Proteksi Katodik
ABSTRAK
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan
berlangsung dengan sendirinya yang menyebakan degradasi mutu dari logam yang terkena
korosi. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi reduksi dan oksidasi
(redoks) antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan
senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut
perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Korosi pada dasarnya
merupakan sifat alamiah dari logam, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau
dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga
memperlambat proses perusakannya.. Salah satu metode pengendalian korosi proteksi
katodik (Cathodic Protection). Terdapat dua jenis proteksi katodik, yaitu metode impressed
current (arus paksa) dan sacrificial anode (anoda korban). Metode anoda korban adalah
metode dengan menghubungkan benda kerja dengan logam lain yang memiliki potensial
reduksi yang lebih kecil (anoda). Hal ini akan menyebabkan terjadinya suatu sel galvanik dan
menjadikan benda kerja sebagai suatu katoda. Adapun tujuan dari prakikum ini adalah
menunjukkan prinsip proteksi katodik dengan anoda korban. Adapun alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah Anoda Korban Zn, Logam Fe/Baja, Elektroda Standar
kolomel, Larutan NaCl 3% dengan prosedur praktikum 1. Menyusun Rangkaian percobaan
Seperti gambar 6 2. Mengukur potensial natural/awal 3. Menghubungkan baja dengan anoda
korban Zn 4. Mengukur potensial proteksi pada baja. Kemudian dari percobaan anoda korban
didapatkan hasil berupa potensial sel dari anoda Al dan anoda Zn terhadap katoda Fe, yaitu
pada anoda Al sebesar -525 V dan pada anoda Zn sebesar -911 V. Hasil ini sesuai dengan
teori bahwa potensial sel dengan anoda Al lebih besar nilainya daripada potensial sel dengan
anoda Zn.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan
berlangsung dengan sendirinya yang menyebakan degradasi mutu dari logam yang terkena
korosi. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi reduksi dan oksidasi
(redoks) antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan
senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut
perkaratan. Korosi pada dasarnya merupakan sifat alamiah dari logam, oleh karena itu korosi
tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau
diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses perusakannya. Salah satu metode
pengendalian korosi adalah proteksi katodik (Cathodic Protection). Dalam suatu sel korosi
basah anoda lah yang terkorosi, sedangkan bagian yang tidak terkorosi adalah katoda.
Berdasarkan gejala tersebut agar logam dapat terproteksi harus memperlakukan logam secara
keseluruhan sebagai katoda, sehingga logam terproteksi dari serangan korosi dengan cara
menambahkan anoda baru. Berdasarkan deret galvanik, semua logam yang potensialnya lebih
negatif dapat berperan sebagai anoda. salah satunya dengan sistem proteksi katodik yang
dapat dilakukan dengan merubah potensial logam antar muka logam dengan ionnya ke daerah
immune dengan memberikan arus katodik
I.2 Tujuan Percobaan
Menunjukkan prinsip proteksi katodik dengan anoda korban
I.3 Sistematika Penulisan
Pada laporan praktikum kali ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut:
ABSTRAK
BAB I. Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan percobaan dan sistematika penulisan
BAB II. Tinjauan Pustaka
BAB III. Metodologi Percobaan yang terdiri dari Alat dan Bahan Percobaan, Prosedur
percobaan dan gambar skema percobaan
BAB IV. Analisa data dan Pembahasan ; dan
BAB V. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu
logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang
tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang
paling lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi,
sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida
atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna
coklat-merah.Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari
besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak
sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)
atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai
bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak
sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan
rapatan logam itu. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena
logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang
mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya.
Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida
atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk
pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan
terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau
tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap
elektrode lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
Sistem anoda korban secara umum digunakan untuk melindungi struktur di mana kebutuhan
arus proteksinya kecil dan resistivitas tanah rendah. Di samping itu sistem ini juga digunakan
untuk keperluan dan kondisi yang lebih spesifik seperti:
Memproteksi struktur yang kebutuhan arusnya relative kecil, yang jika ditinjau dari segi
ekonomi akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem arus tanding.
Memproteksi pada daerah hot spot yang tidak dicoating, misalnya pada daerah di mana
ada indikasi aktifitas korosi yang cukup tinggi.
Untuk mensuplemen system arus tanding, jika dipandang arus proteksi yang ada kurang
memadai. Ini biasanya terjadi pada daerah yang resistivitas tanahnya rendah seperti
daerah rawa.
Untuk mengurangi efek interferensi yang disebabkan oleh sistem arus tanding atau
sumber arus searah lainnya.
Untuk memproteksi pipa yang dicoating dengan baik, sehingga kebutuhan arus proteksi
relatif kecil.
Untuk memperoteksi sementara selama kontruksi pipa hingga sistem arus tanding
terpasang.
Untuk memperoteksi pipa bawah laut, yang biasanya menggunakan bracelet anode
dengan cara ditempelkan pada pipa yang dicoating.
Ada beberapa keuntungan yang diperolah jika menggunakan sistem anoda korban
diantaranya:
Tidak memerlukan arus tambahan dari luar, karena arus proteksi berasal dari anodanya
itu sendiri.
Pemasangan dilapangan relatif lebih sederhana
Perawatannya mudah
Ditinjau dari segi biaya, sistem ini lebih murah dibanding sistem arus tanding
Kemungkinan menimbulkan efek interferensi kecil
Kebutuhan material untuk sistem anoda korban relatif sedikit yaitu anoda, kabel dan test
box
Kelemahan proteksi katodik dengan anoda korban dibandingkan dengan sistem arus tanding
adalah:
Driving voltage dari system ini relatif rendah karena arus proteksi hanya terjadi dari
reaksi galvanis material itu sendiri sehingga system ini hanya dapat digunakan untuk
memproteksi struktur yang arus proteksinya relatif kecil dan resistivitas lingkungan
rendah. Karena kondisi yang demikian itu, sistem ini akan menjadi kurang ekonomis jika
dipakai untuk keperluan memproteksi struktur yang relatif besar.
Kemampuan untuk mengontrol variabel efek arus sesat terhadap struktur yang diproteksi
relatif kecil.
menjadi kurang aktif dan potensialnya menjadi kebalikannya jika ada ion-ion penghalang
seperti nitrat, bikarbonat atau karbonat dalam air.
Berdasarkan tabel diatas dan menurut penelitian dibeberapa macam kondisi lingkungan,
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Zn bersifat anodik terhadap baja pada semua kondisi
2. Al sifatnya bervariasi
3. Sn selalu bersifat sebagai katodik
4. Ni selalu bersifat sebagai katodik
Garam-garam memiliki kemampuan yang cukup baik untuk menghantarkan listrik
dan dapat menyebabkan terjadinya korosui galvanik dan crevicce corrosion. Air laut biasanya
memiliki kandungan garam 3,4 % (NaCl). Korosi ini dipengaruhi oleh oksigen
(kandungannya), kecepatan korosi, temperatur dan organisme biologi. Jika sebuah logam
dicelup dalam larutan garam NaCl 3%, maka akan terjadi pengendapan yang dapat
meningkatkan korosi dan reduksi katodik.
Kondisi crevice, asam dan sulfid disebabkan oleh aktifitas biologi dalam air laut
yang menganndung garam-garam dan dapat meningkatkan korosifitas. Ketahanan korosi
logam dan paduan terhadap larutan garam berbeda-beda. Pada carbon steel, kecepatan laju
korosi per tahunnya adalah kurang lebih 5 mpy, pada austenit kurang lebih 2 mpy dan pada
paduan Ni-Al-Bronze sekitar 1 mpy. Dari laju korosi ini kita akan dapat data berupa potensial
logam sehingga pada akhirnya kita dapat menyusun deret potensial logam. (2013, Diktat
panduan praktikum korsi dan perlindungan logam)
Korosi galvanik tidak terjadi jika kedua logam benar-benar kering karena tidak ada
elektrolit yang memindahkan arus dintara anoda dan katoda. Laju korosi yang terjadi dalam
suatu lingkungan tertentu sangat ditentukam oleh mekanisme korosi. Kecenderungan logam
untuk melepaskan elektron pada saat terjadinya elektrokimia dalam proses korosi
menunjukkan kereaktifan logam yang bersangkutan. Selisih potensial berhubungan dengan
kereaktifan logam terhadap korosi. Selisih potensial yang lebih besar mempunyai
kemungkinan terjadinya korosi yang lebih besar. Selisih potensial ini dapat ditimbulkan oleh
hal-hal berikut :
1. Adanya beda fasa
2. Perbedaan temperatur dan tegangan
3. Perbedaan besar butir
II. 4 Avometer
Avometer berasal dari kata ”AVO” dan ”meter”. ‘A’ artinya ampere, untuk mengukur
arus listrik. ‘V’ artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. ‘O’ artinya ohm,
untuk mengukur ohm atau hambatan. Terakhir, yaitu meter atau satuan dari ukuran. AVO
Meter sering disebut dengan Multimeter atau Multitester. Secara umum, pengertian dari AVO
meter adalah suatu alat untuk mengukur arus, tegangan, baik tegangan bolak-balik (AC)
maupun tegangan searah (DC) dan hambatan listrik.
AVO meter sangat penting fungsinya dalam setiap pekerjaan elektronika karena dapat
membantu menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan cepat, Tetapi sebelum
mempergunakannya, para pemakai harus mengenal terlebih dahulu jenis-jenis AVO meter
dan bagaimana cara menggunakannya agar tidak terjadi kesalahan dalam pemakaiannya dan
akan menyebabkan rusaknya AVO meter tersebut. Berdasarkan prinsip kerjanya, ada dua
jenis AVO meter, yaitu AVO meter analog (menggunakan jarum putar / moving coil) dan
AVO meter digital (menggunakan display digital). Kedua jenis ini tentu saja berbeda satu
dengan lainnya, tetapi ada beberapa kesamaan dalam hal operasionalnya. Misal sumber
tenaga yang dibutuhkan berupa baterai DC dan probe / kabel penyidik warna merah dan
hitam. Pada AVO meter digital, hasil pengukuran dapat terbaca langsung berupa angka-angka
(digit), sedangkan AVO meter analog tampilannya menggunakan pergerakan jarum untuk
menunjukkan skala. Sehingga untuk memperoleh hasil ukur, harus dibaca berdasarkan range
atau divisi. AVO meter analog lebih umum digunakan karena harganya lebih murah dari pada
jenis AVO meter digital.
II.5 Al (Alumunium)
Aluminium ialah unsur kimia. Lambang aluminium ialah Al, dan nomor atomnya 13.
Aluminium ialah logam paling berlimpah. Aluminium bukan merupakan jenis logam berat,
namun merupakan elemen yang berjumlah sekitar 8% dari permukaan bumi dan paling
berlimpah ketiga. Aluminium terdapat dalam penggunaan aditif makanan, antasida, buffered
aspirin, astringents, semprotan hidung, antiperspirant, air minum, knalpot mobil, asap
tembakau, penggunaan aluminium foil, peralatan masak, kaleng, keramik , dan kembang api.
Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik. Terang dan kuat. Merupakan konduktor
yang baik juga buat panas. Dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat dan
diekstrusi menjadi batangan dengan bermacam-macam penampang. Tahan korosi.
Titik lebur: 660,3 °C
Konfigurasi elektron: [Ne] 3s2 3p1
Nomor atom: 13
Massa atom: 26,981539 ± 0,0000008 u
II.5 Cu (Tembaga)
Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cu
dan nomor atom 29. Lambangnya berasal dari bahasa Latin Cuprum.Tembaga merupakan
konduktor panas dan listrik yang baik. Selain itu unsur ini memiliki korosi yang cepat sekali.
Tembaga murni sifatnya halus dan lunak, dengan permukaan berwarna jingga kemerahan.
Tembaga dicampurkan dengan timah untuk membuat perunggu. Logam ini dan alloy nya
(campuran) telah digunakan selama empat hari. Di era Roma, tembaga umumnya ditambang
di Siprus, yang juga asal dari nama logam ini (сyprium, logam Siprus), nantinya disingkat
jadi сuprum). Ikatan dari logam ini biasanya dinamai dengan tembaga(II). Ion Tembaga(II)
dapat berlarut ke dalam air, dimana fungsi mereka dalam konsentrasi tinggi adalah sebagai
agen anti bakteri, fungisi, dan bahan tambahan kayu.
II.6 Fe (Besi)
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan untuk
kehidupan manusia sehari-hari. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor
atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Besi adalah logam yang paling
banyak dan paling beragam penggunaannya. Hal itu karena beberapa hal, diantaranya:
Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar
Pengolahannya relatif mudah dan murah, dan
Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi
Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi menimbulkan banyak
kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang atau bangunan yang menggunakan
besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah besi menjadi baja tahan
karat (stainless steel), akan tetapi proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Berbagai jenis logam contohnya Zink dan
Magnesium dapat melindungi besi dari korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang akan
dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.
1. Pengecatan. Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak
dengan udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik,
karena keduanya melindungi besi terhadap korosi.
2. Pelumuran dengan Oli atau Gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas
dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak dengan air.
3. Pembalutan dengan Plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan
keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak dengan udara dan
air.
4. Tin Plating (pelapisan dengan timah). Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang
dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut tin
plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya
melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang
rusak, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal
itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu,
besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi
sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi hal ini
justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5. Galvanisasi (pelapisan dengan Zink). Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang
lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari
korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme yang
disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada
zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan
besi sebagai katode. Dengan demikian besi terlindungi dan zink yang mengalami
oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi,
sehingga tahan karat.
6. Cromium Plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi
dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk
bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti
zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang
rusak.
BAB III
METODOLOGI
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
IV.1 Analisa Data 11
IV.1.1 Anoda Korban
Dari hasil percobaan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil percobaan anoda tumbal
SCE
No. Anoda Larutan
Beda Potensial
1 Al -525 V
NaCl 3 %
2 Zn -0.911 V
*SCE = Saturated Calomel Electrode
Anoda Al
Eosel = Eo reduksi – Eo oksidasi
Eosel = 0 – (-1.66)
Eosel = 1.66 V
Anoda Zn
Eosel = Eo reduksi – Eo oksidasi
Eosel = 0 – (-0.76)
Eosel = 0.76 V
Dari hasil percobaan diperoleh beda potensial anoda Al terhadap katoda Fe lebih
besar daripada beda potensial anoda Zn terhadap katoda Fe sehingga anoda Al lebih protektif
dan lebih mudah habis daripada anoda Zn.
BAB V
KESIMPULAN
Anoda Korban
1. Beda potensial anoda Al = -525 V
2. Beda potensial anoda Zn = -911 V
Anoda Al lebih baik dalam memproteksi logam Fe dan lebih mudah habis daripada anoda Zn
karena memiliki beda potensial paling tinggi dibandinkan dengan beda potensial yang
dihasilkan logam Zn. Hal ini sesuai dengan teori yang terdapat dalam literatur yang kami
kumpulkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://lifnid.wordpress.com/kelas-xii/2-redoks-dan-sel-elektrokimia/sel-volta/ (dilihat tanggal
16 Desember 2013)
http://budisma.web.id/materi/sma/kimia-kelas-xii/sel-elektrokimia/ (dilihat tanggal 16
desember 2013)
http://www.chem-is-try.org (dilihat tanggal 16 desember 2013)
http://funny-mytho.blogspot.com/2010/12/proses-terjadinya-korosi.html(dilihat tanggal 16
desember 2013)
LAMPIRAN DOKUMENTASI