BAB II
PENGAJUAN HIPOTESIS
2.1 Sistem Pengendalian Intern
Pengendalian meliputi semua metode, kebijakan, dan prosedur organisasi
yang diintegrasikan oleh manusia, struktur organisasi, kebijakan, proses, dan
prosedur
guna menjaga kekayaan organisasi dan terciptanya suatu tujuan organisasi,
baik tujuan operasi maupun tujuan sistem informasi.
Istilah yang biasa dipakai untuk pengendalian internal adalah sistem
pengendalian internal, sistem pengawasan internal, dan struktur pengendalian
internal.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara telah
membawa implikasi perlunya sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih
akuntabel dan transparan. Semua dapat dicapai jika seluruh penyelenggara negara
dari tingkat pimpinan sampai ditingkat pelaksana mampu melaksanakannya mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban,
dilaksanakan secara tertib, terkendali, efisien dan efektif. Pasal 58 ayat (1) dan ayat
(2) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, memerintahkan
pengaturan lebih lanjut ketentuan mengenai sistem pengendalian internal pemerintah
secara menyeluruh dengan Peraturan Pemerintah, yakni “Presiden selaku Kepala
Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian internal di
lingkungan pemerintahan secara menyeluruh”.
Maka dari itu diperlukan pengendalian internal yang dirancang dengan baik
untuk memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu
instansi pemerintah dapat mencapai tujuannya secara efisien dan efektif, melaporkan
pengelolaan keuangan negara secara handal, mengamankan aset negara, dan
mendorong ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
II-1
II-2
organization achieves both it’s operation system and it’s information system
goals”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern adalah
suatu sistem yang diintegrasikan oleh manusia, struktur organisasi, kebijakan, proses,
dan prosedur guna menjaga kekayaan organisasi dan terciptanya suatu tujuan
organisasi, baik tujuan operasi maupun tujuan sistem informasi.
Menurut Azhar Susanto (2008 : 95) dalam bukunya Sistem Informasi
Akuntansi menyatakan bahwa :
”Pengendalian internal sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan
direksi, manajemen, dan karyawan yang dirancang untuk memberikan
jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai melalui
efisiensi dan efektivitas operasi, penyajian laporan keuangan yang dapat
dipercaya, ketaatan terhadap undang-undang dan aturan yang berlaku”.
Dalam buku Accounting Information Systems yang dibuat oleh Marshall B.
Romney dan Paul John Steinbart (2009 : 226), terdapat kutipan dari COSO
(Committee of Sponsoring Organitations) pada tahun 1992 mengeluarkan definisi
tentang definisi pengendalian internal sebagai berikut:
“Internal controls is provides guidance for evaluating and enhancing internal
control systems. The report is widely accepted as the authority on internal
controls and is incorporated into policies, rules, and regulations that are used
to control business activities”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern adalah
panduan untuk mengevaluasi dan meningkatkan sistem pengendalian internal,
kemudian laporan tersebut dapat diterima secara luas sebagai otoritas pada
II-3
II-4
yang meyakinkan bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai melalui efisiensi dan
efektivitas operasi, penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya, ketaatan
terhadap undang-undang dan aturan yang berlaku.
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) bertujuan untuk memberikan
keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Tujuan Sistem Pengendalian Internal menurut Gelinas dan Sutton (2002:8)
adalah :
1. Tujuan Sistem Operasi
a. Menjamin efektivitas operasi (ensure effectiveness of operations).
b. Menjamin efisiensi operasi dalam penggunaan sumber-sumber daya (ensure
efficient employment of resources).
c. Menjamin keamanan sumber sumber daya (ensure security of resources).
2. Tujuan Sistem informasi
a. Menjamin keabsahan masukan data (ensure input validity)
b. Menjamin kelengkapan masukan data (ensure input completeness).
c. Menjamin akurasi masukan data (ensure input accuracy),
d. Menjamin kelengkapan pemutakhiran (ensure update completeness).
e. Menjamin akurasi pemutakhiran (ensure update accuracy)
f. Menjamin output berupa informasi didistribusikan secara tepat sampai kepada
pihak pihak yang semestinya.
II-5
3. Pengamanan Aset
4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan sistem
pengendalian internal yaitu untuk menciptakan kegiatan yang efektif dan efisien,
laporan keuangan yang dapat diandalkan, pengamanan aset, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan serta untuk mencapai tujuan sistem informasi dan
sistem operasi. Dimana tujuan sistem operasi berupa jaminan terhadap efektivitas
operasi, efisiensi operasi dalam penggunaan sumber-sumber daya, dan keamanan
sumber sumber daya. Sedangkan yang menjadi tujuan sistem informasi adalah
memberikan jaminan mengenai keabsahan masukan data, kelengkapan masukan data,
akurasi masukan data, kelengkapan pemutakhiran, dan output berupa informasi
didistribusikan secara tepat sampai kepada pihak pihak yang semestinya.
II-6
II-7
internal yang berbasis COSO. Dimana pemerintah Indonesia juga telah mengadopsi
sistem pengendalian internal berbasis COSO ke dalam Peraturan Perundang-
undangan yaitu PP No. 6 Tahun 2008.
II-8
II-9
II-10
rutin, supervise, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam
pelaksanaan tugas.
Pelaksanaan pemantauan berkelanjutan memerlukan kerja sama antara
pimpinan instansi pemerintah dan semua pegawai. Semuanya mesti terintegrasi
sehingga tujuan dapat dicapai. Menurut Dadang dan Dailibas (2013 : 47) dalam
bukunya Panduan Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, hal-hal yang
harus dilakukan dalam melaksanakan pemantauan integral adalah sebagai berikut :
1. Pimpinan instansi pemerintah harus memiliki strategi intuk meyakinkan
bahwa pemantauan berkelanjutan efektif dan dapat memicu evaluasi
terpisah pada saat persoalan teridentifikasi atau saat system berada dalam
keadaan kritis, serta pada saat pengujian secara berkala diperlukan.
2. Strategi pimpinan instansi pemerintah menyediakan umpan balik rutin,
pemantauan kinerja, dan mengendalikan pencapaian tujuan.
3. Adanya strategi pemantauan yang meliputi metode untuk menekankan
bahwa pemimpin program atau operasional bertanggungjawab atas
pengendalian intern dan pemantauan efektivitas kegiatan pengendalian. Itu
merupakan bagian dari tugas mereka yang harus dilaksanakan secara
teratur setiap hari.
4. Adanya strategi pemantauan yang mencakup identifikasi kegiatan operasi
penting dan system pendukung pencapaian misi yang memerlukan
peninjauan dan evaluasi khusus.
5. Adanya strategi yang meliputi rencana untuk mengevaluasi secara berkala
kegiatan pengendalian atas kegiatan operasi yang penting dan sistem
pendukung pencapaian misi.
II-11
II-12
II-13
II-14
3. Penyimpangan Manajemen
Penyimpangan manajemen muncul karena manajer suatu organisasi
memiliki lebih banyak otoritas dibandingkan karyawan biasa, proses
pengendalian efektif pada tingkat manajemen bawah dan tidak efektif
pada tingkat atas.
II-15
12. Pembiayaan;
13. Tuntutan ganti rugi.
dan efektif serta menciptakan transparansi kebijakan pengelolaan aset daerah, maka
perlu memiliki atau mengembangkan sistem informasi menajemen yang
komprehensif dan handal sebagai alat untuk menghasilkan laporan
pertanggungjawaban. Selain itu, sistem informasi tersebut juga bermanfaat untuk
dasar pengambilan keputusan mengenai kebutuhan barang dan estimasi kebutuhan
belanja pembangunan (modal) dalam penyusunan APBD, dan untuk memperoleh
informasi manajemen aset daerah yang memadai maka diperlukan dasar pengelolaan
kekayaan asset yang memadai juga, dimana menurut Mardiasmo (2002), terdapat tiga
prinsip dasar pengelolaan kekayaan aset daerah yakni: (1) adanya perencanaan yang
tepat, (2) pelaksanaan/pemanfaatan secara efisien dan efektif, dan (3) pengawasan
(monitoring).
1. Perencanaan
Pemerintah Daerah memerlukan barang atau kekayaan untuk menunjang
pelaksanaan tugas dan kewenangannya untuk melaksanakan apa yang menjadi
kewenangan wajibnya. Untuk itu, pemerintah daerah perlu membuat perencanaan
kebutuhan aset yang akan digunakan/dimiliki. Berdasarkan rencana tersebut,
Pemerintah Daerah kemudian mengusulkan anggaran pengadaannya.
Pada dasarnya kekayaan daerah dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis
(Mardiasmo:2002), yaitu:
1. Kekayaan yang sudah ada sejak adanya daerah tersebut. Kekayaan jenis ini
meliputi seluruh kekayaan alam dan geografis kewilayahannya. Contohnya adalah
tanah, hutan, tambang, gunung, danau, pantai dan laut, sungai, dan peninggalan
bersejarah (misalnya: candi dan bangunan bersejarah);
II-16
2. Kekayaan yang akan dimiliki baik yang berasal dari aktivitas pemerintah daerah
yang didanai APBD serta kegiatan perekonomian daerah lainnya. Contohnya
adalah jalan, jembatan, kendaraan, dan barang modal lainnya.
Pemerintah daerah harus membuat perencanaan yang tepat terhadap dua jenis
kekayaan tersebut. Perencanaan juga meliputi perencanaan terhadap aset yang belum
termanfaatkan atau masih berupa aset potensial. Perencanaan yang dilakukan harus
meliputi tiga hal, yaitu:
a. Melihat kondisi aset daerah di masa lalu;
yang dibutuhkan untuk masa sekarang;
b. Aset
c. Perencanaan kebutuhan aset di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, perlu dibuat perencanaan strategik baik yang bersifat jangka
pendek, menengah, dan jangka panjang mengenai pengelolaan aset daerah.
2. Pelaksanaan
Permasalahan berikutnya adalah bagaimana pelaksanaannya. Kekayaan milik
daerah harus dikelola secara optimal dengan memperhatikan prinsip efisiensi,
efektifitas, transparansi, dan akuntabilitas publik. Masyarakat dan DPRD yang harus
melakukan pengawasan (monitoring) terhadap pemanfaatan aset daerah tersebut agar
tidak terjadi penyalahgunaan kekayaan milik daerah.
Hal cukup penting yang diperhatikan pemerintah daerah adalah perlunya
dilakukan perencanaan terhadap biaya operasional dan pemeliharaan untuk setiap
kekayaan yang dibeli atau diadakan. Hal ini disebabkan sering kali biaya operasi dan
pemeliharaan tidak dikaitkan dengan belanja investasi/modal. Mestinya terdapat
keterkaitan antara belanja investasi/modal dengan biaya operasi dan pemeliharaan
yang biaya tersebut merupakan commitment cost yang harus dilakukan. Selain biaya
operasi dan pemeliharaan, biaya lain yang harus diperhatikan misalnya biaya asuransi
kerugian.
II-17
3. Pengawasan
Pengawasan yang ketat perlu dilakukan sejak tahap perencanaan hingga
pengahapusan aset. Keterlibatan auditor internal dalam proses pengawasan ini sangat
penting untuk menilai konsistesi antara praktik yang dilakukan oleh pemerintah
daerah dengan standar yang berlaku. Selain itu, auditor juga penting keterlibatannya
II-18
II-19
2. Inventarisasi
Kegiatan identifikasi dan inventarisasi dimaksudkan untuk memperoleh
informasi yang akurat, lengkap, dan mutakhir mengenai kekayaan daerah yang
dimiliki atau dikuasai oleh Pemerintah Daerah. Untuk dapat melakukan identifikasi
dan inventarisasi aset daerah secara objektif dan dapat diandalkan, Pemerintah
Daerah perlu memanfaatkan profesi auditor atau jasa penilai yang independen.
Kegiatan inventarisasi yaitu menyusun Buku Inventaris yang menunjukkan
semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik yang bergerak maupun yang
tidak bergerak. Buku inventaris tersebut memuat data meliputi lokasi, jenis/merk,
tipe, jumlah, ukuran, harga, tahun pembelian, asal barang, keadaan barang, dan
sebagainya.
II-20
3. Pelaporan
Pelaporan Barang Milik Daerah yang dilakukan pengguna barang
disampaikan setiap semesteran, tahunan dan 5 (lima) tahunan kepada pengelola.
Pelaporan adalah proses penyusunan laporan barang setiap semester dan setiap tahun
setelah dilakukan inventarisasi dan pencatatan. Pengguna menyampaikan laporan
pengguna barang semesteran, tahunan, dan 5 (lima) tahunan kepada Kepala Daerah
melalui pengelola. Sementara Pembantu Pengelola menghimpun seluruh laporan
pengguna barang semesteran, tahunan dan 5 (lima) tahunan dari masing-masing
SKPD, jumlah maupun nilai serta dibuat rekapitulasinnya. Rekapitulasi tersebut
digunakan sebagai bahan penyusunan neraca daerah.
II-21
dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dann/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat
sumber
umum dan sumber-sumber daya yang dipeliara karena alasan sejarah dan budaya.
Barang Milik Daerah termasuk dalam aset lancar dan aset tetap. Aset lancar
adalah aset yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk
dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, berupa persediaan.
Sedangkan aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari
12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan
oleh masyarakat umum, meliputi Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedun dan Bangunan;
Jalan, Irigasi dan jaringan; Aset Tetap Lainnya; serta konstruksi dalam Pengerjaan.
Dari uraian diatas, yang dimaksud aset daerah adalah aset lancar, aset tetap
dan aset lainnya, sedngkan yang dimaksud dengan barang daerah adalah Persediaan
(bagian dari aset lancar) ditambah seluruh aset tetap yang ada di neraca daerah.
II-22
A. Pengamanan Fisik
1. Barang Inventaris
Pengamanan terhadap barang-barang bergerak dilakukan dengan cara :
a. Pemanfaatan sesuai tujuan.
b. Penggudangan/penyimpanan baik tertutup maupun terbuka.
c. Pemasangan tanda kepemilikan.
Pengamanan terhadap barang tidak bergerak dilakukan dengan cara :
a. Pemagaran.
b. Pemasangan papan tanda kepemilikan.
c. Penjagaan.
2. Barang Persediaan
Pengamanan terhadap barang persediaan dilakukan oleh penyimpan
dan/atau pengurus barang dengan cara penempatan pada tempat
penyimpanan yang baik sesuai dengan sifat barang tersebut agar barang
milik daerah terhindar dari kerusakan fisik.
B. Pengamanan Administratif
1. Barang Inventaris
Pengamanan administrasi terhadap barang bergerak dilakukan dengan cara :
a. Pencatatan/inventarisasi.
b. Kelengkapan bukti kepemilikan antara lain BPKB, faktur pembelian
dll.
c. Pemasangan label kode lokasi dan kode barang berupa stiker.
Pengamanan administrasi terhadap barang tidak bergerak dilakukan dengan
cara :
II-23
a. Pencatatan/inventarisasi.
b. Penyelesaian bukti kepemilikan seperti: IMB, Berita Acara serah
terima, Surat Perjanjian, Akte Jual Beli dan dokumen pendukung
lainnya.
2. Barang Persediaan
II-24
bermasalah dengan pihak lain pada tahap awal dilakukan oleh pengguna
dan pada tahap selanjutnya oleh Pembantu Pengelola.
2. Upaya pengadilan Perdata maupun Pidana dengan dikoordinasikan oleh
Biro Hukum/Bagian Hukum.
3. Penerapan hukum melalui tindakan represif/pengambilalihan, penyegelan
atau penyitaan secara paksa dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja
(Satpol PP) bersama-sama Biro Hukum/ Pembantu Pengelola dan SKPD
Terkait.
II-25
II-26
Bandung) Tetap.
5. Sugih Sutrisno Pengaruh Sistem Sistem Sistem
Putra Pengendalian Pengendalian Pengendalian Intern
(2013) Intern dalam Intern dalam dalam
Penatausahaan Penatausahaan Penatusahaan
II-27
Opini BPK
atas Sistem Pengendalian Intern dalam Penatausahaan Barang Milik Daerah
yang masih belum tertib
VARIABEL X VARIABEL Y
Lingkungan Pengendalian
Penilaian Resiko
Kegiatan Pengendalian
Informasi dan Komunikasi
Pemantauan
II-28