Anda di halaman 1dari 77

0

SKRIPSI

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KESEHATAN

REPRODUKSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALIWUNGU

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:

Dian Puspitasari
NIM : SK. 119.149

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KENDAL
2021
1

Persetujuan Skripsi

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa


Proposal Penelitian yang berjudul :

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KESEHATAN


REPRODUKSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALIWUNGU

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Dian Puspitasari
NIM : SK. 119.149

Telah disetujui sebagai usulan penelitian dan dinyatakan telah memenuhi syarat

untuk diseminarkan

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Yuni Puji Widiyastuti., S.Kep. M.Kep Istioningsih, MAN


NIPS.120204006 NIPS. 120213067

i
2

Pengesahan Skripsi

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi

Yang berjudul :

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KESEHATAN


REPRODUKSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALIWUNGU

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Dian Puspitasari
NIM : SK. 119.149

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal Juli 2021

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Penguji I

Dr. Sri Rejeki, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat.


NIPS.

Penguji II,

Ns. Yuni Puji Widiyastuti., S.Kep. M.Kep


NIPS.120204006

Penguji III,

Istioningsih, MAN
NIPS. 120213067

ii
3

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dian Puspitasari

NIM : SK. 119.149

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyatakan bahwa karya ilmiah yang berjudul “Gambaran perilaku hidup bersih

dan sehat kesehatan reproduksi pada lansia di Puskesmas Kaliwungu” adalah

benar-benar karya ilmiah yang bebas dari unsur PLAGIARISME, FABRIKASI

dan FALSIFIKASI. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah tersebut

mengandung salah satu maupun beberapa dari unsur tersebut maka saya bersedia

ditangguhkan segala hal yang berkaitan dengan penyusunan karya tersebut

termasuk kelulusan studi yang saya jalani.

Demikian surat pernyataan saya susun untuk dapat digunakan seperlunya.

Kendal, Juli 2021

Peneliti

(Dian Puspitasari)

iii
4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-

Nya akhirnya skripsi dengan judul “ Gambaran perilaku hidup bersih dan sehat

kesehatan reproduksi pada lansia di Puskesmas Kaliwungu” peneliti dapat

menyelesaikan skripsi, skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam progam Pendidikan Sarjana Strata-1 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIKES) Kendal.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Yulia Susanti, S.Kep.,M.Kep., Sp. Kep.Kom selaku Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKES) Kendal

2. Ns. Setianingsih, S.Kep. M.Kep selaku Ka Prodi Program Sarjana

Keperawatan

3. Dr. Sri Rejeki, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku penguji skripsi, terima kasih

saran dan masukanya

4. Yuni Puji W., M.Kep.,Ns selaku pembimbing I yang telah memberi saran

dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Istioningsih, MAN selaku pembimbing II yang telah memberi saran dan

pengarahan dalam penyusunan skripsi ini

6. Responden penelitian terima kasih partisipasinya dalam penelitian ini

7. Orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta do’a

yang tak henti hingga saat ini.

8. Para staf dosen dan tata usaha di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal.

iv
5

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan,

oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

agar dapat memperbaiki kekurangan pada penyusunan selanjutnya.

Kendal, Juli 2021

peneliti

v
6

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii
KEASLIAN PENELITI................................................................................. iv
KATA PENGANTAR................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian................................................................. 5
E. Keaslian Penelitian................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Lansia ................................................................................. 9
B. Kesehatan reproduksi............................................................. 14
C. PHBS...................................................................................... 20
D. Kerangka teori........................................................................ 25

BAB III METODE PENELITIAN


A. Kerangka Konsep................................................................... 26
B. Pertanyaan penelitian............................................................ 26
C. Desain Penelitian................................................................... 27
D. Populasi dan Sampel Penelitian............................................. 27
E. Tempat dan Waktu Penelitian................................................ 30
F. Definisi Operasional, Variabel Penelitian, dan Skala
Pengukuran............................................................................ 30
G. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data......................... 31
H. Teknik Pengolahan dan Analisa Data.................................... 34
I. Etika Penelitian...................................................................... 38
J. Jadwal penelitian.................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
7

DAFTAR TABEL

Nomor tabel Judul tabel Halaman


1.1 Keaslian penelitian ........................................................ 5
3.1 Definisi Operasional ....................................................... 30
3.2 Analisa Univariat………………………………………. 36
3.3 Analisa Bivariat………………………………………. 37

vii
8

DAFTAR GAMBAR

Nomor gambar Judul gambar Halaman


2.1 Kerangka Teori ......................................................... 25
2.2 Kerangka Konsep ...................................................... 26

viii
9

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor lampiran Judul Lampiran


Lampiran 1 Jadwal Penelitian
Lampiran 2 Permohonan menjadi Responden
Lampiran 3 Persetujuan menjadi Responden
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Surat Ijin Studi Pendahuluan

ix
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia merupakan proses yang terjadi secara alami pada setiap individu

dimana dalam setiap proses ini terjadi perubahan fisik maupun mental yang akan

berpengaruh pada berbagai fungsi dan kemampuan tubuh yang pernah dimilikinya

(Alfin, M. 2012). Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuhnya

berbeda-beda, hal itu benar diketahui, tetapi ada yang mengatakan itu disebabkan

oleh hormon setiap individu. Orang beranggapan lansia sebagai semacam penyakit

hal itu tidak benar karena menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses

berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari luar maupun

dari dalam tubuh. Lansia akan mengalami kemunduran baik fisik, psikis maupun

mental, secara fisik kemunduran terjadi pada area reproduksi yang ditandai dengan

menopause (Nugroho, 2016).

Menurut USA Bureau of The Cencus tahun 2019, lansia di dunia

diperkirakan mengalami penambahan, antara tahun 1990-2025 sebesar 41,4%.

Pada tahun 2050, diperkirakan ada 60 juta lansia (USA Bureau of The Cencus,

2019). Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2019 sekitar 24 juta jiwa atau 10%

jumlah penduduk. Setiap tahun lansia bertambah 450.000 orang. Jumlah lansia di

Jawa Tengah sebanyak 12,59 % sedangkan di Kabupaten Kendal jumlah lansia

sebanyak 29,9% (DKK, 2019).

1
2

Lansia yang mengalami penurunan fisik, dan mengalami penurunan peran

sosial serta psikis akan mengalami gangguan kesehatan reproduksi (Hardywinoto

dan Setyabudi, 2015). Kesehatan reproduksi telah mendapat perhatian khusus

secara global sejak diangkatnya materi tersebut dalam konferensi internasional

tentang Kependudukan dan Pembangunan International Conference on

Population and Development (ICPD), di Kairo Mesir tahun 2010. Kementerian

Kesehatan RI (2016) pedoman pelayanan kesehatan reproduksi terpadu ditingkat

pelayanan kesehatan dasar dengan program kesehatan reproduksi, termasuk

kesehatan reproduksi pada usia lanjut. Lansia perempuan akan mengalami

menopause dan mengalami masalah psikologis seperti kecemasan, cemas yang

berlebihan akan mempengaruhi kesehatan reproduksi pada lansia, 70% wanita

lebih sering mengalami gejala kecemasan dibanding dengan laki-laki (Wigati,

2017).

Sebagian wanita memasuki usia 50 tahun dan menjadi tua seringkali menjadi

momok yang menakutkan (Rusdi, 2019). Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran

bahwa dia akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak cantik lagi, kondisi

tersebut memang tidak menyenangkan dan menyakitkan. Padahal, masa tua

merupakan salah satu tahap yang harus dijalani seorang wanita dalam

kehidupannya (Wartonah, Tarwoto. 2016). Seperti halnya tahap kehidupan yang

lain, yaitu masa anak-anak dan masa reproduksi. Namun munculnya rasa

kekhawatiran yang berlebihan itu menyebabkan mereka sangat sulit menjalani

masa ini (Smart, 2016).


3

Menopause adalah perubahan pada wanita ketika periode menstruasinya

berhenti. Seorang wanita sudah mencapai menopause apabila dia tidak

mendapatkan menstruasi selama 12 bulan secara berurutan, dan tidak ada

penyebab lain untuk perubahan yang terjadi tersebut. Menopause dalam kehidupan

wanita mengalami 3 tahap yakni Premenopause, Perimenopause dan

Pascamenopause. Sebagian wanita memasuki usia 50 tahun dan menjadi tua

seringkali menjadi momok yang menakutkan. Kekhawatiran ini berawal dari

pemikiran bahwa dia akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak cantik lagi,

kondisi tersebut memang tidak menyenangkan dan menyakitkan. Padahal, masa

tua dan menopause merupakan salah satu tahap yang harus dijalani seorang wanita

dalam kehidupannya (Wartonah, Tarwoto. 2016).

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada lansia yaitu kesehatan secara

fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang

berbuhungan dengan sistem, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi

yang bebas dari penyakit atau kecacatan, melainkan bagaimana seseorang dapat

memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan (Maryam, 2018). Dampak

dari kurangnya kebersihan reproduksi akan mengakibatkan berbagai komplikasi

dan ketidaknyamanan pada lansia itu.

Banyak lansia yang mengalami masalah kesehatan seperti kebersihan diri

pada lansia yang kurang serta kebersihan pada organ reproduksi. Kebersihan diri

yang sudah tidak diperhatikan lagi pada lansia karena lansia mengalami kelemahan

fisik dan mempunyai aktivitas yang terganggu sehingga sistem resproduksinya


4

kurang terjaga kebersihannya serta perilaku kurang bersih pada lansia. Dari 110

lansia di Puskesmas Kaliwungu yang mengikuti Prolanis 50 lansia yang

mengalami kelemahan fisik dan mempunyai aktivitas yang terganggu sehingga

sistem reproduksinnyan kurang terjaga kebersihannya. Dari masalah tersebut maka

peneliti tertarik untuk meneliti “Gambaran perilaku hidup bersih dan sehat

kesehatan reproduksi pada lansia di Puskesmas Kaliwungu”

B. Rumusan Masalah

Setiap tahun lansia bertambah 450.000 orang. Jumlah lansia di Jawa Tengah

sebanyak 12,59 % sedangkan di Kabupaten Kendal jumlah lansia sebanyak 29,9%.

Menjaga kesehatan reproduksi merupakan masalah penting pada lansia. Perilaku

hidup bersih dan sehat pada lansia harus dilakukan. Setiap tahun lansia akan

bertambah jumlahnya, serta mengalami berbagai masalah seperti perubahan fisik,

psikologis dan mental, kemunduran fisik yang terjadi pada lansia diantaranya

masalah pada menopause yang menyebabkan gangguan kesehatan reproduksi,

perilaku kurang bersih pada lansia salah satu faktor penyebab lansia mengalami

masalah pada kesehatan reproduksi dari fenomena dan latar belakang diatas maka

dapat dirumuskan masalah sebagai berikut, bagaimana gambaran perilaku hidup

bersih dan sehat kesehatan reproduksi pada lansia di Puskesmas Kaliwungu?


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran perilaku hidup bersih dan sehat kesehatan reproduksi

pada lansia di Puskesmas Kaliwungu

2. Tujuan khusus

a. Mendiskripsikan karakteristik usia, pendidikan, riwayat penyakit dan status

responden di Puskesmas Kaliwungu

b. Mendiskripsikan perilaku hidup bersih dan sehat kesehatan reproduksi pada

lansia di Puskesmas Kaliwungu

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Mengembangkan dan menambah wawasan pengetahuan yang ada tentang

perilaku hidup bersih dan sehat kesehatan reproduksi pada lansia serta dapat

dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan promosi kesehatan tentang perilaku hidup

bersih dan sehat kesehatan reproduksi pada lansia

3. Manfaat metodologis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan bahan

masukan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian selanjutnya

menggunakan variabel yang berbeda misalnya faktor-faktor yang


6

mempengaruhi perilaku hidup bersih dan bersih lansia terhadap kesehatan

reproduksi pada lansia.

E. Keaslian penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang belum pernah dilakukan orang lain.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan terkait dengan perilaku hidup bersih

dan sehat kesehatan reproduksi pada lansia adalah sebagai berikut

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No. Nama Penulis Judul Metode Hasil


dan Tahun
1 Piska Rizky Perilaku lansia Penelitian Hasil penelitian
Karenina menopause kualitatif menunjukkan bahwa
dalam menjaga deskriptif lansia menganggap
kesehatan dengan menopause adalah hal
Reproduksinya pendekatan alami yang akan terjadi
di posyandu studi kasus pada setiap wanita ketika
lansia mawar dia sudah tua. Namun,
putih RW IX mereka kurang
Kelurahan memperhatikan perilaku
Gajah mereka dalam menjaga
Mungkur kesehatan reproduksinya.
Semarang
2 Siska Dhewi Perilaku Penelitian Hasil penelitian
(2019) Lansia Pada kualitatif menunjukkan bahwa
Masa tingkat pengetahuan
Menopause di lansia tentang menopause
Posyandu dan kesehatan
Lansia di Desa reproduksinya masih
Tambak Baru cukup baik meskipun
Ilir Martapura sebagian besar tidak
mengetahui tanda gejala
dan perubahan yang
terjadi saat menopause
karena merasa itu
merupakan alamiah.
Sikap lansia saat
menopause hampir semua
7

No. Nama Penulis Judul Metode Hasil


dan Tahun
merasa siap menghadapi
dan menerima, karena
menganggap hal normal
3 Dian Ratna Pengetahuan Jenis Hasil pengolahan data
sari (2017) dan sikap penelitian menunjukkan
lansia terhadap ini adalah pengetahuan lansia berada
perilaku hidup deskriptif pada kategori baik jumlah
bersih dan 33 responden (63,5%) dan
sehat di Panti hasil pengolahan data
Werdha Banda sikap lansia berada pada
Aceh kategori baik jumlah 29
responden (55,8%),
4 Sumirat Perilaku hidup Metode Hasil penelitian
Tresnayanti bersih dan penelian menujukan PHBS di
(2015) sehat pada deskriptif rumah tangga pada
keluarga lansia keluarga lansia dengan 7
di Desa (tujuh) indikator sebesar
Damarraja 57,33% (kurang),
Kecamatan Indikator yang paling
Warungkiara tinggi mencuci tangan
Kabupaten dengan air bersih dan
Sukabumi sabun (82,88%)
sedangkan indikator
paling rendah
menggunakan jamban
sehat (40,22%)
5 Nungky Hubungan Metode Hampir seluruhnya 55
Kustantya Tingkat cross responden (91,7%)
(2013) Pengetahuan sectional memiliki pengetahuan
Dengan dan tehnik cukup dan 46 responden
Perilaku Hidup Penelitian (76,6%) lansia memiliki
Bersih Dan yang perilaku hidup bersih dan
Sehat (PHBS) digunakan sehat
Pada Lansia adalah
simple
random
sampling
6 Dian Gambaran Jenis
Puspitasari perilaku hidup penelitian
(2020) bersih lansia dengan
terhadap study
kesehatan deskriptif
reproduksi teknik
pada lansia di penelitian
8

No. Nama Penulis Judul Metode Hasil


dan Tahun
Puskesmas yang
Kaliwungu digunakan
purposive
sampling

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

1. Pengertian lansia

Lanjut usia (lansia) adalah apabila usianya 65 tahun ke atas (Tamher,

2019). Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu

proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk

beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh

kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi

stres fisiologis (Efendi, 2019).

2. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan

Depkes RI (2013) dalam Maryam (2018) yang terdiri dari : pralansia

(prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi ialah seseorang

yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

9
9

dengan masalah kesehatan, lansia potensial ialah lansia yang masih mampu

melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa,

lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Menurut Kemenkes (2018), usia

lanjut dibagi menjadi kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), kelompok lansia

pertengahan (65 tahun keatas) dan kelompok lansia dengan resiko tinggi (usia

70 tahun keatas)

Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60

tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan), kebutuhan

dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan

biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi

maladaptif, lingkungan tempat tinggal bervariasi (Maryam, 2018).

3. Penyakit yang sering di derita lansia

a. Osteo Artritis (OA)

OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan

biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi,

dan perkapuran. OA merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia

lanjut, yang dipertinggi risikonya karena trauma, penggunaan sendi berulang

dan obesitas. Berdasarkan penelitian Yulianti (2020) yang telah dilakukan

pada 48 orang lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari,

menunjukkan bahwa proporsi responden yang memiliki intensitas sholat

tinggi dari 43 responden (100%) yang mengalami positif OA sebanyak 15


10

responden (34,9%). Sedangkan proporsi responden yang memiliki intensitas

sholat rendah dari 5 responden (100%) tidak ada yang mengalami positif OA

(0%) dan negatif OA sebanyak 5 responden (100%).

b. Osteoporosis

Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana

masa atau kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe

I merujuk pada percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama

setelah menopause, sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada

usia lanjut karena terganggunya produksi vitamin D.

Hasil analisa data oleh Puslitbang Gizi Depkes RI (2016) dan sebuah

perusahaan nutrisi pada 16 wilayah di Indonesia secara selected people

menggunakan alat diagnostik clinical bone sonometer, menunjukkan angka

prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) sebesar 41,7% dan prevalensi

osteoporosis sebesar 10,3%. Ini berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia

memiliki risiko untuk terkena osteoporosis, dimana 41,2% dari keseluruhan

sampel yang berusia kurang dari 55 tahun terdeteksi menderita osteopenia.

Prevalensi osteopenia >55 tahun pada wanita enam kali lebih besar dari pria

dan peningkatan osteoporosis pada wanita dua kali lebih besar dari pria

(Hida Shallyana, 2018).

c. Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau

lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg,
11

yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua

(Schrier, 2016). Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya

stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung,

dan gagal ginjal (Soeharto, 2014). Penelitian Pratiwi dan Tala (2018)

menyebutkan, 74,8% pasien hipertensi berada di rentang usia 60-74 tahun

dan 25,2 % berada di rentang usia 54-60 tahun.

d. Diabetes Mellitus

Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana

gula darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa (Aprinda,

2017). Kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes melitus, dimana

kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar

glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl (Harding, 2017).

Puspanathan, dkk (2016) tentang hubungan antara diabetes melitus tipe

2 dengan kualitas hidup di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Medan Amplas. Hasil penelitian terdapat hubungan antara

diabetes melitus tipe 2 dengan kualitas hidup lansia (p=0,018). Dari hasil

penelitian ini diketahui diabetes melitus tipe 2 secara signifika

mempengaruhi kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan

sehingga mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas hidup responden

secara umum.

e. Dimensia
12

Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi

intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi

aktivitas kehidupan sehari-hari (Setiono dan Hidayati, 2015). Alzheimer

merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut

(Durand dan Barlow, 2016). Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit

vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma

kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia juga kerap

terjadi pada wanita dan individu dengan pendidikan rendah (Ganda

Sigalingging, 2020).

Penelitian yang dilakukan oleh Ganda Sigalingging (2020) tentang

Harga diri (self esteem) lansia yang mengalami demensia didapatkan hasil

lansia lebih banyak mengalami demensia sedang sebanyak 32 orang

(44,4%).

f.Penyakit jantung koroner

Penyakit jantung koroner merupakan penyempitan pembuluh darah

jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala umum yang

terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan. Resiko

penyakit jantung meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Ketika usia

mencapai 40 tahun resiko terserang penyakit jantung koroner lebih besar

(Pudiastuti, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Meri Rosita tahun 2018 di

Rumah Sakit Islam Siti Khodijah Palembang didapatkan hasil bahwa ada
13

hubungan bermakna antara umur dengan kejadian Penyakit jantung koroner

(p value = 0,000)

g. Kanker

Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah

sel mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih

sehat (Hanahan dan Weinberg, 2013). Sel yang berubah ini mengalami

mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi

normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai

dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker)

(Abdullah, 2016). Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah

penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga

kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk

timbul kanker meningkat (Cici Priyatin, 2016).

B. Kesehatan Reproduksi

1. Pengertian

Menurut International Conference Population and Development (ICPD)

tahun 2017 di Kairo, kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik,

mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses, reproduksi

2. Teori siklus sel reproduksi


14

Teori ini menyatakan bahwa proses menua dipengaruhi hormon reproduksi

melalui sinyal sel yang terlibat dalam pertumbuhan dan perkembangan di masa

awal kehidupan dan akan mempertahankan fungsi reproduksi di masa

setelahnya (Bowen dkk., 2018). Gangguan sistem hormon akan diikuti oleh

berkurangnya folikel hingga menjadi menopause, dan rusaknya sel Leydig dan

sertoli sehingga menjadi andropause.Kondisi tersebut mengganggu sinyal siklus

sel yang akan mengarah ke kematian dan disfungsi sel, disfungsi jaringan

(munculnya penyakit), hingga kematian.

3. Kesehatan Reproduki Lanjut Usia

Salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada lanjut usia (Lansia) yaitu

masalah kesehatan reproduksi. Program kesehatan pada lanjut usia sering hanya

menitikberatkan pada pelayanan penyakit akibat proses degeneratif seperti

hipertensi, stroke, diabetes mellitus, dan radang sendi atau rematik. Padahal

lanjut usia juga mempunyai masalah dalam kesehatan reproduksi, utamanya hal

ini dirasakan oleh perempuan masa subur berakhir (menopause). Laki-laki juga

mengalami penurunan fungsi seksual dan kesuburan (andropause), walaupun

hal ini terjadi pada usia yang lebih lanjut lagi jika dibandingkan usia

menopause yang dialami oleh perempuan.

Kesehatan reproduksi meliputi kesehatan fisik dan mental setiap individu

sepanjang siklus kehidupannya sehingga pemeliharaan kesehatan pasca

reproduksi (sering juga disebut dengan kesehatan lansia) juga perlu mendapat
15

perhatian kita bersama. Masa pasca reproduksi ini ditandai dengan terjadinya

penurunan berbagai fungsi alat/organ tubuh (Endang, 2018).

Menurut BKKBN (2018) kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara

fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang

berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan

hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Menurut ICPD (2014)

kesehatan reproduksi mengacu pada definisi sehat menurut WHO adalah

keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan

bukan hanya sekedar tidak adanyapenyakit atau gangguan di segala hal yang

berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu

sendiri.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/ 2009 adalah suatu

keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial yang utuh bukan semata- atabebas

dari penyakit atau kecacatan yang berkaitandengan sistem, fungsi

danprosesreproduksi pada laki-laki dan perempuan.

Menurut Lubis (2013) kesehatan reproduksi yaitu suatu keadaan dimana

manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan

fungsi dan proses reproduksi secara sehat dan aman, juga setiap orang berhak

mengatur jumlah keluarganya termasuk memperoleh penjelesanyang lengkap

tentang cara yang tepat dan disukai. Selain itu, hak untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan reproduksi lainnya seperti pelayanan antenatal, persalinan,


16

nifas dan pelayanan bagi bayi baru lahir, kesehatan remaja, dan lain-lain perlu

di jamin.

Menurut Spielberg (2017) kesehatan reproduksi meliputi:

a. Kemampuan untuk mereproduksi

b. Kebebasan untuk mengontrol reproduksi

c. Kemampuan untuk mengalami kehamilan dan persalinan dengan aman,

dengan ibu yang sukses dankelangsungan hidup bayi dan hasil.

d. Kemampuan untuk mendapatkan informasi tentang dan cara yang aman,

efektif dan terjangkautentang keluarga berencana.

e. Kemampuan untuk memiliki kehidupan yang memuaskan, seks aman, bebas

dari rasa takut kehamilan dan penyakit.

f. Kemampuan untuk meminimalkan penyakit ginekologi dan risiko di semua

tahapan kehidupan

4. Prinsip Pelayanan kesehatan Lansia menurut (Ariani, 2017)

a. Holistik seorang penderita lansia harus dipandang sebagai manusia

seutuhnya, meliputi lingkungan kejiwaan (psikologik), sosial, dan ekonomi

b. Vertikal pemberi pelayanan harus dimulai di masyarakat sampai ke

pelayanan rujukan tertinggi yaitu rumah sakit yang mempunyai sub-spesialis

geriatrik

c. Horizontal Pelayanan Kesehatan harus merupakan bagian dari pelayanan

kesejahteraan lansia secara menyeluruh, lintas sektoral dengan


17

dinas/lembaga terkait dibidang kesejahteraan, misal: agama, pendidikan,

kebudayaan dan dinas sosial

d. Harus mencakup aspek preventif, promotif,kuratif dan rehabilitative

Salah satu upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan lansia adalah dengan

program posyandu lansia. Posyandu lansia merupakan wahana pelayanan

bagi kaum usia lanjut, yang dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usia lanjut

yang menitikberatkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa

mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif

5. Permasalahan Kesehatan Pasca Reroduksi

a. Klimakterium

Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang

wanita sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif

dari kehidupan sampai masa non-reproduktif. Masa klimakterium meliputi

pramenopause, menopause, dan pascamenopause. Pada wanita terjadi antara

umur 40-65 tahun (Smeltzer and Bare, 2015)

Gejala klimakterium : Gangguan neurovegetatif (vasomotorik

hipersimpatikotoni) yang mencakup gejolak panas (hot flushes), keringat

malam yang banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga,

tekanan darah yang goyah, berdebar-debar, susah bernafas, jari-jari atrofi

dan gangguan usus (meteorismus). Gangguan psikis yaitu mudah

tersinggung, depresi, lekas lelah, kurang bersemangat, insomania atau sulit

tidur dan Gangguan organik seperti infark miokard (gangguan sirkulasi),


18

atero-sklerosis (hiperkolesterolemia), Osteoporosis, gangguan kemih

(disuria), nyeri senggama (dispareunia) (Nugroho, 2015)

b. Andropause

Andropause adalah kondisi pria diatas usia tengah baya yang

mempunyai kumpulan gejala, tanda dan keluhan yang mirip dengan

menopause pada wanita. Istilah andropause berasal dari bahasa Yunani,

Andro artinya pria sedangkan Pause artinya penghentian. Jadi secara harfiah

andropause adalah berhentinya fungsi fisiologis pada pria, yaitu penurunan

produksi spermatozoa, hormon testosteron dan hormon – hormon lainnya

sedemikian perlahan (Smeltzer and Bare, 2015).

Gejala andropause Penurunan libido (gairah seksual) dan impotensi

(gagal ereksi, Perubahan suasana hati (mood), disertai penurunan aktivitas

intelektual, kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung, Menurunnya

kekuatan otot dan massa otot, Lemah dan kurang energy, Perubahan

emosional, psikologis dan perilaku (misalnya depresi), Berkeringat dan

gejolak panas di sekitar leher (hot flash ), yang terjadi secara bertahap,

Pengecilan organ-organ seks dan kerontokan rambut di sekitar daerah

kelamin dan ketiak, Peningkatan lemak di daerah perut dan atas tubuh,

Osteoporosis (keropos tulang) dan nyeri punggung, Risiko penyakit jantung

(Smeltzer and Bare, 2015).


19

c. Menopause

Menopause adalah berasal dari kata “men” berarti bulan, “pause, pausis,

paudo” berarti periode atau tanda berhenti, hilangnya memopause diartikan

sebagai berhentinya secara definitif menstruasi (Kartono, 2017). Pada usia

45 sampai 50 tahun, siklus seksual biasanya tidak teratur, dan ovulasi tidak

terjadi selama beberapa siklus. Sesudah beberapa bulan sampai beberapa

tahun, siklus terhenti sama sekali. Periode dimana siklus berhenti dan

hormon-hormon kelamin wanita menghilang dengan cepat sampai hampir

tidak ada disebut sebagai menopause (Guyton & Hall, 2017)

Gejala menopause Haid menjadi tidak teratur, Gelombang rasa panas

(hot flush), terjadi akibat peningkatan aliran darah didalam pembuluh darah

pada wajah, leher, dada, dan punggung, Gejala-gejala psikologis berupa

suasana hati, pikiran motivasi, sikap, reaksi biologis, Fatigue, yaitu rasa lelah

yang diakibatkan berhentinya fungsi ovarium, Keadaan atrofi, yaitu

kemunduran keadaan gizi, suatu lapisan jaringan, Pusing atau sakit kepala,

keluhan ini bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya: karena meningginya

tekanan darah, adanya gangguan penglihatan, Insomnia atau keluhan susah

tidur, hal ini bisa disebabkan oleh penyebab fisik maupun psikis, Hilangnya

kendali terhadap kandung kemih (inkontinensia) serta peradangan pada

kandung kemih dan vagina (Purwanto, 2017).


20

d. Perubahan Pada Sistem Reproduksi Wanita

Perubahan menua yang terjadi pada wanita adalah sebagai berikut.

Pertama penurunan esterogen yang bersikulasi sehingga atrofi jaringan

payudara dan genital. Kedua, peningkatan endrogen yang bersikulasi

sehingga penurunan massa tulangdengan resiko osteoporosis dan fraktur,

peningkatan kecepatan aterosklerosis (Sunaryo et al, 2016)

C. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

1. Pengertian

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk

memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi

perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur

komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan

(advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat

(enpowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali

dan mengetahui masalah sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat

menerapkan cara cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatan (Notoadmojo, 2016).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku

kesehatan yang dilakukan atas kesadaran anggota keluarga atau keluarga dapat
21

menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan

kegiatan kesehatan masyarakat (Albar, 2018).

2. Tujuan dan Sasaran PHBS

Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran,

kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat, serta

meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha,

dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Sasaran PHBS

meliputi tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat

kerja, tatanan tempat-tempat umum dan tatanan institusi kesehatan (Albar,

2018).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi PHBS

Penerapan PHBS terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi. Lawrence

Green dalam Notoatmodjo (2016) membedakan adanya dua determinan

masalah kesehatan yaitu faktor perilaku (behavioral factors) dan faktor non

perilaku (non behavioral). Green menjelaskan bahwa faktor perilaku ditentukan

oleh tiga faktor utama :

a. Faktor pemudah (predisposing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap

perilaku hidup bersih dan sehat sehingga faktor ini menjadi pemicu atau

anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi

tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan


22

dan tingkat sosial ekonomi, seperti pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai

yang dimiliki lansia dalam melakukan kebersihan pada reproduksinya.

b. Faktor pemungkin (enambling factor)

Faktor ini merupakan pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan

suatu motivasi atau tindakan terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan

sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi anak-anaknya seperti air

bersih, tempat pembuangan sampah, ketersediaan jamban, dan makanan

yang bergizi. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan

terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.

c. Faktor penguat ( reinforcing factor)

Faktor ini merupakan faktor yang menentukan apakah tindakan

kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam

bentuk sikap dan perilaku lansia dalam melakukan kebersihan dan

kesehatan reproduksi.

4. Indikator

a. Kebersihan perorangan (badan, pakaian dan kuku)

Pengertian kebersihan diri adalah suatu upaya untuk memelihara

kebersihan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Komponen

kebersihan diri terdiri dari: 1 kebersihan rambut dan kulit kepala, 2

kebersihan mata, telinga, dan hidung, 3. kebersihan gigi dan mulut, 4.

kebersihan badan, 5 kebersihan kuku tangan dan kaki, dan 6 kebersihan

pakaian (Silalahi, 2015).


23

b. Penggunaan air bersih

Penyediaan air bersih bukan hanya menyediakan air bersih saja tetapi

masyarakat dapat memanfaatkannya secara optimal. Dalam penelitian ini,

perilaku penggunaan air bersih diukur melalui variabel : Persayaratan

penyediaan air bersih secara fisik dan kimia. Dimana sudah 100 %

responden memenuhi penyediaan air yang memenuhi persyaratan secara

fisik dan kimia. Selain itu dalam hal penyediaan air secara kuantitas sudah

memenuhi standar dimana air yang tersedia untuk = ml per hari per orang

sebesar 100%. Dengan kata lain kebutuhan setiap orang akan air perhari

sudah terpenuhi (Husni, 2013).

c. Penggunakan jamban sehat

Jamban merupakan fasilitas atau sarana pembuangan tinja. Menurut

Kusnoputranto (2017), pengertian jamban keluarga adalah suatu bangunan

yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga

kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi

penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan. Sedangkan

pengertian lain menyebutkan bahwa pengertian jamban adalah pengumpulan

kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit

yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu estetika.

Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan dan kebiasaan masyarakat. Tujuan program JAGA (jamban

keluarga) yaitu tidak membuang tinja ditempat terbuka melainkan


24

membangun jamban untuk diri sendiri dan keluarga. Penggunaan jamban

yang baik adalah kotoran yang masuk hendaknya disiram dengan air yang

cukup, hal ini selalu dikerjakan sehabis buang tinja sehingga kotoran tidak

tampak lagi (Aryani, 2019). Secara periodic Bowl, leher angsa dan lantai

jamban digunakan dan dipelihara dengan baik, sedangkan pada jamban

cemplung lubang harus selalu ditutup jika jamban tidak digunakan lagi, agar

tidak kemasukan benda-benda lain (Kusnoputranto, 2017).

d. Makanan bergizi seimbang

Pedoman Gizi Seimbang (PGS) adalah pedoman yang berisi susunan

pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang

sesuai dengan kebutuhan. PGS menganjurkan empat pilar terkait perilaku

gizi untuk diterapkan setiap hari. Empat pilar gizi seimbang tersebut adalah

mengonsumsi aneka ragam pangan, berperilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS), melakukan aktivitas fisik, dan memantau berat badan secara teratur

untuk mempertahankan berat badan normal (Kemenkes, 2014).

Pola Konsumsi Gizi Seimbang dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) akan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan virus, salah

satunya virus Corona. Contoh perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah

atau tempat kerja adalah membeli jajanan sehat. Pilihlah jus buah, susu, atau

sayuran, bukan malah gorengan di pinggir jalan (Proverawati & Rahmawati,

2012)
25

D. Kerangka Teori

Predisposposing
1. Usia
2. Pendidikan
3. Jenis kelamin
4. Agama
5. Sikap
6. Pengetahuan

Perilaku hidup
Enambling
bersih dan
1. Puskesmas
2. Transportasi sehat
3. Biaya
4. Jarak

Reinforcing
1. Keluarga
2. Lingkungan sekitar
3. Petugas kesehatan

Gambar 2.1

Kerangka teori
Hardywinoto dan Setyabudi, 2015, Notoatmodjo, 2016, Proverawati & Rahmawati,
2012
26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka Gambaran antara konsep-

konsep yang diukur atau diamati melalui penelitian yang dilakukan (Riyanto &

Hatmawan, 2020). Kerangka konsep ini terdiri dari variabel independen yaitu

perilaku hidup bersih dan sehat kesehatan reproduksi pada lansia.

Variabel independent

Perilaku hidup bersih dan sehat


kesehatan reproduksi pada lansia

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Pertanyaan penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalah: “Bagaimana gambaran Perilaku hidup

bersih dan sehat kesehatan reproduksi pada lansia?”

C. Desain Penelitian

Jenis penelitian menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif

survei. Menurut (Nursalam, 2015a), penelitian deskriptif adalah suatu metode

penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-

peristiwa penting yang terjadi pada masa kini. Metode survei merupakan suatu

26
27

rancangan yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan

dengan prevalensi, distribusi, dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi

tanpa ada intervensi (Notoatmodjo, 2018). Penelitian ini bertujuan untuk

memaparkan data dan angka-angka yang menggambarkan perilaku hidup bersih

dan sehat kesehatan reproduksi pada lansia.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah suatu kelompok yang terdiri dari objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2016). Populasi

dalam penelitian ini adalah pasien lansia yang di Puskesmas Kaliwungu pada

bulan Juni sebanyak 105 lansia

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang diteliti, atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Penelitian keperawatan kriteria

sampel dapat meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dimana kriteria

tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel yang digunakan (Hidayat,

2015). Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang di Puskesmas

Kaliwungu.
28

Rumus besar sampel aksis korelasif Dahlan (2019)

= 95,67 + 3 = 99

Keterangan :

a. Kesalahan tipe I (zα) = ditetapkan sebesar 5 % dengan hipotesis satu arah,

sehingga zα = 1,64

b. Kesalahan tipe II (z β) = ditetapkan sebesar 10% dengan hipotesis satu arah,

maka z β = 1,28

c. Korelasi minimal yang dianggap bermakna (r ) = 0,3


29

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat

mewakili dalam sampel penelitian yang mempunyai syarat sebagai sampel

(Hidayat, 2015).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Lansia yang melakukan kunjungan ke Puskesmas

b. Lansia yang bersedia menjadi responden

c. Lansia yang masih bisa membaca dan menulis

d. Lansia yang berjenis kelamin perempuan

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian,

seperti adanya hambatan etis, menolak menjadi responden atau suatu keadaan

yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian (Hidayat, 2015).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Lansia saat penelitian tidak ada ditempat

b. Lansia yang mengalami kelemahan dan gangguan kelumpuhan pada otot

3. Teknik sampling

Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel

yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian (Nursalam,

2015). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Pada purposive sampling, didasarkan atas pertimbangan peneliti

sendiri. Biasanya peneliti sudah melakukan studi pendahuluan, sehingga telah

diketahui karakteristik populasi yang akan diteliti. Teknik ini sangat cocok
30

terutama guna mengetahui berapa besarnya sampel minimal suatu penelitian

(Nursalam, 2015)

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kaliwungu Kabupaten Kendal.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2021.

F. Definisi Operasional, Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran

Defisini operasional penelitian adalah semacam petunjuk kepada kita tentang

bagaimana caranya mengukur suatu variable (Sugiyono, 2016)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Instrumen
Variabel Definisi Hasil ukur Skala
penelitian
Karakteristik
Usia Lamanya Menggunakan Dinyatakan Rasio
kehidupan kuesioner yang dengan tahun
seseorang diisi oleh
dihitung sejak responden
tahun lahir tentang umur
sampai tahun responden dan
saat penelitian cara diukur
diisi sesuai
dengan umur
responden
31

Instrumen
Variabel Definisi Hasil ukur Skala
penelitian
Pendidikan Pendidikan Kuesioner 1 = Tidak Ordinal
formal/pendidi yang terdiri sekolah
kan terakhir dari 1 2 = SD
pasien pertanyaan sederajad
3 = SMP
sederajad
4 = SMA
sederajad
5 = Perguruan
tinggi
Riwayat segala macam Menggunakan Riwayat penyakit Nominal
penyakit penyakit yang kuesioner yang dikategorikan:
pernah di alami diisi oleh 1. HT
pasien responden 2. DM
tentang riwayat 3. Jantung
penyakit 4. Stroke
5. Asam urat
Status Salah satu Menggunakan 1. Menikah Nominal
tempat atau kuesioner yang 2. Janda
posisi seseorang diisi oleh
dalam kelompok responden
sosial atau tentang status
masyarakat responden
Perilaku Tindakan lansia Kuesioner Skor jawaban: Ordinal
hidup bersih dalam terdiri dari 20 Jumlah soal 20
dan sehat melakukan pertanyaan Nilai tertinggi : 80
kesehatan perilaku hidup dengan jawaban Nilai terendah : 20
bersih dan sehat tidak pernah Cut off poin
reproduksi
skor 1, jarang
Lansia skor 2, sering
skor 3, selalu
skor 4

G. Alat penelitian dan Pengumpul Data

1. Alat penelitian

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner terdiri dari 2

jenis kuesioner, yaitu :


32

a. Kuesioner demografi/karakteristik responden meliputi umur, pendidikan,

riwayat penyakit dan status lansia

b. Kuesioner perilaku hidup bersih dan sehat lansia, kuesioner terdiri dari 20

pertanyaan dengan jawaban tidak pernah nilai 1, jarang nilai 2, sering nilai

3, selalu nilai 4.

Kuesioner diambil dari penelitian Eri Wahyuni Siregar (2018) tentang

Perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia di Kelurahan Losung Batu

Padangsidempuan Utara, hasil uji validitas didapatkan kuesioner valid

semua dengan nilai 0,564-0,876 dan semua kuesioner reliabel dengan nilai

alpha 0,975

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, dimana

responden diminta untuk mengisi kuesioner yang dibagikan dengan memilih

jawaban yang tersedia. Kuesioner adalah formulir dengan beberapa daftar

pertanyaan subjek diberikan angket atau formulir dengan beberapa daftar

pertanyaan subjek diberika angket atau formulir dengan beberapa daftar

pertanyaan kepada responden (Sugiyono, 2016)

3. Jenis Data

a. Data Primer

Menurut (Hasan, 2014) data primer ialah data yang diperoleh atau

dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian

atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer dalam


33

penelitian ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diberikan

pada responden.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.

Jumlah pasien lansia yang ada di Puskesmas Kaliwungu

4. Cara Pengumpulan Data

Peneliti menerangkan kepada para responden dengan diadakannya

penelitian di masyarakat bersifat sukarela, dan dijaga kerahasiaannya.

Kuesioner selanjutnya dibagikan dan diisi oleh responden tanpa

mencantumkan identitas dari nama para responden, dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin melakukan penelitian kepada

STIKES Kendal.

b. Setelah mendapatkan ijin dari institusi, peneliti mengajukan surat

permohonan ijin penelitian kepada Kesatuan Bangsa dan Politik.

c. Setelah mendapatkan ijin dari Kesatuan Bangsa dan Politik, peneliti

memberikan surat rekomendasi dari Kesatuan Bangsa dan Politik kepada

BAPERLITBANG Kabupaten Kendal.

d. Setelah mendapat ijin dari BAPERLITBANG, peneliti memberikan surat

rekomendasi dari BAPERLITBANG kepada DKK Kabupaten Kendal


34

e. Setelah mendapatkan ijin dari DKK Kabupaten Kendal, peneliti

memberikan rekomendasi dari DKK Kabupaten Kendal kepada Puskesmas

Kaliwungu.

f. Setelah mendapatkan ijin dari Puskesmas Kaliwungu Kabupaten Kendal,

peneliti langsung melakukan penelitian dengan mencari responden sesuai

dengan kriteria inklusi.

g. Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan menjelaskan maksud dan

tujuan kepada responden serta memberikan lembar persetujuan menjadi

responden dan kuesioner, setelah selesai peneliti akan melakukan

pengumpulan data.

h. Sebelum diolah dilakukan pengecekan kelengkapan, jika ada data yang

tidak lengkap maka peneliti meminta responden untuk melengkapi hasil

kuesioner

i. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data kemudian data tersebut akan

diolah dan dilakukan analisa data.


35

H. Teknik pengolahan dan analisa data

1. Pengolahan Data

Menurut (Hidayat, 2015), dalam proses pengolahan data terdapat

langkah-langkah yang harus ditempuh diantaranya :

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

b. Coding

Coding harus dilakukan secara konsisten karena hal tersebut

sangat menentukan reliabilitas. Coding merupakan kegiatan pemberian

kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori

(Hidayat, 2015). Coding dilakukan dengan mengubah data berbentuk

huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan dari hasil perolehan

data melalui jawaban kuesioner yang diisi.

1) Status

a) Kode 1 = menikah

b) Kode 2 = janda

2) Pendidikan

a) Kode I = Tidak sekolah

b) Kode 2 = SD sederajad

c) Kode 3 = SMP sederajad


36

d) Kode 4 = SMA sederajad

e) Kode 5 = Perguruan tinggi

3) Riwayat penyakit

a) Kode 1 = HT

b) Kode 2 = DM

c) Kode 3 = Jantung

d) Kode 4 = Stroke

e) Kode 5 = Asam urat

4) Perilaku

a) Kode 1= kurang

b) Kode 2 = Cukup

c) Kode 3 = baik

c. Entry data

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat

tabel.

d. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian

menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan

yang hendak dianalisis. Penelitian ini analisis analitik dengan

menggunakan statistika inferensial. Statistik inferensial (menarik


37

kesimpulan) adalah statistika yang digunakan untuk menyimpulkan

parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau lebih dikenal

dengan proses generalisasi dan inferensial (Hidayat, 2015).

2. Analisis Data

Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Untuk

alasan tersebut dipergunakan uji statistik yang cocok dengan variabel

penelitian. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa univarat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung

dari jenis datanya (Nursalam, 2015b). Analisis ini dilakukan dengan

menghasilkan distribusi dan prosentase untuk mendapatkan gambaran

karakteristik responden (umur, riwayat penyakit, pendidikan, status) serta

perilaku hidup bersih dan sehat kesehatan reproduksi pada lansia

Variabel Skala variabel Analisis statistik

Umur Rasio Tendensi sentral dan


penyebaran
Riwayat penyakit Nominal Distribusi frekuensi dan
prosentase
Pendidikan Ordinal Distribusi frekuensi dan
prosentase
Status Nominal Distribusi frekuensi dan
prosentase
Perilaku hidup bersih Ordinal Distribusi frekuensi dan
dan sehat kesehatan prosentase
reproduksi lansia
38

I. Etika Penelitian

Menurut (Nursalam, 2015a), secara prinsip etika penelitian dibagi menjadi

3 bagian :

1. Prinsip manfaat

Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian

yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.

Prinsip ini dapat ditegakkan dengan membebaskan, tidak memberikan atau

menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk

dieksploitasi. Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan

mempertimbangkan antara aspek risiko dan aspek manfaat, bila penelitian

yang dilakukan dapat mengalami dilema dalam etik.

2. Prinsip menghormati hak-hak manusia

Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia yang harus

dihormati, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan

tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian. Peneliti memberikan

surat persetujuan / inform consent untuk menyatakan kesediaan pasien dalam

berpartisipasi dalam penelitian ini. Klien memiliki hak untuk menjadi

responden dan tidak ada unsur paksaan dalam penelitian ini.

3. Prinsip keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia

dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak


39

menjaga privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap

manusia. Peneliti menghargai privasi pasien dan peneliti bersikap adil dalam

menentukan responden yaitu sesuai dengan kriteria inklusi. Peneliti

menjamin kerahasiaan nama responden dengan tidak mencantumkan nama

responden dalam lembar kuesioner. Peneliti dalam hal ini tidak membeda –

bedakan responden yang satu dengan yang lain.

J. Jadwal Penelitian

Bagian ini berisi penjelasan secara ringkas tentang alokasi waktu yang

direncakan untuk pelaksanaan penelitian. Jangka waktu penyelesaian penelitian

Januari sampai Juni 2021.


40

BAB IV

HASIL PENELITIAN.

A. Gambaran Tempat Penelitian

Bab ini peneliti menguraikan gambaran tempat penelitian dan hasil penelitian

tentang gambaran perilaku hidup bersih dan sehat kesehatan reproduksi pada

lansia di Puskesmas Kaliwungu. Responden dalam penelitian ini adalah pasien

lansia yang ada di Puskesmas Kaliwungu yang memenuhi kriteria inklusi.

Puskesmas kaliwungu melakukan program kerja posyandu lansia dan prolanis

yang dilakukan sebulan sekali.

B. Analisa Univariat

1. Karakteristik responden
Tabel 4.1 Deskripsi usia, pendidikan, riwayat penyakit dan status (n = 99)

Umur Responden Frekuensi (f) Presentase (%)


50-60 tahun 9 9,1
61-70 tahun 86 86,9
71-80 tahun 4 4,0
Pendidikan
SD 36 36,4
SMP 33 33,3
SMA 28 28,3
Perguruan tinggi 2 2,0
Riwayat penyakit
Hipertensi 43 43,4
Diabetes Mellitus 55 55,6
Jantung 1 1,0
Status
41

Menikah 79 79,8
Janda 20 20,2

46 responden berusia antara 61-70 tahun


Tabel 4.1 diatas menunjukkan mayoritas

sebanyak 86 (86,9%), berpendidikan SD sebanyak 36 (36,4%), riwayat

penyakit Diabetes Mellitus sebanyak 55 (55,6%), dan status menikah

sebanyak 79 (79,8%).

2. Perilaku hidup bersih dan sehat lansia

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Perilaku hidup bersih dan sehat lansia di
Puskesmas Kaliwungu (n = 99)

Perilaku hidup bersih dan sehat lansia Frekuensi (f) Presentase (%)
Buruk 23 23,2
Baik 76 76,8
Total 99 100,0

Tabel diatas menunjukkan mayoritas responden dengan perilaku hidup bersih

dan sehat lansia baik sebanyak 76 (76,8%) dan perilaku hidup bersih dan sehat

lansia buruk sebanyak 23 (23,3%).

3. Kesehatan reproduksi pada lansia

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi kesehatan reproduksi pada lansia di


Puskesmas Kaliwungu (n = 99)

Kesehatan reproduksi Frekuensi (f) Presentase (%)


pada lansia
Kurang 18 18,2
Sehat 81 81,8
Total 99 100,0
42

Tabel diatas menunjukkan mayoritas responden dengan kesehatan reproduksi

sehat sebanyak 81 (81,8%) dan sebagian kecil kesehatan reproduksi pada

lansia kurang sebanyak sebanyak 18 (18,2%).

BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Karakteristik responden

a. Usia responden

Hasil penelitian sebagian besar responden berumur 61-70 tahun

sebanyak 86 (86,9%). Menurut (Notoatmodjo, 2012) umur adalah bilangan

tahun terhitung sejak lahir sampai dengan tahun terakhir seseorang

melakukan aktivitas. Umur seseorang demikian besarnya dalam

mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku pada lansia dalam

melakukan PHBS.

Dari segi usia responden usia tua (61-70 tahun) menjadi jumlah

terbanyak dengan persentase 86,9%. Hal ini sesuai dengan keberhasilan

pemerintah dalam pembangunan nasional, yang telah mampu mewujudkan

hasil yang positif diberbagai bidang khususnya bidang medis atau kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta

1
43

meningkatkan umur harapan hidup manusia (Nugroho, 2016). Makin tinggi

tingkat kesejahteraan hidup, makin tinggi pula usia harapan hidup, sehingga

jumlah penduduk usia lanjut pun bertambah.

Penelitian yang dilakukan oleh (Tresnayanti, 2014) tentang perilaku

hidup bersih dan sehat pada keluarga lansia di desa Damarraja Kecamatan

Warungkiara Kabupaten Sukabumi didapatkan umur lansia pada rentang 60-

69 tahun. Umur merupakan salah satu faktor mandiri terhadap peningkatan

glukosa darah, terlihat dariprevalensi diabetes yang meningkat bersama

dengan pertambahan umur.

Menurut Maryam, Eka sari & Rosidawati (2018), menjelaskan bahwa

keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin

meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya

pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua

yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif.

b. Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berpendidikan

SD sebanyak 36 (36,4%). Menurut Putri (2011) dengan pendidikan yang

tinggi maka seseorang akan mampu mempertahankan hidupnya lebih lama

dan bersamaan dengan itu dapat mempertahankan kemandiriannya juga lebih

lama karena cenderung melakukan pemeliharaan kesehatannya. Fahrun

(2019) mengatakan pendidikan dan pengetahuan seseorang diperoleh tidak


44

hanya dari bangku sekolah (formal) tetapi juga di lingkungan keluarga,

masyarakat, dan dari media lainnya (majalah, berita, dll).

Menurut Redja Mudyahardjo makna pendidikan bisa dibagi menjadi tiga

yakni makna maha luas, sempit dan luas terbatas. Makna secara maha luas,

pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala

lingkungan hidup dan sepanjang hidup. Makna secara sempit, pendidikan

adalah persekolahan. Makna secara luas terbatas, pendidikan adalah usaha

sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan, yang berlangsung di

sekolah dan luar sekolah untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat

memainkan peranannya secara tepat dalam berbagai lingkungan hidup

(Wahab, 2013).

Fungsi dari pendidikan sendiri adalah menghilangkan penderitaan rakyat

dari kebodohan dan ketertinggalan. Diasumsikan bahwa orang yang

berpendidikan akan terhindar dari kebodohan dan kemiskinan, karena

dengan modal ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diperolehnya melalui

proses pendidikan, orang akan mampu mengatasi problema kehidupan yang

dihadapinya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka diasumsikan

semakin tinggi pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuannya (Suardi,

2012).

Penelitian yang dilakukan oleh (Tresnayanti, 2014) tentang perilaku

hidup bersih dan sehat pada keluarga lansia di desa Damarraja Kecamatan
45

Warungkiara Kabupaten Sukabumi didapatkan pendidikan lansia SD

sebanyak 89,5%. Pendidikan berkaitan dengan kesadaran khususnya dalam

masalah kesehatan. Semakin rendahnya tingkat pendidikan maka cenderung

tidak mengetahui gejala-gejala terkait diabetes mellitus tipe 2. Hasil

penelitian menunjukkan lansia yang memiliki pendidikan lebih tinggi,

menikah dan memiliki pasangan mempunyai kriteria menua yang sukses.

c. Riwayat penyakit

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mempunyai

penyakit DM sebanyak 55 (55,6%). Hal ini dikarenakan akibat penurunan

kapasitas fungsional ini lansia umumnya tidak berespons terhadap berbagai

rangsangan seefektif yang dapat dilakukan pada orang yang lebih muda.

Penurunan kapasitas untuk merespon rangsangan menyebabkan lansia sulit

untuk memelihara kestabilan status fisikawi dan kimiawi tubuh atau

memelihara homeostasis tubuh. Gangguan terhadap homeostasis ini

menyebabkan disfungsi berbagai sistem organ dan meningkatkan kerentanan

terhadap berbagai penyakit. Salah satu homeostasis yang terganggu yaitu

sistem pengaturan kadar glukosa darah (Destri, 2019).

Gangguan pengaturan glukosa darah pada lansia meliputi tiga hal yaitu

resistensi insulin, hilangnya pelepasan insulin fase pertama, dan peningkatan

kadar glukosa darah postprandial, diantara ketiga gangguan tersebut yang

paling berperan adalah resistensi insulin. Resistensi insulin tersebut dapat

disebabkan oleh perubahan komposisi lemak tubuh lansia berupa


46

meningkatnya komposisi lemak dari 14% menjadi 30% (masa otot lebih

sedikit sedangkan jaringan lemak lebih banyak), menurunnya aktivitas fisik

sehingga terjadi penurunan reseptor insulin, perubahan pola makan lebih

banyak makan karbohidrat, dan perubahan neurohormonal (Reswan, 2017).

Terganggunya sistem pengaturan glukosa darah mengakibatkan

peningkatan glukosa darah lebih dari normal. Glukosa darah meningkat

seiring dengan bertambahnya usia. Seiring dengan proses penuaan semakin

banyak lansia yang berisiko terhadap terjadinya Diabetes Melitus. Diabetes

Melitus pada lansia umunya bersifat asimptomatik, walaupun ada gejala

seringkali berupa gejala yang tidak khas seperti kelemahan, letargi,

perubahan tingkah laku, menurunnya status kognitif atau kemampuan

fungsional. Hal tersebut yang menyebabkan diagnosis Diabetes melitus pada

lansia agak terlambat (Afifah, 2020).

Umumnya diabetes pada dewasa hampir 90% termasuk diabetes tipe 2,

dari jumlah tersebut 50% adalah pasien yang berusia diatas 60 tahun.

Diabetes mellitus sering muncul setelah seseorang memasuki rentang usia

rawan yaitu setelah usia 45 tahun. Hasil penelitian menyatakan dari 3.953

responden yang menderita DM tipe 2 didapatkan rentang usia 60-64 tahun

sebesar 1.533 responden (8%) sedangkan rentang usia = 65 tahun sebesar

2.420 responden (6,3%).

Berkaitan dengan penelitian Amalia (2014), lansia awal berisiko 2,28

kali lebih besar dibandingkan umur manula terhadap kejadian DM tipe 2 (p


47

value = 0,000). Menurut Maryunani (2018), alasan menggunakan air bersih

adalah terhindar dari gangguan penyakit seperti diare, kolera, disentri, typus,

kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan.

d. Status

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden status menikah

sebanyak 79 (79,8%). Hal ini menyebabkan lansia mau melakukan perilaku

hidup bersih dan sehat karena ada dukungan dari suami. Rahmawati (2018)

mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki pasangan dan pernah

menikah pada umumnya mempunyai seseorang untuk membantu dan

mengingtkan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat

Seperti hasil penelitian Constanca (2017) status perkawinan diduga

berpengaruh terhadap fungsi kognitif serta seseorang yang kehilangan

pasangan atau hidup sendiri akan berpengaruh terhadap penurunan fungsi

kognitif. Menurut Sutinah & Maulani (2019), seseorang yang berstatus

duda/janda atau tidak menikah berisiko hidup sendiri, dimana hidup sendiri

juga merupakan faktor risiko terjadinya depresi serta perilaku hidup bersih

dan sehat kurang. Lansia yang masih memiliki pasangan hidup akan

memiliki tempat untuk saling berbagi dan mendukung dalam menghadapi


48

masa tua, sehingga lansia melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dan

menjaga system reproduksinya untuk sehat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Naing (2010) yang menyatakan

bahwa individu yang bercerai atau tidak memilki pasangan mempunyai

kualitas hidup lebih rendah dibandingkan individu yang berstatus menikah.

Lansia yang dihadapkan oleh berbagai peristiwa dan kejadian kehidupan

yang mengakibatkan perubahan-perubahan yang berpotensi menimbulkan

stres (Miller, 2014). Peristiwa kehidupan yang terjadi pada lansia antara lain

peristiwa kehilangan pasangan hidup atau orang yang dicintai. Peristiwa

tersebut menimbulkan reaksi tubuh lansia terhadap stres dan berdampak

pada fungsi psikologis yang berhubungan dengan koping individu misalnya

menjadi menolak kondisi saat ini, menjadi pendiam, pemarah, pemurung,

pencemas sampai kondisi depresi (Miller, 2014). Hal tersebut berpengaruh

pada kualitas hidupnya.

2. Perilaku hidup bersih dan sehat lansia

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden dengan perilaku hidup

bersih dan sehat lansia baik sebanyak 76 (76,8%) dan perilaku hidup bersih dan

sehat lansia buruk sebanyak 23 (23,3%), sehingga dapat diartikan bahwa

sebagian besar responden telah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat

lansia yaitu menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan

sabun, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari

serta rutin memotong kuku. Sejalan dengan hasil tersebut, Program


49

pengembangan lansia di Puskesmas Kaliwungu seperti kegiatan penyuluhan

kesehatan, pengukuran tekanan darah, pengecekan kadar gula darah sewaktu,

penyelenggaraan posbindu lansia yang dilaksanakan di hari Jumat.

Tujuan pemerintah menggalakkan program perilaku hidup bersih dan sehat

lansia sebagai upaya meningkatkan kualitas kesehatan dan memiliki bekal

pengetahuan dan kesadaran dalam menjalani perilaku hidup yang mendukung

kesejahteraan diri. Tingkat pendidikan yang terbilang rendah dengan mayoritas

responden berpendidikan SD sebanyak 36 orang (36,4%) tidak membuat

pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat lansia ini terhambat.

Peningkatan pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia diperlukan untuk

mewujudkan lansia yang sehat, berkualitas, dan produktif di masa tuanya.

Pelayanan kesehatan pada lansia harus diberikan sejak dini yaitu pada usia pra

lansia (45-59 tahun). Pembinaan kesehatan yang dilakukan pada lansia yaitu

dengan memperhatikan faktor-faktor risiko yang harus dihindari untuk

mencegah berbagai penyakit yang mungkin terjadi. Kemudian perlu juga

memperhatikan faktor-faktor protektif yang dilakukan untuk meningkatkan

kesehatan lansia.

Upaya yang telah dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan pada lansia antara lain pelayanan geriatri di rumah sakit, pelayanan

kesehatan di puskesmas, pendirian home care bagi lansia yang berkebutuhan

khusus, dan adanya Pos Pelayanan Terpadu  (Posyandu)  Lanjut  Usia  atau  Pos

Pembinaan Terpadu (Posbindu). Pelayanan kesehatan ini tidak hanya


50

memberikan pelayanan pada pada upaya kuratif, melainkan juga

menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif. Berbagai pelayanan

kesehatan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia

(Utami, 2019).

Menurut Azwar (2018), mengatakan bahwa perilaku memiliki hubungan

dengan fungsi karakteristik individu dan lingkungan. Faktor lingkungan

memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadang-kadang

kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu. Faktor lain yang

berpengaruh adalah peran dari petugas kesehatan untuk merubah perilaku

seseorang.

Penelitian yang dilakukan oleh Kustantya (2013) yang meneliti tentang

tingkat pengetahuan yang dihubungkan dengan perilaku hidup bersih dan sehat

pada lansia dimana mencuci tangan merupakan indikatornya, hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif dan signifikan anatara tingkat

pengetahuan lansia tentang mencuci tangan dengan kejadian penyakit karena

infeksi, semakin kurang tingkat pengetahuan maka semakin tinggi terkena

infeksi penyakit.

Penelitian yang dilakukan Afifah (2020) didapatkan hasil 68 orang (58,6%)

lansia di kelurahan Pondok Jagung memiliki perilaku hidup bersih dan sehat

yang baik dan 48 orang (41,4%) memiliki perilaku hidup bersih dan sehat

cukup dan tidak terdapat responden dengan kategori kurang.


51

Penelitian yang dilakukan oleh Kustantya (2013) yang meneliti tentang

tingkat pengetahuan yang dihubungkan dengan perilaku hidup bersih dan sehat

pada lansia dimana mencuci tangan merupakan indikatornya, hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif dan signifikan anatara tingkat

pengetahuan lansia tentang mencuci tangan dengan kejadian penyakit karena

infeksi, semakin kurang tingkat pengetahuan maka semakin tinggi terkena

infeksi penyakit.

PHBS dengan kategori tidak baik, masih dijumpai pada sebagian lansia.

Lansia sejumlah 53,34% lansia mempunyai PHBS kurang baik, yang dilihat

dari kebersihan dirinya kurang (Zein na, 2011). Senada peneliti lain, yang juga

mengungkapkan sejumlah lansia yang berperilaku tidak sehat yakni mencapai

23,4 % (Kustantya N, 2013); PHBS yang cukup pada sebagai besar lansia, dan

sebagian kecil lansia mempunyai PHBS kurang (8,8%) (Sulastri, 2012). Lansia

yang melakukan perilaku sehat (PHBS) lebih banyak, mempunyai

kecenderungan bertahan hidup lebih lama. Manfaat dari Perilaku sehat secara

linear meningkat seiring bertambahnya umur (Sabia, 2012).

PHBS yang dilakukan lansia akan memberikan manfaat yang sangat

berharga bagi perjalanan kehidupan akhir lansia. Lansia yang mempunyai

perilaku sehat seperti mempunyai pola makan sehat, tidak merokok, dan

melakukan olahraga teratur, dihubungkan dengan memori yang baik

dibandingkan yang lebih muda. Penelitian ini mengungkapkan bahwa perilaku


52

gaya hidup seseorang melindungi kesehatan otak dan menunda timbulnya

gejala memori seiring bertambahnya umur (Small GW, 2013).

3. Kesehatan reproduksi pada lansia

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden dengan kesehatan

reproduksi sehat sebanyak 81 (81,8%) dan sebagian kecil kesehatan reproduksi

pada lansia kurang sebanyak sebanyak 18 (18,2%). Hal ini dikarenakan

kesehatan reproduksi sangat penting bagi lansia.

Kesehatan reproduksi yaitu suatu keadaan dimana manusia dapat

menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses

reproduksi secara sehat dan aman, juga setiap orang berhak mengatur jumlah

keluarganya termasuk memperoleh penjelesanyang lengkap tentang cara yang

tepat dan disukai (Lubis, 2013).

Usia menopause merupakan usia yang sangat rentan terjadi muncul

penyakit-penyakit degeneratif seperti peningkatan kolesterol, Diabetes, dan

asam urat. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya kondisi

menopause itu sendiri, yaitu adanya penurunan Hormon estrogen dan

progesterone. Oleh karena pola makan dan hidup yang sehat perlu dilakukan

untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata subjek penelitian mengikuti tes pap

smear karena mereka merasa kesehatan itu sangat penting. Maka pencegahan

atau pemeriksaan dini itu penting untuk penanggulangan atau menghadapi suatu
53

penyakit. Ada yang ikut karena keinginan sendiri namun ada juga yang

disarankan oleh dokter keluarga. Ada subjek penelitian ada yang tidak

mengikuti tes pap smear karena beranggapan bahwa tes pap smeartidak penting

apalagi mengingat umur lansia yang sudah tidak muda lagi. Mereka berfikiran

untuk apa ikut tes pap smear diusia mereka yang sudah tidak produktif lagi.

Menurut suami sebagai informan crosscheck mengatakan bahwa subjek

penelitian pernah mengikuti tes pap smear, tapi sebagian kecil suami

mengatakan belum pernah mengikti tes pap smear.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi lansia berhubungan dengan

beberapa faktor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Viena V., dkk

tahun 2015 kepada lansia yang berkunjung ke Puskesmas Teling Atas Manado

menyimpulkan bahwa pengetahuan lansia di wilayah Teling Atas yang masih

kurang (p value = 0,001). Suryani dan Zarniyeti (2018) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan mempunyai

hubungan yang signifikan dengan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Susilowati Niken Budi (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada

hubungan pengetahuan ibu lansia (p value = 0,007), kebutuhan seksualitas

lansia, kebutuhan konseling kesehatan reproduksi lansia, dan tidak ada

hubungan sikap ibu lansia (p value = 0,067) dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan reproduksi lansia di Puskesmas Lebdosari Semarang triwulan I tahun

2016. Siska Dhewi (2019) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat

pengetahuan lansia tentang menopause dan kesehatan reproduksinya masih


54

cukup baik meskipun sebagian besar tidak mengetahui tanda gejala dan

perubahan yang terjadi saat menopause karena merasa itu merupakan

alamiah.Sikap lansia saat menopause hampir semua merasa siap menghadapi

dan menerima, karena menganggap hal normal. Mereka hanya kurang

memperhatikan cara menjaga kesehatan reproduksi saat menopause. Praktik

terkait kesehatan lansia pada masa menopausecukup aktif rutin mengunjungi

Posyandu setiap bulan, dan mengatakan jarang melakukan hubungan seksual.


1

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

1. Mayoritas responden berusia antara 61-70 tahun sebanyak 86 (86,9%),

berpendidikan sd sebanyak 36 (36,4%), riwayat penyakit dm sebanyak 55

(55,6%), dan status menikah sebanyak 79 (79,8%)

2. Mayoritas responden dengan perilaku hidup bersih dan sehat lansia baik

sebanyak 76 (76,8%)

3. Mayoritas responden dengan kesehatan reproduksi sehat sebanyak 81

(81,8%)

B. Saran

1. Bagi Lansia

Diharapkan lansia agar dapat memperhatikan kesehatan sendiri dengan

menjalankan gaya hidup dengan lebih baik

2. Bagi Puskesmas

Diharapkan Puskesmas memberikan informasi dan pendidikan kesehatan

agar kegiatan perilaku hidup bersih dan sehat dapat dijalankan secara

afektif.

3. Penelitian selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti dengan desain yang berbeda dan

meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan

sehat dengan kesehatan reproduksi pada lansia.


2

DAFTAR PUSTAKA

Albar, (2018). Gambaran Kadar Asam Urat pada Wanita Menopause di. Dusun I
dan Dusun IV Wates Bumi Ratu Nuban Lampung

Arikunto. (2019). Metodelogi Penelitian, Suatu Pengantar Pendidikan. In Rineka


Cipta, Jakarta.
Ariani, (2017). Hipertensi Grade II Dengan Prediabetes Pada Pasien Laki-Laki.
Lanjut Usia. Jurnal Medula, Volume 1 Nomor 1.

Aprinda, (2017). Delapan Tanda Jika Tubuh lansia Kekurangan Protein.


Bandung: CV. Mandar Maju

Bowen dkk., (2018). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta :
Salemba Medika

Calapi& Sari, (2014). Perubahan Fisik, Perilaku Seksual, dan Psikologis Pada
Wanita yang Mengalami Menopause. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri, Vol.
7 No. 1, Juli 2014, ISSN: 20850921

Cucinotta D, (2017). Prevention of pathological aging by comprehensive clinical,


functional and biological assessment. Arch Gerontol Geriatr.
2007;1(44):125–32

Dahlan, (2019). Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan (Edisi
5). Epidemiologi Indonesia, Jakarta

Depkes, 2018. Jumlah Penduduk Lanjut Usia Meningkat. Diakses pada tanggal 31
Oktober 2020

Efendi, (2019). Keperawatan kesehatan komunitas : Teori dan praktik dalam


keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Endang, (2018). Kematian Maternal Dan Neonatal Di Indonesia. Fakultas.


Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Endang, (2018). Menjaga kesehatan di usia lanjut. Jurnal olahraga prestasi. Vol
11 No 2.

Fried LP, (2017). Experience Corps: A dual trial to promote the health of older
adults and children’s academic success. Contemp Clin Trials. 2013;36(1):1–
13.
3

Ganda Sigalingging (2020). Harga diri (self esteem) lansia yang mengalami
demensia. Skripsi

Guyton & Hall, (2017). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC

Hasan, S. (2014). A Review on Nanoparticles : Their Synthesis and Types.


Research Journal of Recent Sciences Res . J . Recent . Sci . Uttar Pradesh
( Lucknow Campus ).
Hanahan dan Weinberg, (2013). The Hallmarks of Cancer, Celm, Cell. Press., hal
57-70

Hardywinoto dan Setyabudi, (2015). Panduan Gerontologi Tinjauan Dari


Berbagai Aspek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Hidayat, aziz alimul. (2015). Metode Penelitian kebidanan teknis analisis data.
In Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’budiyah.
Hida Shallyana, (2018). Keterkaitan Jenis Kelamin Perempuan dengan Lebih
Tingginya Risiko Menderita Penyakit Osteoporosis di Usia Lanjut.

Kartono, (2017). Hygiene Mental. Bandung: CV. Mandar Maju

Kemenkes (2018). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25


Tahun 2016 tentang rencana aksi nasional kesehatan lanjut usia tahun 2016-
2019. Jakarta

Maryam (2018). Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya”. Jakarta: Salemba


Medika

Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. In Jakarta:


Referensi (GP Press Group.
Nursalam. (2015). Metodelogi penelitian keperawatan. pendekatan
praktis.jakarta: salemba medika.
Nugroho, (2016). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi 3.Jakarta: EGC

Purwanto, (2017). Dasar-Dasar Komunikasi Bagi Perawat. Jakarta: Kencana

Rusdi, (2019). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja. Asuhan


Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen

Riyanto, S., & Hatmawan, A. A. (2020). Metode Riset Penelitian Kuantitatif


Penelitian Di Bidang Manajemen, Teknik, Pendidikan Dan Eksperimen. In
Metode Riset Penelitian Kuantitatif Penelitian Di Bidang Manajemen,
4

Teknik, Pendidikan Dan Eksperimen.


Sabia, 2018. Influence of individual and combined healthy behaviours on
successful aging. Can Med Assoc [Internet]. 2018;184(18):1985–92.
Available from:
https://eresources.perpusnas.go.id:2082/docview/1314301668?
accountid=25704)

Schrier, (2016). Manual of Nephrology. USA: Lippincott Williams & Wilkins

Smeltzer and Bare, (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Small GW, (2017). Healthy behavior and memory self-reports in young, middle-
aged, and older adults. Int Psychogeriatrics. 2013;25(6):981–9.

Smart, (2016). Bahagia di Usia Menopause. Penerbit:A Plus Books, Yogyakarta

Hasan, S. (2014). A Review on Nanoparticles : Their Synthesis and Types.


Research Journal of Recent Sciences Res . J . Recent . Sci . Uttar Pradesh
( Lucknow Campus ).
Hidayat, aziz alimul. (2015). Metode Penelitian kebidanan teknis analisis data. In
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’budiyah.
Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. In Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam. (2015a). Metodelogi penelitian keperawatan. Pendekatan
Praktis.Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2015b). Nursalam. 2015. Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian Imu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen,
Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Salemba Medika Padila. Journal of
Chemical Information and Modeling.
Riyanto, S., & Hatmawan, A. A. (2020). Metode Riset Penelitian Kuantitatif
Penelitian Di Bidang Manajemen, Teknik, Pendidikan Dan Eksperimen. In
Metode Riset Penelitian Kuantitatif Penelitian Di Bidang Manajemen,
Teknik, Pendidikan Dan Eksperimen.
Sugiyono. (2016). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tresnayanti, S. (2014). Perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga lansia di
desa damarraja kecamatan warungkiara kabupaten sukabumi. Jurnal
Komunitas. eprints.ummi.ac.id
5

USA Bureau of The Cencus, (2019). National and State Population Estimates.

Wartonah, Tarwoto, (2016). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Edissi: 4. Jakarta

Wigati, (2017). Gambaran Fungsi Kognitif Pada Lansia. Di Unit Rehabilitasi


Sosial Pucang Gading Semarang. Vol 6, No 1

Yulianti, (2020). Model pemberdayaan Melalui program day care dalam


Meningkatkan kesejahteraan sosial lansia (Studi Kasus Di Panti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kendari)

PERMOHONAN UNTUK MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth
Calon Responden
Di Puskesmas Kaliwungu

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : Dian Puspitasari
NIM : SK. 119 149
6

Institusi Pendidikan : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal


Program Studi : Sarjana Keperawatan

Bersama ini saya mengajukan permohonan kepada Saudara untuk


bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, yang berjudul “ Gambaran
perilaku hidup bersih dan sehat kesehatan reproduksi pada lansia di
Puskesmas Kaliwungu”
Data saudara dirahasiakan dan hanya untuk kepentingan penelitian saja.
Apabila saudara bersedia, mohon untuk menandatangani surat kesanggupan
menjadi responden dan mengisi pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan.
Atas kesediaan dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih.

Kendal, Februari 2021


Peneliti

Dian Puspitasari

SURAT KESANGGUPAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Kode responden :
Umur :
Pendidikan :
Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam
penelitian yang dilakukan oleh :
Nama : Dian Puspitasari
Nim : SK. 119 149
7

Institusi / Pendidikan : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal


Program Studi Sarjana Keperawatan
Judul : Gambaran perilaku hidup bersih dan sehat
kesehatan reproduksi pada lansia di
Puskesmas Kaliwungu

Demikian surat pernyataan kesanggupan ini saya buat dengan sukarela


tanpa adanya paksaan dari peneliti.
Kendal, 2021
Responden

KUESIONER

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KESEHATAN

REPRODUKSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALIWUNGU

A.Demografi

1. Umur : tahun

2. Jenis Kelamin : Pria Wanita

3. Agama :
8

4. Status : Menikah

Duda

Janda

5. Riwayat penyakit : HT DM

Jantung Stroke

Asam urat

6. Pendidikan : SD SMP SMA PT

B.Kuesioner Perilaku hidup bersih dan sehat lansia

Pilihlah salah satu jawaban dengan melakukan v

Tidak pernah (TP)


Jarang (J)
Sering (S)
Selalu (SL)
No Pertanyaan Jawaban
TP J S SL
Apakah anda mandi 2 kali sehari
Apakah anda mandi dengan memakai sabun
Apakah anda mengganti pakaian sekali dalam
9

sehari
Apakah anda mencuci rambut sekurang
kurangnya dua kali seminggu
Apakah anda tiap mencuci rambut menggunakan
shampo atau bahan pencuci rambut lainnya
Apakah anda sering menggunakan peralatan
rambut mandiri
Apakah anda sikat gigi setelah makan pagi dan
sebelum tidur
Apakah anda selalu menghindari makanan yang
bisa merusak gigi
Apakah anda sering melakukan pemeriksaan gigi
10 Apakah anda mencuci tangan dengan sabun
sebelum dan setelah makan
11 Apakah anda mencuci tangan dengan sabun
setelah buang air besar dan buang air kecil
12 Apakah anda mencuci kaki sebelum tidur
13 Apakah anda memotong kuku sekali dalam
seminggu
14 Apakah anda berolahraga setiap pagi
15 Apakah anda tiap berolahraga di dampingi
keluarga
16 Apakah setiap anda berolahraga lebih dari tiga
puluh menit sampai satu jam
17 Apakah anda tidur 6-7 jam dalam sehari
18 Apakah anda tidur dengan kondisi lingkungan
udara bersih, suasana tenang dan lampu tidak
silau
19 Apakah anda selalu tidur dengan lelap tanpa
terbangun tengah malam
20 Apakah anda makan dengan menu seimbang yaitu
dengan ikan, sayur,buah dan susu

C.Kuesioner Kesehatan Reproduksi Pada Lansia

No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
Apakah anda menggunakan produk pembersih organ
reproduksi?
Apakah anda mengeringkan organ genitikal luar
dengan menggunkan tissue atau handuk kering setelah
buang air kecil?
Apakah menggunakan air sabun untuk membersihkan
organ reproduksi
10

Apakah anda membersihkan organ reproduksi dengan


menggunakan daun sirih
Apakah dalam aktifitas sehari-hari anda menggunakan
celana dalam yang ketat
Saya segera mengganti celana dalam yang terkena
darah
Saya memakai celana dalam yang tidak menyerap
keringat?
Saya membersihkan alat kelamin/kemaluan dengan air
bersih dari arah depan ke belakang?
Saya sering periksa ke puskesmas karena mempunyai
gangguan reproduksi ?
10 Saya selalu menjaga keadaan kesehatan reproduksi
11 Saya mempunyai kebiasaan mencari informasi yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
12 Saya sering tidak menggunakan celana dalam
13 Saya mengganti celana yang terkena pipis
14 Jika saya mempunyai keluhan pada sistem reproduksi
saat periksa ke dokter
15 Saya melakukan senam lansia setiap 1 bulan sekali
16 Saya mengerjakan pekerjaaan rumah seperti mengepel
lantai, dan membersihkan halaman perkarangan
17 Saya melakukan pemeriksaan Pap Smear
18 Saya melakukan olahraga secara teratur, minimal tiga
kali dalam seminggu selama 30-60 menit
19 Saya melakukan pemeriksaan ke dokter karena keluar
keputihan
20 Saya melakukan hubungan seksual dengan mengolesi
organ reproduksi dengan cairan jelly.
11

LAMPIRAN IJIN KUESIONER


12
13

LAMPIRAN IJIN KUESIONER

Anda mungkin juga menyukai