Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Didalam sebuah pendidikan terdapat aspek teoritik dan praktek,dimana


keduanya adalah hal yang penting dan dapat juga dianologikan sebagai dua sisi mata
uang karena saling berhubungan dan saling membutuhkan. Pendidikan sebagai
tindakan merupakan proses yang sudah barang tentu beraspek teoretik dan praktek.
Aspek praktek dari pendidikan perlu memperoleh perhatian yang cukup baik bagi
pengembangan ilmunya maupun bagi peningkatan keberhasilannya dalam praktek.
Teori pendidikan dikembangkan secara sistematis sehingga diperoleh ilmu pendidikan
sistematis dan fakta-fakta dari pendidikan yang telah lampau sehingga diperoleh ilmu
pendidikan historis. Ilmu pendidikan memiliki sifat komprehensif sehingga
mengandung kemungkinan pengembangan yang cukup luas (Barnadib, 1994:2-3).
Banyak orang menilai bahwa praktik pendidikan dewasa ini masih jauh dari
yang diharapkan. Mulai dari biaya pendidikan mahal, guru yang tidak berkualitas,
kurikulumnya yang marketing oriented, bahkan hingga kenakalan para pelajar. Semua
permasalahan itu seolah hanya ditumpah-ruahkan terhadap satu pihak, yakni lembaga
pendidikan, seolah tidak menyadari bahwa dirinya pernah menjadi peserta didik di
sana. Muncul rasa tidak puas terhadap kinerja pendidikan nasional. Kata-kata
ekstrempun sering terluapkan; bahwa pendidikan nasional telah gagal menjalankan
misinya untuk membentuk manusia-manusia yang cakap dan berkepribadian serta
membangun bangsa yang berkarakter. Konon pendidikan hanya bisa menghasilkan
koruptor, kolutor, provokator, dan manusia-manusia tidak berbudi lainnya. Keadaan
sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan dan terpengaruh oleh
kehancuran, kebingungan serta keragu-raguan, demikianlah menurut pendapat
beberapa pemikir yang menyatakan bahwa budaya modern telah mengalami krisis,
sembari berusaha merombak tata susunan lama dan membangun konsep baru
mengenai pola hidup kebudayaan yang lebih bercorak modern. Beberapa pemikiran
itulah kemudian dikenal dengan Rekonstruksionisme
Kemunculan filsafat Rekontruksionisme ini berangkat dari kondisi masyarakat
Amerika pada khususnya dan masyarakat industri pada umumnya, yang semakin
meninggalkan sebuah tatanan dunia yang diidam-idamkan. Perkembangan ilmu,
teknologi, dan industrialisasi pada satu sisi memberikan kontribusi positif bagi
peningkatan kesejahteraan, akan tetapi disisi lain ia telah menimbulkan pengaruh-
pengaruh yang negatif. Masyarakat yang tenang, tentram, dan damai, pelan-pelan
telah tergiring pada keterasingan. Ada yang menganggap, kondisi ini karena adanya
sifat loises faire, kompetisi yang terlalu berlebihan sehingga bermuara pada
pemenuhan kepentingan individual dari pada kepentingan sosial, pada masyarakat
Amerika.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Aliran Rekonstruksionalisme?


2. Siapa Saja Tokoh-Tokoh Dalam Aliran Rekonstruksionalisme?
3. Apa Tujuan Pendidikan Menurut Aliran Rekonstruksionalisme?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Pengertian Aliran Rekonstruksionalisme.


2. Untuk MengetahuiTokoh-Tokoh Dalam Aliran Rekonstruksionalisme.
3. Untuk Mengetahui Tujuan Pendidikan Menurut Aliran Rekonstruksionalisme.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rekonstruksionalisme

Kata rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris reconstruct, yang


berarti menyusun kembali. Rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang dapat
merombak tata susunan lama ketata susunan yang lebih modern. Aliran
rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran parenialisme yaitu
berawal dari krisis kebudayaan modern, Meskipun demikian prinsip yang dimiliki
oleh kedua aliran ini tidaklah sama dengan prinsip yang dipegang oleh aliran
paranialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam pemecahan
yang akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam
kehidupan. Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan
dunia merupakan tugas semua umat manusia, karenanya pembinaaan kembali
daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat akan
membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula demi generasi
sekarang dan generasi yang akan datang sehingga terbentuk dunia baru dalam
pengawasan umat manusia menjadikan manusia lebih memiliki karakter
kemanusian yang saat ini sudah luntur, intinya adalah untuk lebih memanusiakan
manusia itu sendiri.
maka proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme
perlu melakukan perubahan. Teori belajar rekontstruksi merupakan teori-teori
yang menyatakan bahwa peserta didik itu sendiri yang harus secara pribadi
menemukan dan menerapkan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dibandingkan dengan aturan lama dan memperbaiki aturan itu apabila tidak sesuai
lagi.
Rekonstruksionisme mempercayai bahwa realitas sosial itu selalu berubah,
sebagai konsekuensinya mereka memandang sekolah sebagai lembaga sosial,
tempat untuk mengembangkan daya kritis peserta didik untuk melihat berbagai
persoalan sosial di sekitarnya.

B. Tokoh-Tokoh Dalam Aliran Rekonstruksionalisme

1. George S. Counts (1889-1974)

Pandangan sentral counts adalah ketika pendidikan dalam sejarah


digunakan untuk mengenalkan peserta didik pada tradisi, budaya, sosial dan
kondisi budaya, dalam waktu yang sama telah direduksi oleh sains modern,
teknologi dan industrialisasi. Sehingga pendidikan sekarang harus diarahkan
pada kekuatan positif untuk membangun kultur budaya baru dan
mengeliminasi patologi sosial.

3
2. Paulo Freire (1921-1997)

Menginginkan sekolah yang dapat ditarik dari pengalaman kehidupan


sehari- hari peserta did

3. Jhon Hendrik

Menurut Jhon Hondrik rekonstruksionalisme merupakan informasi sosial


yang menghendaki budaya modern para pendidik.

C. Tujuan Pendidikan Menurut Aliran Rekonstruksionalisme

Tujuan pendidikan rekonstruksionalisme adalah membangkitkan kesadaran


para peserta didik tenang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat
manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-
keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut (Abdul Haris:
2014).

D. Pandangan-Pandangan Aliran Rekonstruksionisme

Berikut beberapa pandangan aliran rekonstruksionalisme:

1. Pandangan Ontologi

Didalam pandangan ontologi dapat dijelaskan bagaimana hakikat dari


segala sesuatu. Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa realita itu
bersifat universal. sebuah realita untuk dapat dimengerti, kita tidak hanya
selalu melihat segala sesuatu yang konkret, tetapi sesuatu yang khusus, karena
sebuah realita yang ada tidak pernah terlepas dari sistem. Menurut Bakry
(1986:51),aliran ini berpendirian bahwa alam nyata ini mengandung dua
macam hakikat sebagai sumber, yakni hakikat materi dan hakikat rohani.
Kedua macam hakikat ini memiliki cirri yang bebas, berdiri sendiri dan abadi,
bahkan hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam. Menurut
descarates pada umum nya manusia tidak sulit menerima prinsip dualism, ini
yang menunjukan bahwa kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh panca
indera manusia sementara kenyataan batin segera diakui denga adanya akal
dan perasaan hidup. seorang tokoh utama scholastic,alselpus menyatakan
bahwa secara kritis realita semesta dapat dipahami dan tidak ada sesuatu
dialam ini nyata diluar kekuasaan tuhan, karena semua itu sebagai perwujudan
dari kesepurnaan-Nya.dalam perkembangan selanjutnya penafsiran ini
didukung oleh Thomas Aquinas.nmenurut Thomas Aquinas untuk mengetahui

4
realita yang ada harus berdasarkan iman,sementara perkembangan rasional
hanya dapat dijawab dan mesti diikuti dengan iman.

2. Pandangan epistemologis

Kajian epistomologis ini lebih merujuk kepada aliran pragmatisme dan


parenialisme. Menurut aliran ini, untuk memahami realita memerlukan suatu
asas tahu. artinya adalah tidak mungkin memahami realita tanpa pengalaman
dan hubungan realita terdahulu melalui ilmu pengetahua. karenanya baik
indra maupun rasio sama-sama berfungsi membentuk pengetahuan dan akal
dibawa oleh panca indera menjadi pengetahuan yang sesungguhnya.
Pedoman aliran ini berasal dari ajaran aristoteles yang membicarakan
dua hal pokok, yakni pikiran dan bukti yang menggunakan jalan pemikiran
silogisme. silogisme menunjukan hubungan logis antara premis mayor,
zpremis minor dan Kesimpulan yakni memakai cara pengambilan kesimpulan
deduktif dan induktif.

3. Pandangan aksiologi

Di dalam proses interaksi sesama manusia diperlukan nilai-nilai.Begitu


juga dalam hubungn manusia dengan alam semesta,prosesnya tidak mungkin
dilakukan dengan sikap netral.Dalam hal ini,manusia sadar ataupun tidak
sadar telah melakukan proses penilaian yang merupakan kecenderungan
manusia.Tetapi, secara umum ruang lingkup pengertian”nilai” itu tidak
terbatas.
Menurut Imam Barnadib (1992:69) aliran rekonstruksionisme
memandang maslah nilai berdasarkan asas-asas supranatural, yaitu menerima
nilai natural yang universal,ynag abadi,berdasarkan prinsip nilai
teologis.hakikat manusia adalah emanasi potensial yang berasal dari
tuhan.Atas dasar pandangan inilah tinjauan tentang kebenaran dan keburukan
dapat diketahui.kemudian,manusia sebagai subjek telah memiliki potensi-
potensi kebaikan dan keburukan sesuai kodrat nya kebaikan itu akan tetap
tinggal nilainya bila tidak dikuasai oleh hawa nafsu disinilah akal berperan
menentukan.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris reconstruct, yang berarti


menyusun kembali. Rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang dapat merombak
tata susunan lama ketata susunan yang lebih modern. Aliran rekonstruksionisme pada
prinsipnya sepaham dengan aliran parenialisme yaitu berawal dari krisis kebudayaan
modern, Meskipun demikian prinsip yang dimiliki oleh kedua aliran ini tidaklah sama
dengan prinsip yang dipegang oleh aliran paranialisme.
Tokoh-tokoh dadlam aliran rekonstruksionalisme yaitu: George S. Counts,
Paulo Freire, Jhon Hendrik. Yang mana menurut George, Pandangan sentral counts
adalah ketika pendidikan dalam sejarah digunakan untuk mengenalkan peserta didik
pada tradisi, budaya, sosial dan kondisi budaya, dalam waktu yang sama telah
direduksi oleh sains modern, teknologi dan industrialisasi. Sedangkan menurut paulo
freire yaitu Menginginkan sekolah yang dapat ditarik dari pengalaman kehidupan
sehari- hari peserta didik. Dan menurt Jhon Hendrik rekonstruksionalisme merupakan
informasi sosial yang menghendaki budaya modern para pendidik.
Berikut beberapa andangan aliran rekonstruksionalisme yaitu: pandangan
ontologi, pandangan epistimologi dan pandangan aksiologi.

B. Saran

Sebagai mahasiswa yang tidak lepas dari segala sesuatu yang berkaitan dengan
pendidikan dan bidang keilmuan, seharusnya kita dapat mengatur,
mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan segala sesuatu yang kita
pimpin.

6
DAFTAR PUSTAKA

Jalaludin danIdi,Abdullah.2012.FilsafatPendidikan:Manusia,Filsafat,dan Pendidikan.Jakarta:


PT Rajagrafindo Persada.

Purnamasari,Iin.2015.Rekonstrusionisme-futureristik dalam pendidikan Indonesia. Jurnal


Ilmiah.

CIVIS, Volume V, No 2, dalam http://download.portalgaruda.org/article.php?article


Diakses pada tanggal 9 maret 2017.

Knight, George R.(1997).Filsafat Pendidikan, Penerjemah:

Anda mungkin juga menyukai