Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INFESTIGASI

Judul : follow the money

KELOMPOK 7

1. LISNA WALI (2018-30-198)


2. FIRIHATI Y. H. LATUCONSINA (2018302155)
3. CHIHO ITO (201830198)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PATTIMURA

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan YME atas rida dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul 'FOLLOW THE
MONEY'.

Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu linda. G. Loupatty, S.E., M.Ak.,
AK selaku dosen pada mata kuliah Akuntansi Forensik Dan Audit Investigasi, yang yang telah
membimbing kami dan memberikan tugas ini agar dapat menambah wawasan serta pengetahuan
kelompok kami terkait bidang yang ditekuni. Penulis berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang “FOLLOW THE MONEY”

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam maklah yang
disusun. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan tersebut. Kritik dan saran dari
pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis guna meningkatkan kualitas tulisan ke depannya.

Ambon, 28 september 2021

penyususun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Follow The Money...................................................................................................

2.2 Naluri Penjahat.........................................................................................................

2.3 Kriminalisasi Dari Pencucian Uang.........................................................................

2.4 Terorisme Dan Pencucian Uang...............................................................................

2.5 Undang-Undang TPPA Melalui Pendekatan Follow The Money............................

2.6 Follow The Money Dan Data Mining.......................................................................

2.7 Mata Uang Kejahatan...............................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini berbagai macam kejahatan dengan motif ekonomi makin marak terjadi, baik yang
dilakukan oleh perorangan, maupun organisasi atau perusahaan dalam batas wilayah Negara
maupun melintasi batas wilayah negara lain. Kejahatan tersebut dapat berupa perdagangan
narkoba, perdagangan manusia, suap, judi, perdagangan gelap senjata, korupsi, kejahatan kerah
putih, penyelundupan, dan lain sebagainya. Perkembangan teknologi juga dimanfaatkan oleh
para pelaku kejahatan untuk melancarkan aksi kejahatan mereka. Kemajuan teknologi yang
mendorong munculnya berbagai jenis instrumen keuangan baru, memudahkan pelaku kejahatan
untuk melakukan transaksi antarpelosok di seluruh dunia, dalam waktu yang sangat singkat dan
dengan biaya yang relatif murah. “Crime doesn’t pay” yang maknanya adalah bahwa setiap
tindak kejahatan yangdilakukan oleh siapapun (baik individu maupun organisasi kejahatan)
wajib menuai akibatnyaatau dengan kata lain tentu ada bayarannya (Sastroatmodjo, 2004: 33).
Karena itu, agar tidakmudah dilacak oleh penegak hukum, pelaku kejahatan berupaya untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul dana yang diperoleh dari hasil kejahatan mereka
dengan melakukan money laundering atau tindak pidana pencucian uang.

Tindak pidana pencucian uang menimbulkan kerugian finansial dalam jumlah yang
cukup besar dan dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan.Tindak pidana pencucian uang
sangat berbahaya bagi sistem keuangan internasional, karena tidak memiliki geographic horizon,
beroperasi 24 jam serta memiliki kecepatan bertransaksi secara elektronik (Setiadi dan Yulia,
2010: 150). Mantan Managing Director IMF, Michel Camdessus, mengemukakan bahwa
diperkirakan 20.0 s.d. 5% GDP dunia, atau US$ 800 juta s.d US$ 2 miliar uang yang berasal dari
kegiatan kejahatan telah dicuci melalui bank (Malkin dan Elizur, 2001: 150). Selain itu,
penelitian tentang pencucian uang yang dilakukan oleh Nigel Morris-Cotterill (2001: 16)
menyebutkan bahwa jumlah kerugian global akibat tindak pidana pencucian uang di seluruh
dunia berdasarkan statistik adalah sebesar US$ 590 miliar sampai US$ 1,5 triliun.

Salah satu kasus tindak pidana pencucian uang di Indonesia adalah kasus terhadap
terdakwa Tonny Chaidir Martawinata. Pada 2003 dan 2004, Tonny telah menerima pembayaran
sebesar Rp2,6 miliar yang dicurigai hasil dari korupsi. Dana tersebut merupakan bagian dari
dana milik PT Pusri Palembang besar Rp31 miliar, yang dipindahbukukan dana dari Bank
Mandiri cabang Pusri Palembang, ke rekening deposito Dana Pensiun PUSRI (Dapensri) pada
kantor cabang BII, Senen, Jakarta Pusat. Dana tesebut ditransfer ke PT Kharisma Internasional
Hotel. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah menjatuhkan pidana 8 tahun penjara kepada
Tonny dan denda sebesar Rp l miliar (Nugroho, 2009). Kasus pencucian uang ini tidak akan jelas
siapa pelakunya serta bagaimana cara pelaku melakukannya bila tidak ditelusuri dan dilakukan
upaya-upaya untuk mengungkapnya. Karena itu, untuk mengungkap atau menelusuri suatu kasus
kejahatan diperlukan investigasi kejahatan. Dalam konteks Indonesia, proses investigasi terbagi
dua: Penyelidikan dan penyidikan.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak


Pidana Pencucian Uang (UU TPPU) menyebutkan, penanganan penyelidikan dan penyidikan
tindak pidana pencucian uang, berada dibawah kewenangan kepolisian, secara khusus Badan
Reserse Kriminal Kepolisian Indonesia (Bareskrim POLRI). Saat penyidikan, polisi harus
memperoleh alat bukti yang akan diajukan pada jaksa, untuk diungkap di persidangan. Untuk
perkara tindak pidana pencucian uang bukanlah masalah mudah, karena pelaku memanfaatkan
sistem keuangan untuk menyamarkan uang hasil kejahatan mereka, apalagi harus dikaitkan
dengan kejahatan asalnya,

Uang sangat cair (liquid), mudah mengalir itulah sebabnya follow the money mempunyai
banyak peluang umtuk digunakan dalam investigasi. Namun mata uang kejahatan atau
cuyurrency of crime bukanlah uang semata mata. Mengetahui currency of crime akan membuka
peluang baru untuk menerapkan teknik follow the money.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan follow the money dan naluri penjahat ?
2. Bagaimana kriminalisasi dari pencucian uang bisa terjadi ?
3. Bagaimana terorisme dan pencucian uang bisa terjadi ?
4. Apa itu undang-undang TPPA ?
5. Apa yang di mkasud dengan follow the money dan data mining ?
6. Apa yang di mkasud dengan mata uang kejahatan ?

1.3 Ttujuan Penulisan

Berdasarkan masalah diatas maka tujuan penulisan adalah :

1. untuk mengetahui dan memahami follow the money dan naluri penjahat
2. untuk mengetahui Bagaimana kriminalisasi dari pencucian uang bisa terjadi
3. untuk mengetahui Bagaimana terorisme dan pencucian uang bisa terjadi
4. untuk mengetahui dan memahami tentang undang-undang TPPA
5. untuk mengetahui dan memahami follow the money dan data mining
6. untuk mengetahui apa itu mata uang kejahatan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Follow The Money

Follow the money secara harfiah berarti “mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan dalam
suatu arus uang atau arus dana”. Jejak-jejak ini akan membawa penyidik atau akuntansi forrensik
ke arah pelaku fraud.

Follow the money di landasi gagasan yang sangat sederhana. Namun teknik audit
investigasi ini sangat ampuh. Teknik ini berkaitan erat dengan uandang-undang tindank pidana
pencucian uang. Pendekatan follow the money sudah lama dipakai di Amerika Serikat dan
dikenal juga dengan pendekatan anti pencucian uang. Pendekatan anti pencucian uang ini
diperkenalkan secara formal oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1988 dalam Konvensi Wina,
Convention Against Illicit Traffic in Narcotics and Psychotropic Substance. Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan organisasi internasional pertama yang mengambil gagasan
untuk menyusun perangkat hukum internasional memerangi money laundering.

Uang sangat likuid dan mudah mengalir. Hal tersebut menyebabkan follow the money
mempunyai banyak peluang untuk digunakan dalam investigasi. Namun mata uang kejahatan
atau currency crime bukanlah uang semata. Mengetahui currency crime akan membuka peluang
baru untuk menerapkan teknik follow the money.

2.2 Naruli Penjahat

Dalam kejahatan, pelaku berupaya memberi kesan tidak terlibat. Hal ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti memberikan alibi (keterangan bahwa ia tidak di tempat terjadinya
kejahatan ketika kejahatan berlangsung) atau menggunakan identitas palsu. lain seperti identitas
karyawannya, sopirnya, dan lain-lain. Identitas orang lain ini terlihat surat atau identitas pelaku
sama sekali tidak tampak, misalnya pelaku tidak menghadiri rapat dalam dokumen penting
seperti perjanjian, yang nantinya digunakan penyidik sebagai bukti Dalam kejahatan kerah putih
(white-collar crime), pelaku menggunakan identitas orang atau sidang yang mengambil
keputusan yang memberi petunjuk adanya fraud.

Kalau identitas pelaku terlanjur muncul dalam dokumen (perjanjian, konfirmasi, risalah
rapat, dan lain-lain), ia berupaya menghancurkan atau menyuruh orang lain menghancurkan
dokumen "panas" tersebut. Ini bukti yang sangat didambakan penyidik, seperti pistolan masih
mengeluarkan asap (the smoking gun). Menggunakan istilah pidana umum, pelaku kejahatan
berupaya memberi kesan bak ia tidak berada di tempat kejadian perkara (TKP) ketika kejahatan
berlangsung. Ia berucaba tidak meninggalkan jejak dokumen (paper trails) dengan menggunakan
identitas palsu ata dengan menghancurkan dokumen resmi yang mencantumkan identitasnya.

Dalam melakukan fraud, motifnya adalah mendapatkan uang, untuk dirinya, atau untuk
orang lain, atau untuk organisasi (korporasi, partai politik, yayasan kesejahteraan bersama dan
lain sebagainya). Meskipun pelaku berupaya memberi kesan bahwa ia tidak terlibat. harus ada
aliran uang atau dana menuju tempat tujuan akhir. Naluri pelaku fraud inilah yang melandasi
teknik audit investigatif follow the money. Dana bisa mengalir secara bertahap dan berjenjang,
tapi akhirnya akan berhenti di satu atau beberapa tempat perhentian terakhir. Tempat perhentian
terakhir ini memberikan petunjuk kuat mengenai pelaku fraud.Tidak jaraane pelaku memberikan
keterangan palsu.

Mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan aliran dana inilah yang dilakukan penyidik atau
akuntan forensik dalam teknik follow the money. Teknik follow the money berhasil
mengungkapkan aliran dana dalam kasus Bank Bali, meskipun penyelesaian hukumnya tidak
atau belum jelas. Ahli dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) berhasil
meyakinkan majelis hakim mengenai tindak pidana Adrian Waworuntu dalam kasus letters of
credit Bank BNI.

2.3 Kriminalisasi Dari Pencucian Uang

Pola perilaku pelaku kejahatan dengan “menjauhkan" uang dari pelaku dan perbuatannya
dilakukan melalui cara placement, layering, dan integration. Tindak perbuatan ini dengan tegas
diperlakukan sebagai tindak pidana sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 15
Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telan diubah dengan Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2003.

Dengan diperlakukannya pencucian uang sebagai tindak pidana (kriminalisasi dari


pencucian uang), maka banyak kasus kejahatan (termasuk tindak pidana korupsi) dapat diproses
(pengadilan) melalui kejahatan utamanya dan melalui pencucian uangnya. Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) merupakan lembaga yang penting untuk mengungkapkan
pelaku-pelaku dengan menelusuri laporan-laporan dari berbagai sumber, tanpa harus
membuktikan kejahatan utamanya.

Undang-undang tentang pencucian uang mendorong teknik investigasi follow the money.
Namun, sebelum keluarnya undang-undang ini pun, para penyidik (di kepolisian dan kejaksaan)
telah menggunakan teknik tersebut. Kalau naluri penjahat mengarah kepada penyembunyian
kejahatan, naluri penyidik tertuju kepada pengungkapan kejahatan.

2.4Terorisme Dan Pencucian Uang


Pengeboman di Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton di Jakarta pada tanggal 17 Juli
2009 dapat berlangsung karena ada dukungan dana yang cukup memadai. Polisi masih
menelusuri sumber dana tersebut dengan menghimpun keterangan dari para tersangka yang telah
ditangkap, maupun dengan cara lain secara intensif. Kelompok tersebut disinyalir menyetujui
perbuatan jaringan teroris. Polisi menduga, beberapa orang dalam kelompok tersebut menjadi
semacam penghubung antara jaringan dan sumber dana, yang berada di dalam maupun di luar
negeri.

Dana pengeboman di masa lalu, seperti Bom Bali I (2002) dan JW Marriott (2003),
terhimpun berkat segelintir WNI yang menjadi penghubung dengan di luar negeri. Dana
diperoleh dari Pakistan melalui beberapa WNI yang berperan sebagai penghubung dan kurir
antarnegara. Dari persidangan terungkap, misalnya, Gun Gun Rusman Gunawan (adik Hambali)
mengorganisasi dana dari Pakistan, yakni dari tokoh Al Qaeda, Khalid Sheikh Mohammad,
melalui keponakannya bernama Ammar Al-Baluchi. Gun Gun merupakan anggota kelompok Al
Ghuroba, semacam kelompok studi mahasiswa Indonesia dan Malaysia yang belajar di Pakistan.
Dalam tahun 2003, dinas intelijen Pakistan menangkap enam mahasiswa Indonesia dari Abu
Bakar Islamic University di Karachi, Pakistan (termasuk Gun Gun) yang diduga terkait
kelompok teroris.

Dari kutipan di atas terlihat ada hubungan antara terorisme sebagai kejahatan utama atau
tindak pidana asal (predicate crime) dengan pencucian uang.' Berbeda dengan tindak pidana asal
lainnya di mana uang merupakan hasil kejahatan, dalam terorisme uang dipergunakan untuk
mendanai tindak pidana asalnya. Oleh karena itu, pencucian uang dalam hal terorisme disebut
reverse money laundering atau pencucian uang terbalik.

Pencucian uang yang lebih sulit ditelusuri atau dilacak adalah dengan menghindari
transaksi perbankan yang berkewajiban melaporkan transaksi yang mencurigakan kepada
otoritas (di Indonesi, PPATK). Salah satu cara pemindahan dana dikenal dengan nama hawala.
Hawala adalah sistem kuno untuk menstransfer uang atas dasar saling mempercayai.

2.5. Undang- Undang Tindak pidana Pencucian Uang melalui Pendekatan FollowThe
Money

Pendekatan anti pencucian uang dalam penegakan hukum berdasarkan UU No. 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang mempunyai
prioritas mengejar hasil tindak pidana atau mengikuti aliran dana (follow the money) melalui

kekayaan yang disembunyikan. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencari
uang atau harta kekayaan lain yang terkait, yaitu dalam usaha mencegah dan memberantas tindak
pidana pencucian uang, maka dibentuk satu lembaga independen, yaitu Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) merupakan lembaga sentral
(focal point) yang mengkoordinasikan pelaksanaan upaya pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana pencucian uang di Indonesia. Secara internasional PPATK merupakan suatu Financial
Intelligence Unit (FIU) yang memiliki tugas dan kewenangan untuk menerima laporan transaksi
keuangan, melakukan analisis atas laporan transaksi keuangan, dan meneruskan hasil analisis
kepada lembaga penegak hukum. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
atau The Indonesian Financial Transaction Reports and Analysis Centre (INTRAC) dibentuk
dengan kewenangan untuk melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan pencucian
uang sekaligus membangun rezim anti pencucian uang di Indonesia. PPATK mempunyai tugas
mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang.

2.6 Follow The Money dan Data Mining

Teknik investigasi ini sebenarnya sangat sederhana. Kesulitannya adalah datanya yang
sangat banyak dalam hitungan terabytes. Kita tidak bisa memulai dengan pelakunya, yang ingin
kita lihat justru adanya pola-pola arus dana yang menuju ke suatu tempat ( yang memberi
indikasi tentang pelaku atau otak kejahatan)

Di samping kerumitan karena data yang begitu besar, juga diperlukan kecermatan dan
persistensi dalam mengumpulkan bahan-bahannya. Kemajuan yang pesat di bidang teknologi
informasi memfasilitasi proses ini.

2.7 MataUuang Kejahatan

Segala yang berharga dapat menjadi currency of crime. Dalam contoh korupsi di negara-
negara berkembang yang dikuasi para diktator, muncul keserakahan untuk mrnguangkan segala
sesuatu yang berharga.

Ciri dari penggunaan currency of crime yang bukan berupa uang adalah adanya izin-izin
atau lisensi untuk akses ke sumber-sumber daya alam yang umumnya dialokasikan kepada
keluaraga dan kerabat sang diktator.

Dalam hal ini currency of crime bisa berupa intan berlian, minyak bumi, pasir laut,
minyak bumi, pasir laut, kayu bundar, ganja dan lain sebagainya. Di sini ada dua arus yang bisa
diikuti invetigator, yakni arus dana dan arus fisik barang. Arus fisik barang sering memberikan
indikasi kuat karena adanya anomali. Contoh : data statistik resmi mengenai impor expor yang
menunjukan kesenjangan yang besar antara data negara pengimpor dan negara pengexpor.
BAB III

KESIMPULAN

Pendekatan follow the money merupakan bagian dari proses investigasi, yaitu pada tahap
penyelidikan, dimana aliran-aliran dana hasil kejahatan ditelusuri sehingga dapat dijadikan fakta-
fakta dan alat bukti adanya perbuatan tindak pidana pencucian uang seperti transfer dana,
layering, dan sebagainya. Dengan ditelusurinya rekening pelaku, maka dapat terungkap pula
pihak-pihak yang ikut terlibat dalam kegiatan pencucian uang pelaku, serta asal-usul dana dalam
pencucian uang.

Dalam mencari hasil tindak pidana, dipergunakan pendekatan analisis keuangan


(financial analysis). Demikian juga pelacakan ke depan untuk mengetahui siapa lawan transaksi,
yang menerima atau menikmati hasil transaksi tersebut. Pelacakan dapat dilakukan semaksimal
mungkin, sesuai kebutuhan untuk mencari adanya indikasi tindak pidana yang dilakukan
seseorang. Hasil financial analysis ini dapat memberikan petunjuk atau indikasi mengenai
dugaan adanya suatu tindak pidana telah dilakukan seseorang.
DAFTAR PUSTAKA

Tuanakota, Theodorus M. 2016. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif (Edisi 2).
Jakarta: Salemba Empat

http://budisansblog.blogspot.com/2012/05/strategi-follow-money-follow-suspect.html
https://economy.okezone.com/read/2008/04/28/212/104486/follow-the-money-vs-follow-the

Husein,Yunus, 2008, Negeri Sang Pencuci Uang, Pustaka juanda Tiga Lima, Jakarta
dalam Jurnal Ni Komang Sutrisni & A.A. Ketut Sukranata

Anda mungkin juga menyukai