Anda di halaman 1dari 8

TEKNOBUGA Volume 2 No.

2 – November 2015

ADAT BUDAYA SIRAMAN PENGANTIN JAWA


SYARAT MAKNA DAN FILOSOFI

Endang Setyaningsih, Atiek Zahrulianingdyah


PKK, Fakultas Teknik UNNES

Abstract: The traditional Javanese wedding ceremony is a heritage palace that used to
be held by the royal family, but also with the times, wedding cultural customs prevalent in
society to foreign countries. One of the indigenous culture of marriage is still held is being
washed cultural customs Javanese wedding custom bridal spray Javanese culture has an
idea of watering or bathing the bride in order to groom the holy birth and his inner clean
and ready to begin married life.
Supplies spray bride among others, tumpeng lengkap, tumpeng robyong, tumpeng
gundul, jajan pasar, bunga tujuh rupa, kendi yang berisi dari tujuh sumber mata air
bertuah, kain batik wahyu tumurun, cendol, uang kreweng dari tanah liat, kloso bongko,
daun tolak balak, and others. Attachments are presented have meaning and philosophy
of life guidance so that the bride can wade life happy and prosperous.
Indigenous culture Javanese wedding splash at the present time are widespread in
various layers of the Java community both in domestic and in foreign countries, even The
alien keen to learn, because have noble philosophy, for it needs to be socialized by the
media about the culture of indigenous customary marriage Java completely.

Keywords: bride, Showers, Indigenous Java

Abstrak: Upacara perkawinan adat Jawa merupakan warisan tradisi keraton yang dulu
hanya boleh diselenggarakan oleh keluarga keraton saja, akan tetapi dengan
perkembangan zaman, adat budaya perkawainan berkembang luas di masyarakat
sampai manca Negara. Salah satu dari adat budaya perkawinan yang sampai saat ini
masih dilaksanakan adalah adat budaya siraman pengantin Jawa, adat budaya siraman
pengantin Jawa mempunyai pengertian menyirami atau memandikan calon pengantin
agar pengantin bersih suci lahir dan batinnya dan siap memulai kehidupan berumah
tangga.
Perlengkapan siraman pengantin antara lain, tumpeng lengkap, tumpeng robyong,
tumpeng gundul, jajan pasar, bunga tujuh rupa, kendi yang berisi dari tujuh sumber mata
air bertuah, kain batik wahyu tumurun, cendol, uang kreweng dari tanah liat, kloso
bongko, daun tolak balak, dan lain-lain. Perlengkapan yang disajikan mempunyai makna
dan filosofi tuntunan hidup agar calon pengantin dapat mengarungi kehidupanyang
bahagia dan sejahtera.
Adat budaya siraman pengantin Jawa pada masa kini berkembang luas diberbagai
lapisan masyarakat Jawa baik di nusantara maupun di manca Negara, bahkan orang
asingpun tertarik untuk mempelajarinya, karena…….mempunyai filosofi yang luhur, untuk
itu perlu disosialisasi dengan berbagai media tentang adat budaya perkawinan adat Jawa
dengan lengkap.

Kata kunci : Pengantin, Siraman, Adat Jawa

PENDAHULUAN Apalagi jika dihelat dalam keindahan


Pernikahan selalu menjadi sesuatu budaya adat istiadat yang turun temurun
yang sakral, agung dan penuh keharuan. dan tentunya memiliki nilai filosofi tinggi

1
TEKNOBUGA Volume 2 No.2 – November 2015

dalam setiap pesan yang disampaikan kurang dari tujuh sampai dengan sembilan
kepada kedua mempelai sebagai tuntunan orang. Pertama yang menyirami adalah
bekal hidup berumah tangga. Dan ayah, ibu, lalu kerabat lainnya dan terakhir
menurut pesan Bapak H. Susilo adalah perias pengantin dan masing-
Bambang Yudhoyono Presiden RI dalam masing sesepuh melaksanakan siraman
rangka melaksanakan hajat mantu putera sebanyak tiga kali dengan gayung dari
ke dua, “Benar menurut agama, indah tempurung kelapa (Perkawinan, 2002 :
menurut budaya” (Nova, 2011 : 6). Salah 111). Jumlah sembilan orang sesepuh,
satu dari adat budaya pengantin Jawa menurut budaya keraton Surakarta untuk
mengenai siraman pengantin. Adat pengertian adalah mengenang keluhuran
budaya siraman pengantin dengan segala wali songo (wali sembilan) yang bermakna
kelengkapannya mengandung nilai filosofi manunggalnya Jawa dengan Islam. Selain
yang penuh pesan tentang tatanan itu angka sembilan juga bermakna
kehidupan yang akan diarungi oleh “Bababan bawa songo” yang harus
pengantin berdua, adat budaya siraman dikendalikan (Mahligai, 2007 : 22).
pengantin dengan segala kelengkapannya Perlengkapan-perlengkapan dan
bermula dari zaman Islam masuk di tanah syarat-syarat lain yang disiapkan
Jawa yang tercermin dari salah satu mengandung simbol-simbol nilai filosofi
prosesi siraman yaitu berwudhu dengan dan tuntunan hidup, antara lain : tumpeng
air kendi yang diambil dari tujuh bagian lengkap, tumpeng robyong, tumpeng
sumber mata air yang bertuah, menurut gandul, jajan pasar, jambangan yang diisi
KRAY. TG Ami Soekardi dalam tulisannya dengan air dan bunga tujuh rupa (manca
mengenai prosesi pengantin adat Solo warna), kendi yang berisi dari tujuh
(Mahligai, 2007 : 22). Acara siraman sumber mata air bertuah, dll.
dilakukan sehari sebelum akad nikah
adapun tujuan dari prosesi siraman PEMBAHASAN
pengantin ialah memandikan calon 1. Tinjauan Tentang Siraman
pengantin agar bersih dan suci lahir dan Pengantin
batin. Upacara perkawinan adat Jawa
Syarat untuk menyirami calon merupakan warisan tradisi keraton yang
pengantin harus dipilih yaitu orang yang dulu hanya boleh diselenggarakan oleh
sudah menikah atau sesepuh keluarga keluarga keraton saja. Sebagai warisan
yang menjadi teladan, dikarenakan tradisi keraton tak pelak tata cara
diharapkan berkahnya, jumlah ganjil tidak pernikahan adat Jawa ini merupakan

2
TEKNOBUGA Volume 2 No.2 – November 2015

rangkaian upacara yang sarat makna dan pengantin perempuan mengenakan


filosofi, yang intinya adalah untuk busana kembangan atau yang disebut
memuliakan Tuhan Yang Maha Esa, sawitan, baju kebaya dan kain motifnya
serta memohon berkah dan keselamatan sama (Mahligai, 2007 : 38).
bagi calon pasangan suami istri dalam Menurut R Soemodidjojo (2008 : 31)
menjalankan biduk rumah tangganya pelaksanaan siraman pengantin pria dan
kelak. (Mahligai, 2007 : 18) dan salah satu wanita dimulai dari menyiram kepala
prosesi pernikahan adat Jawa yang menggunakan air bunga setaman, badan
masih dipertahankan dan dilestaraikan digosok dengan tepung beras tujuh
adalah prosesi siraman pengantin. warna yang dicampur dengan mangir,
Siraman pengantin “Siraman” dari pandan wangi dan daun kemuning yang
kata siram (bahasa Jawa) yang dalam sudah dihaluskan. Yang menyirami adalah
pengertian Bahasa Indonesia para orang tua yang dituakan, calon
memandikan calon pengantin agar calon pengantin didudukan di bangku yang
pengantin bersih, suci lahir dan batin. diberi alas tikar baru dan daun-daunan
(Perkawinan, 2012 : 111). (daun opo-opo, daun koro, daun kluwih,
Menurut Anjar Ani (Perkawinan Adat daun dhadap srep, daun alang-alang),
Jawa Lengkap, 1986 : 36) siraman yang ditutup dengan kain batik motif Yuyu
pengantin adat Jawa dimulai dari jam Sekandang atau lawon. Setelah selesai
11.00 pagi, menurut Syahibul Hikayat, menyirami pengantin dilanjutkan dengan
pada jam-jam tersebut bidadari dari wudhu dari air kendi yang berasal dari
khayangan sedang turun ke sendang tujuh sumber sumur bertuah. Kendi
untuk mandi, harapannya agar calon kemudian dipecah oleh orang tua calon
pengantin wanita mendapat berkah pengantin dengan mengucapkan “sudah
kecantikan dari sang bidadari. keluar aura anaku”. Adapun kelengkapan
Dalam pelaksanaan prosesi lain yang disajikan yaitu tumpeng lengkap,
“siraman pengantin” busana calon tumpeng robyong, tumpeng gandul, bubur
pengantin wanita adalah kain batik motif merah putih, jajan pasar, bunga dan ayam
“wahyu tumurun” dan kemben kain hidup.
“bangun tulak” (berlaku di keraton Pelaksanaan tradisi siraman
Surakarta), sedangkan orang tua pengantin dilakukan oleh kedua orang tua
mengenakan “batik cakar” dan sabuk pengantin, sesepuh yang mempunyai
kemben “bangun tulak” dan setelah keteladanan dalam kehidupan berumah
selesai melakukan siraman calon tangga yang berjumlah sembilan orang,

3
TEKNOBUGA Volume 2 No.2 – November 2015

masing-masing menyiram sebanyak tiga calon pengantin dimandikan dengan air


kali dengan air bunga manca warna yang diambil dari tujuh sumber yaitu
dengan gayung yang terbuat dari Masjid Baiturrahman, Istana Merdeka,
tempurung kelapa yang diakhiri siraman kediaman Ibu Sumarti (Ibunda Ibu Ani
dari ayah calon pengantin wanita. Yudhoyono), Istana Cipnas, Kediaman Ibu
Kemudian calon pengantin berwudhu Habibah (Ibunda Bpk H. Susilo Bambang
dengan air kendi yang berisi dari tujuh Yudhoyono), di Pacitan, Puri Cikeas, dan
sumber mata air bertuah. Setelah itu ayah kediaman Bapak H. Hatta Rajasa.
pengantin wanita memecahkan (klenting) Siraman dipercaya membersihkan jiwa
kendi sambil mengucapkan “ora mecah seseorang dalam menempuh babak baru.
kendi, nanging mecah pamore anaku” (Tabloid Bintang, 2011 : 05).
yang diartikan dalam bahasa Indonesia Prosesi “dodol cendol” yaitu satu
“tidak memecahkan kendi, akan tetapi acara dalam satu rangkaian siraman
mengeluarkan aura anakku” agar tampak pengantin. “Dodol cendol” yang bermakna
seperti bidadari. (Mahligai, 2007 : 23). dari cendol yang berbentuk bulat yang
Di era modern adat budaya siraman melambangkan kebulatan tekad orang tua
pengantin menjadi sarana untuk untuk menjodohkan anak. Membeli cendol
menyampaikan petuah-petuah dalam dengan kereweng (pecahan genting). Hal
mengantarkan putera-puterinya untuk itu menunjukkan bahwa kehidupaan
mengarungi bahtera hidup, agar dapat manusia berasal dari bumi, adapun yang
terhindar dari segala halangan dan melayani pembeli adalah ibu, yang
rintangan hidup untuk menuju keluarga menerima pembayaran adalah ayah. Hal
yang sakinah, mawadah, warohmah. ini mengajarkan bahwa mencari nafkah
Seperti halnya yang dicontohkan oleh harus selalu saling membantu menurut
Bapak H. Susilo Bambang Yudhoyono, KRAY. TG Ami Soekardi (Mahligai, 2007 :
Presiden RI ke VI. Saat 23).
menyelenggarakan acara siraman putera B. Makna dan Filosofi Perlengkapan
keduanya yang diawali dengan pengajian Siraman Pengantin dan Dodol
oleh ibu-ibu Qorumul Bakhri di hari yang Cendol.
dimaksudkan untuk memberi keberkahan 1. Air tujuh sumber (pitu) ~ air
pada calon pengantin yang dilanjutkan perwitosan (kendi) :
dengan prosesi siraman. Bapak H. Susilo Orang Jawa sangat mensakralkan
Bambang Yudhoyono, dengan angka 7 (pitu) yang berarti pitulungan
mengenakan motif melati dan batik biru, (bhs.Jawa) atau pertolongan

4
TEKNOBUGA Volume 2 No.2 – November 2015

2. Kain batik wahyu tumurun (harapan 11. Lawon/ kain blacu :


untuk mendapatkan wahyu) : Berasal dari serat kapas, hari-hari
Harapan mendapatkan wahyu kecukupan sandang
dijauhkan dari segala godaan 12. Cendol berbentuk bulat :
3. Kain bangun tolak : Cendol yang berbentuk bulat
Harapan terhindar jauh dari merupakan lambang kebulatan
halangan, rintangan hidup kehendak orang tua untuk
4. Batik cakar (sebutan kaki ayam) : menjodohkan anak.
Sebutan kaki ayam agar mempelai 13. Uang kreweng/ pecahan genting dari
dapat ceker-ceker, seperti ayam tanah liat :
dalam mencari makan Kehidupan manusia berasal dari bumi/
5. Busana kembangan (setelan) : tanah
Bersih tata lahir batinnya. Keikhlasan 14. Tumpeng lengkap :
akan meninggalkaan status gadis dan Hubungan manusia dengan Tuhan,
menjalani hidup berumah tangga mengharapkan agar didalam
6. Motif Yuyu sekandang : menjalankan kehidupan berumah
Berharapan untuk mendapatkan tangga hidup rukun dengan ridho
keturunan/ kelanjutan generasi Allah.
berikutnya 15. Tumpeng robyong :
7. Gayung dari tempurung kelapa : Tumpeng nasi putih berbentuk kerucut
Kebulatan tekad orang tua untuk dihias dengan sayuran mentah
melepaskan putera, puteri hidup maknanya agar khajatan mantunya
berumah tangga. tamunya banyak. (bhs Jawa Robyong-
8. Air sekar manca warna dalam robyong)
jambagan (banyu sekar setaman) : 16. Tumpeng gundul :
Air siraman pengantin harum dengan Tumpeng yang melambangkan
aneka bunga yang banyak. payudara ibu, karena dalam
9. Kloso bongko : perkawinan itu diharapkan anak-anak
Nama kiasan tikar baru dari daun hidup pertama kali dengan air susu
pandan ibu
10. Daun tolak balak : 17. Jajan pasar :
Daun opo-opo, daun koro, daun Jajan pasar olahan dari hasil bumi
kluwih, daun dadap srep, daun alang- antara lain pala kependen (jenis buah
alang. dari bumi), pala kesimpar (jenis buah

5
TEKNOBUGA Volume 2 No.2 – November 2015

merambat), pala gumantung (jenis tempurung kelapa, tempat duduk beralas


buah bergantung) tikar baru (bhs. Jawa kloso bongko) yang
18. Lulur pengantin : didalam gulungan tikar diisi dengan aneka
Tepung beras manca warna, mangir, macam daun penolak balak (daun opo-
pandan wangi, daun kemuning opo, daun koro, daun kluwih, daun dadap
bertujuan membersih-kan kotoran srep, daun alang-alang), kendi/klenting
tubuh, dan hasilnya warna kulit yang yang berisi air dari tujuh sumber mata air
bersih bersinar. bertuah.
19. Pelepasan pitik urip-uripan : Perlengkapan sajian meliputi,
Melepas ayam hidup yang diibaratkan tumpeng lengkap, tumpeng robyong,
melepas anak (calon pengantin) untuk tumpeng gundul dan jajan pasar. Prosesi
kehidupan yang baru siraman pengantin dimulai dan dipandu
20. Bubur merah putih : oleh seorang pemandu (pranata cara)
Berani dan suci/ kejujuran atau tanda yang dibuka dengan doa puji syukur
kemenangan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
21. Bunga : Berikutnya pengantin dengan busana
Hidup yang selalu berwarna dan siraman mengenakan kain batik dengan
harapan. motif wahyu tumurun dan kemben kain
bangun tulak, duduk diatas dinglik (tempat
C. Pelaksanaan Adat Budaya Siraman duduk) disirami dengan air bunga manca
Pengantin Jawa dan Dodol Cendol warna yang dimulai dari sang ayah, ibu
(Dawet) calon pengantin yang mengenakan kain
Pada hari yang sudah ditentukan batik motif cakar, kemudian dilanjutkan
untuk pelaksanaan prosesi siraman para orang tua (bhs. Jawa pinisepuh)
pengantin. Tempat dan perlengkapan yang masing-masing sebanyak tiga kali
sudah disiapkan, dipasang dekorasi yang siraman, setelah selesai menyirami
indah dengan bunga-bunga pilihan sesuai dilanjutkan acara berwudhu, calon
adat Jawa antara lain : mawar, anggrek, pengantin berwudhu dengan air kendi
melati, janur, dll. dan setelah selesai kendi dipecah oleh
Perlengkapan siraman pengantin salah satu orang tua calon pengantin
meliputi jembangan yang diisi dengan air dengan mengucapkan “ora mecah kendi,
dari tujuh sumber mata air bertuah yang nanging mecah pamore anakku” yang
ditaburi dengan bunga (bhs. Jawa : sekar mempunyai arti dalam bahasa Indonesia
manca warna), gayung yang dibuat dari “tidak memecahkan kendi, akan tetapi

6
TEKNOBUGA Volume 2 No.2 – November 2015

mengeluarkan aura kecantikan lahir bathin sedangkan yang menerima pembayaran


anakku”. adalah ayah calon pengantin. Hal ini
Seusai siraman calon pengantin mengajarkan kapada anak mereka yang
wanita dibopong oleh ayah ibu menuju akan menikah tentang bagaimana
kamar pengantin, selanjutnya ayah mencari nafkah sebagai suami istri, harus
dipandu oleh perias pengantin melakukan saling membantu. Pemandu mengakhiri
menggunting rambut halus ditengkuk acara siraman pengantin dan dodol dawet
(bhs. Jawa Tigas rikmo), lalu diberikan dengan doa ucapan syukur.
kepada ibu guntingan rambut halus
disimpan ke dalam suatu wadah kecil
KESIMPULAN
(cepuk), yang nantinya rambut akan
Adat budaya siraman pengantin
ditanam di halaman rumah. Hal tersebut
Jawa merupakan warisan nenek moyang
bermakna membuang hal-hal yang kotor.
kita yang mempunyai nilai-nilai norma
Kemudian rambut calon pengantin wanita
kehidupan yang adi luhung. Adat budaya
dikeringkan sambil diharumi asap ratus.
siraman pengantin mengandung makna
Dan selanjutnya calon pengantin wanita
dan filosofi kehidupan membina rumah
dibuat cengkorongan, selanjutnya rambut
tangga yang sakinah, mawadah,
dirias dengan ukel konde tanpa perhiasan
warohmah, petuah-petuah dan petunjuk-
dan tanpa bunga.
petunjuk yang disampaikan oleh para
Dihalaman rumah acara dilanjutkan
orang tua merupakan bekal hidup calon
dengan prosesi dodol dawet. Pada saat
pengantin. Tersirat pada persyaratan-
calon pengantin dipaes cengkorongan,
persyaratan yang di kelengkapan
kedua orang tua menjalankan tata cara
penyelenggaraan siraman pengantin yang
dodol dawet (menjual dawet). Disamping
semua itu tujuannya adalah semata-mata
dawet sebagai wedangan, juga diambil
untuk mendapatkan berkah dari Tuhan
makna dari cendol yang berbentuk bulat
Yang Maha Esa.
merupakan lambang kebulatan kehendak
Seiring dengan perkembangan
orang tua untuk menjodohkan anak.
zaman di era modern atau masa kini adat
Bagi tamu undangan yang akan
budaya siraman pengantin dikemas
membeli dawet tersebut harus membayar
dengan indah dan menarik dan tidak
dengan “kreweng” (pecahan genting
meninggalkan nilai-nilai agama menjadi
bukan dengan uang. Hal itu menunjukkan
sarana untuk memberikan bekal hidup,
bahwa kehidupaan manusia berasal dari
calon pengantin dikemudian hari.
bumi. Yang melayani pembeli adalah ibu

7
TEKNOBUGA Volume 2 No.2 – November 2015

Saran
Adat budaya siraman pengantin
Jawa merupakan aset budaya bangsa
Indonesia yang harus dilestarikan dan
disosialisasikan di beberapa media baik
media cetak atau media elektronik
dengan berbagai bahasa agar dapat
dikenal oleh kalangan luas dari berbagai
bangsa. Bangsa yang besar adalah
bangsa yang mau menjunjung adat
budaya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Andjar Any, 1986. Perkawinan Adat Jawa


Lengkap. Surakarta : PT Pabelan.
R. Soemodidjojo, 2008. Betaljemur
Adammakna. Solo : CV. Buana
Raya
Mahligai, 2007. Prosesi Pernikahan Adat
Jawa Solo. Jakarta : PT.
Dwiputra Glomedia.
Perkawinan, 2012. Upacara Perkawinan
Adat Yogyakarta. Jakarta : PT.
Dian Digital Media.
Tabloid Bintang, 2011. Pernikahan
Sempurna IBAS – ALIYA. Jakarta
: PT. Media Bintang Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai