Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Abstrak
Indonesia dihadapkan pada banyak masalah kesehatan, salah satunya yaitu penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif
merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Sindrom
Metabolik (SM) merupakan kelainan metabolik kompleks.Komponen utama sindrom metabolik adalah obesitas, resistensi
insulin, dislipidemia, dan hipertensi.Penyakit seperti hipertensi dan diabetes perlu dikelola secara komprehensif meliputi
tatalaksana farmakologis dan non farmakologis.Menerapkan pendekatan dokter keluarga secara holistik dan
komprehensif dalam mendeteksi faktor risiko internal dan eksternal serta menyelesaikan masalah berbasis Evidence Based
Medicine yang bersifat family-approached, patient-centered, dan communit oriented. Studi yang dilakukan adalah laporan
kasus.Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah.Data sekunder didapat dari
rekam medis pasien.Pasien mengatakan tidak memiliki keluhan apapun.Pasien mengatakan datang untuk memeriksakan
kesehatannya serta membutuhkan surat rujukan ke RS tipe C untuk mendapatkan obat suntik terkait kencing manisnya.
Pasien telah menderita kencing manis dan darah tinggi sejak ±7 tahun yang lalu, pasien mengetahui penyakitnya tersebut
ketika melakukan skrining sebelum operasi Ca Servix di RSCM. Pola makan pasien belum dapat dikontrol.Riwayat keluarga
pasien yang terkena diabetes mellitus tidak ada, sedangkan riwayat darah tinggi ditemukan juga pada seluruh saudara
kandung pasien dan ibu dari pasien serta suami pasien. Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan pada pasien ini telah
dilakukan secara holistik, patient centered, family approach dan community oriented berdasarkan beberapa teori dan
penelitian terkini. Pada proses perubahan perilaku, pasien sudah mencapai tahap trial.
Korespondensi: Vicki Lusbiyanti Utami, alamat Jalan Purnawirawan Raya No. 11 Kelurahan Gunung Terang Kecamatan
Langkapura Kabupaten Bandar Lampung, HP 0895366050409, e-mail vickyutami05@gmail.com
Pendahuluan
Penyakit degeneratif merupakan kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
penyakit kronik menahun yang banyak termasuk hipertensi dan diabetes mellitus.1
mempengaruhi kualitas hidup serta Perilaku konsumsi makanan berisiko
produktivitas seseorang. Penyakit-penyakit kebiasaan mengonsumsi makanan/minuman
degeneratif tersebut antara lain penyakit manis, asin, berlemak, dibakar/panggang,
kurang lebih satu setengah centong setiap kali walaupun tidak tinggal serumah namun sering
makan, pasien suka mengkonsumsi telur, mengunjungi pasien.Pasien sering merawat
sayur-saruan seperti bayam, kangkung dan cucunya dan mengajak bermain.Pemecahan
lainnya setiap hari, menurut pasien, ia jarang masalah di keluarga melalui diskusi. Keputusan
mengonsumsi dagin-dagingan, sesekali hanya di keluarga ditentukan secara bersama-sama.
daging ayam. pasien tidak lagi meminum Pasien merupakan ibu rumah tangga,
minuman manis seperti teh dengan gula, kopi pasien tidak memiliki pendapatan karena
ataupun lainnya. sebagai ibu rumah tangga.Pendapatan
Pasien mengatakan selama berobat ke keluarga pasien berasal dari anak pasien yang
Puskesmas namun beberapa bulan terakhir saat ini telahbekerja semuanya, serta anak
tidak kontrol karena tidak ada yang mengantar, terakhir pasien memiliki warung dirumahnya
atau karena pasien merasa penyakitnya ringan dan juga sebagai buruh dengan pendapatan
dan akan sembuh dengan sendirinya. Pasien sebesar ±2.500.000-3.500.000 yang digunakan
biasanya diantar oleh cucunya yang tinggal untuk menghidupi 5 orang keluarga extended
satu rumah dengan pasien. Riwayat keluarga seluruh anggota keluarga memiliki asuransi
pasien yang terkena diabetes melitus tidak ada, kesehatan seperti BPJS maupun KIS. Perilaku
sedangkan riwayat darah tinggi ditemukan juga berobat keluarga yaitu memeriksakan
pada seluruh saudara kandung pasien dan ibu keluarganya yang sakit ke layanan
dari pasien serta suami pasien. Saat ini pasien kesehatan.Keluarga pasien berobat ke
jarang berolahraga. Pasien masih bisa Puskesmas Kedaton yang berjarak sekitar 2
beraktivitas dan saat ini sehari-hari pasien kilometer dari rumah pasien.Pasien jika sakit
bekerja sebagai ibu rumah tangga.Pasien saat diantar oleh cucunya ke layanan kesehatan.
ini tinggal bersama anak terakhirnya,
menantunya dan dua orang cucunya.
Pasien beraktivitas seperti biasa di
rumah sebagai ibu rumah tangga, sesekali
menjaga warung yang dibuka didepan
rumahnya, selain itu hanya aktivitas
biasa.Ditanyakan kepada pasien apakah pasien
merokok disangkal, minum minuman alkohol
disangkal, narkoba juga disangkal.
Pasien merupakan anak keempat dari
empat bersaudara, ayah pasien sudah
berpisah dengan ibu pasien karena perceraian
dan pasien hingga saat ini tidak mengetahui Gambar 1. Genogram keluarga Ny. S
kabar apapun tentang ayahnya, satu saudara
pasien telah meninggal dunia, dua saudara Keterangan:
pasien lainnya tinggal terpisah dengan pasien, Family APGAR Score
Tinggal satu kampung. Suami pasien saat ini Adaptation :2
sudah meninggal dunia empat tahun yang lalu, Partnership :2
suami pasien memiliki riwayat penyakit Growth :2
hipertensi. Saat ini pasien memiliki tujuh orang Affection :2
anak, anak kedua dan anak keempat pasien Resolve :1
telah meninggal dunia.Anak pasien lainnya Total Family APGAR Score : 9 (Fungsi keluarga baik)
telah berkeluarga dan tinggal satu kampung
kecuali anak terakhir pasien yang tinggal satu
rumah dengan pasien bersama menantu
pasien serta kedua cucu pasien. Bentuk
keluarga pasien adalah keluarga extended.
Komunikasi dalam keluarga baik.Anak
pasien yang tidak tinggal bersama pasien
An. A An. B
SCREEM Keluarga
Sosial
Hubungan sosial keluarga pasien dengan
interaksi masyarakat sekitarnya baik. Gambar 3. Siklus Hidup Keluarga Ny. S
Budaya
Budaya atau etnis yang dianut oleh keluarga
masih baik dan tidak tertinggal dengan budaya
masa sekarang
Agama
Ritual agama islam dalam keluarga baik.
Ekonomi
Kondisi ekonomi pasien tergolong cukup baik.
Pendidikan
Dalam Keluarga pasien saat ini memiliki riwayat
pendidikan maksimal SMA dan minimal SD.
Kesehatan 10 meter
masih bisa beraktivitas dan saat ini sehari-hari dan juga kolesterol didapatkan 328 mg/dl.
pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pada pemeriksaan laboratorium pasien
Pasien saat ini tinggal bersama anak memiliki kadar gula darah sewaktu 246 mg/dl,
terakhirnya, menantunya dan dua orang gula darah puasa 191 mg/dl. Diagnosis
cucunya. Pasien beraktivitas seperti biasa di diabetes melitus tipe 2 dapat ditegakkan jika
rumah sebagai ibu rumah tangga, sesekali terdapat gejala khas diabetes melitus disertai
menjaga warung yang dibuka didepan GDS >200 mg/dl.2
rumahnya, selain itu hanya aktivitas biasa. Pasien juga memiliki beberapa faktor
Ditanyakan kepada pasien apakah pasien risiko sindrom metabolik yaitu aktivitas fisik
merokok disangkal, minum minuman alkohol yang kurang, usia >45 tahun, terdapat
disangkal, narkoba juga disangkal. hipertensi dan diabetes serta adanya riwayat
Pada pemeriksaan fisik awal didapatkan penyakit hipertensi pada ibunya. Mekanisme
tekanan darah 160/100 mmHg dan tanda- terjadinya penyakit diabetes melitus belum
tanda vital lainnya dalam batas normal. sepenuhnya dipahami, tetapi dipercaya
Berdasarkan hasil pengukuran, berat badan 60 bahwa faktor genetik membuat jaringan tubuh
kg, dan tinggi badan 150 cm dengan IMT 26,67 yang sensitif insulin akan menjadi kurang
kg/m2. Berdasarkan data tersebut diketahui sensitif terhadap peningkatan kadar insulin di
bahwa IMT pasien yaitu >25 kg/m2 yang dalam darah, sehingga terjadilah resistensi
menunjukkan bahwa pasien merupakan insulin. Ketika sel beta pankereas tidak
obesitas derajat 1. Status generalis dalam batas dapat lagi memproduksi insulin yang cukup
normal. Pembinaan pada pasien ini dilakukan untuk mengontrol glukosa secara ketat,
dengan melakukan kunjungan ke rumah pasien kadar glukosa mulai meningkat yang
beserta keluarga sebanyak 3 kali. Pada menyebabkan kondisi prediabetes dan
kunjungan keluarga pertama dilakukan kemudian terjadi diabetes mellitus tipe 2.
pendekatan dan perkenalan terhadap pasien Kondisi ini juga meningkatkan risiko pasien
serta menerangkan maksud dan tujuan untuk mengalami penyakit kardiovaskular, dan
kedatangan, diikuti dengan anamnesis tentang komplikasi baik mikroangiopati dan
keluarga dan perihal penyakit yang telah makroangiopati akibat penyakit yang dialami.
diderita. Oleh karena itu diperlukan tatalaksana
Dari hasil kunjungan tersebut, sesuai secara holistik terhadap pasien.7
konsep Mandala of Health, dari segi perilaku Pada pemeriksaan laboratorium,
kesehatan pasien sudah memperhatikan tindak didapatkan glukosa darah sewaktu pasien 246
preventif namun pasien memiliki pengetahuan mg/dl pada minggu pertama dan 191 mg/dl
yang kurang tentang penyakit-penyakit yang ia pada gula darah puasa, sehingga memenuhi
derita. Pasien mengetahui bahwa dirinya kriteria diagnosis diabetes yaitu pemeriksaan
terkena penyakit diabetes melitus tipe 2 dan gula darah sewaktu ≥200 mg/dl disertai gula
hipertensi sejak 7 tahun yang lalu. Pada darah puasa ≥ 126 mg/dl dengan keluhan klasik
lingkungan psikososial, pasien beserta keluarga pada pasien yaitu dulu terdapat keluhan sering
mengutamakan pengobatan medis. 7 BAK lebih dari 2 kali ketika malam hari, sering
Pola makan Ny. S belum sesuai dengan merasa kehausan dan banyak minum. Tujuan
anjuran dokter.Pola makannya tidak teratur, penatalaksanaan diabetes melitus secara
pasien makan sehari 2-3 kali dan makanan umum adalah meningkatkan kualitas hidup
yang dikonsumsi cukup bervariasi namun penyandang diabetes. Penatalaksanaan
dengan jumlah kalori yang tidak diatur. Terlalu diabetes melitus dimulai dengan menerapkan
banyak memakan ikan asin.Pasien jarang pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan
memakan makanan selingan atau camilan dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi
pasien jarang mengkonsumsi buah. Diagnosis farnakologis dengan obat anti hiperglikemia
sindrom metabolik pada pasien ditegakkan secara oral dan/atau suntikan. Pengetahuan
atas dasar adanya diabetes mellitus tipe 2, tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala
hipertensi derajat 2, lingkar perut yang diatas hipoglikemia dan cara mengatasinya harus
normal yaitu 95 cm disertai obesitas derajat 1 diberikan kepada pasien. Perilaku hidup
sehat bagi penyandang diabetes melitus dan berat badan, harus dicatat. Pada
adalah memenuhi anjuran pola makan sehat, pemeriksaan laboratorium meliputi
meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan pemeriksaan gula darah sewaktu, gula darah
jasmani yang teratur, menggunakan obat puasa, dan gula darah 2 jam pos pandrial.1
diabetes melitus dan obat lainnya pada Diagnosis diabetes melitus tipe II pada
keadaan khusus secara aman dan teratur, pasien ini ditegakkan atas dasar keluhan yaitu
melakukan pemantauan glukosa darah untuk pasien 7 tahun lalu yaitu merasa badan lemas
menilai keberhasilan pengobatan, melakukan sering buang air kecil terutama saat malam
perawatan kaki secara berkala, memiliki hari, selain itu pasien juga merasa mudah haus
kemampuan untuk mengenali dan menghadapi dan lapar serta berat badan menurun yang
keadaan sakit akut dengan tepat, merupakan keluhan klasik DM, kemudian pada
mempunyai keterampilan mengatasi masalah pemeriksaan laboratorium GDS ≥200 mg/dL
yang sederhana dan mau bergabung dengan mg/dL. Diagnosis DM dapat ditegakkan dengan
kelompok penyandang diabetes dan mengajak 3 cara yaitu jika terdapat keluhan klasik,
keluarga untuk mengerti pengelolaan pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200
penyandang diabetes melitus, serta mampu mg/dL sudah cukup untuk menegakkan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan diagnosis DM, yang kedua bila pemeriksaan
yang ada.7 glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL dengan
Sindrom metabolik merupakan suatu adanya keluhan klasik dan yang ketiga tes
kumpulan faktor risiko metabolik yang toleransi glukosa oral (TTGO) >200 mg/dL.10
berkaitan langsung terhadap terjadinya Pada kasus ini, pasien rutin
penyakit kardiovaskuler artherosklerotik. mendapatkan terapi suntik sebagai terapi
Faktor risiko tersebut antara lain terdiri dari diabetes berupa novorapid (insulin aspart).
dislipidemia aterogenik, peningkatan tekanan Hipertensi pada pasien ditegakkan atas
darah, peningkatan kadar glukosa plasma, dasar.Pada pemeriksaan fisik pasien memiliki
keadaan prototrombik, dan proinflamasi.2 tekanan darah 160/100 mmHg. Diagnosis
Dikatakan obesitas apabila Indeks Massa hipertensi dapat ditegakkan jika pada
Tubuh (IMT) ≥ 25 kg/m2. Indeks Massa Tubuh pemeriksaan tekanan darah didapatkan
(IMT) adalah indeks sederhana dari berat tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
badan terhadap tinggi badan yang digunakan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.9
untuk mengklasifikasikan kelebihan berat Selain itu pasien juga mempunyai
badan dan obesitas pada orang dewasa. beberapa faktor risiko hipertensi yaitu
Derajat IMT berkolerasi postif dengan total umur >50 tahun, adanya riwayat penyakit
lemak tubuh, tetapi IMT bukan satu-satunya hipertensi pada ibunya, kurangnya aktivitas
indikator untuk obesitas. Klasifikasi berat fisik, riwayat pola makan tinggi garam
badan menurut WHO dapat digolongan seperti ikan asin.9 Tatalaksana hipertensi
menjadi lima yaitu, underweight, normal, berdasarkan pedoman tatalaksana hipertensi
overweight, obesitas derajat I dan obesitas pada penyakit kardiovaskular tahun 2015,
derajat II.2 dibagi menjadi non farmakologis dan
Pada hasil IMT pasien didapatkan farmakologis. Pada tatalaksana non
26,67 kg/m2 dan digolongkan ke dalam farmakologis dengan menjalani pola hidup
obesitas derajat I sesuai dengan kriteria IMT sehat telah banyak terbukti dapat
Asia Pasifik.2 Penyakit DM didasarkan pada menurunkan tekanan darah, dan secara
riwayat, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan umum sangat menguntungkan dalam
laboratorium. Pemeriksaan awal pasien DM menurunkan risiko permasalahan
harus menyertakan riwayat lengkap dan kardiovaskular. Beberapa pola hidup sehat
pemeriksaan fisik untuk mengkonfirmasi yang dianjurkan adalah penurunan berat
diagnosis DM, menyaring faktor-faktor risiko, badan, mengurangi asupan garam, olahraga,
memeriksa gaya hidup terkait penyakit, dan mengurangi konsumsi alkohol, dan berhenti
menentukan potensi intervensi. Pada merokok.
pemeriksaan fisik, habitus tubuh, seperti tinggi Pasien pada kasus ini belum mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang pola hidup terapi farmakologi selama seminggu berupa
sehat sehingga dilakukan edukasi pola hidup pemberian obat Amlodipine 1x10 mg, Insulin
sehat yang dianjurkan tersebut dengan aspart 3x10 IU, dan simvastatin 1x10mg. Pada
menggunakan media poster. Sedangkan secara akhir kunjungan ini pasien juga diberikan
umum, terapi farmakologi pada hipertensi konseling pola makan berupa menu makanan
dimulai bila pada pasien hipertensi derajat 1 sehari-hari dan edukasi makanan apa saja yang
yang tidak mengalami penurunan tekanan direkomendasikan di konsumsi dan sebaiknya
darah setelah >6 bulan menjalani pola hidup dihindari kemudian pasien diminta untuk
sehat dan pada pasien dengan hipertensi mengaplikasikan semaksimal mungkin terkait
derajat ≥2. Pada terapi farmakologi ini perlu hal yang telah disampaikan untuk seminggu
diperhatikan beberapa prinsip dasar yang perlu berikutnya yang selanjutnya akan dilakukan
diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan evaluasi. Ada beberapa langkah sebelum orang
meminimalisasi efek samping, yaitu bila mengadopsi perilaku baru.Pertama adalah
memungkinkan berikan obat dosis tunggal, awareness (kesadaran) yaitu menyadari
berikan obat generik bila sesuai dan dapat stimulus tersebut dan mulai tertarik (interest).
mengurangi biaya, berikan obat pada pasien Selanjutnya, orang tersebut akan menimbang-
usia lanjut memperhatikan faktor komorbid, nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut
tidak mengkombinasikan angiotensin (evaluation) dan mencoba melakukan apa yang
converting enzyme inhibitor (ACE-i) dengan dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap
angiotensin II receptor blockers (ARBs), berikan akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai
edukasi yang menyeluruh kepada pasien dengan pengetahuan, kesadaran dan
11
mengenai terapi farmakologi dan lakukan sikapnya.
pemantauan efek samping obat secara Konseling yang diberikan berupa
teratur. Tatalaksana awal pasien hipertensi penjelasan mengenai definisi dari penyakit
dengan diabetes berdasarkan JNC 8 adalah diabetes melitus dan hipertensi, dan,
thiazide, ACE-I, ARBs atau calcium channel bagaimana bisa terjadi penyakit tersebut,
blocker (CCB). Tetapi karena pasien termasuk gejala-gejala klinis, komplikasi sampai
dalam kategori hipertensi grade II maka pasien penatalaksanaannya. Pengetahuan penderita
direncanakan akan diberikan terapi dua obat dan keluarga mengenai penyakit hipertensi
yaitu CCB yaitu Amlodipine. Pada pasien tidak merupakan sarana yang membantu penderita
diberikan golongan tiazid , dimana golongan menjalankan penanganan penyakit semakin
obat tiazid akan meningkatkan kadar asam urat banyak dan semakin baik penderita dan
dalam darah dengan meningkatkan sekresi keluarga mengerti mengenai penyakit
urin.6 tersebut, maka semakin mengerti bagaimana
Pada kunjungan kedua dilakukan harus mengubah perilakunya dan mengapa hal
intervensi terhadap pasien dengan itu diperlukan.11
menggunakan media presentasi poster yang Edukasi dan motivasi pasien beserta
menerangkan tentang penyakit pasien yaitu keluarga untuk teratur memeriksa tekanan
diet makanan, pencegahan, cara penanganan darah setiap kontrol rutin ke puskesmas,
serta latihan fisik. Pada kunjungan kedua ini pemeriksaan kadar gula darah setiap bulan di
juga di lakukan pemeriksaan fisik dan Puskesmas sangat berguna bagi pasien dan
didapatkan hasil TD 160/90 mmHg, HR 90x/m, keluarganya, dikarenakan pasien dan keluarga
RR 19x/m, T 36,7 C, dan status lokalis masih dapat memantau keadaan pasien sehingga
sama seperti kunjungan pertama. Hasil dapat melakukan perbaikan ketika hasil
pemeriksaan didapatakan kadar GDP 191 pemeriksaan melebihi batas normal dan
mg/dL. Pada kunjungan ke2 juga dilakukan mempertahankan ketika hasil pemeriksaan
penatalaksanaan pada keluarga pasien. dalam batas normal.
Sebelum dilakukan penatalaksanaan pada Kemudian dilakukan evaluasi pada 10
pasien diberikan pertanyaan seputar penyakit, hari setelah kunjungan kedua, Hal pertama
food recall selama seminggu, pencegahan dan yang dievaluasi adalah mengenai perubahan
faktor risikonya sebagai pretest. Lalu diberikan tekanan darah pasien.Tekanan darah pasien
pada saat evaluasi adalah 150/100 mmHg. mengikuti anjuran terapi, baik terapi
Hasil pemeriksaan kadar gula darah pasien farmakologi maupun non farmakologi sudah
adalah 195 mg/dL. Berat Badan pasien 59 Kg baik.
dan juga lingkar perut pasien menjadi 94 cm.
Evaluasi mengenai pengetahuan, sikap dan Daftar Pustaka
tindakan terhadap penyakit kepada pasien dan 1. Brunner, Suddarth. Buku Ajar Medikal
keluarga dilakukan dengan menggunakan post Bedah alih bahasa : Waluyo Agung,
test dan didapatkan hasil yang memuaskan. Yasmin Asih, Juli, Kuncara, I.made karyasa,
Pengetahuan pasien dan keluarga yang EGC, Jakarta; 2012.
pada awalnya masih tergolong rendah sudah 2. Driyah S, Oemiati R, Rustika, dan Hartati
mengalami peningkatan, dimana saat pretest NS. Prediktor Sindrom Metabolik : Studi
pasien hanya dapat menjawab dengan benar 5 Kohor Prospektif Selama Enam Tahun di
dari 10 pertanyaan, setelah dilakukan Bogor. Jakarta; 2019.
penatalaksanaan pasien dapat menjawab 9 3. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar,
dari 10 pertanyaan yang sama, hasil evaluasi Jakarta; 2008.
mengenai pola makan pasien sudah mengikuti 4. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar,
saran dari menu-menu makanan yang Jakarta; 2013.
dianjurkan pada saat intervensi. Diberikan 5. James PA, Oparil S, Carter BL, et al. 2014
konseling anjuran pemeriksaan-pemeriksaan evidence-based guideline for the
penunjang lain yang dapat membuat management of high blood pressure in
pengobatan lebih tepat dan akurat serta adults: report from the panel members
mencegah komplikasi-komplikasi yang dapat appointed to the Eighth Joint National
terjadi di kemudian hari seperti pemeriksaan Committee (JNC 8) [published correction
untuk menilai sistem kardiovaskular: EKG, appears in JAMA. 2014 May
rontgen thorax, echocardiografi, lalu untuk 7;311(17):1809]. JAMA. 2014;311(5):507-
menilai sistem endokrin terutama penyakit 520. doi:10.1001/jama.2013.284427
diabetes melitus yang diderita pasien: Hba1c, 6. Neogi T, Tim L, Jansen TA, Dalbeth N,
selain itu bila memungkinkan dilakukan Franson J, Schumacher HR, dkk. Gout
pemeriksaan untuk mencari komplikasi- Classification Criteria. Arthritis &
komplikasi yang mungkin terjadi seperti fungsi Rheumatology. American College of
ginjal dan USG ginjal. Rheumatology & The European League
Penyakit yang diderita pasien ini Against Rheumatism Executive
merupakan penyakit kronis. Penyakit kronis Committee. 2015;67(10):2557-2568.
memiliki perjalanan penyakit yang cukup lama 7. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
dan umumnya penyembuhannya Pengendalian dan Pencegahan Diabetes
membutuhkan pengontrolan yang baik karena Melitus Tipe 2. Jakarta: Perkumpulan
itu dibutuhkan dukungan keluarga agar Endokrinologi Indonesia; 2015.
penyakit yang diderita pasien dapat selalu 8. Perkumpulan Kardiovaskular Indonesia.
terkontrol.6,7,8 Pengendalian dan Pencegahan Gout
Artritis di Indonesia. Jakarta: Perkumpulan
Simpulan Kardiovaskular Indonesia; 2015.
Pada pasien ini didapatkan faktor risiko 9. Perhimpunan Dokter Spesialis
internal kurangnya pengetahuan pasien Kardiovaskular Indonesia. Pedoman
tentang sindrom metabolik, riwayat keluarga Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit
menderita hipertensi, pola makan tidak Kardiovaskular Indonesia. Jakarta :
teratur, kurang olahraga dan kurang peran Perhimpunan Dokter Spesialis
keluarga dalam mendukung upaya pencegahan Kardiovaskular Indonesia; 2015.
dan pengobatan penyakit. Dari hasil evaluasi 10. Sargowo. Pengaruh Komposisi Asupan
intervensi yang telah dilakukan, dapat dilihat Makan Terhadap Komponen Sindrom
bahwa Ny. S mulai memperhatikan Metabolik pada Remaja. Jurnal Kardiologi
pencegahan dan kepatuhan Ny. S dalam Indonesia. 2015;32(1).