Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI SITUASIONAL

STASE KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh:

PITRI KOMALASARI

NIM. 214119145

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2020
Tgl: Nilai Tgl: Nilai Rata-rata
RSUD Paraf CI + Paraf Dosen
Bayu Stempel
Asih

HARGA DIRI SITUASIONAL


A. Pengertian
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri seseorang tidak
terbentuk waktu lahir; tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik
seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan realitas
dunia (Stuart & Sundeen, 1995). Carpenito (1999) menyebutkan bahwa
gangguan konsep diri merupakan suatu keadaan individu mengalami atau
berada pada risiko mengalami suatu keadaan negatif dari perubahan mengenai
perasaan, pikiran, atau pandangan mengenai dirinya
B. Rentang respon konsep diri :
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan


Depersonalisasi
Diri positif rendah Identitas
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart and
Sundeen,1991). Gangguan harga diri merupakan evaluasi diri negatif dan
perasaan tentang diri atau kemampuan diri, yang mungkin secara langsung
atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, 1998). Definisi lain dari
gangguan harga diri merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami
atau berisiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan atau diri.
Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif kemudian mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespons terhadap suatu kejadian seperti kehilangan dan
perubahan (Carpenito, 2000). Meskipun harga diri rendah situasional
merupakan suatu keadaan episodik, kekambuhan berulang dan/atau
penghargaan diri negatif berkelanjutan dapat menyebabkan harga diri rendah
kronis. (Willard, A., 1991;personal communication). Pengembangan dari
persepsi negatif terhadap nilai diri yang berespon terhadap situasi saat ini
(NANDA, 2009-2011).
Faktor predisposisi menurut Stuart & Sundeen (1995/1998) ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Faktor ini
dapat dibagi sebagai berikut:
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang
lain, dan ideal diri yang tidak realistik.
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah stereotipik peran
seks, tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan
orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur
sosial.
Faktor pencetus terjadinya HDR situasional dapat ditimbulkan dari
sumber internal dan eksternal, yaitu:
1. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran berhubungan peran atau posisi yang diharapkan di mana
individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran,
yaitu transisi peran perkembangan, transisi peran situasi, dan transisi peran
sehat-sakit.
Tanda dan gejala harga diri rendah situasional dapat dilihat dari
perilaku klien sehari-hari. Menurut NANDA, 2009-2011, batasan karakteristik
dari harga diri rendah situasional diantaranya adalah :
1. Tidak bisa mengevaluasi diri ketika menghadapi masalah.
2. Tidak bisa mengevaluasi diri ketika menghadapi situasi
3. Adanya ekspresi tidak berdaya
4. Adanya ekspresi tidak berguna
5. Adanya keragu-raguan
6. Adanya perilaku nonasertif
7. Sering merendahkan diri sendiri
Sedangkan menurut Carpenito, tanda dan gejala yang harus terdapat pada klien
dengan harga diri rendah situasional :
1. Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif yang sebelumnya
memiliki evaluasi diri positif
2. Pengungkapan diri negatif mengenai diri
dan tanda dan gejala yang mungkin terdapat pada klien dengan harga diri rendah
situasional:
1. ekspresi malu atau rasa bersalah
2. Mengkritik diri sendiri
3. Perasaan tidak mampu atau pandangan hidup yang pesimis
selain dari data diatas, perawat dapat mengamati penampilan seorang yang
menglami harga diri rendah, melihat dari kurang memperhatikan perawatan
diri, berpakaian yang tidak rapi, selera makan menurun, tidak beran menatap
lawan bicara, dan bicara lambat dengan nada suara lemah
Akibat dari harga diri rendah menurut Stuart & Sundeen (1995/1998)
adalah seseorang menjadi tidak berguna lagi seperti yang dulu pernah terjadi
pada dirinya. Oleh karena itu, seseorang bisa mengisolasi diri dari lingkungan
sekitarnya. Seseorang yang menarik diri dari lingkungan berisiko halusinasi,
perilaku kekerasan, dan defisit perawatan diri. Selain itu, akibat lain dari harga
diri rendah yaitu mencederai diri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram sehingga mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
Harga diri rendah juga dapat menyebabkan depresi, kehidupan yang tidak
bahagia dan tidak ada usaha untuk mencapai tujuan dan keinginan karena
takut gagal dan tidak siap menerima respon negatif dari orang lain.
C. Masalah Keperawatan yang muncul dan data yang perlu dikaji
No. Masalah Data-data yang perlu dikaji
Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh DO:
- Perubahan dan hilangnya anggota
tubuh baik struktur, bentuk dan fungsi
- Menyembunyikan atau memamerkan
bagian tubuh yang terganggu
- Menolak melihat bagian tubuh
- Menolak menyentuh bagian tubuh
- Aktifitas sosial menurun

DS:
- Mengungkapkan penolakan tehadap:
 Perubahan anggota tubuh saat ini,
misalnya tidak puas dengan hasil
operasi.
 Anggota tubuhnya yang tidak
berfungsi
 Interaksi dengan orang lain
- Mengungkapkan perasaan tidak
berdaya, tidak berharga, keputusasaan.
- Mengungkapkan keinginan yang
terlalu tinggi terhadap bagian tubuh
yang terganggu.
- Sering mengulang-ulang
mengatakan kehilangan.
- Merasa asing terhadap bagian
tubuh yang hilang.
2. Harga diri rendah DO:
situasional - Kontak mata kurang
- Tidak berinisiatif berinteraksi dengan
orang lain
- Tampak malas-malasan
- Produktivitas menurun
DS:
- Mengeluh hidup tidak bermakna
- Tidak memiliki kelebihan apa pun
- Merasa jelek
- Mengatakan malas
- Putus asa

3. Isolasi sosial DO:


- Menyendiri, mengurung diri
- Tidak mau bercakap-cakap dengan
orang lain
- Tidak berinisiatif berhubungan dengan
orang lain
- Mematung
- Mondar-mandir tanpa arah
DS:
- Mengatakan malas berinteraksi
- Mengatakan orang lain tidak mau
menerima dirinya.
- Merasa orang lain tidak selevel
- Curiga dengan orang lain
- Mendengar suara-suara/ melihat
bayangan
- Merasa tak berguna

D. Rencana tindakan keperawatan (terlampir)


1. Bina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa
aman dan nyaman saat interaksi. Tindakan yang harus dilakukan adalah:
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien
2. Bantu klien mengenal kondisinya
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
b. Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan HDR situasional
c. Bantu pasien mengenal penyebab HDR situasional
d. Bantu klien menyadari perilaku akibat HDR situasional
3. Bantu klien meningkatkan harga dirinya:
a. Pantau pernyataan pasien tentang nilai dirinya.
b. Pantau frekuensi pernyataan negative dirinya secara verbal.
c. Dorong pasien untuk identifikasi kekuatannya.
d. Dorong pasien menggunakan kontak mata dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
e. Bantu pasien untuk mengidentifikasi respon positif.
4. Bantu klien meningkatkan perannya
a. Klien dapat meningkatkan harga dirinya dengan mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, menilai dan menetapkan
kemampuan yang masih dapat digunakan, serta melatih kegiatan yang
sudah dipilih
b. Klien mampu menilai dan meningkatkan peran yang ada dalam
keluarga
c. Klien mampu menilai apa saja kekurangan yang dirasakan dalam peran
yang dimilikinya
d. Klien mampu menerima perubahan peran yang mungkin akan
dialaminya
e. Klien mampu menilai strategi yang positif untuk menjalani perubahan
peran
f. Klien mampu mengembangkan perannya yang baru dalam keluarga
dan mengatasi perubahan-perubahan yang akan terjadi
g. Klien mampu mengungkapkan harapan terhadap perannya yang baru
h. Klien mampu mempraktikkan perilaku baru yang dibutuhkan untuk
memenuhi perannya
5. Bantu klien meningkatkan koping
a. Kaji penyesuaian pasien terhadap perubahan pada citra diri
b. Gali lebih lanjut metode sebelumnya dalam mengatasi masalah
hidupnya
c. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi, dan ketakutan
d. Identifikasi sistem pendukung yang dimiliki klien misalnya keluarga,
lingkungan.
e. Bantu pasien mengidentifikasi tentang hal yang diinginkan, kekuatan
dan kemampuan yang dimilikinya
f. Bantu klien untuk melawan perasaan ambivalen (marah atau depresi).
g. Anjurkan pasien untuk mengembangkan sikap yang penuh harapan
untuk menangani keberdayaannya
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. (2000). Handbook of nursing diagnosis. (M. Ester, Penerjemah).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Inc. (Sumber asli diterbitkan
1999)
Stuart, G. W. & Sundeen, S. J. (1998). Pocket guide to psychiatric nursing, 3/E.
(A. Y. S. Hamid, Penerjemah). St. Louis: Mosby Year Book, Inc. (Sumber
asli diterbitkan 1995)

Anda mungkin juga menyukai