Anda di halaman 1dari 15

KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN

Mata Kuliah
MANAJEMEN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu :
Dr. Dedy Hermanto K, M.M., Dipl. Ed.
Dr. Sultan Djasmi, M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 9

1. Hana Lia 2013022027


2. Yunita Safitri 2013022039

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas untuk mata kuliah Manajemen Pendidikan dengan judul “Konsep
Kepemimpinan Pendidikan dan Model-model Kepemimpinan Kepala Sekolah” dengan
dosen pengampu bapak Dr. Dedy Hermanto K, M.M., Dipl. Ed. dan bapak Dr. Sultan Djasmi,
M.Pd.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, atau bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Bandar Lampung, 10 November 2021

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

JUDUL..................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar Belakang...................................................................................................................1
Rumusan Masalah..............................................................................................................1
Tujuan Penulisan Makalah................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

Peran Kepala Sekolah Melakukan Manajemen Perubahan...............................................2


Peran Kepala Sekolah Membentuk Budaya Sekolah........................................................4
Peran Kepala Sekolah Sebagai Kepemimpinan Pembelajaran..........................................6

BAB III PENUTUP

Kesimpulan........................................................................................................................11
Saran..................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fungsi manajemen yang telah diterapkan dalam sebuah organisasi tidak akan berjalan
tanpa adanya sosok pemimpin. Namun, keberadaan seorang pemimpin juga tidak menjamin
tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Agar tujuan organisasi dapat dicapai
secara efektif dan efisien, maka seorang pemimpin perlu menerapkan kepemimpinan secara
baik dan benar. Kepemimpinan memegang peranan yang dominan, krusial, dan kritikal dalam
keseluruhan upaya untuk meningkatkan prestasi kerja, baik pada tingkat individual,
kelompok, dan organisasi.

Pendidikan adalah proses pengembangan individu secara utuh yang mencakup aspek kognisi,
afeksi, dan psikomotor sehingga terbentuk pribadi yang berpengetahuan, berkarakter, dan
terampil. Kepemimpinan menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) adalah kegiatan
atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan
orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok.
Kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dan proses mempengaruhi,
membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan
pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan agar kegiatan yang
dijalankan dapat lebih efektif didalam pencapaian tujuan – tujuan pendidikan dan
pengajaran.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang konsep dasar kepemimpinan pendidikan maka pada
makalah kali ini kami akan membahas Konsep Dasar Kepemimpinan Pendidikan.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana Peran kepala sekolah melakukan manajemen perubahan?


1.2.2 Bagaimana Peran kepala sekolah membentuk budaya sekolah?
1.2.3 Bagaimana Peran kepala sekolah sebagai kepemimpinan pembelajaran ?

1.3 Tujuan Penulisan Masalah

1.3.1 Mengetahui penjelasan mengenai kepemimpinan.


1.3.2 Mengetahui penjelasan mengenai konsep kepemimpinan pendidikan.
1.3.3 Mengetahui penjelasan mengenai model kepemimpinan kepala sekola

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA MEWUJUDKAN


PERUBAHAN SEKOLAH

Peran besar kepala sekolah dalam mewujudkan perubahan sekolah telah banyak
dibuktikan. Penelitian Thomas di awal tahun 1978 tentang peran kepala sekolah dalam
mengelola berbagai program menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi
implementasi program, namun tak satu pun sebesar kepemimpinan kepala sekolah. Hasil
studi Task Force on Education for Economic Growth (1983) juga menunjukkan bahwa
faktor utama penentu keunggulan sekolah negeri adalah kepemimpinan kepala sekolah.
Kepala sekolah yang memiliki kepemimpinan dan motivasi yang tinggi berpengaruh
besar pada keunggulan sekolah, seperti apapun kondisi sosio-ekonomi komunitas
sekolah dan karakteristik populasi yang dilayaninya. Hasil penelitian Fullan (1991) dan
Hansen & Smith (1989) menyimpulkan bahwa kepala sekolah adalah elemen sentral
peningkatan mutu program pengajaran di sekolah. Lieberman dan Miller (1981)
mencatat bahwa kepala sekolah sangat menentukan upaya mewujudkan perubahan-
perubahan di sekolah. Reinhard, Arends, Kutz, Lovell, dan Wyant (1980) mengatakan
bahwa di setiap tahap proses perubahan, kontribusi kepala sekolah sangat penting untuk
keberhasilan program sekolah secara menyeluruh.

Mengacu pada model perubahan sekolah dalam kerangka MPMBS, beserta dimensi-
dimensi perubahan sekolah, dapat diidentifikasi empat peran penting kepala sekolah
dalam upaya menyukseskan perubahan sekolah sebagai berikut.

1. Katalisator

Sebagai katalisator, kepala sekolah bertugas meyakinkan warga sekolah atas urgensi
kebutuhan perubahan sekolah guna peningkatan mutu pendidikan. Untuk ini, kepala
sekolah perlu mengkomunikasikan kemungkinan-kemungkinan krisis yang akan atau
telah terjadi disekolah jika perubahan tidak dilakukan, atau menyampaikan peluang-
peluang potensial untuk dimanfaatkan guna memajukan sekolah. Dalam hal ini,
pemanfaatan data dan informasi yang relevan sangat dibutuhkan. Selain itu, untuk
memperkuat urgensi perubahan yang harus dilakukan, kepala sekolah dapat membentuk
agen perubahan sekolah. Anggota agen perubahan ini dapat terdiri dari tokoh
masyarakat, ahli pendidikan, praktisi pendidikan, dan lain-lain yang dipertimbangkan
kompeten dan memiliki kepemimpinan perubahan yang bagus. Agen perubahan ini
berfungsi untuk memperkuat urgensi perubahan sekolah dan membantu jalannya
perubahan seperti layanan konsultasi arah, strategi, dan tindakan perubahan sekolah
yang harus dilakukan.
2. Kreator

Sebagai kreator, kepala sekolah bertugas mengembangkan dan menetapkan visi sekolah
dan strategi untuk mencapainya. Penetapan visi dan strategi ini dapat dilakukan melalui
proses diskusi yang melibatkan agen perubahan dan juga warga sekolah (sebagian atau
perwakilan) jika dipertimbangkan memungkinkan. Pelibatan warga sekolah dalam
perumusan visi dan strategi sekolah akan memunculkan rasa memiliki dan tanggung
jawab untuk mencapainya. Selanjutnya, visi dan strategi perubahan yang telah
ditetapkan dikomunikasikan kepada seluruh warga sekolah. Termasuk dalam
pengkomunikasian ini adalah pemberian teladan atau pemodelan dari kepala sekolah
dan agen perubahan untuk menumbuhkan kredibilitas atau kepercayaan atas visi dan
strategi yang ditetapkan.

3.Fasilitator

Sebagai fasilitator, kepala sekolah bertugas memberikan dukungan terhadap ide-ide atau
inisiasi perubahan yang selaras dengan visi perubahan yang telah ditetapkan,
menyediakan sumber daya yang dibutuhkan, melaksanakan pemberdayaan kepada
warga sekolah untuk melakukan perubahan, memonitor dan mengevaluasi kemajuan
perubahan yang dilakukan, membantu memecahkan masalah-masalah perubahan, dan
juga memberikan penguatan baik moril maupun materiil atas setiap keberhasilan
perubahan yang dilakukan. Kepala sekolah juga perlu mengupayakan manfaat dan
keuntungan jangka pendek dari perubahan yang dilakukan, mengkomunikasikan
pencapaiannya, dan memberikan penghargaan kepada individu-individu yang
menghasilkannya. Hal penting yang perlu diperhatikan disini adalah kepala sekolah
tidak hanya mampu menghargai keberhasilan perubahan namun juga siap dengan
kegagalan sebagai proses menuju keberhasilan, kemampuan mengelola konflik, serta
keberanian mengambil resiko untuk mengatasi permasalahan yang muncul.

4.Stabilisator

Sebagai stabilisator, kepala sekolah bertugas untuk menstabilkan atau membekukan


perubahan sekolah yang telah berjalan agar melembaga dalam kehidupan sekolah.
Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan sistem
manajemen/kelembagaan sekolah yang selaras dengan visi dan strategi perubahan.
Sistem, struktur, dan kebijakan sekolah yang tidak cocok satu sama lain dan tidak sesuai
dengan visi dan strategi perubahan sekolah perlu diperbaiki. Selain itu, promosi kepada
orang-orang yang dipertimbangkan mampu mengimplementasikan visi dan strategi
perubahan juga perlu dilakukan untuk menguatkan perubahan sekolah. Jika perlu,
dilakukan perekrutan orang-orang baru yang dapat memacu keberhasilan perubahan.
B. PERUBAHAN SEKOLAH DAN KARAKTERISTIK KEBERHASILANNYA

Perubahan sekolah merupakan setiap upaya yang dilakukan oleh warga sekolah dalam
rangka memajukan sekolah. Dengan mengedepankan unsur pimpinan, Lunenberg dan
Ornstein (2006:241) mendefinisikan perubahan sekolah yaitu “upaya yang dilakukan oleh
para pimpinan sekolah untuk meningkatkan efektivitas sekolah”. Efektivitas sekolah dapat
dilihat dari tingkat ketercapaian tujuan yang ditetapkan.

Mengacu pada kebijakan pemerintah, semua perubahan sekolah dilakukan dalam


kerangka MPMBS yang memfokuskan pada upaya peningkatan mutu. Secara umum, mutu
diartikan sebagai derajat (tingkat) keunggulan atau kebaikan suatu produk (hasil
kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible.
Derajat keunggulan atau kebaikan ini diperoleh dari penilaian atau pengukuran produk/jasa
dengan standar tertentu. Untuk pendidikan, standar mutu yang digunakan adalah PP Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Perubahan sekolah direncanakan dan dieksplisitkan dalam Rencana Pengembangan


Sekolah dan Rencana Operasional Sekolah. Setiap sekolah merencanakan program dan
kegiatan Pendidikan yang bersifat pengembangan (improvement) agar mutu pendidikan di
sekolahnya dapat meningkat dari sebelumnya. Semua program atau kegiatan yang telah
direncanakan, selanjutnya diimplementasikan, dan diupayakan melembaga. Melembaga
berarti berbagai perubahan sekolah yang diupayakan dapat terus berjalan, menginternal
dalam diri warga sekolah dan juga melembaga dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Jika
hal ini yang terjadi, maka perubahan sekolah telah berhasil.

Sergiovanni (2006: 342) mengatakan ”perubahan sekolah yang berhasil adalah


perubahan yang melembaga dalam kehidupan sekolah yang berciri:

1. Pengembangan sekolah berjalan sepanjang waktu, bukan sekedar implementasi program


kerja/kegiatan yang berhenti seiring tercapainya tujuan.
2. Pengembangan sekolah menghasilkan pembelajaran, bukan sekedar perubahan sekolah
secarakelembagaan.
3. Pengembangan sekolah memperoleh dukungan sumber daya
4. Pengembangan sekolah tidak berdampak negatif pada lingkungan sekitar sekolah,
sekolah lain, ataupun sistem yang lain.
5. Pengembangan sekolah memunculkan keragaman ekologis dan kapasitas seluruh
lingkungan pendidikan dan masyarakat.
Mengadopsi model generik manajemen perubahan terencana Uyung, 2004: 140,
perubahan sekolah yang berhasil memerlukan minimal lima tahap perubahan. Tahap-
tahap tersebut adalah:
1. Diagnosa/eksplorasi keadaan sekolah sekarang dan identifikasi keadaan yang
diinginkan;
2. Penciptaan visi strategis sekolah;
3. Perencanaan strategi perubahan sekolah;

4. Pengembangan komitmen, partisipasi, kerjasama, dan dukungan dari pihak manajemen


(kepala sekolah, pemilik yayasan) atas perubahan yang dilakukan;
5. Stabilisasi, integrasi, dan konsolidasi perubahan.

C. SEBAB-SEBAB PERUBAHAN SEKOLAH TIDAK BERHASIL

Menyukseskan perubahan sekolah bukanlah hal yang mudah. Hambatan mungkin muncul
Ketika inisiasi perubahan dimunculkan. direncanakan ataupun dilaksanakan. Hambatan ini
bisa bersumber dari pihak pimpinan atau pun warga sekolah yang menolak perubahan.
Terdapat berbagai factor yang menyebabkan keengganan individu atau sekolah untuk
berubah.
Lunenberg dan Ornstein (2006: 241-242) mengatakan bahwa perubahan sekolah lazim
mengalami penolakan karena faktor-faktor berikut.
1. Perubahan dirasakan akan mengancam terpenuhinya kebutuhan ekonomi, sosial, harga
diri dan lain-lain pada diri individu.
2. Perubahan menuntut cara atau metode kerja baru, standar kerja baru, kelompok kerja
baru, dan lain-lain yang menimbulkan banyak ketidaknyamanan dan ketidakpastian
hasil yang akan diperoleh.
3. Perubahan yang diciptakan akan mengurangi kekuasaan individu terhadap informasi dan
sumberdaya organisasi, serta pengaruh individu terhadap individu yang lain.
4. Perubahan menyebabkan ’keusangan’ atau ketidakterpakaian pengetahuan dan
keterampilan individu.
5. Perubahan menyebabkan perubahan struktur organisasi yang akan mengancam
posisi,mengurangi besaran kewenangan, meningkatkan beban kerja, meningkatkan
jumlah aturan, meningkatkan impersonalitas, dan mengancam perkembangan karir
individu.
D. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Sekolah
Efektif

Kepala sekolah sebagai edukator berperan dalam mengembangkan budaya sekolah


efektif. sebagai pendidik, kepala sekolah tergolong pendidik yang disiplin baik dari
kehadiran dan juga dari kelengkapan administrasi pembelajaran untuk memberikan contoh
dan teladan bagi guru yang lain. Selain itu, sebagai pendidik kepala sekolah sudah
menerapkan kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada pembiasaan, praktek, dan
penanaman akhlak melalui integrasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran. Hal tersebut
dapat mendukung pembentukan budaya sekolah
yang efektif.

Sebagai edukator, kepala sekolah juga selalu berupaya meningkatkan kualitas


pembelajaran dengan meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran diantaranya
dengan mengikutsertakan guru dalam sejumlah pelatihan dan workshop yang salah satunya
pelatihan dan workshop yang dilakukan oleh KPI (Kualita Pendidikan Indonesia). Hal ini
sejalan dengan pandangan Mulayasa (2009:100) yang menyatakan bahwa upaya yang
dilakukan kepala sekolah sebagai edukator dalam meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan diataranya adalah mengikutsertakan para guru dalam penataran untuk
menambah wawasan para guru, berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta
didik dan menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah. Kedua, peran sebagai
manajer. Kepala sekolah sebagai manajer berperan dalam mengembangkan budaya sekolah
efektif melalui beberapa program kebijakan pembiasaan nilai-nilai positif, seperti budaya
5S, budaya baca, budaya jujur dan lain sebagainya.

Program ini disusun kepala sekolah melalui tahapan manajerial yang baik mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring evaluasi. Peran kepala sekolah
sebagai manajer ini sesuai dengan pernyataan Mulyasa (2009:103) bahwa manajemen pada
hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan,
memimpin dan mengendalikan usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan
seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk
melihat sejauh mana ketercapaian tujuan, kepala sekolah selalu melakukan evaluasi
terhadap kinerja dan pelaksanaan program sekolah secara rutin baik dilaksanakan dalam
forum rapat mingguan maupun bulanan, baik rapat yang sifatnya formal maupun non formal
(situasional). Evaluasi ini dilaksanakan untuk mereviuw seberapa jauh capaian dan
seberapa besar kesenjangan yang terjadi di lapangan untuk mewujudkan perubahan-
perubahan menuju kondisi sekolah yang lebih baik. Kepala sekolah juga selalu
menggunakan assessment dan analisis dalam membuat program ke bijakan khususnya
dalam membangun budaya sekolah yang efektif, sehingga budaya
sekolah tersebut dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kultur sekolah dan
menjadi nilai plus bagi sekolah. Ketiga, peran sebagai administrator.
E. Peran Kepala Sekolah Sebagai Kepemimpinan Pembelajaran

Kepala sekolah sebagai pemimpin pengajaran sebaiknya menginstropeksi diri apakah


mereka sudah memiliki sikap dan kemampuan yang digambarkan oleh kepemimpinan
efektif tersebut diatas. Bila belum, hendaklah berusaha secara berangsur-angsur menerima
diri sendiri untuk memiliki sikap dan kemampuan yang professional. Pada tahun 1985
Rutherford meperkecil daftar menjadi tiga perilaku yang bedakan efektif kepala sekolah dari
yang kurang efektif.

Memiliki "jelas, visi dan misi mengenai apa yang mereka inginkan sekolah untuk
menjadikan visi yang fokus pada siswa dan kebutuhan mereka "
"Terjemahkan visi dan misi tersebut menjadi tujuan bagi sekolah mereka dan harapan bagi
para guru mereka, siswa, dan staf ". Janganlah mundur dan menunggu untuk hal-hal terjadi,
tetapi "terus menerus memonitor kemajuan kenyataan di lapangan jika dicermati dengan
baik, menunjukkan bahwa peran penting kepala sekolah nampaknya belum diimbangi
dengan kemampuan professional yang memadai. Dalam kondisi seperti ini, kepala sekolah
lebih tampil sebagai peñata laksana sekolah daripada sebagai pemimpin yang menakhodai,
sekolah sebagai lembaga yang bermisi menjemput masa depan (Joni, 1998).

Kepala Sekolah Efektif

Kepeminpinan efektif berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatkan


kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi
kondusif. Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan
menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap guru, baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok. Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong
kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerjasama dalam
kelompok dalam rangka mencapai tujuan sekolah/institusi.

Tugas utama yang diemban oleh seorang kepala sekolah adalah memimpin jalannya proses
belajar mengajar di sekolah menuju pencapaian hasil belajar yang maksimal. Sebagai
pemimpin pembelajaran, kepala sekolah bertanggung jawab atas prestasi atau hasil belajar
siswa di sekolah yang dipimpinnya. Dalam kajian mengenai sekolah yang efektif, tanggung
jawab langsung untuk memajukan dan meningkatkan pembelajaran di sekolah adalah kepala
sekolah.
Tujuh langkah kepemimpinan pembelajaran yang efektif menurut McEwan (2002) dengan
mengembangkan konsep kepemimpinan pembelajaran yang lebih operasional dengan tujuh
langkah kepemimpinan pembelajaran lengkap dengan indikatornya seperti berikut ini.

1. Menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas

i. Melibatkan guru-guru dalam mengebangkan dan menerapkan tujuan dan sasaran


pembelajaran sekolah.

ii. Mengacu kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah/system pendidikan


dalam mengembangkan program pembelajaran.

iii. Memastikan aktivitas sekolah dan kelas konsisten dengan tujuan pembelajaran.

iv. Mengevaluasi kemajuan pencapaian tujuan pembelajaran

2. Menjadi Nara sumber bagi staf

a. Bekerjasama dengan guru untuk untuk memperbaiki program pembelajaran di


dalam kelas sesuai dengan kebutuhan siswa

b. Membuat program pengembangan pembelajaran yang didasarkan atas hasil


penelitian dan praktik yang baik

c. Menerapkan prosedur formatif yang baik dalam mengevaluasi program


pembelajaran

3. Menciptakan Budaya dan iklim sekolah yang kondusif bagi pembelajaran

a. Menciptakan kelas-kelas inklusif yang memberi kesan bahwa di dalamnya


semua siswa boleh belajar

b. Menyediakan waktu yang lebih panjang untuk belajar (dalam kelas tersebut)
bagi siswa-siswa yang membutuhkannya

c. Mendorong agar guru berperilaku positif dalam kelas sehingga membuat iklim
pembelajaran baik dan tertib dalam kelas

d. Menyampaikan pesan-pesan kepada siswa dengan berbagai cara bahwa mereka


bisa sukses

e. Membuat kebijakan yang berkaitan dengan kemajuan belajar siswa (pekerjaan


rumah, penilaian, pemantauan kemajuan belajar, remediasi, laporan hasil belajar,
kenaikan/tinggal)
Pertama, Menetapkan sasaran prestasi siswa yang akan dikomunikasikan secara
langsung kepada siswa, guru dan orang tua.

Kedua, Menetapkan aturan yang jelas mengenai waktu penggunaan kelas untuk
pembelajaran dan monitor waktu efektif penggunaannya.

Ketiga, Menetapkan, laksanakan, dan evaluasi prosedur dan aturan untuk menangani
dan menegakkan masalah-masalah disiplin bersama dengan guru dan siswa
(sebagaimana mestinya).

4. Mengkomunikasikan visi dan misi sekolah ke staf

a. Melakukan komunikasi dua arah secara sistimatis dengan staff tentang tujuan
dan sasaran lembaga (sekolah)

b. Menetapkan, mendukung, dan melaksanakan aktivitas yang mengkomunikasikan


kepada siswa tentang nilai dan arti belajar

c. Mengembangkan dan gunakan saluran-saluran komunikasi dengan orang tua


untuk menyampaikan tujuan-tujuan sekolah yang telah ditetapkan

6. Mengkondisikan staf untuk mencapai cita-cita profesional tinggi.

(a) Melibatkan diri Anda mengajar secara langsung di kelas

(b) Membantu guru-guru dalam mengupayakan dan mencapai keinginan


profesionalnya yang brtkaitan dengan pembelajaran sekolah dan pantau apakah
keinginannya itu terwujud

(c) Melakukan observasi terhadap semua kelas secara teratur, baik secara informal
atau formal
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Peran kepala sekolah dalam mengelola berbagai program menunjukkan bahwa


banyak faktor yang mempengaruhi implementasi program, namun tak satu pun
sebesar kepemimpinan kepala sekolah Kepala sekolah yang memiliki kepemimpinan
dan motivasi yang tinggi berpengaruh besar pada keunggulan sekolah, seperti
apapun kondisi sosio-ekonomi komunitas sekolah dan karakteristik populasi yang
dilayaninya.
Empat peran penting kepala sekolah dalam upaya menyukseskan perubahan sekolah
yaitu:
1. Katalisator
2. Kreator
3. Fasilitator
4. Stabilisator
2. Kepala sekolah sebagai edukator berperan dalam mengembangkan budaya sekolah
efektif. sebagai pendidik, kepala sekolah tergolong pendidik yang disiplin baik dari
kehadiran dan juga dari kelengkapan administrasi pembelajaran untuk memberikan
contoh dan teladan bagi guru yang lain. Selain itu, sebagai pendidik kepala sekolah
sudah menerapkan kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada pembiasaan,
praktek, dan penanaman akhlak melalui integrasi nilai-nilai karakter dalam
pembelajaran. Hal tersebut dapat mendukung pembentukan budaya sekolah yang
efektif.
3. Kepeminpinan efektif berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam
meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para
guru dalam situasi kondusif. Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja
para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan
terhadap guru, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Perilaku pemimpin
yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi
individu untuk bekerjasama dalam kelompok dalam rangka mencapai tujuan
sekolah/institusi.

Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah hendaknya setiap sekolah yang ingin
mengembangkan sekolah seyogyanya memiliki rencana pengembangan sekolah, peran
komite sekolah dan juga TPS, dan perencanaan program sekolah yang rinci dan detail
agar pengembangan sekolah benar-benar berjalan dengan baik dan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Thaha, Besse Tenri Batari. 2011. Konsep Dasar Mengenai Pengertian


Kepemimpinan Pendidikan. Diterima November 15, 2013 pukul 15.00.

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/7018/Pemimpin-dan-Kepemimpinan-
Kita.html

Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998,
hal : 11.

Burhanuddin Faid, Konsep Dasar Kepemimpinan, Diterima November 1, 2014

Yatik. 2011. Konsep dan Prinsip Kepemimpinan dalam Pendidikan. Diterima November 15,
2o13 pukul 15.12.

Anda mungkin juga menyukai