Anda di halaman 1dari 20

TUGAS BERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

KEWARGANEGARAAN NURUL HIMMAH, S.Pd., M.Pd.

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN

OLEH KELOMPOK 3
HELDAWATI
NIM. 210101050484
JANNAH
NIM. 210101050690
MOCHAMMAD NOOR DWICAHYO
NIM. 210101050510
MUTHIA ADLINA
NIM. 210101050644
SHAFA OKTAVIANI
NIM. 210101050686

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala yang mana telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kami sehingga dapat menyusun makalah ini dengan baik dan lancar tanpa
suatu halangan yang berarti. Shalawat serta salam tak lupa pula kita haturkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. serta para sahabat, kerabat, tabi’in
dan tabi’at serta seluruh pengikut beliau nanti ilaa yaumil qiyamah.

Tak lupa pula kami ucapkan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, terlebih kepada
dosen pengampu mata kuliah Kewarganegaraan yakni Ibu Nurul Himmah, S.Pd.,
M.Pd. yang telah membantu secara moril dan materil serta memberikan panduan
sistematis kepada kami hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Nasihat, kritik serta saran daripada pembaca sangat kami harapkan untuk
kebaikan kita semua serta evaluasi bagi kami selaku penulis daripada makalah ini
agar dapat memperbaiki makalah yang kami buat untuk kedepan nanti. Kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya kepada
khalayak umum. Aamiin Yaa Robbal ‘Alamin.

Banjarmasin, 12 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 1
C. Tujuan Makalah ...................................................................... 2
D. Manfaat Makalah .................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan .................. 3
B. Warga Negara dan Bukan Warga Negara ............................... 5
C. Konsep Dasar Tentang Warga Negara.................................... 7
D. Asas Kewarganegaraan ........................................................... 9
E. Unsur-Unsur Kewarganegaraan .............................................. 11
F. Problem Status Kewarganegaraan .......................................... 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................. 15
B. Saran ....................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu unsur yang ada dalam suatu negara adalah adanya penduduk
(ingezetenen) atau rakyat. Penduduk atau penghuni suatu negara merupakan
semua orang pada sustu waktu mendiami wilayah negara. Mereka secara
sosiologis lazim dinamakan “rakyat” dari negara tersebut, yaitu sekumpulan
manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan yang bersama-
sama mendiami suatu wilayah tertentu.

Negara sebagai suatu entitas adalah abstrak, yang tampak adalah unsur-
unsur negara yang berupa rakyat, wilayah dan pemerintah. Salah satu unsur
negara adalah rakyat. Rakyat yang tinggal di wilayah negara menjadi
penduduk negara yang bersangkutan. Warga negara adalah bagian dari
penduduk suatu negara. Warga negara memiliki hubungan dengan negaranya.
Kedudukannya sebagai warga negara menciptakan hubungan berupa peranan,
hak dan kewajiban, yang bersifat timbal balik.

Makalah ini kami buat untuk membahas hal-hal yang berhubungan


dengan bahasan dari warga negara dan kewarganegaraan. Dimulai dari
definisi hingga problematika-problematika yang menyangkut tentang status
kewarganegaraan dari seseorang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari warga negara dan kewarganegaraan?
2. Apa yang membedakan antara warga negara dan bukan warga negara?
3. Apa konsep dasar tentang warga negara?
4. Apa saja asas-asas kewarganegaraan yang berlaku di dunia dan di
Indonesia?
5. Apa saja unsur-unsur dari kewarganegaraan?
6. Apa saja yang menjadi problematika dalam status kewarganegaraan?
1
C. Tujuan Makalah
1. Untuk menjelaskan pengertian dari warga negara dan
kewarganegaraan.
2. Untuk menjelaskan perbedaan antara warga negara dan bukan warga
negara.
3. Untuk mengetahui konsep dasar dari warga negara.
4. Untuk menjelaskan asas-asas kewarganegaraan yang digunakan di
dunia dan di Indonesia.
5. Untuk mengetahui unsur-unsur dari kewarganegaraan.
6. Untuk menjelaskan problematika yang sering ditemui dalam status
kewarganegaraan seseorang.

D. Manfaat Makalah
Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang hal-hal yang
berhubungan dengan warga negara dan status kewarganegaraan yang dimulai
dari pengertian, perbedaan warga negara dan bukan warga negara, asas dan
unsur kewarganegaraan dan problematika tentang status kewarganegaraan di
suatu negara, termasuk Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan


1. Warga Negara
Warga negara sering kali diartikan dengan orang-orang yang
sebagian dari suatu penduduk wilayah yang menjadi unsur negara.
Istilah warga negara pada dulunya sering disebut hamba atau kawula
negara. Tetapi, pada kenyataannya istilah warga negara lebih sesuai
kedudukannya sebagai orang yang merdeka karena warga negara
mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu negara. Warga
negara merupakan suatu peserta dari suatu persekutuan yang didirikan
dengan kekuatan bersama, atas dasar tanggung jawab bersama dan
untuk kepentingan bersama pula.1
Secara umum warga mengandung arti peserta atau anggota dari
suatu organisasi perkumpulan. Jadi secara sederhana warga negara
diartikan sebagai anggota dari suatu negara. Istilah warga negara
merupakan terjemahan kata citizen (Inggris). Kata citizen secara
etimologis berasal dari bangsa romawi yang pada waktu itu berbahasa
latin, yaitu kata “civis” atau “civitas” yang berarti anggota warga dari
city-state. Selanjutnya kata ini dalam bahasa Prancis diistilahkan
“citoyen” yang bermakna warga dalam “cite” (kota yang memiliki hak-
hak terbatas. Dengan demikian, citoyen atau citizen bermakna warga
atau penghuni kota).
Ada beberapa pendapat ahli yang mengutarakan definisi dari
warga negara, diantaranya:
a. A. S. Hikam, mendefinisikan bahwa warga negara merupakan
terjemahan dari citizenship, yaitu anggota dari sebuah komunitas
yang membentuk negara itu sendiri.

1
Titik Triwulan Tutik dan Mardjudi, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen
UUD 1945, (Jakarta: Kencana, 2015), hlm. 303.

3
b. Koerniatmanto S., mendefinisikan warga negara dengan anggota
negara. Sebagai anggota negara, seorang warga negara memiliki
kedudukan yang khusus terhadap negaranya. Ia memiliki
hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap
negaranya.2
c. Austin Ranney, mendefinisikan warga negara adalah orang-orang
yang memiliki kedudukan resmi sebagai anggota penuh suatu
negara.
d. Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958, menyatakan bahwa
Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa indonesia adalah
orang-orang bangsa indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara
Indonesia.
Selain istilah warga negara, adapun istilah lainnya, seperti rakyat
dan penduduk. Rakyat lebih merupakan konsep politis dan menunjukan
pada orang-orang yang berada di bawah satu pemerintahan dan tunduk
pada pemerintahan itu. Istilah rakyat umumnya dilawankan dengan
penguasa. Sedangkan penduduk adalah orang-orang yang bertempat
tinggal disuatu wilayah negara dalam kurun waktu tertentu. Orang
berada di suatu wilayah negara dapat dibedakan antara penduduk dan
nonpenduduk. Lebih jauh lagi penduduk negara dapat dibedakan
menjadi warga negara dan orang asing atau bukan warga negara.

2. Kewarganegaraan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi kewarganegaraan
adalah hal yang berhubungan dengan warga negara dan
keanggotaansebagai warga negara. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia, kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang

2
Dede Rosyada, dkk., Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, (Jakarta Selatan:
ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2000), hlm. 74.

4
berhubungan dengan warga negara. Dalam bahasa Inggris,
kewarganegaraan dikenal dengan kata citizenship, artinya keanggotaan
yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dengan warga
negara.
Kewarganegaraan memiliki keanggotaan yang memperlihatkan
hubungan antar negara dan warga negaranya. Pengertian
kewarganegaraan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:3
a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis
Kewarganegaraan dalam artian ini ditandai dengan adanya ikatan
hukum antara orang-orang dan negaranya. Adanya ikatan hukum
tersebut menimbulkan akibat-akibat tertentu, yakni orang-orang
tersebut berada di bawah kekuasaan suatu negara yang
bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum ini dapat
dibuktikan dengan adanya akta kelahiran, surat pernyataan, bukti
kewarganegaraan, dan sebagainya.
b. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis
Kewarganegaraan dalam artian ini tidak ditandai dengan adanya
ikatan hukum, tetapi ditandai dengan adanya ikatan emosional
seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan
sejarah, dan ikatan tanah air. Dengan kata lain, dapat dikatakan
bahwa ikatan ini lahir dengan sendirinya dari penghayaran warga
negara yang bersangkutan.

B. Warga Negara dan Bukan Warga Negara


Menurut hubungannya dengan pemerintah, masyarakat sebuah negara
terbagi menjadi dua yaitu warga negara dan bukan warga negara. Warga
negara adalah subyek hukum dengan hak dan kewajiban dari sekaligus
terhadap negara. Seorang warga negara sudah dipastikan diakui status
kewarganegaraannya.

3
Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Civic Education: Antara Realitas Politik dan Implementasi
Hukumnya, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 97.

5
Sedangkan bukan warga negara atau yang lebih sering disebut dengan
orang asing yakni orang yang berada di wilayah hukum suatu negara akan
tetapi secara hukum tidak menjadi warga negara di negara yang bersangkutan.
Walaupun bukan warga negara, mereka juga harus tetap mematuhi segala
peraturan yang ditentukan oleh pemerintah negara yang bersangkutan. Tetapi
yang membedakan warga negara dan bukan warga negara yaitu terletak pada
hak dan kewajiban dimana hak dan kewajiban yang melekat pada warga
negara tidak dipunyai oleh orang-orang yang bukan warga negara dari suatu
negara.

Di Indonesia, klasifikasi tentang siapa saja yang menjadi warga negara


indonesia sudah dijelaskan dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menegaskan bahwa
Warga Negara Indonesia adalah:
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau
berdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara
lain sebelumu ndang-undang ini berlaku sudah menjadi warga negara
Indonesia;
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu
warga negara Indonesia;
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga
negara Indonesia dan ibu warga negara Asing;
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga
negara Asing dan ibu warga negara Indonesia;
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga
negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan
atas hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan
kepada anak tersebut;
6. Anak yang lahir dalam tegang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah
ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya
Warga Negara Indonesia;
6
7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga
negara Indonesia;
8. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga
negara Asing yang diakui oleh seorang ayah warga negara Indonesia
sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut
berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;
9. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu
lahir tidak jelas ststus kewarganegaraan ayah dan ibunya;
10. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
11. Anak yang baru lahir wilayah negara Republik Indonesia apabila
ayahnya dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak
diketahui keberadaannya;
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah negara Republik Indonesia dari
seorang ayah dan ibu warga negara Indonesia yang karena ketentuan
dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraan, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.4

C. Konsep Dasar tentang Warga Negara


Warga negara adalah orang-orang yang menurut hukum atas secara
resmi merupakan anggota dari suatu negara tertentu. Warga negara memiliki
hubungan dengan negaranya. Kedudukannya sebagai warga negara
menciptakan hubungan berupa hak dan kewajiban yang bersifat timbal
balik.Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban terhadap negaranya.
sebaliknya negara memiliki hak dan kewajiban terhadap warganya.

4
Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Civic Education: Antara Realitas Politik dan Implementasi
Hukumnya, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 110.

7
Dalam keseharian pengertian warga negara sering disamakan dengan
rakyat dan penduduk, padahal tidak demikian, sehubungan dengan hal ini
maka perlu dijelaskan pengertian masing-masing dan perbedaannya.

Orang yang berada di suatu wilayah negara dapat dibedakan menjadi


dua, yaitu:
1. Penduduk
Penduduk adalah seseorang yang bertempat tinggal di suatu
wilayah negara dalam kurun waktu tertentu penduduk dalam suatu
negara dapat di lagi menjadi dua yaitu warga negara dan orang asing.
Orang asing adalah orang-orang yang untuk sementara atau tetap
bertempat tinggal di negara tertentu, tetapi tidak berkedudukan sebagai
warga negara, mereka adalah warga negara dari negara lain yang
dengan izin pemerintah setempat menetap di negara yang bersangkutan.
2. Bukan Penduduk
Adalah orang yang hanya tinggal sementara waktu saja di suatu
wilayah negara. Misal, orang Australia yang berada di Bali untuk
berwisata selama beberapa waktu tertentu bukanlah penduduk
Indonesia, sedangkan orang Jerman yang karena tugasnya harus
bertempat tinggal atau menetap di Jakarta adalah penduduk Indonesia.
Didalam suatu negara terdapat jumlah orang yang berstatus
sebagai warga negara sekaligus sebagai penduduk, dan berjumlah
penduduk yang berstatus bukan sebagai warga negara (orang asing).
Perbedaan status atau kedudukan sebagai penduduk dan bukan
penduduk, juga penduduk warga negara dan penduduk bukan warga
negara menimbulkan perbedaan hak dan kewajiban.

D. Asas Kewarganegaraan
Asas kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk
tidaknya seseorang dalam golongan warga negara dari suatu negara tertentu.
Perlunya asas kewarganegaraan adalah supaya orang yang sudah memiliki
8
kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau wewenang negara lain.
Negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum kepada orang
yang bukan warga negaranya.

Setiap negara memiliki kewenangan dalam menentukan asas


kewarganegaraan. Penentuan warga negara oleh negara sifatnya penting
karena berhubungan dengan penentuan status hukum yang berada dalam
suatu negara.

Secara teoritis penentuan status kewarganegaraan terdapat dua teori


yang sangat populer, yaitu asas ius soli dan asas ius sanguinis. Asas ius soli
adalah asas daerah kelahiran, artinya status kewarganegaraan seseorang
ditentukan daripada tempat kelahirannya. Sedangkan asas ius sanguinis
adalah asas keturunan atau hubungan darah, artinya status kewarganegaraan
seseorang ditentukan oleh tempat kelahirannya.5 Adanya ketentuan-
ketentuan yang tegas mengenai status kewarganegaraan untuk mencegah
adanya penduduk yang berstatus apatride dan bipatride. Ketentuan-ketentuan
itu juga penting untuk membedakan hak dan kewajiban antara warga negara
dan bukan warga negara.

Selain kedua teori diatas, Ruslan (2015) menjelaskan setiap negara


bebas dalam menentukan asas-asas kewarganegarannya. Adapun asas-asas
tersebut antara lain:
1. Asas kelahiran (ius soli), adalah penentuan status kewarganegaraan
berdasarkan tempat atau daerah daripada kelahiran seseorang. Pada
awalnya, asas kewarganegaraan hanya terdiri dari ius soli saja, akan
tetapi dengan tingginya mobilitas manusia maka diperlukan asas
lainnya yang tidak berpatokan pada asas kelahiran sebagai realitas
bahwa orang tersebut dilahirkan di tempat salah satu orang tuanya

5
Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hlm.
110.

9
(misal di tempat ibunya). Jika asas ius soli ini tetap dipertahankan, maka
si anak tersebut tidak berhak mendapatkan status kewarganegaraan
ayahnya. Atas dasar hal tersebut, maka muncullah asas ius sanguinis.
2. Asas keturunan (ius sanguinis), adalah penentuan status
kerwarganegaraan berdasarkan pertalian darah atau keturunan. Jika
suatu negara menganut asas ius sanguinis, maka seseorang yang lahir
dari orang tua yang memiliki kewarganegaraan suatu negara maka
anaknya juga berhak mendapatkan status kewarganegaraan orang
tuanya.
3. Asas perkawinan, adalah penentuan status kewarganegaraan yang
didasarkan pada aspek perkawinan yang memiliki asas kesatuan
hukum. Selain itu, asas perkawinan juga mengandung asas persamaan
derajat. Hal ini dikarenakan suatu perkawinan tidak menyebabkan
perubahan status kewarhanegaraan masing-masing pihak.
4. Asas pewarganegaraan (naturalisasi). Naturalisasi dibagi menjadi dua,
yakni naturalisasi aktif dan naturalisasi pasif. Naturalisasi aktif yaitu
seseorang yang dapat menggunakan hak untuk memilih atau
mengajukan kehendak menjadi warga negara dari suatu negara.
Sedangkan naturalisasi pasif yaitu seseorang yang tidak mau
diwarganegarakan oleh suatu negara atau tidak mau diberikan status
warga negara dari suatu negara, maka orang tersebut dapat
menggunakan hak repudiasi atau hak untuk menolak pemberian
kewarganegaraan dari suatu negara tersebut.6

Ketentuan-ketentuan yang mengatur persoalan kewarganegaraan


termasuk asas-asas kewarganegaraan yang digunakan di Indonesia tercantum
dalam Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia yaitu Undang-Undang

6
Ruslan, Pendidikan Kewarganegaraan, (Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, 2015), hlm. 45-
46.

10
Nomor 62 Tahun 1958 yang kemudian diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.7

Menurut Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam
penentuan kewarganegaraanya menganut asas-asas sebagai berikut.
1. Asas ius sanguinis, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat
dilahirkan.
2. Asas ius soli secara terbatas, yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahirannya,
yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan
yang diatur oleh undang-undang.
3. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang.
4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam undang-undang.8

E. Unsur-Unsur Kewarganegaraan
Asas kewarganegaraan seseorang dapat ditentukan oleh ketentuan
daripada masing-masing negara yang bersangkutan. Warga negara
mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya dan mempunyai
hubungan timbal balik terhadap negaranya dan dari suatu negara pasti
mempunyai unsur-unsur kewarganegaraan. Adapun unsur-unsur
kewarganegaraan antara lain:
1. Unsur Darah Keturunan (ius sanguinis)

7
C.S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 202-
203.
8
Nuryadi dan Tolib, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/MA/SMK/MA Kelas
X, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud, 2016), hlm. 53.

11
Dalam unsur ini, cara memperoleh suatu kewarganegaraan
didasarkan pada kewarganegaraan dari orang tuanya. Artinya,
kewarganegaraan orang tuanya menentukan kewarganegaraan dari
anaknya.9
Prinsip ini merupakan prinsip asli yang telah berlaku sejak dulu
kala. Hal ini dibuktikan dengan sistem kesukuan, dimana seorang anak
yang lahir dalam suatu suku dengan sendirinya ia langsung menjadi
bagian daripada suku tersebut. Prinsip ini sekarang diterapkan di
beberapa negara di dunia, misalnya Inggris, Amerika Serikat, Perancis,
Jepang, dan juga Indonesia.
2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (ius soli)
Pada unsur ini, kewarganegaraan dari seseorang dapat ditentukan
berdasarkan daerah tempat ia dilahirkan.10 Terkecuali anggota-anggota
korps diplomatik atau tentara asing yang masih terikat dalam ikatan
dinas tugas. Prinsip ius soli ini juga sama berlaku di negara Inggris,
Amerika Serikat, Perancis, dan Indonesia.11
3. Unsur Pewarganegaraan (naturalisasi)
Seseorang yang tidak memenuhi syarat kewarganegaraan baik
dari unsur ius soli maupun ius sanguinis tetap bisa mendapatkan atau
memperoleh kewarganegaraan, yaitu dengan pewarganegaraan atau
sering disebut juga naturalisasi. Proses naturalisasi harus memenuhi
beberapa persyaratan yang sudah ditentukan dalam peraturan
kewarganegaraan yang bersangkutan. Di Indonesia, masalah
kewarganegaraan ini sudah diatur dalam UU No. 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang
ini menyatakan bahwa kewarganegaraan dapat juga diperoleh melalui
permohonan pewarganegaraan. Permohonan pewarganegaraan ini bisa
diperoleh dengan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.

9
A. Ubaedillah, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Prenada
Media, 2008), hlm. 77.
10
Ibid.
11
Ibid.

12
Persyaratan atau prosedur pewarganegaraan disesuaikan menurut
kebutuhan yang berdasar pada kondisi dan situasi negara.

F. Problem Status Kewarganegaraan


Problem status kewarganegaraan terjadi akibat asas kewarganegaraan,
khususnya asas kewarganegaraan yang dilihat berdasarkan tempat lahir (ius
soli) dan keturunan (ius sanguinis) , yang menyebabkan munculnya problem
status kewarganegaraan yang disebut dengan apatride dan bipatride.
Problem status kewaganegaraan ini terjadi dikarenakan perbedaan asas
kewarganegaraan yang digunakan oleh negara-negara di dunia.
1. Apatride
Apatride adalah istilah bagi seseorang yang tidak memiliki status
kewarganegaraan. Orang yang berada dalam kondisi apatride tidak
akan diakui sebagai warga negara di negara manapun sehingga dia tidak
bisa melakukan hubungan dengan negara, dalam artian dia tidak bisa
menuntut hak terhadap negara dan tidak ada jaminan oleh negara
terhadap apapun yang menimpanya. Contohnya: Orang Amerika
(negara penganut asas tempat lahir/ius soli) pergi ke negara China
(negara penganut asas keturunan/ius sanguinis) dan melahirkan anak di
China, sang anak tidak di akui sebagai warga negara Amerika, karena
dia tidak dilahirkan di Amerika yang menganut asas tempat lahir.
Sebaliknya sang anak juga tidak diakui sebagai warga negara China
yang menganut asas keturunan karena orang tuanya bukan orang China.
Artinya sang anak menjadi apatride (tidak memiliki kewarganegaraan).
2. Bipatride
Bipatride adalah istilah bagi seseorang yang memiliki
kewarganegaraan ganda (rangkap) atau memiliki dua
kewarganegaraan. orang yang berada dalam kondisi bipatride, ia akan
memiliki peran ganda serta memiliki hak dan kewajiban ganda pula dari
dua negara yang mengakuinya sebagai warga negara. Hal ini akan
menimbulkan kesulitan bagi orang yang bersangkutan dalam hal
melaksanakan kewajibannya, seperti kewajiban bela negara, hingga
13
kewajiban untuk membayar pajak. Contohnya: Orang China (negara
penganut asas keturunan/ius sanguinis) pergi ke Amerika (negara
penganut asas tempat lahir/ ius soli) dan melahirkan anak di Amerika.
Sang anak diakui sebagai warga negara Amerika karena lahir di
Amerika. Di sisi lain, sang anak juga diakui sebagai warga negara China
karena orang tuanya keturunan warga negara China. Artinya, sang anak
menjadi bipatride (memiliki dua kewarganegaraan).

Selain apatride dan bipatride, ada juga istilah status kewarganegaraan


multipatride. Multipatride adalah orang yang memiliki dua atau lebih status
kewarganegaraan. Hal ini bisa terjadi jika seseorang yang telah memiliki
kewarganegaraan ganda, saat dewasa menerima atau meminta status
kewarganegaraan dari negara lain dengan tidak melepas status
kewarganegaraan yang lama. Namun, hanya sedikit negara yang memberikan
status multipatride untuk warganya.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Warga negara dan kewarganegaraan memiliki pengertian yang tak
serupa. Warga negara sering kali diartikan dengan orang-orang yang
sebagian dari suatu penduduk wilayah yang menjadi unsur negara.
Sedangkan kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang
berhubungan dengan warga negara.
2. Perbedaan yang mencolok antara seorang warga negara dan bukan
warga negara terletak pada hak dan kewajiban dimana hak dan
kewajiban yang melekat pada warga negara tidak dipunyai oleh orang-
orang yang bukan warga negara dari suatu negara.
3. Dalam keseharian, pengertian warga negara sering kali disamakan
dengan pengertian penduduk. Padahal seorang penduduk belum tentu
merupakan seorang warga negara dari suatu negara.
4. Secara teoritis, asas kewarganegaraan terbagi menjadi dua yaitu asas
kelahiran (ius soli) dan asas keturunan (ius sanguinis).
5. Setiap negara pasti mempunyai unsur-unsur kewarganegaraan,
misalnya unsur darah keturunan, unsur daerah tempat kelahiran, dan
unsur pewarganegaraan.
6. Dalam status kewarganegaraan, ada dua problem yang umumnya kita
temui di kehidupan yakni apatride (seseoarang yang tidak memiliki
kewarganegaraan) dan bipatride (seseorang yang memiliki
kewarganegaraan ganda).

B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan yakni perlu adanya diskusi lanjutan
untuk membahas makalah yang kami tulis. Karena kami sebagai penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan serta jauh dari kata
sempurna. Kami berharap saran dan kritik dari pembaca untuk evaluasi
makalah kami ke depannya.
15
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, dkk., “Warga Negara dan Kewarganegaraan”. Makalah. Amuntai:


Academia, 2019.
Efendi, Ahmad. 2021. “Kenali Macam-Macam Asas Kewarganegaraan Indonesia
dan Masalahnya”. https://tirto.id/kenali-macam-macam-asas-
kewarganegaraan-indonesia-dan-masalahnya-ginR, diakses pada 12
September 2021.
Harahap, Aidil, “Makalah Kewarganegaraan”. Makalah. Kisaran: Academia, 2018.
Kansil, C.S.T., Hukum Tata Negara Republik Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta,
2008.
Nurhayati, T., “…Kewarganegaraan dan Warga Negara”. Skripsi. Banten: UIN
Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2018.
Nuryadi dan Tolib, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk
SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemdikbud, 2016.
Putra, Zulfikar, dan H. Farid Wajdi, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi. Malang: Ahlimedia Press, 2021.
Putri, Vanya Karunia Mulia. 2021. “Apa itu Asas Ius Sanguinis?”.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/24/150143269/apa-itu-asas-
ius-sanguinis?page=all, diakses pada 12 September 2021.
Rahayu, Ani Sri, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2015.
Ratna, Dewi. 2016. “2 Asas yang Bikin Kamu Jadi Warga Negara, Apa Saja?”.
https://www.merdeka.com/pendidikan/2-asas-yang-bikin-kamu-jadi-warga-
negara-apa-aja.html, diakses pada 12 September 2021.
Ruslan, Pendidikan Kewarganegaraan. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala,
2015.
Taufiq, Iwan, “Makalah Asas dan Kewarganegaraan”. Makalah. Academia, 2016.
Ubaedillah, A., dkk., Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani.
Jakarta: Prenada Media, 2003.

16
Universitas Andalas, “Prinsip Dwi Kewarganegaraan Terhadap Anak dalam
Menentukan Kewarganegaraannya Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dan Dalam
Perspektif Hak Asasi Manusia”. Tesis. Padang: Scholar Universitas Andalas,
2018.
Widodo, Wahyu, Budi Anwar, dan Maryanto, Pendidikan Kewarganegaraan.
Yogyakarta: Andi, 2015.
Zulfikar, Fahri. 2021. “Pengertian Warga Negara Beserta Hak dan Kewajibannya”.
https://detik.com/edu/detikpedia/d-5624985/pengertian-warga-negara-
beserta-hak-dan-kewajibannya, diakses pada 13 September 2021.

17

Anda mungkin juga menyukai