki tujuan yang sama
yakni mencapai inklusi keuangan. Ketua Hariam Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama
Indonesia (AFPI), Kuseryansyah, mengatakan bahwa kebutuhan kredit UMKM di
Indonesia telah mencapai 1600 triliun per tahun. Sedangkan perbankan hanya mampu
menyalurkan 600 triliun saja. Karena masih ada 1000 triliun dana yang diperlukan,
maka perusahaan fintech ikut andil di dalamnya. Peran P2P lending sebagai perusahaan
fintech ini akan menjadi solusi untuk membuat gap yang dapat dikendalikan. Perannya
tentu sangat penting bagi perkembangan UKM di Indonesia. Karena meningkatkan
perkembangan UKM ini, perekonomian negara juga ikut meningkat. Perusahaan
fintech di Indonesia sangat terbantu berkat sifat keterbukaan dari perbankan dan
regulator.Meski banyak yang menganggap sebagai kunci kehancuran bidang
perbankan, faktanya usaha fintech justru mampu berkolaborasi bersama bank dengan
baik. Keterkaitan usaha fintech dengan perbankan di Indonesia pun memperluas
jaringan layanan keuangan untuk penduduk lokal, sehingga para nasabah akan menjadi
banyak dan inklusi finansial negara semakin berkembang. Hal tersebut sangatlah baik
bagi perkembangan produk keuangan yang saat ini relatif rendah. Setelah mengetahui
sejarah dan perkembangan fintech, tentunya dapat menjadi potensi besar peluang usaha
fintech di kemudian hari. Para penggunanya tidak perlu ragu dalam menanamkan modal
atau pun mengakses modal usaha melalui financial technology. Kini, kegiatan di bidang
jasa keuangan ini tidak lagi menjadi sesuatu hal yang rumit berkat adanya fintech.

B. Sebutkan dan Jelaskan jenis-jenis Fintech yang ada saat ini


Perkembangan fintech atau juga disebut tekfin di Indonesia berkembang dengan
munculnya beragam jenis-jenis tekfin. Wilayah Indonesia yang merupakan sebuah
kepulauan menjadi salah satu faktor dibutuhkannya teknologi yang dapat memberikan
kemudahan pelayanan dan mempercepat akses masyarakat terhadap produk dan jasa
keuangan. Perusahaan-perusahaan tekfin di Indonesia mulai berkembang dalam bentuk
startup. Jenis-jenis tekfin di Indonesia sangat beragam. Masing masing fintech memiliki
potensi risiko yang secara umum muncul pada perushaan tekfin di Indonesia adalah:
1. Rentan terhadap risiko penipuan (Fraud)
2. Risiko ketidakpastian pasar (Market Risk)
3. Risiko penyalahgunaan data (Cyber Security)
Berikut ini adalah jenis-jenis tekfin di Indonesia
a. Digital payment
Perusahaan tekfin digital payment menyediakan jasa pelayanan berupa
pembayaran berbasis online sehingga dapat membantu lebih cepat dan praktis
kepada konsumen. Fitur yang diterapkan pada pembayaran secara online yakni
transaksi online antar konsumen, pemilik bisnis atau antar pelaku yang biasa
disebut dengan bisnis to bisnis (B2B). Digital payment biasanya dapat berupa
dompet digital (e-wallet) yang biasa dipergunakan masyarakat dalam bertransaksi
e-commerce (Saputra et al., 2019; Hasibuan et al., 2020; Salmiah et al., 2020; Sari
et al., 2020) Pada umumnya dompet digital dapat diisi oleh konsumen ketika ingin
melakukan transaksi sesuai dengan nominal yang diinginkan. Pengisian dompet
digital ini dapat melalui jaringan ATM, Mobile Banking, dan Internet Banking.
Teknologi ini juga mengurangi terjadinya transaksi uang secara tunai (cashless).
Di Indonesia perusahaan payment gateway umumnya bekerja sama dengan
berbagai pihak baik dengan pihak marchant toko, perusahaan telekomunikasi
maupun dengan bank-bank yang memberikan pelayanan transaksi online dengan
lebih bervariasi. Bahkan perkembangan tekfin saat ini untuk payment digital sudah
menggunakan QRcode untuk melakukan transaksi.
b. Financing dan Investment
Perusahan tekfin financing dan investment merupakan perusahaan yang
memberikan pelayanan Crowdfunding dan Peer to Peer Lending (P2P Lending).
Biasanya perusahaan dalam kategori ini akan menjadi perusahaan Tekfin
Crowdfunding, perusahaan P2P atau merupakan perusahaan kombinasi keduanya.
Perusahaan tekfin Crowdfunding umumnya dalam proses bisnisnya dan aplikasi
onlinenya melakukan perhimpunan dana atau penggalangan dana sosial. Perusahan
tekfin ini akan mengundang pihak lain untuk menjadi investor. (Napitupulu,
Sarwin Kiko; et.al, 2017). Berbeda dengan perusahaan tekfin Crowdfunding,
perusahaan P2P lending biasa memfasilitasi konsumen yang membutuhkan dana
pinjaman dengan yang ingin berinvestasi dengan memberikan pinjaman. Tekfin
P2P lending di Indonesia sangat beragam seperti pinjaman modal usah. Kredit
Perumahan Rakyat (KPR). Kredit Tanpa Anggunan (KTA) dan lainnya. Pada
perkembangannya perusahaan-perusahaan tekfin ini ada juga yang memiliki
kombinasi antara Crowdfunding dengan P2P lending.
Keberadaan perusahaan tekfin Crowdfunding dan P2P lending memberi manfaat
di antaranya :
1. Kemudahan dalam berinventasi.
2. Memberikan pelayanan proses yang cepat.
c. Informasi and freeder site
Pada perusahaan jenis tekfin ini memberikan pelayanan informasi yang
diperlukan oleh calon konsumen dibidang jasa keuangan. Informasi ini dapat
berupa informasi kartu kredit, tingkat suku bunga, reksa dana dan lainnya. Pada
umum perusahaan tekfin ini juga menyediakan informasi tentang layanan
komparasi yang dibutuhkan oleh calon konsumen. Dan dalam perkembangannya
perusahaan tekfin pada bidang ini juga menyediakan pelayanan dari pendaftaran
hingga pembelian produk/jasa seperti pembelian premi asuransi. Perkembangan
platform tekfin juga semakin berkembang dan mudah dipergunakan oleh
konsumen. Salah satunya aplikasi market aggregator. Pada aplikasi berbasis web
tersebut konsumen dapat membandingkan beragam layanan jasa keuangan yang
ingin dipilih.
d. Personal finance
Dilatarbelakangi akan kebutuhan masyarakat dalam melakukan perencanaan
keuangan maka berkembang tekfin di Indonesia yang mengakomodasi kebutuhan
tersebut. Perusahaan tekfin personal finance melalui platformnya dapat membantu
dalam pembuatan laporan keuangan hingga pengelolaan anggaran dengan baik.
Tekfin bidang ini memberikan manfaat dalam waktu kepada konsumen. Dengan
fasilitas online yang disediakan dapat kapan dan di manapun untuk berdiskusi
keuangan. Manfaat yang lain yakni sistem pembukuan yang komprehensif. Apabila
konsumen sudah memiliki sistem pembukuan yang baik maka akan lebih mudah
untuk melakukan hal yang berhubungan dengan kegiatan perbankan seperti
peminjaman kredit. Pada penggunaan tekfin bidang ini pencatatan baik pendapatan
ataupun pengeluaran akan tercatat secara digital. Tekfin ini memiliki risiko yaitu
ketidaksesuaian antara perencanaan dengan realisasinya.

C. Bagaimana seharusnya OJK menyikapi masalah Fintech dan kewenangan OJK


Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
(UU OJK), wewenang dan tugas OJK adalah mengawasi Lembaga Jasa Keuangan
(LJK) di sektor pasar modal, sektor industri keuangan non bank (seperti : asuransi, dana
pensiun, perusahaan pembiyaan, dll) dan mulai tahun 2014 juga akan mengawasi sektor
perbankan (Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat).
Menurut pendapat saya, otoritas jasa keuangan harus Melakukan sosialisasi dan
edukasi kepada masyarakat mengenai fintech illegal yang tidak terdaftar dan diawasi
oleh otoritas jasa keuangan agar masyarakat tidak terpedaya. Berdasarkan data dari
OJK Sejak awal 2018 hingga September 2019 sudah terdapat 1350 entitas fintech
illegal yang telah diblokir oleh SWI.

D. Supaya masyarakat tidak terpedaya oleh Fintech illegal, apa yang seharusnya
dilakukan oleh masyarakat?
Perusahaan atau pihak yang melakukan penawaran investasi ilegal hampir sebagian
besar bukanlah Lembaga Jasa Keuangan (LJK) sehingga Perusahaan atau pihak
tersebut tidak terdaftar dan diawasi oleh OJK. Dengan demikian OJK tidak dapat
memastikan aspek legalitas dari perusahaan tersebut. Terkait dengan hal tersebut,
dalam upaya untuk ikut serta melawan tawaran investasi ilegal yang merugikan dan
meresahkan masyarakat, OJK memiliki dua strategi, yaitu:
Melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai karakteristik
kegiatan penghimpunan dana dan pengelolaan investasi ilegal Knowledge sharing
dengan penegak hukum dan regulator di daerah Represif
Membantu melakukan upaya koordinatif antarinstansi terkait untuk mempercepat
proses penanganan melalui kerangka kerjasama Satuan Tugas Penanganan Dugaan
Tindakan Melawan Hukum di Bidang Penghimpunan Dana dan Pengelolaan Investasi
atau yang lebih dikenal dengan Satgas Waspada Investasi. Kasus-kasus dan pengaduan
masyarakat terkait investasi ilegal yang dilaporkan ke OJK akan dikoordinasikan
dengan Satgas Waspada Investasi untuk penanganannya.

E. Bagaimana sistem lending dalam Fintech?


Fintech Lending atau disebut juga Fintech Peer-to-Peer Lending (Lending) atau
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBTI) adalah
salah satu inovasi pada bidang keuangan dengan pemanfaatan teknologi yang
memungkinkan pemberi pinjaman dan penerima pinjaman melakukan transaksi pinjan
meminjam tanpa harus bertemu langsung. Mekanisme transaksi pinjam meminjam
dilakukan melalui sistem yang telah disediakan oleh Penyelenggara Fintech Lending,
baik melalui aplikasi maupun laman website.
Fintech bersifat umum dan tidak terbatas pada satu industri jasa keuangan
tertentu. Fintech Lending/Lending terbatas pada inovasi jasa keuangan pada transaksi
pinjam meminjam saja. Penyelenggara Fintech Lending dapat berupa suatu badan
hukum atau koperasi yang memiliki sistem untuk melaksanakan mekanisme transaksi
pinjam meminjam secara online, baik melalui aplikasi maupun laman website.
Penyelenggara Fintech Lending hanya berperan sebagai perantara yang
mempertemukan pemberi pinjaman dan penerima pinjaman. Pemberi pinjaman dan
penerima pinjaman terlebih dahulu harus melakukan registrasi dan mengisi data diri
yang diperlukan sebelum dapat mengajukan pemberian pinjaman ataupun permohonan
pinjaman.

Sumber:
www.ojk.go.id
https://www.harapanrakyat.com/2020/12/sejarah-dan-perkembangan-fintech
Teknologi finansial ( sistem financial berbasi teknologi di era gital)-buku

Anda mungkin juga menyukai