Makalah AIK Kelompok 1
Makalah AIK Kelompok 1
Disusun oleh :
Kelompok 1
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Hakikat, Fungsi, Hikmah, Dan Nilai Spiritual Ibadah” ini dengan baik
tanpa hambatan. Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada para pembimbing dan
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah. Penulisan makalah
ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan Tugas Mata
Kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................4
3.1 Kesimpulan..................................................................................................10
3.2 Saran.............................................................................................................10
Daftar Pustaka............................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
ibadah ini terkandung dalam filosufi tujuan penciptaan manusia yang terkandung
dalam QS. Adz Dzariyat : 56. Maksud ayat tersebut adalah Allah menciptakan
manusia dengan tujuan untuk menyuruh mereka beribadah kepada-Nya, bukan
karena Allah butuh kepada mereka. Ayat tersebut dengan gamblang telah
menjelaskan bahwa Allah Swt dengan menghidupkan manusia di dunia ini agar
mengabdi atau beribadah kepada-Nya (Supadie, 2011: 184).
Berdasarkan penjelasan tersebut terkandung makna bahwa manusia
membutuhkan “ibadah” untuk eksistensi dirinya. Tujuan ibadah di atas merupakan
nilai normatif. Sementara kandungan atau manfaat ibadah lainnya adalah mampu
memberikan ketenangan jiwa bagi pelakunya. Dengan menjalankan ibadah secara
baik dan sesuai tuntunan, umat Islam akan merasa hidupnya nyaman. Dengan
kenyamanan ini akhirnya mampu mengantarkan dirinya pada kondisi kesehatan
mental yang baik (Supadie, 2011: 184).
Kondisi mental yang baik dibutuhkan oleh semua manusia yang hidup di
muka bumi ini. Apapun status yang disandangnya, manusia mempunyai tujuan
untuk beribadah. Namun, pelaksanaan ibadah dari masingmasing status manusia
mempunyai keragaman. Ibadahnya seorang kyai berbeda dengan seorang ustadz,
ibadahnya seorang pegawai negeri berbeda dengan ibadahnya seorang pegawai
swasta, ibadahnya mahasiswa berbeda dengan ibadah dosen dan seterusnya. Satu
kata kunci yang dapat diambil adalah, seseorang dengan status yang dimilikinya
mempunyai niatan agar statusnya tersebut mempunyai nilai ibadah.
2
1.3 Tujuan dan Manfaat
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2 Fungsi Ibadah dalam Islam
Dalam Islam, Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata,
yaitu amal sholeh yang dilakukan karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya
bertujuan untuk mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi
juga untuk mewujudkan hubungan antar sesama manusia. Islam mendorong
manusia untuk beribadah kepada Allah SWT dalam semua aspek kehidupan dan
aktifitas. Baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat. Ada tiga
aspek fungsi ibadah dalam Islam.
1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya
Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat
dilakukan melalui “muqorobah”7 dan “khudlu”8. Orang yang beriman dirinya
akan selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan
segala perilakunya dengan ketentuan Allah SWT.
2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah
anggota masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan
memberi nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara
tentang fungsi ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi
dan masyarakat.
3. Melatih diri untuk berdisiplin
Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk
berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan sholat,
mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan
lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin.
5
kepada manusia yang bersifat material, tidak pula merupakan hal yang mudah
mengetahui hikmah ibadah melalui kemampuan akal yang terbatas.
Ibadah merupakan pengujian terhadap manusia dalam menyembah
Tuhannya. Ini berarti ia tidak harus mengetahui rahasianya secara terperinci.
Seandainya ibadah itu harus sesuai dengan kemampuan akal dan harus mengetahui
hikmah atau rahasianya secara terperinci, tentu orang yang lemah kemampuan akal
untuk mengetahui hikmah tersebut tidak akan melaksanakan atau bahkan menjauhi
ibadah.
Dari penjelasan mengenai hikmah melaksanakan ibadah diatas, bahwa
hikmah melaksanakan ibadah bertujuan untuk menyembuhkan hati manusia,
sebagaimana obat untuk menyembuhkan badan yang sakit, sebagai contoh ibadah
dapat menyembuhkan hati manusia, misalnya seseorang yang sedang resah dan
gelisah, keresahan dan kegelisahan dapat disembuhkan dengan shalat.
6
2.5 Hikmah Spiritual Ibadah dalam Kehidupan Sosial
1. Tidak Syirik, نPَ ْ ُدوPُ ُج ُدوْ ا ِهللِ الَّ ِذىْ خَ لَقَه َُّن اِ ْن ُك ْنتُ ْم اِيَّاهُ تَ ْعبPاس
ْ َو..dan melainkan bersujudlah
kepada Allah, yang telah menciptakan mereka, jika benar-benar hanya kepada
Nya kamu menyembah (beribadah) [Ha Mim As Sajdah 41:38]. Seorang
hamba yang sudah berketapan hati untuk senantiasa beribadah menyembah
kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik.
2. Memiliki ketakwaan, َوْ نPPُ ُدوْ ا َربَّ ُك ُم الَّ ِذىْ َخلَقَ ُك ْم َو الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقPPُ ياَيُّهَا النَّاسُ ا ْعبHai
manusia, sembahlah Tuhan mu yang telah menjadikan kamu dan juga orang-
orang sebelummu supaya kamu bertakwa [Al Baqarah 2:22]. Ada dua hal yang
melandasi manusia menjadi bertakwa, yaitu karena cinta atau karena takut.
4. Tidak kikir, َواتَى ْال َما َل عَلى ُحبِّه َذ ِوى ْالقُرْ بى َو ْاليَتمى َو ْال َمس ِك ْينَ َواب ِْن ال َّسبِ ْيلِال َوالسَّائِلِ ْينَ َو فِى
الّ ِرقَابِجdan karena cinta kepada Nya memberikan harta benda kepada ahli
kerabat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan kaum musafir, dan
mereka yang meminta sedekah dan untuk memerdekakan sahaya. [Al Baqarah
2:178].
5. Terkabul Doa-doanya, َ ُدوْ نPوْ ا بِى لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ُشPُتَ ِج ْيبُوْ الِى َو ْالي ُْؤ ِمنPانِال فَ ْليَ ْسPPاع اِ َذا َد َع
ِ اُ ِجيْبُ َد ْع َوةَ ال َّد
Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia mendoa kepada Ku.
Maka hendaklah mereka menyambut seruan Ku dan beriman kepada Ku
supaya mereka mengikuti jalan yang benar [Al Baqarah 2:187]. Hamba yang
didengar dan dikabulkan doa-doanya hanyalah mereka yang dekat dengan Nya
melalui ibadah untuk selalu menyeru kepada Nya.
7
Dalam ibadah-ibadah yang Allah perintahkan, nampak dengan jelas
dimensi pendidikan atau latihan, agar dalam diri manusia tertanam karakter
positif, mental yang kuat dan kepribadian yang baik.
8
menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan perbuatan maksiat.
Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” (QS al-Hujuraat:7).
5. Keteguhan iman dan ketegaran dalam berpegang teguh dengan agama Allah
fungsi ibadah dalam meneguhkan keimanan sangat jelas sekali, karena seorang
muslim yang merasakan kemanisan dan kenikmatan iman dengan ketekunannya
beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, maka setelah itu dia tidak akan
mau berpaling dari keimanan tersebut meskipun dia harus menghadapi berbagai
cobaan dan penderitaan dalam mempertahankannya, bahkan semua cobaan
tersebut menjadi ringan baginya.1
1
Solihin, mustaqim, solihul, rifatul, (2020), “Modul Kuliah AIK 2, Ibadah, Akhlaq dan Muamalah”, Pusat Pengkajian
Al Islam dan Kemuhammadiyahan (PPAIK) Universitas Muhammadyah Surabaya, Cetakan ke-1 September 2020. hal
16.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam Ibnu
Taimiyah adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan
diridhai oleh Allah SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin ataupun
yang dhahir (nyata).
Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai
dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah. Takut, maksudnya
tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan jenis makhluk
melebihi ketakutannya kepada Allah SWT. Fungsi ibadah dalam Islam, Keimanan
harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu amal sholeh yang dilakukan
karena Allah. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi
nasihat.
Oleh karena itu tidak mesti ibadah itu memberikan hasil dan manfaat kepada
manusia yang bersifat material, tidak pula merupakan hal yang mudah mengetahui
hikmah ibadah melalui kemampuan akal yang terbatas.
3.2 Saran
Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan
kita, yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist
baik dalam ibadah Maghdah (khusus) maupun dalam ibadah Ghairu Maghdah
(umum) dengan niat semata-mata ikhlas untuk mencapai ridlo Allah SWT.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://ululazmi-zabaz.blogspot.com/2009/01/fungsi-ibadah-dalam-kehidupan-
manusia.html (diakses pada tanggal 23 Maret 2021)
http://studi-agama-islam.blogspot.com/2013/10/pengertian-hakikat-dan-fungsi-
ibadah.html (diakses pada tanggal 23 Maret 2021)
https://www.coursehero.com/file/p38hmmb/6-MAKNA-SPIRITUAL-IBADAH-BAGI-
KEHIDUPAN-SOSIAL-Pengertian-ibadah-dalam/ (diakses pada tanggal 23 Maret
2021)
https://solekahnurul5.wordpress.com/2014/06/15/ibadah-dalam-makna-spiritual-islam/
(diakses pada tanggal 23 Maret 2021)
Nasuha, N., Fajrin, M. F. and Arsyam, M. (no date) ‘Ibadah Sebagai Aspek Ritual
Ummat Islam’, (Ddi).
Solihin, mustaqim, solihul, rifatul, (2020), “Modul Kuliah AIK 2, Ibadah, Akhlaq dan
Muamalah”, Pusat Pengkajian Al Islam dan Kemuhammadiyahan (PPAIK) Universitas
Muhammadyah Surabaya, Cetakan ke-1 September 2020. hal 16.
11