203-Article Text-1147-1-10-20181231
203-Article Text-1147-1-10-20181231
Pihri Buhaerah
Research Associate/Economist The Indonesian Institute (TII)
email : pihri.buhaerah@gmail.com
Abstrak
Hingga saat ini struktur PDB masih didominasi konsumsi rumah tangga. Akibatnya, tingkat
pertumbuhan ekonomi bergeming di angka 5 persen. Untuk mendongkrak kinerja pertumbuhan
ekonomi, industrialisasi mutlak dikedepankan. Pada prosesnya, ketersediaan energi terutama
energi listrik tentu saja menjadi salah satu komponen utamanya. Atas dasar itu, maka tujuan utama
penelitian ini adalah untuk mengukur pengaruh listrik dan industrialisasi terhadap pertumbuhan
ekonomi. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, penelitian ini menggunakan model
ARDL dan data sekunder dengan periode sampel mulai dari 1987 hingga 2016. Hasil analisis
menunjukkan bahwa variabel porsi barang manufaktur yang diekspor dan indeks harga komoditas
non-energi secara empiris terbukti signifikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Sementara itu, nilai koefisien konsumsi listrik dan angka partisipasi sekolah tinggi memiliki
dampak yang berbeda di jangka panjang dan jangka pendek. Konsumsi listrik memiliki dampak
yang lebih tinggi dan signifikan dalam jangka pendek. Sayangnya, dalam jangka panjang, efek
konsumsi listrik terhadap pertumbuhan ekonomi tidak signifikan.Sementara itu, variabel angka
partisipasi sekolah tinggi hanya berdampak signifikan dalam jangka panjang. Menariknya, semua
variabel independen yang dilibatkan kecuali variabel konsumsi listrik memiliki nilai koefisien
yang lebih tinggi dalam jangka panjang yang mengindikasikan bahwa keempat variabel tersebut
memiliki daya dorong yang lebih kuat terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang
daripada dalam jangka pendek. Selain itu, hasil uji kointegrasi bounds menunjukkan bahwa
kelima variabel penjelas yang dilibatkan dalam penelitian ini memiliki hubungan jangka panjang
dengan pertumbuhan ekonomi.
Kata kunci:konsumsi listrik, industrialisasi, pertumbuhan ekonomi, autoregressive distributed
lag model
Klasi kasi JEL: C22, O14, Q43
Abstract
The structure of GDP nowadays is still dominated by household consumption. As a result,
economic growth stands at 5 percent. To boost economic growth performance, industrialization
should be taken into account. In the process, energy availability particularly electricity becomes
one of the main components. For this reason, the main purpose of this study is to measure the
effect of electricity and industrialization on economic growth. To do so, this study employs
ARDL model and uses secondary data with sample period from 1987 to 2016. Regression result
analysis shows that manufactures exports and non-energy commodity price indexare empirically
significant both in the short-run and long-run. Meanwhile, electricity consumption and tertiary
school enrollment has a different effect both in the short-run and the long-run. Electricity
consumption plays more important role on increasing real GDP than other variables in the
short-run. However, the coefficient value of electricity consumption is not significant in the
long-run. In contrast, tertiary school enrollment is only significant in the long-run.Interestingly,
all independent variables except electricity consumption havehigher coefficients in the long-run
indicating that those variables have higher impact in the long-run rather than in the short-run.
In addition, bounds cointegration test shows that all explanatory variables involved in this study
have a long-term relationship with economic growth.
Keywords: electricity consumption, industrialization, economic growth, autoregressive distrib-
uted lag model
JEL Classi cation: C22, O14, Q43
93
PENDAHULUAN untuk menghasilkan produk-produk yang
Tujuan pembangunan ekonomi suatu negara lebih bervariasi dan terkoneksi dengan baik
berpenghasilan rendah sejatinya untuk menuju (mesin, logam, dan kimia) serta menggunakan
negara berpenghasilan tinggi. Sayangnya, teknologi produksi yang lebih canggih.
upaya menuju negara berpenghasilan tinggi Paus (2017) juga menemukan hal yang
tak mudah dilakukan. Bahkan, seringkali sama dengan menyatakan bahwa faktor
pada prosesnya terjebak dalam kondisi utama negara-negara terperangkap ke dalam
yang dinamakan middle income trap(MIT) jebakan pendapatan menengah adalah karena
atau jebakan pendapatan menengah. Istilah rendahnya kemampuan inovasi domestik.
tersebut merujuk pada situasi di mana suatu Sayangnya, penelitian-penelitian yang
negara berpenghasilan menengah sudah tidak terkait jebakan pendapatan menengah belum
mampu lagi berkompetisi di tingkat global memasukkan konsumsi listrik sebagai salah
dengan hanya mengandalkan komoditas satu variabel penting dalam proses transformasi
padat karya disebabkan tingkat upah yang struktural. Atas dasar itu, sejumlah penelitian
sudah relatif tinggi (Paus, 2017). Pada mencoba mengukur keterkaitan antara
saat yang sama, negara tersebut juga tidak konsumsi listrik dan pertumbuhan ekonomi.
dapat bersaing dalam kegiatan ekonomi Misalnya saja, Yoo (2005) menginvestigasi
yang bernilai tambah tinggi dalam skala hubungan antara konsumsi listrik dan
ekonomi yang cukup luas karena tingkat pertumbuhan ekonomi di Korea Selatan
produkti tasnya secara relatif masih tergolong untuk periode 1970-2002. Hasilnya, Yoo
rendah (Paus, 2017). Akibatnya, pertumbuhan (2005) menemukan konsumsi listrik memiliki
ekonomi cenderung melambat dan kurang hubungan kausalitas (dua arah) dengan
potensialuntuk mengangkat standar hidup pertumbuhan ekonomi. Ini mengindikasikan
masyarakat. Akibatnya, pertumbuhan bahwa tingkat konsumsi listrik yang tinggi
ekonomi cenderung melambat, upah yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan
stagnan atau turun, dan bertumbuhnya sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang tinggi
ekonomi informal (Paus, 2017). Dengan dibutuhkan untuk meningkatkan tingkat
demikian, jebakan pendapatan menengah konsumsi listrik. Hal senada namun sedikit
dapat diasosiasikan sebagai gagalnya berbeda juga ditemukan Yoo dan Lee (2010).
pembangunan suatu negara berpenghasilan Menurut mereka, hubungan antara konsumsi
menengahuntuk naik ke level yang lebih listrik dengan pertumbuhan ekonomi secara
tinggi, yakni negara berpenghasilan tinggi. statistik signifikan dan berbentuk seperti
Sejumlah penelitian mencoba mengangkat kurva U-terbalik. Artinya, semakin tinggi
isu ini guna mendapatkan gambaran yang skala ekonomi, maka konsumsi listrik pun
utuh terkait faktor penyebab utama suatu akan meningkat. Namun, semakin maju
negara terjebak dalam pendapatan menengah. ekonomi suatu negara, maka sektor industri
Misalnya saja, Felipe (2012a) menemukan yang dominan akan bergeser dari industri
bahwa dari 52 negara berpenghasilan berat ke industri manufaktur ringan dan jasa
menengah pada 2010, 35 negara telah masuk yang berdampak pada turunnya konsumsi
ke dalam jebakan pendapatan menengah listrik.
dengan rincian 30 masuk ke dalam jebakan Sementara itu, dengan menggunakan
pendapatan menengah bawah dan 5 masuk data periode 1980-2003 dari negara-negara
ke dalam jebakan pendapatan menengah anggota OPEC, hasil penelitian Squally
atas. Sisanya, 8 dari 17 negara yang tidak (2007) menunjukkan bahwa tingkat konsumsi
masuk dalam kategori jebakan pendapatan listrik dan pertumbuhan ekonomi memiliki
menengah berisiko masuk ke dalam jebakan hubungan jangka panjang. Meski demikian,
pendapatan menegah bawah (3 negara) derajat hubungan tersebut berbeda-beda di
dan menengah atas (5 negara). Felipe tiap negara dengan rincian sebagai berikut.
(2012b) selanjutnya menemukan bahwa Konsumsi listrik terbukti berdampak signi kan
negara-negara yang berhasil tidak masuk terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia,
ke dalam jebakan pendapatan menengah Iran, Nigeria, Qatar, dan Venezuela, kurang
adalah mereka yang memiliki kemampuan berdampak di Aljazair, Irak, dan Libya, tidak
matang dan selanjutnya akan bertransformasi satuannya sudah dalam bentuk persentase.
menjadi proses deindustrialisasi dini. Adapun ringkasan statistik untuk variabel
Selain itu, penelitian ini juga melibatkan yang disertakan dalam penelitian ini adalah
variabel-variabel lain seperti angka partisipasi sebagai berikut.
sekolah tinggi dan indeks harga komoditas Metode
non-energi. Variabel angka partisipasi sekolah
tinggi dilibatkan dalam kajian ini karena Untuk melihat pengaruh konsumsi listrik
kenyataan empiris yang ada menunjukkan, dan industrialisasi terhadap pertumbuhan
modal manusia menjadi kunci untuk ekonomi, studi ini menggunakan model
mentransformasi industri yang berbasis padat Autoregressive Distributed Lag (ARDL).
karya ke industri yang berbasis tekonologi Model ARDL yang digunakan dalam
dan inovasi (Buhaerah, 2018). Variabel penelitian ini mengadopsi model ARDL
indeks harga komoditas non-energijuga perlu yang dikembangkan Shin (1998) dan Pesaran
dilibatkan dalam penelitian ini karena variabel et al. (2001).Penelitian ini menggunakan
ini masih menjadi variabel determinan dalam model ARDL dengan beberapa alasan.
struktur PDB Indonesia hingga saat ini. Pertam a, model ARDL menyediakan
Data kelima variabel tersebut merupakan informasi atau persamaan efek jangka
data sekunder yang diambil dari World panjang dan jangka pendek secara bersamaan.
Development Indicators (WDI) - Bank Dunia, Keempat, persamaan yang digunakan untuk
Badan Pusat Statistik (BPS), dan World mengestimasi hubungan kointegrasi antar
Bank Commodity Price Data (WBCPD). variabel merupakan persamaan tunggal.
Satuan, periode, dan sumber data per variabel Ketiga, model ARDL lebih fleksibel
ditampilkan pada tabel di bawah ini. dibandingkan model kointegrasi lainnya
seperti pendekatan Johansen (1991) karena
Selanjutnya, sebelum menjalankan
tidak mengharuskan adanya uji stasioner
estimasi, gambaran secara deskriptif
per variabel. Keempat, model ARDL dapat
dari masing-masing variabel juga perlu
digunakan meski periode sampel yang
ditampilkan. Variabel PDB riil, konsumsi
digunakan tidak terlalu panjang. Kelima,
daya listrik, dan indeks harga komoditas
berbeda dengan uji kointegrasi standar, tiap
non-energi dalam bentuk logaritmauntuk
variabel dalam model ARDL memungkinkan
memudahkan interpretasi secara ekonomi.
memiliki lag yang berbeda-beda.
Sementara itu, variabel lainnya seperti porsi
barang manufaktur yang diekspor, pekerja Adapun model ARDL yang digunakan
di sektor industri, angka partisipasi sekolah untuk mengestimasi koe sien jangka panjang
tinggi, tidak dalam bentuk logaritma karena dan jangka pendek sebagai berikut.
meningkatkan PDB riil sebesar 1,5 persen barang manufaktur dalam komposisi ekspor
dalam jangka pendek. Indonesia perlu terus didorong guna menjaga
Sementara itu, pengaruh porsi barang keberlanjutan PDB riil. Pada saat yang sama,
manufaktur yang diekspor terhadap PDB nilai konsumsi listrik terutama sektor industri
riil juga tetap signi kan.Sayangnya, dalam pun perlu terus ditingkatkan karena kenaikan
jangka pendek, pengaruh sektor ini terhadap tingkat konsumsi listrik akan mengerek
PDB riil hampir sama rendahnya dengan kinerja industri ke level yang lebih tinggi.
variabel EMI yang tercermin dari nilai Hal ini tentu akan menciptakan efek berganda
koe siennya. Dengan nilai koe sien sebesar yang positif terhadap PDB riil. Selain itu,
0,004, mengindikasikan bahwa kenaikan pengaruh harga komoditas non-energi
1 persen porsi barang manufaktur yang terhadap PDB masih tetap tinggi baik dalam
diekspor, akan meningkatkan PDB riil sebesar jangka pendek maupun jangka panjang.
0,04 persen. Sayangnya, daya dorong variabel Meski begitu, tingkat ketergantungan industri
ini masih kalah dibandingkan variabel nasional atas komoditas primer perlu mulai
konsumsi listrik dalam mendongkrak PDB dikurangi guna mendukung keberlanjutan
riil. Alasannya, nilai koefisien variabel dan kualitas pertumbuhan ekonomi di masa
LELCONlebih tinggi dibandingkan variabel mendatang.
MANE. Terakhir, untuk variabel SET dengan Uji Kointegrasi Bounds
nilai koe sien sebesar 0,005, mengindikasikan
bahwakenaikan angka partisipasi sekolah Tabel 4 menunjukkan nilai F-statistik lebih
tinggi sebesar 1 persen akan meningkatkan tinggi daripada nilai kritisnya. Karena nilai
PDB riil sebesar 0,05 persen dalam jangka F-nya > nilai kritisnya, maka hipotesis nol
pendek. Artinya, meski tidak sekuat variabel yang menyatakan bahwa tidak terdapat
LELCON dan LINE, namun variabel SET hubungan kointegrasi antar variabel dalam
terbukti signi kan mempengaruhi PDB riil model dapat kita tolak. Karena H0 ditolak,
baik dalam jangka pendek maupun jangka maka dapat disimpulkan bahwa memang
panjang. terdapat hubungan kointegrasi antara utang
rumah tangga dengan tingkat pertumbuhan
Jika dibandingkan dengan efek jangka
konsumsi. Begitu pun dengan hasil uji
panjang, selain variabel konsumsi listrik, nilai
statistik-t. Hasil uji statistik-t menunjukkan
koe sien semua variabel lebih rendahdalam
bahwa nilai t-statistik lebih kecil daripada
jangka pendek. Artinya, pengaruh keempat
nilai kritisnya yang mengindikasikan bahwa
variabel lainnya selain variabel konsumsi
terdapat hubungan kointegrasi diantara
listrik, terbukti lebih kuat dalam jangka
variabel yang dilibatkan dalam persamaan.
panjang daripada jangka pendek. Menariknya,
berbeda dalam jangka panjang, variabel Uji Statistik Tambahan
konsumsi listrik menjadi signi kan sedangkan
Untuk memperkuat hasil uji kointegrasi
variabel angka partisipasi sekolah tinggi
di atas, maka beberapa uji statistik juga
menjadi tidak signifikan.Implikasinya,
ditambahkan dalam penelitian ini seperti uji
upaya-upaya untuk meningkatkan porsi
autokorelasi dengan menggunakan uji White model. Jika nilai koefisien estimasi tidak
Noise, normalitas dengan menggunakan berada diantaradua standard error, maka
uji Shapiro-Walk, dan autoregressive koe sien tersebut dikatakan tidak stabil. Hasil
conditional heteroscedasticity (ARCH) tes cusum menunjukkan bahwa residual tidak
dengan menggunakan uji Lagrange Multiplier terakumulasi sepanjang waktu (lihat gra k 1).
(LM). Hasilnya ditunjukkan pada tabel 8 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
di bawah ini. Tabel 8 menunjukkan bahwa model ekonometrika yang digunakan dalam
model yang digunakan penelitian ini telah penelitian ini tergolong cukup baik.
lulus tes autokorelasi, normalitas, dan ARCH.
Artinya, nilai residual dalam model tersebut KESIMPULAN
tidak mengandung serial korelasi, terdistribusi Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
secara normal, dan tidak mengandung efek melihat pengaruh listrik dan industrialisasi
ARCH. terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil
Selain uji statistik di atas, penelitian ini analisis dengan menggunakan model ARDL
juga melibatkan uji cumulative sum of the menunjukkan bahwa pengaruh listrik dan
reisiduals (CUSUM). Tes ini ditujukan untuk angka partisipasi sekolah tinggi terhadap
menghitungnilai recursive residualdalam pertumbuhan ekonomi terbukti positif namun