Anda di halaman 1dari 7

SKENARIO 3 - 4 bulan yang lalu dinyatakan

hipertensi tanpa keluhan


Laki-laki 60 tahun
- Terapi 2 jenis antihipertensi dan
- Paha tersayat sabit diminum hingga habis
- Perdarahan tetep merembes - Tidak control karena tidak ada
- Pembuluh darah dan limfe terpotong keluhan

Pemeriksaan fisik Tetangga yang hipertensi

- TD 180/100 mmHg - Pusing dan kaki bengkak


- HR 80x/menit
Tambahan
- RR 20x/menit
- Pemeriksaan fisik jantung normal - Perokok berat dan gemar makan ikan
asin dan telur asin
ECG
- Jarang olahraga
- Irama sinus dan LVH - Dulu kuli bangunan di NTT dan

Foto thorax pulang karena takut terserang kaki


gajah
- Terlampir
- Kakak  Hipertensi dan sesak
Riwayat penyakit - Ayah meninggal karena stroke

KLARIFIKASI ISTILAH

RUMUSAN MASALAH

PATOMEKANISME HIPERTENSI

Pengaturan TD pada cardiac output

Cardiac output  Seberapa banyak darah yang dipompa dalam 1 menit. Missal jantung dalam 1
menit berdetak 80x, nah sekali pompaan itu bisa 150 ml, berarti 1 menit 150x 80 detak an tadi,
nah ini dipengaruhi oleh Heart Rate dan Stroke Volume.

Untuk rumus cardiac output yaitu HR x SV


Semakin tinggi HR nya maka semakin cepat dia berdetak dan semakin banyak cardiac output nya
dalam 1 menit. Nah HR ini dipengaruhi oleh system saraf simpatis dan juga system saraf
parasimpatis. Kalau simpatis maka akan meningkatkan HR, dan sedangkan kalau parasimpatis
maka akan menurunkan HR.

Sedangkan kalau Stroke Volume akan dipengaruhi oleh  Preload (beban sebelumnya,
merupakan seberapabanyak darah yang masuk ke jantung, nah itu dipengaruhi oleh venous
return, semakin banyak darah yang balik ke jantung melalui vena cava superior inferior maka
semakin banyak preloadnya. Venous return juga dipengaruhi oleh volume darah), Kontraktilitas
(merupakan seberapa kuat jantung itu untuk memompa darah, semakin hipertrofi semakin kuat
juga pompaannya seperti orang yang kelainan atau pada atlit atlit seperti itu. Nah ini juga dapat
dipengaruhi oleh system saraf simpatis dan juga parasimpatis selain adanya hipertrofi tadi),
Afterload (berkebalikan dengan preload, kalau afterload yaitu beban yang harus dilawan oleh
jantung agar darahnya bisa tersebar. Afterload ini dipengaruhi oleh kemudahan katup jantung
untuk tetap terbuka, tekanan arteri dll)

Selain itu ada juga Total Peripheral Resustance (TPR) yang merupakan tahanan sistemik, karena
pembuluh darah kita kan bercabang dan semakin ke ujung maka akan semakin kecil juga
pembuluh darahnya. Nah pipa itu kalau semakin kecil diameternya maka akan semakin susah
untuk dialiri oleh darah tadi. Nah TPR ini selain dipengaruhi oleh pembuluh darah tadi dia juga
dipengaruhi oleh viskositas darah (kalau darahnya itu mengental karena jumlah eritrositnya
banyak, atau kalau dia kebih encer berarti banyak plasmanya dan airnya maka darahnya) dan
dimeter arteriol (dipengaruhi oleh system saraf simpatis dan parasimpatis).

1. Mengapa perdarahan tak kunjung berhenti?


o Kemungkinan yang pertama yaitu hipertensi  karena tekanan darah pada
pembuluh darah besar kan sangat tinggi sehingga aliran darahnya deras, nah kalau
aliran darahnya deras maka dia akan susah untuk dibendung dan menyebabkan
terjadinya perdarahan berlanjut.
o Gangguan pembekuan darah
Jadi didalam tubuh kita itu kan memiliki hemostasis. Hemostasis adalah proses
penghentian perdarahan secara spontan dari pembuluh darah yang mengalami
kerusakan.
Tahapan hemostasis:
1) Vasokontriksi
Jadi saat pembuluh darah terluka seperti terkena sabit tadi, maka Ketika
pembuluh darah tadi sobek maka respon pertama secara otomatis itu akan
terjadi vasokontriksi, karena dalam pembuluh darah kita itu ada otot-otot
polos yang mengelilingi pembuluh darah. Jadi apabila dia terluka, maka akan
secara otomatis akan kontraksi otot polos tadi. Karena tujuannya adalah untuk
menghentikan aliran darah ke daerah yang mengalami luka tadi. Jadi kalau
ada kebocoran, maka darah yang akan masuk ke sana itu akan diperkecil.
Setelah vasokontriksi maka akan dilanjutkan primary hemostasis.
o Primary hemostasis
Jadi darah yang mengalir kan tadi bukan hanya eritrosit, tapi juga ada plasmanya,
limfosit, dan juga trombosit.
o Secondary hemostasis
2. Bagaimana kemungkinan struktur pembuluh darah dan limfe yang terpotong?
Jadi untuk titik spesifik yang mengalami luka tad ikan tidak disebutkan secara spesifik,
jadi Cuma disebutkan kalau luka di paha, nah jadi kita bahas semua anatominya terlebih
dahulu.
Jadi secara anatomis, arterinya itu berasal dari aorta yang nanti pada akhirnya menjadi
arteri femoralis. Nah arteri femoralis ini lah arteri utama yang mensuplai darah ke daerah
kaki. Arteri femoralis ini nanti juga akan bercabang menjadi 2 yaitu arteri profundus
femoris dan arteri superficial femoris.
Kemudian untuk venanya juga ada vena besar yaitu vena femoralis yang asalnya dari
vena iliaca eksterna. Untuk percabangannya sama seperti arteri jadi ada yang menjadi
profunda dan juga ada yang menjadi superficialis. Lalu ada juga vena saphena magna.
Nah kalau dia mengalami luka di daerah femoral kemungkinan yang mengalami luka itu
venanya dahulu, karena letaknya lebih superficial dibandingkan arteri. Nah kemungkinan
yang mengalami luka ini vena saphena magna atau bisa juga vena femoralisnya. Nah
apabila dia terpotong maka darahnya akan menetes, karena memang tekanan dari vena itu
tidak terlalu tinggi. Nah ini kemungkinan yang terjadi pada pasien, karena kalau yang
mengalami lukanya itu arteri femoralis maka darahnya itu akan mengucur deras jadi
bukan merembes atau menetes. Karena tekanan di arteri itu tinggi apalagi kalau arterinya
arteri besar dan orangnya hipertensi, biasanya darahnya akan mengucur deras.
Lalu bagaimana kemungkinan struktur pembuluh darah dan limfe yang terpotong?
Jadi system pembuluh darah di tubuh kita kan ad ayang vaskularisasi dan juga ada yang
limfatik.
Nah untuk system pembuluh darah yang limfatik itu system pembuluh darah yang
drinase. Jadi cairan yang keluar tadi atau merembes tadi akan disedot lagi dan
dimasukkan ke dalam vena. Jadi dia fungsinya drainase cairan interstisial.
Jadi dalam system limfatik itu ada 2 saluran, ada saluran limfa dan juga limfonodi. Untuk
yang saluran limfa tadi untuk drainase sedangkan yang limfonodi itu dia mengandung sel
B dan sel T yang fungsinya untuk imunitas.
Nah misalkan apabila terpotong pada saluran limfanya, maka drainase cairan interstitial
pada daerah distal dari luka akan terganggu sehingga terjadi penimbunan cairan
interstitial dan lama kelamaan akan menjadi edema tungkai.
Kemudian kalau saluran limfenya tidak terhubung dengan limfonodi maka akan mudah
terjadi infeksi di bagian distal dari lukanya tadi.
3. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik?
1) Tekanan darah yaitu 180/100, nah ini masuk kategori hipertensi. Jadi tekanan darah
sendiri diklasifikasikan menjadi beberapa golongan.
Berdasarkan dari klasifikasi ini, tekanan darah yang terjadi pada pasien yaitu masuk
ke golongan Hipertensi Derajat 3.

2) HR 80x/menit, ini termasuk normal. Karena normalnya juga 60-100x/menit

3) RR 20x/menit, ini juga termasuk normal


Nah ini yang harus kita pikirkan, jadi orang ini kan perdarahan. Perdarahannya
merembes terus terusan kan, nah ini sejak kapan? Dan sudah seberapa banyak darah
yang sudah keluar? Ini juga TD pasiennya juga tinggi, apa dia ngga syok hemoragic
tah?
Yah mungkin kalau dilihat dari pemfis TD masih tinggi, terus HR nya juga tidak
meningkat, jadi dia tidak mengalami kompensasi jadi tidak berusaha meningkatkan
tekanan darahnya. Terus RR nya juga masih dalam batas normal, jadi orangnya belum
mengalami syok hemoragic.

4) Pemeriksaan fisik jantung nya juga normal.


Nah kita harus tau juga apa saja yang dilakukan saat melakukan pemeriksaan fisik
jantung ini. Nah, saat melakukan pemeriksaan fisik jantung kita harus melakukan
inspeksi, palpasi, perkusi, dan juga auskultasi.

Nah, saat melakukan inspeksi yang harus kita amati yaitu yang pertama lihat bentuk
dadanya, jadi harus diamati apakah ada kelainan atau tidak, kemudian lihat ictus
kordisnya, nah utamanya di bagian apek ini. Karena kalau ada hipertrofi ventrikel
kanan ataupun kiri akan terlihat lebih menonjol dan biasanya bisa juga sampai ada
detakannya, jadi detakan jantung nya bisa sampai menembus ke dinding dadanya,
apabila itu benar benar ictus cordisnya membesar ya. Kemudian lihat apakah ada lesi
disekitar thorax.

Kemudian di palpasi, palpasinya di ictus kordis. Nilai kuat angkat, lalu dicari juga
getaran/thrill. Thrill itu volume dari atrium berlebihan masuk ke ventrilel. Artinya dia
akan bergemuruh. Terus juga dicari apa ada nyeri tekan juga atau tidak.

Lalu lakukan perkusi, tentukan batas batas jantung. Nah, nanti apabila diperkusi dan
suara jantungnya redup di tengah tengah sonor, nah kenapa kok sonor? Karena
maksudnya ditengah tengah sonor itu diapit struktur yang benar benar sonor begitu.
Karena thorax kita isinya ada paru paru, lalu ada jantung. Nah paru paru kalau
diperkusi itu suranya sonor. Nah batas antara perubahan yang sonor sama yang redup
itu tadi itu dinyatakan sebagai batas dari jantung. Lalu nilai apakah ada pembesaran
pada jantungnya atau cari apakah ada pergeseran batas jantung.

Lalu yang terakhir auskultasi, jadi saat auskultasi cari S1 S2 S3 dan juga murmur.
Nah nanti identifikasi bagian murmurnya pada bagian apanya begitu.

Nah yang perlu kita ketahui juga bahwa hipertrofi ventrikel itu bisa dibagi menjadi 2
tipe, yaitu ada yang tipe consentris dan juga ada yang tipe exsentris. Yang tipe
consentris itu dindingnya menebal, tapi volumenya tetap tidak bertambah volumenya.
Dan biasanya ini disebabkan karena overload pressure, yaitu tekanan yang meningkat.
Nah kalau yang tipe exsentris, biasanya dia yang overload dari volume, darahnya
berlebihan. Nah, sebenarnya tahannya ga terlalu banyak tapi darahnya berlebihan, nan
nanti dindingnya akan menebal sedikit dan juga akan mengalami dilatasi pelebaran
dari ventrikel.

Nah bisa jadi yang tipe consentris itu dia hipertrofi dari ventrikel kiri tapi batas
jantungnya tetap normal. Karena dia tidak melebar, tidak membesar, dia hanya
mengalami penebalan seperti itu.
Nah kalau yang exsentris biasanya batas jantungnya akan melebar.

Nah, pada skenario dikatakan pada pemeriksaan fisik jantungnya normal yang artinya
pada saat inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi tidak didapatkan kelainan.
4. Bagaimana interpretasi ECG?
5. Bagaimana interpretasi foto thorax?
6. Apa hubungan dengan Riwayat penyakit?
7. Apa hubungan dengan hasil anamnesis tambahan?

Anda mungkin juga menyukai