Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
“Theories of Adjudication”.
Di buat oleh:
Hesty Lindawaty (Penyaji)
NPM 1406585173
Peminatan : Hukum Perdagangan Internasional
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ilmiah “Theories of Adjudication”. dengan baik.
Adapun ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
saya tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka saya membuka selebar - lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada saya sehingga saya dapat
memperbaiki makalah ilmiah.
Akhir kata, semoga dari makalah ilmiah tentang “Theories of Adjudication”. ini
dapat diambil manfaatnya terhadap pembaca.
Hesty Lindawaty
! ii
!
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................... i
! iii
!
BAB I
PENDAHULUAN
!
!
1
bahwa putusan pengadilan ad-hoc-proses pembuatan hukum ditolak. hal
ini menunjukkan bahwa hakim harus menggunakan hukum yang
baku/resmi. ketika hakim mempertentangkan suatu hukum, maka hakim
dapat membuat hukum namun pilihan untuk membuat hukum tersebut
terbatas. Pertama, pengetahuan hakim dalam memutus terkait dengan
aturan hukum yang baku memberikan kesempatan pada ranah litigasi
untuk dimasuki. Kedua, menyarankan para pihak yang bersengketa untuk
menyelesaikan kasus diluar pengadilan. Ketiga, memberikan kesempatan
bagi para pihak yang bersengketa untuk menjalani proses yudisial
(peradilan). Fuller berargumentasi bahwa peradilan merupakan proses
sosial dari sebuah putusan yang memberikan kepastian dan
mempengaruhi para pihak, yang diwakili oleh adanya bukti dan
argumentasi bagi hakim untuk memutus. Berdasarkan pemaparan
tersebut di atas, Penulis hendak menyusun suatu tulisan yang berjudul
“Theories of Adjudication”.
1.3. Tujuan
!
!
2
BAB II
PEMBAHASAN
Simpson prefers instead the view that the Common Law system is a
customary system of law, consisting of a body of practices observed and
ideas received by a caste of lawyers. These ideas, he argues are used to
provide guidance in the rational determination of disputes and in advising
clients.3
Dari pendapat Simpson dapat ditarik suatu pendapat bahwa Common Law
System menganut hukum kebiasaan dan dapat dijadikan suatu pedoman,
khususnya bagi pengacara, untuk memberikan bantuah hukum dan atau
legal advice kepada klien, maupun pedoman bagi penyelesaian sengketa.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
2
Ibid. Hal. 1532
3
Ibid. Hal. 1533
!
!
3
merupakan sebuah jaminan kepastian hukum sekaligus merupakan
pemenuhan rasa keadilan masyarakat. 4
Apa yang telah diberikan hari ini sebagai perilaku karakteristik dari
common law adalah memperlakukan putusan pengadilan sebagai sesuatu
yang mengikat di masa mendatang. Pada masa sebelumnya
menunjukkan jauh lebih mendekati perilaku masyarakat modern, untuk itu
menganggap putusan sebagai ekspresi dari opini sebagai Negara hukum
yang sangat bergantung pada hakim. Namun hakim tidak perlu mengikuti
putusan terdahulu jika menurutnya putusan terebut dirasa salah. Doktrin
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
6
Ibid. h. 1536
7
Ibid, h. 1537
!
!
5
Common Law modern dapat muncul sampai ada hierarki yang baku dari
lembaga peradilan dan sistem administrasi hukum yang efisien.
Dalam hukum pidana modern tidak ada unit teori dan praktek yang
lengkap walaupun sistem hukum pidana menolak kewenangan absolut
peradilan berdasar preseden dan memberikan bobot yang lebih pada
hukum tertulis. Hukum pidana Perancis sangatlah individual dan berakar
pada sejarah tradisional Perancis. salah satu hal yang penting dalam
sistem hukum pidana adalah kodifikasi. Doktrin bukanlah sumber hukum
dari hukum pidana.8
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
8
Ibid, h. 1541
9
Ibid, h. 1548.
!
!
6
Common Law itself represents the basic fabric of law. There is no judicial
power to “fill gaps” in statute by arguments based on analogy. Continental
Theory trats satutes as the basis of the law. Moreover it’s generally
accepted that gaps in the statute may be filled by analogical reasoning.10
Bercermin dari pandangan ini, agar dapat sampai pada putusan yang
reasonable dan juga berkeadilan, seorang hakim harus melakukan
penalaran hukum (legal reasoning), yaitu proses penalaran yang dipakai
untuk menerapkan kaidah-kaidah hukum terhadap peristiwa atau perkara
tertentu.
!
!
8
memberi arahan atau ”sinyal gratis” kepada hakim untuk membebaskan
terdakwa. Pemahaman konsep dalam proses penalaran hukum sangat
membantu hakim dalam memastikan suatu peristiwa.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
13
ibid, hal 1573
!
!
9
hukum. Namun sebaliknya, jika hakim terikat mutlak pada putusan
mengenai perkara yang sejenis yang pernah diputuskan, maka hakim
tidak bebas untuk mengikuti perkembangan masyarakat melalui putusan-
putusannya.14 Uraian di atas menunjukkan bahwa penemuan hukum oleh
hakim merupakan suatu keharusan dan penting dalam praktek di
pengadilan.
Bahasa merupakan sarana yang penting bagi hukum, oleh karena itu
hukum terikat pada bahasa. Penafsiran undang-undang itu pada dasarnya
selalu akan merupakan penjelasan dari segi bahasa. Dalam hal ini,
seorang hakim dituntut untuk sebaik mungkin memiliki pengetahuan
bahasa, termasuk memahami literatur serta selalu menempatkan suatu
penafsiran dalam konteks peraturan hukum yang terbaru.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
14
Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, Bab-Bab tentang Penemuan Hukum, (Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti, 1993), hal. 39.
15
Agus Brotosusilo, Bahan Bacaan Program Magister, Filsafat Hukum , Program
Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, hal 1574.
16
Legal reasoning yang telah tersusun melalui kasus yang sudah diputuskan oleh hakim
terdahulu diikuti oleh hakim yang mengadili kasus yang terjadi sesudahnya dengan
kegiatan mencari dan membangun legal reasoning secara kasus per kasus.
!
!
10
menunjukkan bahwa hakim telah mendengarkan pendapat-pendapat
umum yang berlaku dalam sistem sosial tersebut, termasuk pendapat dari
para ahli yang kompeten.
1. Legis (Legalisme)18
Dalam pandangan ini, undang-undang dianggap sebagai peraturan
yang dikukuhkan oleh Allah sendiri, atau sebagai suatu sistem logis
yang berlaku bagu semua perkasa, karena bersifat rasional. Teori
rasionalitas sistem hukum ini disebut dengan Ideenjuurisprudenz.
!
!
11
membela suatu kebebasan yang besar bagi sang hakim. Seorang
hakim dapat menentukan putusannya dengan tidak terikat pada
undang-undang. Dengan demikian ajaran ini merupakan suatu
antitese terhadap Ideenjurisprudenz. Realisme hukum ini
merupakan bagian aliran pragmatisme yang berkembang luas di
Amerika. Intinya ialah bahwa tidak terdapat kebenaran dalam teori-
teori, melainkan dalam praktek hidup saja. Tetapi praktek hukum itu
adalah tidak lain daripada kebijaksanaan para hakim. Para hakim
itu tidak menafsirkan undang-undang secara teoritis (logis-
sistematis), melainkan secara praktis. Maka undang-undang disini
kehilangan keistimewaannya. Disimpulkan bahwa yang membuat
hukum sebenarnya adalah para hakim. Kaidah-kaidah hukum tidak
lain daripada suatu generalisasi kelakuan para hakim. Seorang
hakim adalah seharusnya a creative lawyer: in accordance with
justice and equity. Bila demikian halnya seorang hakim berwibawa,
untuk mengubah undang-undang, bila hal itu perlu. Dengan
demikian putusan-putusan pengadilan dijadikan inti hukum.20
Apabila ahli hukum menganut ajaran hukum bebas secara terbatas,
maka hukum tetap dipertahankan sebagai aturan yang stabil,
namun apabila ajaran hukum bebas dianut sepenuhnya maka
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
20
Oliver Wendell Holmes mengatakan, melihat kelakukan para hakim, menjadi jelas
bahwa hukum adalah apa yang dilakukan oleh para hakim di pengadilan. The patterns of
behaviour para hakim menentukan apa itu hukum, sedangkan kaidah-kaidah hukum
hanya memberi bimbingan. Moral hidup pribadi dan kepentingan sosial ikut menentukan
putusan. (Law is a process, not a collection of rules. Law is the process of preventing or
resolving conflicts between people. Lawyers and judges do this; professors, plumbers,
and physicians, at least routinely, do not. (Lief H. Carter) Jerome Frank juga mengaskan
bahwa hukum ditemukan dalam putusan-putusan pengadilan. Unsur-unsur pertimbangan
adalah antara lain kaidah-kaidah hukum, tetapi juga prasangka politik, ekonomi, moral,
bahkan juga simpati atau antipati pribadi. Benjamin Cardozo dan Roscoe Pound
menyetujui suatu perkembangan bebas hukum berkat kegiatan para hakim, asal mereka
memperhatikan tujuan hukum, yaitu kepentingan umum. I have grown up to see that the
(legal) process in his highest reaches is not discovery but creation.
!
!
12
kaidah-kaidah hukum hanya digunakan sebagai petunjuk regulatif
saja.
3. Interessenjurisprudenz21
Keunggulan kaidah-kaidah hukum sebagai penentu dalam proses
pengadilan dipertahankan dalam aliran Interessenjurisprudenz,
walaupun situasi konkret diperhitungkan sepenuhnya juga. Dengan
demikian Interessenjurisprudenz merupakan sintese antara
Ideenjurisprudenz dan Freirechtslehre. Teori ini dikualifikasikan
sebagai penemuan hukum (rechtsvinding), artinya seorang hakim
mencari dan menemukan keadilan dalam batas kaidah-kaidah yang
telah ditentukan, dengan menerapkannya secara kreatif pada tiap-
tiap perkara konkret. Pandangan ini bertumbuh sesudah orang-
orang mulai bersikap ragu-ragu terhadap keutuhan logika yuridis.
Akibat keraguan ini, para hakim lebih mengindahkan kepentingan-
kepentingan yang dipertaruhkan dalam tiap-tiap perkara, untuk
mencari suatu keseimbangan di antara kepentingan-kepentingan
tersebut. Jelas bahwa dalam hal ini, hakim harus mempunyai
ketrampilan yang istimewa (hakim yang kreatif).
!
!
13
Adanya yurisprudensi tidak berarti para hakim bebas menciptakan
hukum, hanya berarti bahwa kebijaksanaan seorang hakim dalam
perkara tertentu berpengaruh juga terhadap perkara-perkara yang
selanjutnya yang sejenis.
!
!
14
putusan para hakim. Hanya bila pedoman ini juga tidak ada,
diperbolehkan penyelidikan ilmiah secara bebas.
Dalam hal terjadi kasus berat dan tidak tersedia prosedur untuk
menentukan apa yang menjadi hak hukum setiap pihak, Ronald Dworkin
menjawabnya dengan memberi distingsi yang jelas antara apa yang ia
sebut argumen prinsip (argument of principles) dan argumen kebijakan
(argument of policies). Suatu argumen disebut argumen kebijakan ketika
hakim berusaha mempertanggungjawabkan keputusan dengan
menunjukkan manfaatnya bagi komunitas politik secara keseluruhan.24
Sedangkan argumen prinsip adalah argumen (hakim) yang membenarkan
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
23
Agus Brotosusilo, Bahan Bacaan Program Magister, Filsafat Hukum , Program
Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, hal 1579
24
“Argumen kebijakan” berorientasi pada kepentingan kolektif masyaralat. Andre Ata
Ujan, Filsafat Hukum, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), cet. 5, hal. 163.
!
!
15
keputusan karena pada esensinyaa menghormati atau melindungi hak
individu atau kelompok. Hakim dalam mengambil keputusan harus dengan
sungguh-sungguh memperhatikan kedua argumen di atas. Akan tetapi
apabila kasus yang ditangani adalah kasus berat, menurut Dworkin, hakim
dapat mengambil keputusan berdasarkan salah satu dari dua
kemungkinan argumen itu. Namun pada prinsipnya hakim tidak boleh
menerapkan hukum di luar dari hukum yang ditetapkan oleh badan
pembuat hukum (legislatif), meski dalam keadaan terpaksa hakim dapat
bertindak sebagai deputi legislator (bukan legislator) untuk melakukan
pertimbangan hukum dan pada akhirnya mengambil keputusan sesuai
dengan keyakinannya.25
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
25
Ibid., hal. 165.
!
!
16
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
!
!
17
d. Selain keyakinan hakim doktrin juga merupakan factor penting yang
menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan suatu perkara.
e. Pada civil law Yurisprudensi tidak terlalu dipertimbangkan tetapi dapat
dipergunakan sebagai bahan acuan atau referensi.
f. Civil Law menggunakan logika berpikir metode deduktif
B. Saran
http://melitanotlonely.multiply.com/journal/item/14?&show_interstitial=1&u
=%2Fjournal%2Fitem
!
!
19