Aksiologi Ilmudocx PDF Free
Aksiologi Ilmudocx PDF Free
Disusun Oleh:
Umi Makhmudah (1522201071)
Arif Sukirno (1617404005)
Dewi Riyani Puspitasari (1617404009)
Novita Retnani (1617404034)
Rofiq Anwarudin (1617404041)
2018
A. Aksiologi Ilmu
1. Definisi aksiologi ilmu
a. Berdasarkan bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios yang
berarti nilai dan logis yang berarti ilmu. Dapat disimpulkan
aksiologi adalah ilmu tentang nilai.
b. Berdasarkan pendapat Jujun S. Suriasumantri, aksiologi adalah
teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh.
c. Berdasarkan pendapat Bramei, aksiologi terbagi dalam tiga bagian
penting antara lain:
i. Tindakan moral yang melahirkan etika.
ii. Ekspresi keindahan yang melahirkan estetika.
iii. Kehidupan sosial politik yang melahirkan filsafat sosial
politik.
d. Dalam Encyclopedia of Philosophy, dijelaskan bahwa aksiologi
disamakan dengan value dan valuation. Dalam hal ini nilai
dianggap sebagai nilai memberi nilai dan dinilai. Richard Laningan
sebagaimana dikutip Efendi mengatakan bahwa aksiologi yang
merupakan kategori keempat dalam dilsadar merupakan studi etika
dan estetika. Hal ini berarti bahwa aksiologi berfokus pada kajian
terhadap nilai-nilai manusiawi serta bagaimana cara
mengekspresikannya.
2. Nilai
e. Karakteristik Nilai
i. Bersifat abstrak; merupakan kualitas.
ii. Inheren pada objek.
iii. Bipolaritas, yaitu baik/buruk, indah/jelek, benar/salah.
iv. Bersifat hierarkis; nilai kesenangan, nilai vital, nilai
kerohanian, nilai kekudusan.
f. Subjektif dan objektif nilai
Sebuah nilai bisa menjadi subjektif dan objektif tergantung pada
perasaan dan intelektualitas yang hasilnya akan mengarah pada
perasaan suka dan tidak suka, senang atau tidak senang. Nilai akan
subjektif jika subjek sangat berperan dalam segala hal. Sementara nilai
akan objektif jika ia tidak bergantung pada subjek atas kesadaran yang
menilai (Bahtiar, 2004). Seorang ilmuwan diharapkan tidak punya
kecenderungan memiliki nilai subjektif, tapi lebih pada nilai objektif,
sebab nilai ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara sosial. Nilai
ini tidak semata hanya bergantung pada pendapat individu, tapi lebih
pada objektivitas fakta.
g. Logika
i. Estetika
Ilmu sejak tahap awal sudah dikaitkan dengan tujuan tertentu. Ilmu tidak saja
digunakan untuk menguasai alam melainkan juga memerangi umat manusia
atau menguasai manusia. Sebagai ilmuwan, tidaklah terlepas dari hakikat
ilmu. Sikap sosial ilmuwan harus selalu konsisten dalam proses penelaahan
ilmu yang dilakukan. Beberapa sikap sosial yang mungkin diterapkan
ilmuwan sebagai cermin tanggungjawab sosial antara lain:
Menurut Saifudin seperti dikutip Mundiri, dikatakan bahwa klaim ilmu bebas
nilai berdampak kegiatan ilmiah berjalan atas dasar hakikat ilmu itu sendiri
(Mundiri, 2006).
Berkaitan dengan nilai guna ilmu, baik itu umum maupun agama, tak dapat
dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi semua umat
manusia. Dengan ilmu, seseorang dapat mengubah wajah dunia. Terkait hal
ini, menurut Francis Bacon seperti dikutip Jujun S. Suriasumantri, bahwa
“pengetahuan adalah kekuasaan”. Apakah kekuasaan itu merupakan berkah
atau justru menjadi malapetaka bagi umat manusia. Untuk mengetahui
kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu digunakan, kita dapat
memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
Istilah nilai dalam bahasa inggris adalah value. Aslinya berasal dari bahasa
latin velere atau bahasa prancis kuno valoir. Nilai secara denotatif dengan harga.
Dan ketika makna itu dihubungkan dengan konsep lain, maknanya menimbulkan
interpretasi yang beragam. Umpamanya nilai atau harga dalam perspektif nilai
ekonomi, ilmu olitik, ilmu jiwa, dan sebagainya. Maka makna nilai bergantung
pada perspektif yang dimaksudkan. Dalam konteks filsafat, segala sesuatu harus
bernilai, misalnya nilai estetik, nilai etik, nilai social dan nilai biologis. Oleh
karena itu, maksud filsafat nilai adalah pembahasan paradigma aksiologis atau
segala sesuatu yang ada dan yang mukin ada yang menghubungkannya pada
hakikat fungsional seluruh pengetahuan.1
1
Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu, (Bogor:PT.PENERBIT IPB PRESS), 2016. hlm.
2
Suseno, Franz Magnis (1992:44)
3
Juhaya S. Pradja, (1997 42-43)
tanggapan emosional pada seseorang atau masyarakat tertentu. Dalam filsafat,
nilai akan berkaitan dengan logika, etika, estetika4 (Salam, 1997). Logika akan
menjawab tentang persolan nilai kebenaran sehingga dengan logika akan
diperoleh keruntutan. Etika akan berbicara mengenai nilai kebenaran, yaitu antara
yang pantas dan tidak pantas, antara yang baik dan tidak baik. Adapun estitika
akan mengupas tentang nilai keindahan atau kejelekan. Estetika biasanya erat
berkaitan dengan karya seni.
Sebuah nilai bisa juga bersifat subjektif dan objektif akan sangat
bergantung pada perasaan dan intelektualitas yang hasilnya akan mengarah pada
perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Nilai akan subjektif bila
subjek sangat berperan dalam segala hal. Sementara nilai objektif, jika ia tidak
bergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai ( Bahtiar 2004) seorang
ilmuan diharapkan tidak mempunyai kecenderungan memiliki nilai subektif,
tetapi lebih pada nilai objektif, sebab nilai ini tidak dapat dipertanggungjawabkan
secara sosial. Nilai ini tidak semata-mata bergantung pada pendapat individu,
tetapi lebih pada objektifitas fakta.
1. Dari keilmiahannya
a. Pengetahuan ilmiah, yang memiliki beberapa ciri pengenal sebagai
berikut:
1) Berlaku umum
2) Mempunyai kedudukan mandiri
3) Mempunyai dasar pembenaran
4) Sistematik
5) Inter subjektif
b. Pengetahuan nir ilmiah. Dari jenis pengetahuan yang dibangun dapat
dibedakan menjadi:
1) Pengetahuan biasa (ordinary knowledge, common sense
knowledge). Pengetahuan ini bersifat subjektif artinya amat terikat
pada subjek yang mengenal sehingga memiliki sifat selalu benar
sejauh sarana untuk memperolehnya bersifat normal, tidak ada
penyimpangan.
2) Pengetahuan ilmiah, pengetahuan yang telah menetapkan objek
yang khas atau spesifik dengan menerapkan pendekatan
metodologis yang khas. Kebenarannya bersifat relatif, karena
selalu mendapatkan revisi yang diperkaya oleh hasil penemuan
yang paling mutakhir. Dengan kata lain, kebenarannya selalu
mengalami pembaharuan sesuai dengan hasil penelitian paling
akhir dan mendapatkan persetujuan (aggrement) oleh para ilmuan
dibidangnya.
3) Pengetahuan filsafat, pengetahuan yang pendekatannya melalui
metedologi pemikiran filsafat. Sifat pengetahuannya mendasar dan
menyeluruh dengan model pemikiran yang analitis, kritis dan
spekulatif. Sifat kebenarannya adalah absolute inter-subjektif.
Maksud absolute inter-subjektif adalah nilai kebenaran yang
terkandung pada jenis pengetahuan filsafat selalu merupakan
pendapat yang melekat pada pandangan seorang filsuf serta
mendapat pembenaran dari filsuf kemudian yang menggunakan
metodologi pemikiran yang sama.
4) Pengetahuan agama
B. Objektivitas Nilai.
Dewasa ini istilah axio (nilai) dan logos (teori) lebih akrab dipakai dalam
dialog filosofis, aksiologi bisa disebut sebagai The Theory of Value atau teori
nilai, yaitu bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan
buruk( good and bad), benar dan salah ( righ and wrong) serta tentang cara dan
tujuan (means and ends).
Nilai kegunaan ilmu dapat dilihat pada kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa
filsafat ilmu iru digunakan, hal itu dapat dilihat dari tiga hal berikut :
Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang
melakukan penilaian, kebenaran tidak bergantung pada pendapat individu,
melainkan pada objektivitas fakta, sebaliknya nilai menjadi subjektif apabila
subjek berperan dalam memberi penilaian, kesadaran manusia menjadi tolak
ukur penilaian.
Sudah menjadi ketentuan umum bahwa ilmu harus bersifat objektif, salah
satu faktor yang membedakan antara pernyataan ilmiah dengan anggapan
umum ialah terletak pada objektifitasnya, seorang ilmuan harus melihat
realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat ideologis,
agama dan budaya, seorang ilmuan harus bebas dalam menentukan topik
penelitiannya, bebas melakukan eksperimen- eksperimen, ketika seorang
ilmuan bekerja, ia hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar
penelitiannya berhasil dengan baik. Hanya nilai objektif yang menjadi tujuan
utamanya, dia tidak mau terikat dengan nilai subjektif yang ada 5
Telah kita ketahui bahwa aksiologi merupakan bagian dari filsafat yang
mempelajari tentang baik dan buruk, benar dan salah, juga cara dan tujuan. Di
samping itu, aksiologi bisa juga disebut dengan suatu ilmu yang mempelajari
tentang manfaat atau kegunaan pengetahuan bagi manusia. Pernyataan ini
membawa kita pada suatu konsep yang di mana aksiologi erat hubungannya
dengan etika dan moral manusia dalam penggunaan pengetahuan yang telah
diperoleh dan cara mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari –
hari juga nilai – nilai dari kegunaan pengetahuan tersebut. Pada dasarnya,
semua ilmu pengetahuan tidak ada yang sia-sia, tidak ada yang tidak
bermanfaat jika kita mampu menggunakan ilmu pengetahuan tersebut dengan
cara yang benar, memanfaatkan dengan sebaik-baiknya tentu dengan cara
atau metode yang baik juga dikarenakan akhir-akhir ini banyak orang yang
menggunakan ilmu pengetahuan untuk sesuatu yang tidak benar dan
merugikan pihak lain dalam pengaplikasiannya.
5
Fautanu idzam, Filsafat Ilmu, (Jakarta : referensi, 2012) hlm.202-206
Nilai juga kita pahami sebagai suatu pandangan, cita-cita, kebiasaan dan hal-
hal lainnya yang mampu menimbulkan adanya tanggapan emosional dan
membawa perasaan pada seseorang atau kelompok tertentu. Bilamana kita
menempatkan nilai dalam ilmu pengetahuan, maka akan kita dapatkan nilai
objektif dan nilai subjektif. Nilai objektif menyampingkan unsur pribadi,
pemikiran logika diutamakan, netral dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu
yang bersifat kedirian karena dimulai dengan fakta. Terlebih, nilai akan
menjadi objektif jika hal itu tidak bergantung pada subjek atau kesadaran
yang menilai karena nilai tidak hanya bergantung pada pendapat pribadi
melainkan lebih pada fakta. Pengetahuan atau ilmu bisa dikatakan bersifat
objektif apabila pengetahuan tersebut diperoleh melalui observasi,
eksperimen dan klasifikasi.
6
Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu, (Bogor:PT PENERBIT IPB Press, 2016), hlm.116.
pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan.7 Dan seorang
ilmuwan diharapkan tidak terpengaruh akan hal-hal yang bersifat subjektif,
tetapi cenderung lebih pada nilai-nilai yang bersifat objektif karena
pengetahuan yang didapat seorang ilmuwan lewat observasi dan masih
bersifat subjektif maka hal itu perlu dipertanggungjawabkan secara sosial
dikarenakan seorang ilmuwan memiliki peran yang berharga dalam
membantu peradaban manusia akan pengetahuan-pengetahuan yang
didapatnya dan akan disumbangkan kepada manusia untuk digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Hubungan antara objektif dan subjektif juga bisa kita lihat dari
beberapa segi kehidupan, salah satunya yaitu pergesaran alam semesta dalam
sifatnya yang objektif menuju ke subjektif bertujuan untuk mencapai suatu
target dalam aktivitas-aktivitas tertentu, misal, teknologi. Teknologi adalah
sesuatu yang bersifat objektif dan bahkan mencakup beberapa pengetahuan di
dalamnya. Teknologi bisa berubah sifat menjadi subjektif apabila seseorang
atau sekelompok orang menggunakan hal tersebut dalam suatu diskusi dan
benar-benar melibatkan tentang teknologi, seperti pengembangan teknologi
7
Latif, Mukhtar. Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu, (Jakarta:Prenadamedia Group,
2014), hlm. 237.
menjadi lebih modern, penciptaan teknologi terbaru untuk memudahkan
aktivitas manusia dalam kehidupannya sehari-hari juga penemuan-penemuan
tertentu yang menjadikan teknologi sebagai salah satu media dalam
pencapaian target penemuan tersebut. Dengan begitu, bisa kita simpulkan
bahwa teknologi bersifat subjektif apabila kita gunakan untuk tujuan tertentu
yang bergantung pada penguasa teknologi.
D. Implikasi Subjektif Objektif terhadap Ilmu itu Bebas Nilai atau Bernilai.
Dalam filsafat, ilmu juga dikaitkan dengan nilai. Pertanyaan yang banyak
dibahas antara lain bahwa apakah selalu ilmu tiu bebas nilai atau tidak bebas
nilai. Tentu tidak ada orang yang meragukannya kalau ilmu itu sendiri
bernilai. Nilai ilmu terletak pada manfaat yang diberikannya sehingga
manusia dapat mencapai kemudahan dalam hidup. Ilmu dikatakan bernilai
karena menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya kebenarannya yang
objektif, yang terkaji secara kritik. Dengan demikian ilmu sebagai sebuah
nilai adalah sesuatu yang bernilai dan masih bebas nilai. Akan tetapi stelah
ilmu digunakan oleh ilmuwan, ia menjadi tidak bebas nilai. Hal ini
8
Suaedi, Pengantar Filasaft Islam, (Bogor:PT. PENERBIT IPB, 2016), hlm.124
disebabkan sejauh mana moral yang ada pada ilmuwan untuk bertanggung
jawab terhadap ilmu yang dimiliknya akan menyebabkan ilmu itu menjadi
baik atau menjadi buruk.9
Persoalan ilmu pengetahuan bebas nilai mulai mencuat ketika manusia sadar
bahwa dirinya telah teraliniasi oleh ciptaannya sendiri, yaitu ilmu pengetahuan,
gagasan tersebut muncul dari gerakan positivis yang mendobrak etika kebudayaan
yunani kuno yang berupaya membangun pengetahuan yang benar, berdasarkan
pada konsep bios theoretikhos (dimana pengetahuan itu diyakini akan diperolah
melalui serangkaian ritual keagamaan) kemudian digantikan konsep ontologi yang
lahir sebagai upaya para filsuf yunani (kelompok pemikir yang kemudian
bermetamorfosis menjadi madzhab positivisme), yang lebih mengutamakan
kekuatan dan kemampuan rasio serta pengamatan.
9
Suaedi, Pengantar...hlm.112-113.
pemikir yang termasuk dalam aliran pemikiran postmodernisme dan post-
strukturalisme.
Kata theorea berasal dari tradisi keagamaan kebudayaan yunani kuno, theoros
adalah seorang wakil yang dikirim oleh polis untuk keperluan ritus
keagamaan, dalam ritus ini orang melakukan theorea (memandang) ke arah
peristiwa sakral yang dipentaskan, dan kemudian berpartisipasi didalamnya.
Melalui theorea ini setiap orang mengalami emansipasi dari nafsu-nafsu
rendah, pengalaman ini dalam istilah yunani disebut katharsis (purifikasi,
pembebasan diri dari perasaan dan dorongan fana yang berubah-ubah) 10
Nilai suatu ilmu berkaitan dengan kegunaan. Guna suatu ilmu bagi
kehidupan manusia akan mengantarkan hidup semakin tahu akan kehidupan.
Kehidupa itu ada dan berproses yang membutuhkan tata aturan. Aksiologi
memberikan jawaban untuk apa ilmu digunakan. Ilmu tidak akan menjadi sia-sia
jika kita dapat menfaatkannya dengan sebaik-baiknya dan dijalan yang baik pula.
Nilai itu dikatakan objektif jika ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran
10
Fautanu idzam, Filsafat Ilmu, (Jakarta : referensi, 2012) Hlm.227-229
yang menilai. Nilai objektif muncul karena adanya pandangan dalam filsafat
objektivisme. Ini beranggapan pada tolak ukur suatu gagasan berada pada
objeknya, sesuatu yang memiliki kadar realitas benar-benar ada. Misalnya
kebenaran itu tergantung pada pendapat individu, tetapi pada objektivitas fakta,
kebenaran tidak diperkuat atau diperlemah oleh prosedur. Demikian juga dengan
nilai orang yang berslera rendah tidak mengurangi keindahan suatu karya seni.
E. Tujuan Ilmu
Berhubungan ilmu dengan nilai guna ilmu, baik itu umum maupun ilmu
agama, tidak bisa dibantah lagi bahwa ilmu agama dan ilmu umum sangat
bermanfaat bagi umat manusia. Dengan ilmu seseorang dapat melakukan
banyak hal baik untuk sendiri ataupun untuk kepentingan bersama.
Berhubungan dengan hal ini, menurut Francis Bacon seperti yang dikutip
oleh Jujun S. Suriasumatri bahwa “pengetahuan adalah kekuasaan”.
Maksudnya adalah semakin banyak orang mempunyai pengetahuan, maka
semakin berkuasalah dia. Entah kekuasaan itu merupakan suatu berkah atau
justru malapetakan bagi umat manusia. Bila mana terjadi malapetaka yang
disebabkan oleh ilmu, kita tidak bisa mengatakan bahwa itu kesalahan dari
ilmu itu sendiri karena ilmu itu hanya sebagai alat bagi manusia untuk
mencapai kebahagian hidup dan juga sifat dari ilmu adalah netral. Ilmu tidak
mengenal baik ataupun buruk tergantung dengan si pengguna ilmu tersebut
dalam menggunakannya.
Agar lebih mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu
itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal,
yaitu:
1. Filsafat itu adalah sebuah kumpulan teori yang digunakan untuk
memahami dan mereaksikan dunia pemikiran. Dalam hidup kita biasanya
pada saat akan ikut membentuk dunia atau menentang suatu sistem dalam
suatu bidang seperti sistem ekonomi dll. Kita harus mempelajari
bagaimana sistem itu berjalan dan bagaimana penerapannya setelah
diterapkan dsb. Karena pada zaman sekarang ini, kita tidak bisa
mengeluarkan pendapat atau menyangkal pendapat tanpa adaya suatu
bukti atau bahkan kita tidak mengetahui sistemnya orang-orang tidak akan
percaya. Jadi jika kita mengetahui suatu sistem yang akan disangkal kita
bisa berpendapat atau menyangkal pendapat dengan bukti yang sudah
teruji dan masuk akal. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat
ilmu.
2. Filsafat sebagai pandangan hidup. Dalam hal ini, semua teori ajarannya
diterima kebenarannya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Meskipun
diterima kebenarannya, tidak semua orang menjalankan semua teori
tersebut karena setiap teori pasti memiliki sesuatu hal yang sama ataupun
bertentangan dengan teori yang lain. Seperti halnya agama, filsafat ilmu
sebagai pandangan hidup pun igunakan sebagai pedoman atau petunjuk
bagi umat manusia. Bedanya jika agama dipisahkan oleh nama agama itu
sendiri.
3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah. Dalam hidup ini
kita banyak menghadapi masalah. Bila ada batu di depan pintu, setiap
keluar dari pintu itu kaki kita tersandung maka dapat diasumsikan bahwa
batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih mudah bila masalah-
masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah,
mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Apabila cara
yang digunakan amat sederhana maka biasanya masalah tidak
terselesaikan secara tuntas. Penyelesaian yang detail itu biasanya dapat
mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Idzam, Fautanu. 2012. Filsafat Ilmu. Jakarta:Referensi.
Suriasumantri, Jujun S., 1987, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.uin-
alauddin.ac.id
http://www.geocities.ws
http://eprints.umsida.ac.id
http://file.upi.edu