Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“QIRA’AT AL-QUR’AN”
CABANG CABANG DAN TUJUAN ULUMUL QUR'AN

DOSEN PEMBIMBING
Dr.Syarif,S.Ag,M.A / Nurhasana
DISUSUN OLEH

Umi Kalsum
12110038
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
IAIN PONTIANAK
2021/2020

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya

maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini selesai tepat pada waktunya. Makalah

ini disusun untuk memenuhi tugas tersruktur mandiri dari mata kuliah Sejarah

Peradaban Islam. Penulisan dan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari

bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih

kepada Dr. Patmawati, S.Ag, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah

Peradaban Islam dan teman-teman Program Studi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah yang telah memberikan dukungannya. Penulis telah berusaha secara

optimal dalam penulisan makalah ini. Apabila masih terdapat banyak kekeliruan

dalam penulisan ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap makalah

ini dapat memberikan pengetahuan baru dan kiranya dapat memberikan konstribusi

bagi seluruh pembaca serta bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam

meningkatkan pengetahuan kepada para mahasiswa.

Pontianak, 9 November 2021


Penyusun

Umi Kalsum

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………..................……………………………………… i

DAFTAR ISI………………………......................……………………………………………..
ii

BAB I

PENDAHULUAN………………............……………………………………….…........
……..5

A. Latar belakang………………………............………………………….……….....5
B. Rumusan masalah……………………............…………………………………. 5
C. Tujuan penuliasan.................................................................... 5

BAB II

PEMBAHASAN……………………………………….……………………......................……….
6
A. Ruang Lingkup Ulumul Qur'an....……….………........…………6
B. Cabang Cabang Ulumul Qur'an.......................................…....9
C. Tujuan Ulumul Qur'an...........................................................10

BAB III
PENUTUP…………………………….........................
……………………………………………..13
A. KEIMPULAN……………..................…………………………………………….13
B. SARAN…………………………....................……………………………………...14

DAFTAR PUSTAKA………………………..................…………………………………..15

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kalammullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad lewat
perantara malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber ilmu bagi
kaum muslimin yang merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal,
baik aqidah, ibadah, etika, mu’amalah dan sebagainya.
Mempelajari isi Al-Qur’an akan memperluas pandangan dan pengetahuan kita,
serta kita akan mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru. Al-Qur’an diturunkan
dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa setiap orang Arab dapat
mengerti isi Al-Qur’an. Ada juga anggapan bahwa dengan bantuan terjemahan Al-
qur’an maka Al-qur’an dapat dimengerti dengan mudah meskipun tidak tau bahasa
arab. Padahal orang Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan Al-
Qur’an. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui isi kandungan Al-Qur’an
diperlukan sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana, tata cara menafsirkan Al-
Qur’an. Yaitu Ulumul Qur’an atau Ulum at tafsir.

B. Rumusan Masalah
1. Ruang Lingkup Ulumul Qur’an
2. Cabang-cabang Ulumul Qur’an
3.Tujuan Ulumul Qur'an

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Ruang Lingkup Ulumul Qur’an
2. Mengetahui Cabang-Cabang Ulumul Qur’an

5
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Ulumul Qur’an


Ruang lingkup Ulumul Qur’an merupakan suatu ilmu yang
mempunyai ruang lingkup pembahasan yang luas. Ulumul Qur’an
meliputi semua ilmu yang ada kaitanya dengan Al-Qur’an, baik berupa
ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab,
seperti ilmu balaghah dan ilmu I’rab al-Qur’an.1 Disamping itu, masih
banyak lagi ilmu-ilmu yang tercakup di dalamnya. Dalam kitab Al-
Itqan, Assyuyuthi menguraikan sebanyak 80 cabang ilmu. Dari tiap-
tiap cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian dia
mengutip Abu Bakar Ibnu al_Araby yang mengatakan bahwa ulumul
qur’an terdiri dari 77.450 ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata
yang terdapat dalam al-qur’an dengan dikalikan empat. Sebab, setiap
kata dalam al-Qur’an mengandung makna Dzohir, batin, terbatas, dan
tidak terbatas. Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufrodatnya.
Adapun jika dilihat dari sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka
jumlahnya menjadi tidak terhitung. Firman Allah :

Katakanlah Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-


kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan
sebanyak itu (pula).(Q.S. Al-Kahfi 109).

1 Wahid H. Ramli Abdul, ulumul qur’an. (Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada)

6
a. Pokok Pembahasan Ulumul Qur’an
Secara garis besar Ilmu Al-Qur’an terbagi dua pokok bahasan yaitu :
1. Ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata-mata, seperti
ilmu yang membahas tentang macam-macam qira’at, tempat turun
ayat-ayat Al-Qur’an, waktu-waktu turunnya dan sebab-sebabnya.
2. Ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu yang
diperoleh dengan jalan penelaahan secara mendalam seperti
memahami lafadz yang ghorib (asing) serta mengetahui makna ayat-
ayat yang berhubungan dengan hukum.
Namun, Ash-Shiddieqy2 memandang segala macam pembahasan
ulumul Qur’an itu kembali kepada beberapa pokok pembahasan saja
seperti :
Ø Nuzul. Permbahasan ini menyangkut dengan ayat-ayat yang
menunjukan tempat dan waktu turunya ayat Al-Qur’an misalnya :
makkiyah, madaniyah, hadhariah, safariyah, nahariyah, lailiyah,
syita’iyah, shaifiyah, dan firasyiah. Pembahasan ini juga meliputi hal
yang menyangkut asbabun nuzul dan sebagainya.
Ø Sanad. Pembahasan ini meliputi hal-hal yang menyangkut sanad
yang mutawattir, ahad, syadz, bentuk-bentuk qira’at nabi, para
periwayat dan para penghapal Al-Qur’an Al-Qur’an, dan Cara
Tahammul (penerimaan riwayat).
Ø Ada’ al-Qira’ah. Pembahasan ini menyangkut waqof, ibtida’,
imalah, madd, takhfif hamzah, idghom.
Ø Pembahasan yang menyangkut lafadz Al-Qur’an, yaitu tentang
gharib, mu,rab, majaz, musytarak, muradif, isti’arah, dan tasybih.

2Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi, sejarah dan pengantar ilmu Al-Qur’an/


tafsir, Bulan Bintang, Jakarta, 1972, hlm 103-104

7
Ø Pembahasan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum,
yaitu ayat yang bermakna Amm dan tetap dalam keumumanya, Amm
yang dimaksudkan khusus, Amm yang dikhususkan oleh sunnah, nash,
dhahir, mujmal, mufashal, manthuq, mafhum, mutlaq, muqayyad,
muhkam, mutasyabih, musykil, nasikh mansukh, muqaddam,
mu’akhar, ma’mul pada waktu tertentu, dan ma’mul oleh seorang saja.
Ø Pembahasan makna Al-Qur’anyang berhubungan dengan lafadz,
yaitu fashl, washl, ijaz, ithnab, musawah, dan qashr.

B. Cabang – Cabang Ulumul Qur’an

Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan macamnya, ulumul
Qur’an tidak lahir sekaligus. Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu disiplin
ilmu melalui proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan
kebutuhan dan kesempatan untuk membenahi Al-Qur’an dari segi
keberadaanya dan segi pemahamanya.3

Diantara cabang-cabang ‘ulumul qur’an yang terpokok adalah sebagai


berikut:

1. Ilmu Mawathin al-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan tempat-


tempat, musim, awal dan akhir turunnya ayat.

2. Ilmu Tawarikh al-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan dan


menjelaskan masa dan urutan turunnya ayat, satu demi satu dari yang awal
hingga yang turun.

3. Ilmu Asbab al-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan sebab turunnya


ayat.

3 Wahid H. Ramli Abdul, ibid, hlm 15

8
4. Ilmu Qira’at, yaitu ilmu yang menerangkan ragam qira’at ( pembacaan
al-qur’an ) yang telah diterima Rasulullah SAW. Apabila dikumpulkan, qira’at ini
terdiri atas 10 macam qira’at yang shahih dan beberapa macam pula yang
tidak shahih.

5. Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang menerangkan cara membaca al-qur’an,


tempat memulai, atau tempat berhenti ( waqaf ).

6. Ilmu Gharib al-Qur’an, yaitu ilmu yang menerangkan makna kata-kata


ganjil yang tidak konvensional, atau tidak terdapat dalam percakapan sehari-
hari. Ilmu ini menerangkan kata-kata yang halus.

7. Ilmu Nasikh wa al – Mansukh, yaitu ilmu yang menerangkan ayat-ayat


yang menghapus dan dianggap dihapus oleh sebagian

mufassir.4

C. Tujuan Ulumul Qur'an

Adapun tujuan dari mempelajari ‘Ulumul Qur’an adalah:

1. Agar dapat memahami kalam Allah ‘Aza Wajalla sejalan dengan keterangan
yang dikutip oleh para sahabat dan para tabi’in tentang interprestasi mereka
terhadap Al-Qur’an

2. Agar mengetahui cara dan gaya yang digunakan oleh para mufassir (ahli tafsir)
dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan disertai penjelasan tentang tokoh-tokoh ahli
tafsir yang ternama serta kelebihan-kelebihannya.

3. Agar mengetahui persyaratan-persyaratan dalam menafsirkan Al-Qur’an

4. Mengetahui ilmu-ilmu lain yang dibutuhkan dalam menafsirkan Al-Qur’an.

Hubungan ‘Ulumul Qur’an dengan tafsir juga dapat dilihat dari beberapa hal
yaitu:

9
a. Fungsi ‘Ulumul Qur’an sebagai alat untuk menafsirkan, yaitu:

1. Ulumul Qur’an akan menentukan bagi seseorang yang membuat syarah atau
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara tepat dapat dipertanggung jawabkan.
Maka bagi mafassir ‘Ulumul Qur’an secara mutlak merupakan alat yang harus
lebih dahulu dikuasai sebelum menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.

2. Dengan menguasai ‘Ulumul Qur’an seseorang baru bisa membuka dan


menyelami apa yang terkandung dalam Al-Qur’an

3. ‘Ulumul Qur’an sebagai kunci pembuka dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an


sesuai dengan maksud apa yang terkandung di dalamnya dan mempunyai
kedudukan sebagai ilmu pokok dalam menafsirkan Al-Qur’an. Fungsi ‘Ulumul
Qur’an sebagai Standar atau Ukuran TafsirApabila dilihat dari segi ilmu, ‘Ulumul
Qur’an sebagai standar atau ukuran tafsir Al-Qur’an artinya semakin tinggi dan
mendalam ‘Ulumul Qur’an dikuasai oleh seseorang mufassir maka tafsir yang
diberikan akan semakin mendekati kebenaran, maka dengan ‘Ulumul Qur’an akan
dapat dibedakan tafsir yang shahih dan tafsir yang tidak shahih.

Ada beberapa syarat dari ahli tafsir ( mufassir) yaitu:

1. Akidahnya bersih

2. Tidak mengikuti hawa nafsu

3. Mufassir mengerti Ushul at-Tafsir

4. Pandai dalam ilmu riwayah dan dirayah hadits

5. Mufassir mengetahui dasar-dasar agama

6. Mufassir mengerti ushul fiqh

7. Mufassir menguasai bahasa Arab

10
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa ‘Ulumul Qur’an sangat penting
dipelajari dalam rangka sebagai pijakan dasar dalam menafsirkan Al-Qur’an oleh
para mufassir. Dapat dikatakan semakin dikuasainya ‘Ulumul Qur’an oleh
mufassir maka semakin tinggilah kualitas tafsir yang dibuatnya.

11
 BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ulumul Qur’an merupakan suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup
pembahasan yang luas. Ulumul Qur’an meliputi semua ilmu yang ada
kaitanya dengan Al-Qur’an, baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir
maupun ilmu-ilmu bahasa Arab. Disamping itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu
yang tercakup di dalamnya.
Secara garis besar Ilmu Al-Qur’an terbagi dua pokok bahasan yaitu :
1. Ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata-mata, seperti ilmu yang
membahas tentang macam-macam qira’at, tempat turun ayat-ayat Al-
Qur’an, waktu-waktu turunnya dan sebab-sebabnya.
2. Ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh
dengan jalan penelaahan secara mendalam seperti memahami lafadz yang
ghorib (asing) serta mengetahui makna ayat-ayat yang berhubungan dengan
hukum.

12
Pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu
disiplin ilmu melalui proses secara bertahap dan sesuai dengan kebutuhan
dan kesempatan untuk membenahi Al-Qur’an dari segi keberadaanya dan
segi pemahamanya.

B. Saran
Semoga makalah ini memberi sedikit gambaran tentang pengertian, ruang
lingkup, pokok-pokok bahasan, dan sejarah perkembangan dari Ulumul
Quran. Sehingga memotivasi kita untuk terus memperdalam Ulumul Quran.,

13
DAFTAR PUSTAKA

Raml, Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 2002
Al abyadi, Ibrahim. (1991). Sejarah Al-Qur’an. Jakarta:
Rineka cipta.
http://ulumulstai.blogspot.com/favicon.ico

14

Anda mungkin juga menyukai