Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUTAN RAKYAT
(Praktikum Pengelolaan Hutan Rakyat)

Oleh:

Cesar Ragil Riyanti


1914151003

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021

1
DAFTAR ISI

JUDUL....................................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................2
BAB I.PENDAHULUAN.......................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan.....................................................................................4
BAB
II.PEMBAHASAN.................................................................................................5
A. Hutan Rakyat................................................................................................5
B. Ciri-ciri Hutan Rakyat..................................................................................6
C. Perkembangan Hutan Rakyat.......................................................................7
D. Tujuan dan Manfaat Hutan Rakyat..............................................................8
BAB III.PENUTUP..............................................................................................10
A. Kesimpulan................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan di Indonesia mempunyai peranan baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial
budaya, maupun secara ekologis. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan
pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin
meningkat. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan strategi
pengelolaan hutan yang berkelanjutan sesuai dengan potensi sumberdaya hutan
yang sebenarnya (Hermon,2012). Pengaturan tentang pengelolaan sumberdaya
hutan yang berkelanjutan tampak pada Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 3 bahwa penyelenggaraan
kehutanan bertujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan
dan berkelanjutan dengan a) menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang
cukup dan sebaran yang proposional, b) mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang
meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi untuk mencapai
manfaat lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari,
c)meningkatkan daya dukung daaerah aliran sungai, d) meningkatkan kemampuan
untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan masyarakat secara partisipatif,
berkeadilan dan berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan
sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap perubahan eksternal dan e)
menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan (Widiarti, 2017).

Prinsip untuk mengelola alam secara berkelanjutan dalam kenyataannya seringkali


bertentangan dengan asas investasi ekonomi yang menginginkan 2 pendapatan
maksimal dengan pengeluaran minimal. Oleh karena itu sejumlah pengaturan
pemanfaatan sumber daya alam menjadi mutlak untuk diperlukan. Pengaturan

3
pemanfaatan sumber daya alam menjadi sangat erat kaitannya dengan para pelaku
yang hidupnya sangat bergantung pada sumber daya alam tersebut.Sumber daya
alam berupa hutan merupakan tempat hidup bagi masyarakat sekitar hutan yang
hidup bergantung pada sumber daya tersebut. Mereka mengandalkan hutan tidak
saja sebagai sumber energi tetapi sebagai tempat untuk hidup (Purwanto, 2005).
Kondisi yang demikian seringkali menyebabkan adanya dua hal atau fenomena
yang saling berseberangan. Disatu sisi masyarakat sekitar hutan dituntut untuk
memelihara hutan sementara disisi lain mereka membutuhkan hutan sebagai
sumber kehidupannya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat hutan dapat
bertindak sebagai pemelihara hutan sekaligus sebagai perusak hutan melalui
kegiatan perambahan hutan (Suratiyah, 2016).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Apakah yang dimaksud dengan Hutan Rakyat?
2. Apakah ciri-ciri dari Hutan Rakyat?
3. Bagaimana perkembangan dari Hutan Rakyat?
4. Apakah manfaat dari Hutan Rakyat?

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi hutan rakyat.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cici-ciri hutan rakyat.
3. Mahasiswa dapat mengetahui perkembanagn hutan rakyat.
4. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat dari hutan rakyat.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hutan Rakyat

Hutan rakyat adalah hutan-hutan yang dibangun dan dikelola oleh rakyat.
Keberadaan hutan ini biasanya berada di tanah adat, meskipun ada juga hutan
yang dikelola rakyat berada di tanah negara atau kawasan hutan
negara.Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 49 Tahun 1997, hutan
rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan luas minimal 0,25 ha,
penutupan tajuk tanaman berkayu dan atau jenis lainnya lebih dari 50% atau
jumlah tanaman pada tahun pertama minimal 500 tanaman tiap Ha. Artinya hutan
jenis ini apabila mengacu pada Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 mengenai
kehutanan termasuk ke dalam hutan hak karena lahannya dimiliki oleh sektor
privat atau swasta (Awang, 2017).

Hutan rakyat ini menjadi harapan baru bagi sektor kehutanan. Pulau Jawa saja
setelah mengalami deforestasi yang berkepanjangan, pada saat ini pulau Jawa
mengalami reforestasi. Hal ini disebabkan oleh meluasnya tutupan lahan yang
berupa penggunaan lahan untuk hutan rakyat. Apabila pengelolaan hutan jenis ini
dilakukan dengan benar dan dalam skala yang besar, bukan tidak mungkin
keperluan kayu nasional dapat terpenuhi. Menurut jenis tanaman yang ada pada
hutan rakyat, hutan ini dibedakan menjadi hutan rakyat murni, campuran, dan
agroforestry. Hutan rakyat murni merupakan hutan yang hanya terdiri atas satu
jenis pohon yang ditanam secara homogen atau monokultur. Hutan rakyat
campuran (polyculture) adalah hutan yang terdiri atas berbagai jenis pepohonan
yang ditanam secara campuran. Agroforestry adalah hutan yang memiliki
kombinasi antara kehutanan dengan cabang usaha tani lainnya, seperti pertanian

5
tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan lain-lain yang saling terpadu
(Darusman, 2016).

B. Ciri-ciri Hutan Rakyat

Kerancuan penyebutan hutan hak / milik / rakyat dengan lahan pertanian atau
pekarangan seringkali terjadi. Untuk memperjelas suatu lahan merupakan hutan
rakyat atau tidak, berikut adalah ciri-ciri dari hutan rakyat.
Menurut Djuwadi (2018), ciri-ciri hutan rakyat adalah:
1.Tidak hanya menghasilkan kayu, tetapi juga berupa bunga, buah, kulit, daun,
rimpang, aroma, jamu-jamuan, rempah-rempahan, bumbu, hijauan makanan
ternak, jamur dan sebagainya.
2.Pemanfaatan kayu dilakukan dengan tebang pilih atau tebang butuh dan sedikit
tebang habis.
3.Permudaan dilakukan secara buatan, vegetatif, dan alami.
4.Luasnya relatif kecil 0,2 hingga 1,0 hektar tergantung status kepemilikannya.
Jika dimiliki oleh suatu kelompok, maka luasnya dapat mencapai 20 hektar atau
lebih.
5.Pola tanam campuran dan terdiri dari berbagai jenis pohon, tanaman pangan
atau rumput, serta jarang berupa hutan monokultur.
6.Pengelolaan hutan bergantung kepada pemiliki lahan.
Selain untuk kebutuhan pemiliknya, hutan ini juga berfungsi sosial secara terbatas
sesuai dengan nilai budaya setempat.
7.Perubahan yang lambat berdasarkan nilai budaya atau kebiasaan masyarakat
setempat.
8.Hasil hutan tidak selalu bersifat musiman, namun dapat bersifat bulanan,
mingguan bahkan harian.

Pendapat berbeda dikemukakan oleh Setia Zain (2016), yaitu:


1.Berupa hutan yang diusahakan sendiri, bersama orang lain atau badan hukum.
2.Berada diatas tanah milik atau hak orang lain berdasarkan aturan perundang-
undangan.

6
3.Status kepemilikian berdasarkan penetapan Menteri Kehutanan (Djajapertjunda,
2016).

C. Perkembangan Hutan Rakyat

Keberadaan hutan rakyat seringkali diabaikan oleh negara. Negara lebih fokus
terhadap hutan-hutan alam yang dikelola dalam bentuk hak pengusahaan hutan.
Akan tetapi, saat ini hutan milik rakyat mulai diperhatikan karena pengelolaannya
lebih lestari.

Pada masa pemerintahan Belanda sekitar tahun 1930, program pengelolaan hutan
oleh rakyat sebenarnya telah dikembangkan. Hal ini dapat dilihat di daerah
pedesaan yang banyak ditemukan pekarangan warga ditanami dengan tanaman
keras untuk dipanen kayunya. Kemudian pada masa setelah kemerdekaan,
pemerintah Indonesia pada tahun 1950an mengadakan program Karang Kitri.
Karang Kitri adalah program penanaman tanaman keras untuk lahan-lahan kritis,
seperti di lereng curang, lahan sekitar mata air, dan lahan yang tidak ditanami
tanaman semusim. Selanjutnya di tahun 1960an, pemerintah juga mengadakan
program penghijauan dengan tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan
produktivitas lahan kritis, mengelola tata air dan menyediahan bahan baku kayu
dan non kayu bagi masyarakat (Diniyati, 2018).

Pengelolaan hutan rakyat juga dapat terhambat oleh berbagai kendala, seperti:
1.Pemenuhan kebutuhan dasar
2.Hak kepemilikan
3.Terbatasnya modal
4.Terbatasnya informasi
5.Daur tanaman yang lama

Selain itu, pengelolaan hutan yang dilakukan oleh masyarakat umumnya bersifat
holistik. Maksudnya, pengelolaan dilakukan dengan tidak memisahkan hutan
dengan sumber daya lainnya.Hutan yang dikelola oleh masyarakat tidak

7
sepenuhnya bergantung pada formalitas hukum. Sebab, pengelolaan hutan
dilakukan lewat tradisi dan dilakukan secara informal berdasarkan pengetahuan
kearifan lokal.Pengelolaan dengan sistem sosial ini mampu menopang keberadaan
hutan rakyat dan sumber daya alam disekitarnya, meskipun sebagian besar belum
memperoleh pengakuan oleh negara (Hayono, 2016).

D. Tujuan dan Manfaat Hutan Rakyat

Tujuan adanya hutan rakyat, antara lain:


1.Memanfaatkan secara maksimal dan lestari lahan yang tidak produktif dan atau
yang produktif karena keadaan lapangan dan tanah tidak sesuai untuk penanaman
tanaman pangan.
2.Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya petani akan kebutuhan
kayu, baik kayu bakar maupun kayu perkakas serta jenis hasil hutan lainnya.
3.Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat petani sekaligus meningkatkan
kesejahteraannya.
4.Untuk memperbaiki tata air dan lingkungan, khususnya lahan yang ada di
kawasan perlindungan daerah aliran air.

Berbagai keuntungan dan manfaat ddapat diperoleh dari hutan yang dikelola
secara bersama, baik material maupun immaterial, antara lain:
1.Keuntungan ekologis, berupa pemanfaatan sumber daya alam lebih efisien.
2.Keuntungan ekonomi, berupa keanekaragaman hayati dan peningkatan volume
produksi.
3.Keuntungan psikologis, berupa perubahan cara produksi tradisional yang lebih
mudah diterima daripada sistem usaha tani monokultur.
4.Keuntungan politis, yaitu pelayanan sosial yang baik kepada masyarakat
sekaligus sebagai keamanan hutan negara dan penyerobotan lahan.

Terdapat enam manfaat dari hutan rakyat, yaitu:


1.Meningkatkan produksi kayu dan hasil hutan non kayu.
2.Meningkatkan kesempatan atau peluang kerja dan akses pedesaan.

8
3.Memperbaiki sistem tata air, serta meningkatkan proteksi permukaan tanah dari
gangguan erosi.
4.Meningkatkan proses penyerapan karbondioksida dan polutan lain.
5.Menjaga kadar oksigen melalui proses fotosintesis.
6.Sebagai habitat untuk satwa (Heran, 2013).

9
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Hutan rakyat adalah hutan-hutan yang dibangun dan dikelola oleh rakyat.
Keberadaan hutan ini biasanya berada di tanah adat, meskipun ada juga
hutan yang dikelola rakyat berada di tanah negara atau kawasan hutan
negara.
2. Ciriciri hutan rakyat yaitu tidak hanya menghasilkan kayu, tetapi juga
berupa bunga, buah, kulit, daun, rimpang, aroma, jamu-jamuan, rempah-
rempahan, bumbu, hijauan makanan ternak, jamur dan sebagainya.
Pemanfaatan kayu dilakukan dengan tebang pilih atau tebang butuh dan
sedikit tebang habis.Permudaan dilakukan secara buatan, vegetatif, dan
alami.Luasnya relatif kecil 0,2 hingga 1,0 hektar tergantung status
kepemilikannya. Jika dimiliki oleh suatu kelompok, maka luasnya dapat
mencapai 20 hektar atau lebih. Pola tanam campuran dan terdiri dari
berbagai jenis pohon, tanaman pangan atau rumput, serta jarang berupa
hutan monokultur. Pengelolaan hutan bergantung kepada pemiliki lahan.
Selain untuk kebutuhan pemiliknya, hutan ini juga berfungsi sosial secara
terbatas sesuai dengan nilai budaya setempat. Perubahan yang lambat
berdasarkan nilai budaya atau kebiasaan masyarakat setempat.Hasil hutan
tidak selalu bersifat musiman, namun dapat bersifat bulanan, mingguan
bahkan harian.
3. Perkembangan hutan rakyat dimulai pada masa pemerintahan Belanda
sekitar tahun 1930, program pengelolaan hutan oleh rakyat sebenarnya

10
telah dikembangkan. Hal ini dapat dilihat di daerah pedesaan yang banyak
ditemukan pekarangan warga ditanami dengan tanaman keras untuk
dipanen kayunya. Kemudian pada masa setelah kemerdekaan, pemerintah
Indonesia pada tahun 1950an mengadakan program Karang Kitri. Karang
Kitri adalah program penanaman tanaman keras untuk lahan-lahan kritis,
seperti di lereng curang, lahan sekitar mata air, dan lahan yang tidak
ditanami tanaman semusim. Selanjutnya di tahun 1960an, pemerintah juga
mengadakan program penghijauan dengan tujuan yang sama, yaitu untuk
meningkatkan produktivitas lahan kritis, mengelola tata air dan
menyediahan bahan baku kayu dan non kayu bagi masyarakat.
4. Tujuan hutan rakyat yaitu .Memanfaatkan secara maksimal dan lestari
lahan yang tidak produktif dan atau yang produktif karena keadaan
lapangan dan tanah tidak sesuai untuk penanaman tanaman pangan,untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya petani akan kebutuhan kayu,
baik kayu bakar maupun kayu perkakas serta jenis hasil hutan
lainnya,untuk meningkatkan pendapatan masyarakat petani sekaligus
meningkatkan kesejahteraannya, dan untuk memperbaiki tata air dan
lingkungan, khususnya lahan yang ada di kawasan perlindungan daerah
aliran air.
Manfaat dari hutan rakyat yaitu meningkatkan produksi kayu dan hasil
hutan non kayu, meningkatkan kesempatan atau peluang kerja dan akses
pedesaan, memperbaiki sistem tata air, serta meningkatkan proteksi
permukaan tanah dari gangguan erosi, meningkatkan proses penyerapan
karbondioksida dan polutan lain, menjaga kadar oksigen melalui proses
fotosintesis, dan sebagai habitat untuk satwa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Awang SA, Wiyono EB, Sadiyo S. 2017. Unit Manajemen Hutan Rakyat:
Proses Konstruksi Pengetahuan Lokal. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Banyumili Art Network.

Darusman D, Hardjanto. 2016. Tinjauan ekonomi hutan rakyat. Di dalam:


Kontribusi Hutan Rakyat Dalam Kesinambungan Industri
Kehutanan. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2016;
Bogor, 21 September 2006. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan, hlm 7-13.

Djajapertjunda S. 2016. Mengembangkan Hutan Milik di Jawa. Cetakan I.


Sumedang: Alqaprint Jatinangor.

Diniyati D, Sulistyati TW, Achmad B, Fauziyah E. 2018. Sikap petani


Priangan Timur terhadap kelembagaan hutan rakyat. Puslitsosek.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. Info Sosial
dan Ekonomi Kehutanan Vol. 8 No. 3:169-188.

Hardjanto. 2000. Beberapa ciri pengusahaan hutan rakyat di Jawa. Di


dalam: Didik S, penyunting. Hutan Rakyat di Jawa. Peranannya
dalam Perekonomian Desa. Bogor: Program Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Masyarakat Fakultas Kehutanan IPB,
hlm 7-11.

Hayono Y. 2016. Analisis pengembangan pengusahaan hutan rakyat di


Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah [tesis]. Bogor. Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Herman M, Bambang ET, Dani. 2013. Prospek Pengembangan Tanaman


Kemiri Minyak Di Hutan Rakyat. SIRINOV, Vol 1, No 1, hlm 1-
10.

12
Setia D. 2016. Hutan rakyat: kreasi budaya bangsa. Di dalam: Didik S,
penyunting. Hutan Rakyat di Jawa. Peranannya dalam
Perekonomian Desa. Bogor: Program Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Masyarakat Fakultas Kehutanan IPB,
hlm 1-6.

Suratiyah, Ken. 2016. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Widiarti A, Mindawati N. 2017. Dasar Pemilihan Jenis Pohon Hutan


Rakyat. Di dalam: Pemanfaatan IPTEK Untuk Kesejahteraan
Masyarakat. Prosiding Gelar Teknologi; Purworejo, 30-31
Oktober 2017. Purworejo: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hutan dan Konservasi Alam. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan, hlm 217-235.

13

Anda mungkin juga menyukai