Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HAKIKAT, FUNGSI, HIKMAH DAN NILAI SPIRITUAL IBADAH

Disusun oleh :

Kelompok 1

1. Melisha Situmorang (B2020011)


2. Na’imatul Khoiriyah (B2020012)
3. Siti Nurfay Waluyo (B2020016)

PRODI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Hakikat, Fungsi, Hikmah, Dan Nilai Spiritual Ibadah” ini dengan baik
tanpa hambatan. Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada para pembimbing dan
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah. Penulisan makalah
ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan Tugas Mata
Kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.

Kami berharap semoga makalah ini menambah pengetahuan para pembaca.


Namun, terlepas dari itu kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Kebumen, 23 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar belakang...............................................................................................1


1.2 Rumusan masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan dan manfaat.......................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................4

2.1 Hakikat Ibadah dalam Islam........................................................................4


2.2 Fungsi Ibadah dalam Islam..........................................................................5
2.3 Hikmah Ibadah dalam Islam........................................................................5
2.4 Fungsi Spiritual Ibadah dalam Kehidupan Sosial........................................6
2.5 Hikmah Spiritual Ibadah dalam Kehidupan Sosial......................................7
2.6 Makna Spiritual Ibadah dalam Kehidupan Sosial........................................8

BAB III PENUTUP....................................................................................................10

3.1 Kesimpulan..................................................................................................10
3.2 Saran.............................................................................................................10

Daftar Pustaka............................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ibadah merupakan rangkaian ritual yang dilakukan manusia dalam rangka
pengabdian atau kepatuhan kepada sang Pencipta. Ibadah dalam Islam tidak hanya
terbatas pada hubungan manusia dengan Allah semata, melainkan juga terdapat
hubungan antara manusia dengan manusia lainnya serta antara manusia dengan
alam (Razak, 1993: 18).
Ada dua pembagian ibadah dalam Islam, yaitu ibadah mahdlah dan ghairu
mahdhah. Ibadah mahdlah, yaitu ibadah yang berhubungan dengan penjalanan
syariat Islam yang terkandung dalam rukun Islam. Contoh ibadah mahdhah antara
lain sholat, zakat, puasa dan haji. Sementara ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah
yang dilaksanakan umat Islam dalam hubungannya dengan sesama manusia dan
lingkungannya. Ibadah ghairu mahdhah dikenal dengan ibadah muamalah (Nata,
2002: 55). Dari dua pembagian ibadah ini, secara implisit maupun eksplisit ibadah
tidak hanya berupa rangkaian ucapan dan gerakan semata. Lebih dari itu dibalik
ibadah terdapat nilai-nilai luhur yang mengatur hubungan antar sesama. Nilai-nilai
luhur ini biasa dikenal sebagai etika atau akhlak. Hal ini yang kemudian dijadikan
sebagai pijakan bagi umat Islam untuk dapat menjadikan kehidupannya menjadi
baik dan selalu bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Terkait manifestasi etika
atau akhlak tersebut, di dalam Islam keberadaannya perlu diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun wujudnya adalah 1). Akhlak kepada Allah SWT, 2)
Akhlak terhadap diri sendiri dan 3). Akhlak terhadap orang lain (Zain dkk, 2005:
xvii).
Pembagian akhlak ini yang kemudian disebut sebagai nilai-nilai luhur yang
penting untuk dikembangkan bagi setiap muslim. Berangkat dari ilustrasi ini jelas
bahwa ibadah mempunyai nilai bagi yang menjalankannya. Selain nilai dari sebuah
ibadah, keberadaannya juga mempunyai tujuan yang telah ditetapkan. Perintah

1
ibadah ini terkandung dalam filosufi tujuan penciptaan manusia yang terkandung
dalam QS. Adz Dzariyat : 56. Maksud ayat tersebut adalah Allah menciptakan
manusia dengan tujuan untuk menyuruh mereka beribadah kepada-Nya, bukan
karena Allah butuh kepada mereka. Ayat tersebut dengan gamblang telah
menjelaskan bahwa Allah Swt dengan menghidupkan manusia di dunia ini agar
mengabdi atau beribadah kepada-Nya (Supadie, 2011: 184).
Berdasarkan penjelasan tersebut terkandung makna bahwa manusia
membutuhkan “ibadah” untuk eksistensi dirinya. Tujuan ibadah di atas merupakan
nilai normatif. Sementara kandungan atau manfaat ibadah lainnya adalah mampu
memberikan ketenangan jiwa bagi pelakunya. Dengan menjalankan ibadah secara
baik dan sesuai tuntunan, umat Islam akan merasa hidupnya nyaman. Dengan
kenyamanan ini akhirnya mampu mengantarkan dirinya pada kondisi kesehatan
mental yang baik (Supadie, 2011: 184).
Kondisi mental yang baik dibutuhkan oleh semua manusia yang hidup di
muka bumi ini. Apapun status yang disandangnya, manusia mempunyai tujuan
untuk beribadah. Namun, pelaksanaan ibadah dari masingmasing status manusia
mempunyai keragaman. Ibadahnya seorang kyai berbeda dengan seorang ustadz,
ibadahnya seorang pegawai negeri berbeda dengan ibadahnya seorang pegawai
swasta, ibadahnya mahasiswa berbeda dengan ibadah dosen dan seterusnya. Satu
kata kunci yang dapat diambil adalah, seseorang dengan status yang dimilikinya
mempunyai niatan agar statusnya tersebut mempunyai nilai ibadah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ibadah?


2. Bagaimana hakikat dalam ibadah?
3. Apa saja fungsi ibadah?
4. Apa saja nilai spiritual ibadah?
5. Apa saja macam-macam ibadah?
6. Bagaimana hikmah dan makna ibadah dalam kehidupan sosial?

2
1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Mengetahui yang dimaksud dengan ibadah.


2. Mengetahui apa itu hakikat dalam ibadah.
3. Mengetahui apa saja fungsi ibadah.
4. Mengetahui apa saja nilai spiritual ibadah.
5. Mengetahui macam-macam ibadah dan pengertiannya.
6. Mengetahui hikmah dan makna ibadah dalam kehidupan sosial.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Ibadah dalam Islam


Makna sesungguhnya dalam ibadah ketika seseorang diciptakan maka tidak
semata- mata ada di dunia ini tanpa ada tujuan di balik penciptaannya tersebut
Menumbuhkan kesadaran diri manusia bahwa ia adalah makhluk Allah SWT. yang
diciptakan sebagai insan yang mengabdi kepada- Nya. Dengan demikian, manusia
diciptakan bukan sekedar untuk hidup mendiami dunia ini dan mengalami kematian
tanpa adanya pertanggung jawaban kepada pencipta, melainkan manusia diciptakan
oleh Allah SWT. untuk mengabdi kepada-Nya.
Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah
kepada Allah SWT. Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh
Al-Islam Ibnu Taimiyah adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang
dicintai dan diridhai oleh Allah SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan
batin ataupun yang dhahir (nyata). Adapun hakekat ibadah yaitu:
1. Ibadah adalah tujuan hidup kita. Seperti yang terdapat dalam surat Adz-dzariat
ayat 56, yang menunjukan tugas kita sebagai manusia adalah untuk beribadah
kepada Allah.
2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan
penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah.
3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan
meninggalkan larangan-Nya.
4. Hakikat ibadah sebagai cinta.
5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang
dicintai Allah).
6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk
dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.

4
2.2 Fungsi Ibadah dalam Islam
Dalam Islam, Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata,
yaitu amal sholeh yang dilakukan karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya
bertujuan untuk mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi
juga untuk mewujudkan hubungan antar sesama manusia. Islam mendorong
manusia untuk beribadah kepada Allah SWT dalam semua aspek kehidupan dan
aktifitas. Baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat. Ada tiga
aspek fungsi ibadah dalam Islam.
1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya
Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat
dilakukan melalui “muqorobah”7 dan “khudlu”8. Orang yang beriman dirinya
akan selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan
segala perilakunya dengan ketentuan Allah SWT.
2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah
anggota masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan
memberi nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara
tentang fungsi ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi
dan masyarakat.
3. Melatih diri untuk berdisiplin
Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk
berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan sholat,
mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan
lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin.

2.3 Hikmah Ibadah dalam Islam


Pada dasarnya ibadah membawa seseorang untuk memenuhi perintah
Allhah, bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah dan melaksanakan hak sesama
manusia. Oleh karena itu tidak mesti ibadah itu memberikan hasil dan manfaat

5
kepada manusia yang bersifat material, tidak pula merupakan hal yang mudah
mengetahui hikmah ibadah melalui kemampuan akal yang terbatas.
Ibadah merupakan pengujian terhadap manusia dalam menyembah
Tuhannya. Ini berarti ia tidak harus mengetahui rahasianya secara terperinci.
Seandainya ibadah itu harus sesuai dengan kemampuan akal dan harus mengetahui
hikmah atau rahasianya secara terperinci, tentu orang yang lemah kemampuan akal
untuk mengetahui hikmah tersebut tidak akan melaksanakan atau bahkan menjauhi
ibadah.
Dari penjelasan mengenai hikmah melaksanakan ibadah diatas, bahwa
hikmah melaksanakan ibadah bertujuan untuk menyembuhkan hati manusia,
sebagaimana obat untuk menyembuhkan badan yang sakit, sebagai contoh ibadah
dapat menyembuhkan hati manusia, misalnya seseorang yang sedang resah dan
gelisah, keresahan dan kegelisahan dapat disembuhkan dengan shalat.

2.4 Fungsi Spiritual Ibadah dalam Kehidupan Sosial


Bahwa Allah sangat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh
semua makhluq-Nya, dan oleh sebab itu Allah memberikan jalan yang paling sesuai
untuk menjaga dan memelihara sekaligus meningkatkan fungsi dari setiap unsur
yang dimiliki oleh semua makhluq-Nya; termasuk didalamnya adalah manusia.
Dalam kerangka tersebut Allah menun-jukkan jalan untuk meraihnya, misalnya
dengan melaksanakan berbagai berntuk pengabdian kepada Allah.
Maka jika dikaji secara detail setiap bentuk ritual dalam agama Islam
memiliki tujuan dan fungsi tersendiri; ibadah Mahdhoh – merupakan perwujudan
rasa tunduk, taat, patuh dan pengakuan manusia terhadap kekuasaan Allah yang tat
terhingga, perwujudan rasa syukur atas Rahmat, keselematan dan ketidakmampuan
manusia dan upaya memperoleh ketenangan Jiwa melalui pendekatan keillahian.
Sedangkan ibadah Ghoiru Mahdhoh merupakan perwujudan keterikatan batin
sebagai makhluk sosial, rasa tanggung jawab sebagai kholifah Allah di bumi dan
perwujudan sifat rahman dan rahim Allah yang harus diwujudkan oleh manusia
dalam kehidupan sehari-hari.

6
2.5 Hikmah Spiritual Ibadah dalam Kehidupan Sosial

1. Tidak Syirik, ‫ن‬Pَ ْ‫ ُدو‬Pُ‫ ُج ُدوْ ا ِهللِ الَّ ِذىْ خَ لَقَه َُّن اِ ْن ُك ْنتُ ْم اِيَّاهُ تَ ْعب‬P‫اس‬
ْ ‫ َو‬..dan melainkan bersujudlah
kepada Allah, yang telah menciptakan mereka, jika benar-benar hanya kepada
Nya kamu menyembah (beribadah) [Ha Mim As Sajdah 41:38]. Seorang
hamba yang sudah berketapan hati untuk senantiasa beribadah menyembah
kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik.

2. Memiliki ketakwaan, َ‫وْ ن‬PPُ‫ ُدوْ ا َربَّ ُك ُم الَّ ِذىْ َخلَقَ ُك ْم َو الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّق‬PPُ‫ ياَيُّهَا النَّاسُ ا ْعب‬Hai
manusia, sembahlah Tuhan mu yang telah menjadikan kamu dan juga orang-
orang sebelummu supaya kamu bertakwa [Al Baqarah 2:22]. Ada dua hal yang
melandasi manusia menjadi bertakwa, yaitu karena cinta atau karena takut.

3. Terhindar dari kemaksiatan, ...‫اء والمنكر‬PP‫لوة تنهى عن الفحش‬PP‫ان الص‬.. Sesungguhnya


shalat mencegah orang dari kekejian dan kejahatan yang nyata [Al Ankabut
29:46].4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka
dengan keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman
langsung dari ibadah yang dikerjakannya.

4. Tidak kikir, ‫َواتَى ْال َما َل عَلى ُحبِّه َذ ِوى ْالقُرْ بى َو ْاليَتمى َو ْال َمس ِك ْينَ َواب ِْن ال َّسبِ ْيلِال َوالسَّائِلِ ْينَ َو فِى‬
‫ الّ ِرقَابِج‬dan karena cinta kepada Nya memberikan harta benda kepada ahli
kerabat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan kaum musafir, dan
mereka yang meminta sedekah dan untuk memerdekakan sahaya. [Al Baqarah
2:178].

5. Terkabul Doa-doanya, َ‫ ُدوْ ن‬P‫وْ ا بِى لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ُش‬Pُ‫تَ ِج ْيبُوْ الِى َو ْالي ُْؤ ِمن‬P‫انِال فَ ْليَ ْس‬PP‫اع اِ َذا َد َع‬
ِ ‫اُ ِجيْبُ َد ْع َوةَ ال َّد‬
Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia mendoa kepada Ku.
Maka hendaklah mereka menyambut seruan Ku dan beriman kepada Ku
supaya mereka mengikuti jalan yang benar [Al Baqarah 2:187]. Hamba yang
didengar dan dikabulkan doa-doanya hanyalah mereka yang dekat dengan Nya
melalui ibadah untuk selalu menyeru kepada Nya.

6. Menanamkan karakter positif

7
Dalam ibadah-ibadah yang Allah perintahkan, nampak dengan jelas
dimensi pendidikan atau latihan, agar dalam diri manusia tertanam karakter
positif, mental yang kuat dan kepribadian yang baik.

2.6 Makna Spiritual Ibadah dalam Kehidupan Sosial


Pengertian ibadah dalam kehidupan masyarakat ialah pengabdian kepada
Allah dalam bentuk shalat, puasa, zakat, haji dzikir dan membaca Al-Quran. Ini
karena kehidupan tidak hanya untuk berurusan dengan hal-hal tersebut melainkan
untuk hal-hal yang menyeluruh, mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan manusia
seperti berdagang, bertani dan bekerja, mencari ilmu dan sebagainya guna
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan itu sendiri. Maknanya manusia
harus menerapkan apa yang telah disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist ke dalam
kehidupan sosial.
1. Kebahagiaan dan kesenangan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat. (Dan
barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta” (QS Thaaha ayat 124)).
2. Kemudahan semua urusan dan jalan keluar/solusi dari semua masalah yang
dihadapi. “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya” (QS. ath-Thalaaq
ayat 4).
3. Penjagaan dan taufik dari Allah Swt, Keutamaan yang agung ini hanyalah
Allah peruntukkan bagi orang orang yang mendapatkan predikat sebagai wali
(kekasih) Allah, yang itu mereka dapatkan dengan selalu melaksanakan dan
menyempurnakan ibadah kepada Allah, baik ibadah yang wajib maupun sunnah
(anjuran).
4. Kemanuisan dan kelezatan iman, yang merupakan tanda kesempurnaan iman,
“Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada
keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu ser_x0002_ta

8
menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan perbuatan maksiat.
Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” (QS al-Hujuraat:7).
5. Keteguhan iman dan ketegaran dalam berpegang teguh dengan agama Allah
fungsi ibadah dalam meneguhkan keimanan sangat jelas sekali, karena seorang
muslim yang merasakan kemanisan dan kenikmatan iman dengan ketekunannya
beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, maka setelah itu dia tidak akan
mau berpaling dari keimanan tersebut meskipun dia harus menghadapi berbagai
cobaan dan penderitaan dalam mempertahankannya, bahkan semua cobaan
tersebut menjadi ringan baginya.1

1
Solihin, mustaqim, solihul, rifatul, (2020), “Modul Kuliah AIK 2, Ibadah, Akhlaq dan Muamalah”, Pusat Pengkajian
Al Islam dan Kemuhammadiyahan (PPAIK) Universitas Muhammadyah Surabaya, Cetakan ke-1 September 2020. hal
16.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam Ibnu
Taimiyah adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan
diridhai oleh Allah SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin ataupun
yang dhahir (nyata).
Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai
dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah. Takut, maksudnya
tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan jenis makhluk
melebihi ketakutannya kepada Allah SWT. Fungsi ibadah dalam Islam, Keimanan
harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu amal sholeh yang dilakukan
karena Allah. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi
nasihat.
Oleh karena itu tidak mesti ibadah itu memberikan hasil dan manfaat kepada
manusia yang bersifat material, tidak pula merupakan hal yang mudah mengetahui
hikmah ibadah melalui kemampuan akal yang terbatas.

3.2 Saran
Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan
kita, yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist
baik dalam ibadah Maghdah (khusus) maupun dalam ibadah Ghairu Maghdah
(umum) dengan niat semata-mata ikhlas untuk mencapai ridlo Allah SWT.

10
DAFTAR PUSTAKA

Belakang, A. L. (1993) ‘No Title’.

http://ululazmi-zabaz.blogspot.com/2009/01/fungsi-ibadah-dalam-kehidupan-
manusia.html (diakses pada tanggal 23 Maret 2021)

https://brainly.co.id/tugas/23140268 (diakses pada tanggal 23 Maret 2021)

http://studi-agama-islam.blogspot.com/2013/10/pengertian-hakikat-dan-fungsi-
ibadah.html (diakses pada tanggal 23 Maret 2021)

https://www.coursehero.com/file/p38hmmb/6-MAKNA-SPIRITUAL-IBADAH-BAGI-
KEHIDUPAN-SOSIAL-Pengertian-ibadah-dalam/ (diakses pada tanggal 23 Maret
2021)

https://solekahnurul5.wordpress.com/2014/06/15/ibadah-dalam-makna-spiritual-islam/
(diakses pada tanggal 23 Maret 2021)

Nasuha, N., Fajrin, M. F. and Arsyam, M. (no date) ‘Ibadah Sebagai Aspek Ritual
Ummat Islam’, (Ddi).

Solihin, mustaqim, solihul, rifatul, (2020), “Modul Kuliah AIK 2, Ibadah, Akhlaq dan
Muamalah”, Pusat Pengkajian Al Islam dan Kemuhammadiyahan (PPAIK) Universitas
Muhammadyah Surabaya, Cetakan ke-1 September 2020. hal 16.

11

Anda mungkin juga menyukai