Longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di indonesia. Hal ini
seperti kasus yang terjadi di salah satu Wilayah Maluku Utara khususnya pada Wilayah Kota
Tidore Kepulauan, Kecamatan Oba, Kelurahan Payahe , pada ruas jalan yang
01+200 – 01+225, kondisi ini sangat berbahaya dan mengganggu aktivitas dan mobolitas
masyarakat atau kendaraan yang melintasi jalur yang menghubungkan antara Kecamatan
Pahaye dan Kota Weda, terlebih lagi dalam keadaan musim hujan dan kondisi geografis
mengatisipasi longsor yang akan terjadi kembali. Maka dengan permasalahan ini saya
membuat dinding penahan tanah dengan tipe pasangan batu ( gravity wall) untuk mengatasi
Sesuai dengan data yang diperoleh secara langsung dari observasi lapangan melalui
pengamatan, pengukuran dan dokumentasi kondisi lapangan pada ruas jalan Payahe – Weda
Sta/Km 01+200 – 01+225. Maka, untuk mengetahui permasalahan kelongsoran di titik tersebut
menggunakan :
1. Topografi.
Dengan menggunakan data tersebut kita dapat memperoleh hasil untuk melakukan
penangan longsor pada tahap selanjutnya dengan membuat dinding penahan yang bertipe
Gambar 4.2 . kontur pengukuran pemetaan topografi. ( Sumber :core team perencanaan dan
Dilihat pada gambar 4.2. merupakan gambar 2D dalam meter dari lereng yang ditinjau
untuk mengatasi permasalahan pada kondisi tanah dan diberikan penanganan dengan dibuat
struktur dinding penahan dengan tipe pasangan batu (grafity wall) pada lereng di ruas jalan
tersebut yang memiliki faktor keamanan yang rendah (berpotensi terjadi longsor). Pada
Gambar 4.4
uji bor dalam. (Sumber: Core Team Perencanaan Dan Pengawasan Teknik Jalan dan
Jembatan Provinsi Maluku Utara).
a. Peralatan
Peralatan yang diperlukan dalam uji penetrasi dengan SPT adalah sebagai berikut:
3. Split barrel sampler yang dilengkapi dengan dimensi bisa dilihat pada gambar 4.5
(ASTM D 1586-84);
6. Rol meter;
8. Kerekan;
9. Kunci-kunci pipa;
10. Tali atau rantai yang cukup kuat untuk menarik palu;
2. bahan pelumas;
5. kawat;
6. kantong plastik;
8. perlengkapan lain.
c. Pengujian penetrasi dengan SPT
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian penetrasi dengan SPT adalah:
3. Interval pengujian dilakukan pada kedalaman antara 1,50 m s.d 2,00 m (untuk
lapisan tanah tidak seragam) dan pada kedalaman 4,00 m kalau lapisan
seragam;
4. Pada tanah berbutir halus, digunakan ujung split barrel berbentuk konus terbuka
(open cone); dan pada lapisan pasir dan kerikil, digunakan ujung split barrel
dahulu;
8. Pipa untuk jalur palu harus berdiri tegak lurus untuk menghindari terjadinya
(Gambar 2):
2. Beri tanda pada ketinggian sekitar 75 cm pada pipa bor yang berada di atas
penahan;
3. Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan pengujian dari bekas-
bekas pengeboran;
4. Pasang split barrel sampler pada pipa bor, dan pada ujung lainnya disambungkan
5. Masukkan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau sampai kedalaman
6. Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian 15 cm, 30 cm
dan 45 cm.
e. Prosedur pengujian
sekitar 1,50
3. Tarik tali pengikat palu (hammer) sampai pada tanda yang telah dibuat
4. Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan (Gambar 3);
7. Ulangi 2), 3), 4) dan 5) sampai pada penetrasi 15 cm yang ke-dua dan ke-tiga;
10. Bila nilai N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan pengujian dan tambah
11. Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5 cm untuk jenis tanah batuan.
Gambar 4.7. Skema urutan uji penetrasi standar ( SPT).
(sumber; SNI 4153:2008)
Dalam pelaksanaan uji SPT di berbagai negara, digunakan tiga jenis palu
(donut hammer, safety hammer , dan otomatik, periksa Gambar 4) dan empat jenis
batang bor (N, NW, A, dan AW), lihat Pedoman penyelidikan geoteknik untuk fondasi
bangunan air”, Vol.1 (Pd.T-03.1- 2005-A). Ternyata uji ini sangat bergantung pada alat
yang digunakan dan operator pelaksana uji. Faktor yang terpenting adalah efisiensi
tenaga dari sistem yang digunakan. Secara teoritis tenaga sistem jatuh bebas dengan
massa dan tinggi jatuh tertentu adalah 48 kg-m (350 ft-lb), tetapi besar tenaga
sebenarnya lebih kecil karena pengaruh friksi dan eksentrisitas beban. Adapun
a. Menurut ASTM D-4633 setiap alat uji SPT yang digunakan harus
lebih teliti. Di dalam praktek, efisiensi tenaga sistem balok derek dengan palu
donat (donut hammer) dan palu pengaman (safety hammer) berkisar antara
hammer) berkisar antara 80% sampai 100%. Jika efisiensi yang diukur (Ef)
diperoleh dari kalibrasi alat, nilai N terukur harus dikoreksi terhadap efisiensi
Nilai N terukur harus dikoreksi pada N60 untuk semua jenis tanah. Besaran
panjang batang, dan diameter lubang bor (Skempton (1986) dan Kulhawy &
Mayne (1990)). Oleh karena itu, untuk mendapatkan koreksi yang lebih teliti
dilakukan :
dengan :
m : massa (g) ;
Jadi rasio tenaga (ER) ditentukan sebagai rasio ER= W/PE atau ER = KE/PE.
60%.
dinyatakan dengan (N1)60, seperti dijelaskan dalam persamaan (2), (3) dan
(N1)60 = NM x CN x CE x CB X CR X CS
(N1 )60 : nilai SPT yang dikoreksi terhadap pengaruh efisiensi tenaga
60%;
pelapis (liner)
(Tabel 1);
Pa : 100 kPa.
Tabel 4.1. koreksi-koreksi yang digunakan dalam uji SPT
efektif
Tegangan vertikal CN CN ≤ 1,7
efeftif
hammer)
(Safety hammer)
(automatic-trip
Donut-type
hammer)
Diameter bor 65 s.d 115 mm CB 1,0
contoh
Pengambilan Tabung dengan CS 1,1 s.d 1,3