Anda di halaman 1dari 10

Vicki Lusbiyanti Utami, Putu Ristyaning Ayu |Penatalaksanaan Holistik Pada Perempuan Usia 73 Tahun Dengan Sindrom Metabolik

Penatalaksanaan Holistik Perempuan Usia 73 Tahun


dengan Sindrom Metabolik
Vicki Lusbiyanti Utami1,Putu Ristyaning Ayu2
1
Bagian Patologi Klinik dan Ilmu Kedokteran Komunitas, Puskesmas Kedaton
2
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Indonesia dihadapkan pada banyak masalah kesehatan, salah satunya yaitu penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif
merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Sindrom
Metabolik (SM) merupakan kelainan metabolik kompleks.Komponen utama sindrom metabolik adalah obesitas, resistensi
insulin, dislipidemia, dan hipertensi.Penyakit seperti hipertensi dan diabetes perlu dikelola secara komprehensif meliputi
tatalaksana farmakologis dan non farmakologis.Menerapkan pendekatan dokter keluarga secara holistik dan
komprehensif dalam mendeteksi faktor risiko internal dan eksternal serta menyelesaikan masalah berbasis Evidence Based
Medicine yang bersifat family-approached, patient-centered, dan communit oriented. Studi yang dilakukan adalah laporan
kasus.Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah.Data sekunder didapat dari
rekam medis pasien.Pasien mengatakan tidak memiliki keluhan apapun.Pasien mengatakan datang untuk memeriksakan
kesehatannya serta membutuhkan surat rujukan ke RS tipe C untuk mendapatkan obat suntik terkait kencing manisnya.
Pasien telah menderita kencing manis dan darah tinggi sejak ±7 tahun yang lalu, pasien mengetahui penyakitnya tersebut
ketika melakukan skrining sebelum operasi Ca Servix di RSCM. Pola makan pasien belum dapat dikontrol.Riwayat keluarga
pasien yang terkena diabetes mellitus tidak ada, sedangkan riwayat darah tinggi ditemukan juga pada seluruh saudara
kandung pasien dan ibu dari pasien serta suami pasien. Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan pada pasien ini telah
dilakukan secara holistik, patient centered, family approach dan community oriented berdasarkan beberapa teori dan
penelitian terkini. Pada proses perubahan perilaku, pasien sudah mencapai tahap trial.

Kata kunci: Diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, obesitas, sindrom metabolik

Holistic Management For Female 73 Years Old with Metabolic Syndrome


Abstract
Indonesia is faced with many health problems, one of which is degenerative diseases. Degenerative disease is a chronic
chronic disease that greatly affects the quality of life and productivity of a person. Metabolic Syndrome (SM) is a complex
metabolic disorder. The main components of the metabolic syndrome are obesity, insulin resistance, dyslipidemia and
hypertension. Diseases such as hypertension and diabetes need to be managed comprehensively, including
pharmacological and non-pharmacological management. Implement a holistic approach to family medicine and
comprehensively in detecting internal and external risk factors and solve problems based on Evidence Based Medicine that
is family-approached, patient-centered and community oriented. This study is descriptive study about case report. The
primary data obtained through anamnesis, physical examination and a visit to the home. Secondary data were obtained
from medical records of patients. Based on a holistic diagnosis, The patient said that he did not have any complaints, he
came to have his health checked, and requires a referral letter to the Type C Hospital to get injection drugs related to
diabetes. The patient has been suffering from diabetes and high blood pressure since ± 7 years ago, the patient was aware
of the disease when he was screened before the Ca Servix operation at Hospital of Cipto Mangunkusumo. The patient's diet
cannot be controlled. There was no family history of the patient with diabetes mellitus, while the history of high blood
pressure was also found in all of the patient's siblings and the patient's mother and the patient's husband. Diagnosis and
management of this patient has been doing holistically, patients center, family approach based on several theories and
current research. In the process of behavior change, patient has reached the trial stage.

Keywords: Hypertension, metabolic syndrome, obesity, type 2 diabetes mellitus

Korespondensi: Vicki Lusbiyanti Utami, alamat Jalan Purnawirawan Raya No. 11 Kelurahan Gunung Terang Kecamatan
Langkapura Kabupaten Bandar Lampung, HP 0895366050409, e-mail vickyutami05@gmail.com

Pendahuluan
Penyakit degeneratif merupakan kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
penyakit kronik menahun yang banyak termasuk hipertensi dan diabetes mellitus.1
mempengaruhi kualitas hidup serta Perilaku konsumsi makanan berisiko
produktivitas seseorang. Penyakit-penyakit kebiasaan mengonsumsi makanan/minuman
degeneratif tersebut antara lain penyakit manis, asin, berlemak, dibakar/panggang,

Medula | Volume 11 | Nomor 2 | Juli 2021 |205


Vicki Lusbiyanti Utami, Putu Ristyaning Ayu |Penatalaksanaan Holistik Pada Perempuan Usia 73 Tahun Dengan Sindrom Metabolik

diawetkan, berkafein, dan berpenyedap adalah metabolisme endogenus. SM diprediksi


perilaku berisiko penyakit degeneratif. Perilaku menyebabkan kenaikan dua kali lipat risiko
konsumsi makanan berisiko dikelompokkan terjadinya penyakit jantung dan lima kali lipat
sering apabila penduduk mengonsumsi pada penyakit DM tipe 2.2
makanan tersebut satu kali atau lebih setiap Penyakit-penyakit metabolik seperti ini
hari.2 perlu dikelola secara komprehensif meliputi
Sindrom metabolik (SM) merupakan tatalaksana farmakologis dan non
kelainan metabolik kompleks.Komponen farmakologis. Pasien harus mengetahui
utama SM adalah obesitas, resistensi insulin, tentang penyakitnya dan mempunyai
dislipidemia, dan hipertensi.Sindrom metabolik kesadaran serta dapat melakukan modifikasi
merupakan kumpulan dari faktor–faktor resiko gaya hidup, baik melalui diet ataupun
terjadinya penyakit kardiovaskular. Hipertensi aktivitas fisik agar tujuan pengobatan dapat
adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik dicapai dan kualitas hidup pasien dapat
lebih dari sama dengan 140 mmHg dan meningkat serta mencegah komplikasi yang
diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. dapat terjadi.5
Prevalensi sindrom metabolik (SM) di
Indonesia sebanyak 23,34% dari total populasi Kasus
mengalami SM, 26,2% pada laki-laki dan 21,4% Ny. S, seorang perempuan berusia 73
perempuan.2, 12 tahun, datang ke Puskesmas Kedaton untuk
Diabetes merupakan suatu kumpulan memeriksakan kesehatannya serta
gejala yang timbul pada seseorang karena membutuhkan surat rujukan ke RS tipe C untuk
adanya peningkatan kadar glukosa darah di mendapatkan obat suntik karena pasien
atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan terdiagnosa menderita penyakit diabetes
gangguan metabolisme glukosa akibat melitus dan hipertensi sejak tahun 2013.
kekurangan insulin baik secara absolut maupun Setelah pasien terdiagnosa penyakit tersebut
relatif, gejala diabetes antara lain: rasa haus pasien rutin berobat dan kontrol ke puskesmas
yang berlebihan (polidipsi), sering kencing serta mengambil rutin obat suntik terkait
(poliuri) terutama malam hari, sering merasa dengan diabetes melitusnya ke rumah sakit
lapar (poliphagi), berat badan yang turun tipe C. Saat dilakukan anamnesis di tanyakan
dengan cepat, keluhan lemas, kesemutan pada apakah ada keluhan-keluhan yang mengarah
tangan dan kaki, gatal-gatal, penglihatan jadi pada penyakti hipertensi seperti sakit kepala,
kabur, impotensi, luka sulit sembuh, keputihan, jantung berdebar-debar, penglihatan kabur,
penyakit kulit akibat jamur di bawah lipatan dan pusing disangkal oleh pasien. Lalu
kulit, dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi ditanyakan apakah ada keluhan yang
besar dengan berat badan >4 kg. Didefinisikan mengarah pada penyakit diabetes melitus
sebagai DM jika pernah didiagnosis menderita seperti sering minum dan sering kencing tidak
kencing manis oleh dokter atau belum pernah didapatkan pada pasien dalam kurun waktu 2
didiagnosis menderita kencing manis oleh bulan terakhir, keluhan banyak makan dan
dokter tetapi dalam 1 bulan terakhir berat badan turun disangkal dan pasien pernah
mengalami gejala: sering lapar dan sering haus mengecek gula darahnya dan sampai ke angka
dan sering buang air kecil & jumlah banyak dan 280 mg/dl sekitar 2 bulan lalu. Ditanyakan
berat badan turun.4 apakah saat ini pasien memiliki keluhan atau
Diperkirakan lima hingga sepuluh tahun gejala dan pasien menjawab tidak ada keluhan
mendatang akan terjadi peningkatan risiko dan sedang tidak mengonsumsi obat-obatan
diabetes melitus (DM) tipe 2 sebanyak lima kali apapun selain obat yang dianjurkan dari dokter
lipat dan penyakit kardiovaskular sebanyak dua terkait hipertensi dan diabetesnya.Pasien
kali lipat. Pasien dengan SM memiliki risiko memiliki riwayat penyakit dahulu berupa Ca
stroke sebesar dua sampai dengan empat kali Servix yang telah dioperasi dan dinyatakan
dan risiko infark miokard tiga sampai empat sembuh pada tahun 2013. Ditanyakan kepada
kali.Ada dua penyebab utama SM yang saling pasien mengenai pola makan pasien belum
berinteraksi, yaitu obesitas dan kerentanan dapat dikontrol, pasien makan nasi putih

Medula | Volume 11 | Nomor 2 | Juli 2021 |206


Vicki Lusbiyanti Utami, Putu Ristyaning Ayu |Penatalaksanaan Holistik Pada Perempuan Usia 73 Tahun Dengan Sindrom Metabolik

kurang lebih satu setengah centong setiap kali walaupun tidak tinggal serumah namun sering
makan, pasien suka mengkonsumsi telur, mengunjungi pasien.Pasien sering merawat
sayur-saruan seperti bayam, kangkung dan cucunya dan mengajak bermain.Pemecahan
lainnya setiap hari, menurut pasien, ia jarang masalah di keluarga melalui diskusi. Keputusan
mengonsumsi dagin-dagingan, sesekali hanya di keluarga ditentukan secara bersama-sama.
daging ayam. pasien tidak lagi meminum Pasien merupakan ibu rumah tangga,
minuman manis seperti teh dengan gula, kopi pasien tidak memiliki pendapatan karena
ataupun lainnya. sebagai ibu rumah tangga.Pendapatan
Pasien mengatakan selama berobat ke keluarga pasien berasal dari anak pasien yang
Puskesmas namun beberapa bulan terakhir saat ini telahbekerja semuanya, serta anak
tidak kontrol karena tidak ada yang mengantar, terakhir pasien memiliki warung dirumahnya
atau karena pasien merasa penyakitnya ringan dan juga sebagai buruh dengan pendapatan
dan akan sembuh dengan sendirinya. Pasien sebesar ±2.500.000-3.500.000 yang digunakan
biasanya diantar oleh cucunya yang tinggal untuk menghidupi 5 orang keluarga extended
satu rumah dengan pasien. Riwayat keluarga seluruh anggota keluarga memiliki asuransi
pasien yang terkena diabetes melitus tidak ada, kesehatan seperti BPJS maupun KIS. Perilaku
sedangkan riwayat darah tinggi ditemukan juga berobat keluarga yaitu memeriksakan
pada seluruh saudara kandung pasien dan ibu keluarganya yang sakit ke layanan
dari pasien serta suami pasien. Saat ini pasien kesehatan.Keluarga pasien berobat ke
jarang berolahraga. Pasien masih bisa Puskesmas Kedaton yang berjarak sekitar 2
beraktivitas dan saat ini sehari-hari pasien kilometer dari rumah pasien.Pasien jika sakit
bekerja sebagai ibu rumah tangga.Pasien saat diantar oleh cucunya ke layanan kesehatan.
ini tinggal bersama anak terakhirnya,
menantunya dan dua orang cucunya.
Pasien beraktivitas seperti biasa di
rumah sebagai ibu rumah tangga, sesekali
menjaga warung yang dibuka didepan
rumahnya, selain itu hanya aktivitas
biasa.Ditanyakan kepada pasien apakah pasien
merokok disangkal, minum minuman alkohol
disangkal, narkoba juga disangkal.
Pasien merupakan anak keempat dari
empat bersaudara, ayah pasien sudah
berpisah dengan ibu pasien karena perceraian
dan pasien hingga saat ini tidak mengetahui Gambar 1. Genogram keluarga Ny. S
kabar apapun tentang ayahnya, satu saudara
pasien telah meninggal dunia, dua saudara Keterangan:
pasien lainnya tinggal terpisah dengan pasien, Family APGAR Score
Tinggal satu kampung. Suami pasien saat ini Adaptation :2
sudah meninggal dunia empat tahun yang lalu, Partnership :2
suami pasien memiliki riwayat penyakit Growth :2
hipertensi. Saat ini pasien memiliki tujuh orang Affection :2
anak, anak kedua dan anak keempat pasien Resolve :1
telah meninggal dunia.Anak pasien lainnya Total Family APGAR Score : 9 (Fungsi keluarga baik)
telah berkeluarga dan tinggal satu kampung
kecuali anak terakhir pasien yang tinggal satu
rumah dengan pasien bersama menantu
pasien serta kedua cucu pasien. Bentuk
keluarga pasien adalah keluarga extended.
Komunikasi dalam keluarga baik.Anak
pasien yang tidak tinggal bersama pasien

Medula | Volume 11 | Nomor 2 | Juli 2021 |207


Vicki Lusbiyanti Utami, Putu Ristyaning Ayu |Penatalaksanaan Holistik Pada Perempuan Usia 73 Tahun Dengan Sindrom Metabolik

wc leher angsa berada didalam rumah. Dinding


Ny. S tembok, lantai semen. Dapur berada didalam
rumah. Ventilasi terkesan cukup dimana
jendela terdapat dihampir semua ruangan
dengan pertukaran udara cukup baik. Jendela
Ny. N berupa kaca tembus pandang yang rutin
Tn. A
dibuka.

An. A An. B

Gambar 2. Family Map Ny. S

Keterangan : (Hubungan Erat)

SCREEM Keluarga
Sosial
Hubungan sosial keluarga pasien dengan
interaksi masyarakat sekitarnya baik. Gambar 3. Siklus Hidup Keluarga Ny. S
Budaya
Budaya atau etnis yang dianut oleh keluarga
masih baik dan tidak tertinggal dengan budaya
masa sekarang
Agama
Ritual agama islam dalam keluarga baik.
Ekonomi
Kondisi ekonomi pasien tergolong cukup baik.
Pendidikan
Dalam Keluarga pasien saat ini memiliki riwayat
pendidikan maksimal SMA dan minimal SD.
Kesehatan 10 meter

Keluarga pasien biasanya melakukan


pemeriksaan kesehatan dipercayakan ke tenaga
kesehatan, bukan ke dukun atau sebagainya.

Family Life cycle 7 meter

Siklus hidup keluarga Ny.S dapat dilihat


pada Gambar 3. Dapat dilihat bahwa
Gambar 4.Denah rumah Ny. S
keluarga Ny.S berada dalam tahap keluarga
usia lanjut dan keluarga dengan anak usia
Pada saat kunjungan didapatkan
sekolah.
kebersihan rumah yang cukup baik. Keadaan
rumah secara keseluruhan tampak rapi.
Data Lingkungan Rumah
Fasilitas dapur menggunakan kompor gas, air
Pasien tinggal di rumah permanen
minum diperoleh dari air sumur yang dimasak,
milik sendiri, rumah pasien berukuran 7x10
sumber air diperoleh dari air sumur dan
m2. Terdapat tiga kamar tidur, satu
saluran air dialirkan ke septik tank, jarak sumur
ruangtamu, satu
ke septik tank sekitar 12 m. Jarak antara
ruangkeluarga,satudapurdansatutoilet dengan
depan rumah dan jalan sekitar ±7 m.

Medula | Volume 11 | Nomor 2 | Juli 2021 |208


Vicki Lusbiyanti Utami, Putu Ristyaning Ayu |Penatalaksanaan Holistik Pada Perempuan Usia 73 Tahun Dengan Sindrom Metabolik

DIAGNOSTIK HOLISTIK AWAL b. Edukasi dan motivasi kepada pasien


1. Aspek Personal mengenai selalu mengontrol penyakitnya di
Alasan kedatangan: pasien ingin menebus Puskesmas yaitu penyakit diabetes melitus,
obat suntik di RS tipe C dan membutuhkan hipertensi dan obesitas (sindrom
rujukan dari Puskesmas. metabolik).
Kekhawatiran: pasien khawatir penyakitnya c. Edukasi dan memberikan informasi kepada
relative biasa saja. pasien mengenai penyulit dari penyakit
Persepsi: pasein mengetahui bahwa dirinya diabetes melitus, hipertensi dan obesitas
hanya menderita penyakit darah tinggi dan (sindrom metabolik) menggunakan media
diabetes saja, dan pasien tidak mengetahui poster.
penyakit yang lain yang ia derita. Pasien d. Menjelaskan kepada pasien tentang
mengganggap penyakit ini adalah penyakit pengaturan pola makan dan latihan
yang perlu dilakukan berobat rutin setiap jasmani.
bulannya. e. Menjelaskan kepada pasien perlunya
Harapan: harapan pasien terhadap pengendalian dan pemantauan penyakit
penyakitnya dapat dikontrol dan penyakit secara berkelanjutan.
tidak semakin memburuk. f. Edukasi kepada pasien mengenai tanda
2. Aspek Klinik dan gejala hipoglikemia dan cara
Metabolic Syndrome (ICD-X E88.81) mengatasinya.
3. Aspek Risiko Internal
Kurangnya pengetahuan pasien terhadap Pembahasan
penyakit yang diderita dan gaya hidup Masalah kesehatan yang dibahas pada
yang tepat sesuai dengan penyakitnya (ICD- kasus ini adalah seorang wanita yang
X Z55.9).Obesitas derajat I dengan IMT terdiagnosa sindrom metabolik tanpa adanya
26,67. Faktor psikologis: merasa jenuh keluhan apapun. Pasien mengatakan memiliki
karena harus meminum obat rutin dan riwayat kencing manis dan darah tinggi. Pasien
seumur hidup (ICD-X Z91.1) . telah menderita kencing manis dan darah
4. Aspek Risiko Eksternal tinggi sejak ±7 tahun yang lalu, pasien
Lingkungan keluarga: dukungan keluarga mengetahui penyakitnya tersebut ketika
kurang, kurangnya pengetahuan keluarga melakukan skrining sebelum operasi Ca Servix
tentang penyakit yang diderita pasien (ICD- di RSCM. Pola makan pasien belum dapat
X Z63.8) dikontrol, pasien makan nasi putih kurang lebih
5. Derajat Fungsional : satu setengah centong setiap kali makan,
Derajat fungsional 2 yaitu mampu pasien suka mengkonsumsi telur, sayur-saruan
melakukan perawatan diri dan pekerjaan seperti bayam, kangkung dan lainnya setiap
ringan sehari-hari di dalam maupun di luar hari, menurut pasien, ia jarang mengonsumsi
rumah. dagin-dagingan, sesekali hanya daging ayam.
pasien tidak lagi meminum minuman manis
TATALAKSANA seperti teh dengan gula, kopi ataupun lainnya.
Farmakologi Pasien mengatakan selama ini jika sakit,
a. Amlodipin 1 x 10 mg pasien berobat ke Puskesmas yang berjarak
b. Insulin Aspart 3 x 10 IU sekitar dari 2 kilometer dari rumahnya. Tetapi
c. Simvastatin 1 x 10 mg terkadang pasien tidak dapat berobat ke
puskemas karena tidak ada yang mengantar,
Non- Farmakologi atau karena pasien merasa penyakitnya ringan
a. Edukasi untuk selalu menerepkan kebiasaan dan akan sembuh dengan sendirinya. Riwayat
baru dimasa pandemi seperti seperti cuci keluarga pasien yang terkena diabetes mellitus
tangan, jaga jarak dan memakai masker tidak ada, sedangkan riwayat darah tinggi
terkait dengan penyakit yang diderita ditemukan juga pada seluruh saudara kandung
pasien yang dapat memperberat kondisi pasien dan ibu dari pasien serta suami pasien.
ketika terinfeksi covid-19. Saat ini pasien jarang berolahraga. Pasien

Medula | Volume 11 | Nomor 2 | Juli 2021 |209


Vicki Lusbiyanti Utami, Putu Ristyaning Ayu |Penatalaksanaan Holistik Pada Perempuan Usia 73 Tahun Dengan Sindrom Metabolik

masih bisa beraktivitas dan saat ini sehari-hari dan juga kolesterol didapatkan 328 mg/dl.
pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pada pemeriksaan laboratorium pasien
Pasien saat ini tinggal bersama anak memiliki kadar gula darah sewaktu 246 mg/dl,
terakhirnya, menantunya dan dua orang gula darah puasa 191 mg/dl. Diagnosis
cucunya. Pasien beraktivitas seperti biasa di diabetes melitus tipe 2 dapat ditegakkan jika
rumah sebagai ibu rumah tangga, sesekali terdapat gejala khas diabetes melitus disertai
menjaga warung yang dibuka didepan GDS >200 mg/dl.2
rumahnya, selain itu hanya aktivitas biasa. Pasien juga memiliki beberapa faktor
Ditanyakan kepada pasien apakah pasien risiko sindrom metabolik yaitu aktivitas fisik
merokok disangkal, minum minuman alkohol yang kurang, usia >45 tahun, terdapat
disangkal, narkoba juga disangkal. hipertensi dan diabetes serta adanya riwayat
Pada pemeriksaan fisik awal didapatkan penyakit hipertensi pada ibunya. Mekanisme
tekanan darah 160/100 mmHg dan tanda- terjadinya penyakit diabetes melitus belum
tanda vital lainnya dalam batas normal. sepenuhnya dipahami, tetapi dipercaya
Berdasarkan hasil pengukuran, berat badan 60 bahwa faktor genetik membuat jaringan tubuh
kg, dan tinggi badan 150 cm dengan IMT 26,67 yang sensitif insulin akan menjadi kurang
kg/m2. Berdasarkan data tersebut diketahui sensitif terhadap peningkatan kadar insulin di
bahwa IMT pasien yaitu >25 kg/m2 yang dalam darah, sehingga terjadilah resistensi
menunjukkan bahwa pasien merupakan insulin. Ketika sel beta pankereas tidak
obesitas derajat 1. Status generalis dalam batas dapat lagi memproduksi insulin yang cukup
normal. Pembinaan pada pasien ini dilakukan untuk mengontrol glukosa secara ketat,
dengan melakukan kunjungan ke rumah pasien kadar glukosa mulai meningkat yang
beserta keluarga sebanyak 3 kali. Pada menyebabkan kondisi prediabetes dan
kunjungan keluarga pertama dilakukan kemudian terjadi diabetes mellitus tipe 2.
pendekatan dan perkenalan terhadap pasien Kondisi ini juga meningkatkan risiko pasien
serta menerangkan maksud dan tujuan untuk mengalami penyakit kardiovaskular, dan
kedatangan, diikuti dengan anamnesis tentang komplikasi baik mikroangiopati dan
keluarga dan perihal penyakit yang telah makroangiopati akibat penyakit yang dialami.
diderita. Oleh karena itu diperlukan tatalaksana
Dari hasil kunjungan tersebut, sesuai secara holistik terhadap pasien.7
konsep Mandala of Health, dari segi perilaku Pada pemeriksaan laboratorium,
kesehatan pasien sudah memperhatikan tindak didapatkan glukosa darah sewaktu pasien 246
preventif namun pasien memiliki pengetahuan mg/dl pada minggu pertama dan 191 mg/dl
yang kurang tentang penyakit-penyakit yang ia pada gula darah puasa, sehingga memenuhi
derita. Pasien mengetahui bahwa dirinya kriteria diagnosis diabetes yaitu pemeriksaan
terkena penyakit diabetes melitus tipe 2 dan gula darah sewaktu ≥200 mg/dl disertai gula
hipertensi sejak 7 tahun yang lalu. Pada darah puasa ≥ 126 mg/dl dengan keluhan klasik
lingkungan psikososial, pasien beserta keluarga pada pasien yaitu dulu terdapat keluhan sering
mengutamakan pengobatan medis. 7 BAK lebih dari 2 kali ketika malam hari, sering
Pola makan Ny. S belum sesuai dengan merasa kehausan dan banyak minum. Tujuan
anjuran dokter.Pola makannya tidak teratur, penatalaksanaan diabetes melitus secara
pasien makan sehari 2-3 kali dan makanan umum adalah meningkatkan kualitas hidup
yang dikonsumsi cukup bervariasi namun penyandang diabetes. Penatalaksanaan
dengan jumlah kalori yang tidak diatur. Terlalu diabetes melitus dimulai dengan menerapkan
banyak memakan ikan asin.Pasien jarang pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan
memakan makanan selingan atau camilan dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi
pasien jarang mengkonsumsi buah. Diagnosis farnakologis dengan obat anti hiperglikemia
sindrom metabolik pada pasien ditegakkan secara oral dan/atau suntikan. Pengetahuan
atas dasar adanya diabetes mellitus tipe 2, tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala
hipertensi derajat 2, lingkar perut yang diatas hipoglikemia dan cara mengatasinya harus
normal yaitu 95 cm disertai obesitas derajat 1 diberikan kepada pasien. Perilaku hidup

Medula | Volume 11 | Nomor 2 | Juli 2021 |210


Vicki Lusbiyanti Utami, Putu Ristyaning Ayu |Penatalaksanaan Holistik Pada Perempuan Usia 73 Tahun Dengan Sindrom Metabolik

sehat bagi penyandang diabetes melitus dan berat badan, harus dicatat. Pada
adalah memenuhi anjuran pola makan sehat, pemeriksaan laboratorium meliputi
meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan pemeriksaan gula darah sewaktu, gula darah
jasmani yang teratur, menggunakan obat puasa, dan gula darah 2 jam pos pandrial.1
diabetes melitus dan obat lainnya pada Diagnosis diabetes melitus tipe II pada
keadaan khusus secara aman dan teratur, pasien ini ditegakkan atas dasar keluhan yaitu
melakukan pemantauan glukosa darah untuk pasien 7 tahun lalu yaitu merasa badan lemas
menilai keberhasilan pengobatan, melakukan sering buang air kecil terutama saat malam
perawatan kaki secara berkala, memiliki hari, selain itu pasien juga merasa mudah haus
kemampuan untuk mengenali dan menghadapi dan lapar serta berat badan menurun yang
keadaan sakit akut dengan tepat, merupakan keluhan klasik DM, kemudian pada
mempunyai keterampilan mengatasi masalah pemeriksaan laboratorium GDS ≥200 mg/dL
yang sederhana dan mau bergabung dengan mg/dL. Diagnosis DM dapat ditegakkan dengan
kelompok penyandang diabetes dan mengajak 3 cara yaitu jika terdapat keluhan klasik,
keluarga untuk mengerti pengelolaan pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200
penyandang diabetes melitus, serta mampu mg/dL sudah cukup untuk menegakkan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan diagnosis DM, yang kedua bila pemeriksaan
yang ada.7 glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL dengan
Sindrom metabolik merupakan suatu adanya keluhan klasik dan yang ketiga tes
kumpulan faktor risiko metabolik yang toleransi glukosa oral (TTGO) >200 mg/dL.10
berkaitan langsung terhadap terjadinya Pada kasus ini, pasien rutin
penyakit kardiovaskuler artherosklerotik. mendapatkan terapi suntik sebagai terapi
Faktor risiko tersebut antara lain terdiri dari diabetes berupa novorapid (insulin aspart).
dislipidemia aterogenik, peningkatan tekanan Hipertensi pada pasien ditegakkan atas
darah, peningkatan kadar glukosa plasma, dasar.Pada pemeriksaan fisik pasien memiliki
keadaan prototrombik, dan proinflamasi.2 tekanan darah 160/100 mmHg. Diagnosis
Dikatakan obesitas apabila Indeks Massa hipertensi dapat ditegakkan jika pada
Tubuh (IMT) ≥ 25 kg/m2. Indeks Massa Tubuh pemeriksaan tekanan darah didapatkan
(IMT) adalah indeks sederhana dari berat tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
badan terhadap tinggi badan yang digunakan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.9
untuk mengklasifikasikan kelebihan berat Selain itu pasien juga mempunyai
badan dan obesitas pada orang dewasa. beberapa faktor risiko hipertensi yaitu
Derajat IMT berkolerasi postif dengan total umur >50 tahun, adanya riwayat penyakit
lemak tubuh, tetapi IMT bukan satu-satunya hipertensi pada ibunya, kurangnya aktivitas
indikator untuk obesitas. Klasifikasi berat fisik, riwayat pola makan tinggi garam
badan menurut WHO dapat digolongan seperti ikan asin.9 Tatalaksana hipertensi
menjadi lima yaitu, underweight, normal, berdasarkan pedoman tatalaksana hipertensi
overweight, obesitas derajat I dan obesitas pada penyakit kardiovaskular tahun 2015,
derajat II.2 dibagi menjadi non farmakologis dan
Pada hasil IMT pasien didapatkan farmakologis. Pada tatalaksana non
26,67 kg/m2 dan digolongkan ke dalam farmakologis dengan menjalani pola hidup
obesitas derajat I sesuai dengan kriteria IMT sehat telah banyak terbukti dapat
Asia Pasifik.2 Penyakit DM didasarkan pada menurunkan tekanan darah, dan secara
riwayat, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan umum sangat menguntungkan dalam
laboratorium. Pemeriksaan awal pasien DM menurunkan risiko permasalahan
harus menyertakan riwayat lengkap dan kardiovaskular. Beberapa pola hidup sehat
pemeriksaan fisik untuk mengkonfirmasi yang dianjurkan adalah penurunan berat
diagnosis DM, menyaring faktor-faktor risiko, badan, mengurangi asupan garam, olahraga,
memeriksa gaya hidup terkait penyakit, dan mengurangi konsumsi alkohol, dan berhenti
menentukan potensi intervensi. Pada merokok.
pemeriksaan fisik, habitus tubuh, seperti tinggi Pasien pada kasus ini belum mempunyai

Medula | Volume 11 | Nomor 2 | Juli 2021 |211


Vicki Lusbiyanti Utami, Putu Ristyaning Ayu |Penatalaksanaan Holistik Pada Perempuan Usia 73 Tahun Dengan Sindrom Metabolik

pengetahuan yang cukup tentang pola hidup terapi farmakologi selama seminggu berupa
sehat sehingga dilakukan edukasi pola hidup pemberian obat Amlodipine 1x10 mg, Insulin
sehat yang dianjurkan tersebut dengan aspart 3x10 IU, dan simvastatin 1x10mg. Pada
menggunakan media poster. Sedangkan secara akhir kunjungan ini pasien juga diberikan
umum, terapi farmakologi pada hipertensi konseling pola makan berupa menu makanan
dimulai bila pada pasien hipertensi derajat 1 sehari-hari dan edukasi makanan apa saja yang
yang tidak mengalami penurunan tekanan direkomendasikan di konsumsi dan sebaiknya
darah setelah >6 bulan menjalani pola hidup dihindari kemudian pasien diminta untuk
sehat dan pada pasien dengan hipertensi mengaplikasikan semaksimal mungkin terkait
derajat ≥2. Pada terapi farmakologi ini perlu hal yang telah disampaikan untuk seminggu
diperhatikan beberapa prinsip dasar yang perlu berikutnya yang selanjutnya akan dilakukan
diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan evaluasi. Ada beberapa langkah sebelum orang
meminimalisasi efek samping, yaitu bila mengadopsi perilaku baru.Pertama adalah
memungkinkan berikan obat dosis tunggal, awareness (kesadaran) yaitu menyadari
berikan obat generik bila sesuai dan dapat stimulus tersebut dan mulai tertarik (interest).
mengurangi biaya, berikan obat pada pasien Selanjutnya, orang tersebut akan menimbang-
usia lanjut memperhatikan faktor komorbid, nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut
tidak mengkombinasikan angiotensin (evaluation) dan mencoba melakukan apa yang
converting enzyme inhibitor (ACE-i) dengan dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap
angiotensin II receptor blockers (ARBs), berikan akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai
edukasi yang menyeluruh kepada pasien dengan pengetahuan, kesadaran dan
11
mengenai terapi farmakologi dan lakukan sikapnya.
pemantauan efek samping obat secara Konseling yang diberikan berupa
teratur. Tatalaksana awal pasien hipertensi penjelasan mengenai definisi dari penyakit
dengan diabetes berdasarkan JNC 8 adalah diabetes melitus dan hipertensi, dan,
thiazide, ACE-I, ARBs atau calcium channel bagaimana bisa terjadi penyakit tersebut,
blocker (CCB). Tetapi karena pasien termasuk gejala-gejala klinis, komplikasi sampai
dalam kategori hipertensi grade II maka pasien penatalaksanaannya. Pengetahuan penderita
direncanakan akan diberikan terapi dua obat dan keluarga mengenai penyakit hipertensi
yaitu CCB yaitu Amlodipine. Pada pasien tidak merupakan sarana yang membantu penderita
diberikan golongan tiazid , dimana golongan menjalankan penanganan penyakit semakin
obat tiazid akan meningkatkan kadar asam urat banyak dan semakin baik penderita dan
dalam darah dengan meningkatkan sekresi keluarga mengerti mengenai penyakit
urin.6 tersebut, maka semakin mengerti bagaimana
Pada kunjungan kedua dilakukan harus mengubah perilakunya dan mengapa hal
intervensi terhadap pasien dengan itu diperlukan.11
menggunakan media presentasi poster yang Edukasi dan motivasi pasien beserta
menerangkan tentang penyakit pasien yaitu keluarga untuk teratur memeriksa tekanan
diet makanan, pencegahan, cara penanganan darah setiap kontrol rutin ke puskesmas,
serta latihan fisik. Pada kunjungan kedua ini pemeriksaan kadar gula darah setiap bulan di
juga di lakukan pemeriksaan fisik dan Puskesmas sangat berguna bagi pasien dan
didapatkan hasil TD 160/90 mmHg, HR 90x/m, keluarganya, dikarenakan pasien dan keluarga
RR 19x/m, T 36,7 C, dan status lokalis masih dapat memantau keadaan pasien sehingga
sama seperti kunjungan pertama. Hasil dapat melakukan perbaikan ketika hasil
pemeriksaan didapatakan kadar GDP 191 pemeriksaan melebihi batas normal dan
mg/dL. Pada kunjungan ke2 juga dilakukan mempertahankan ketika hasil pemeriksaan
penatalaksanaan pada keluarga pasien. dalam batas normal.
Sebelum dilakukan penatalaksanaan pada Kemudian dilakukan evaluasi pada 10
pasien diberikan pertanyaan seputar penyakit, hari setelah kunjungan kedua, Hal pertama
food recall selama seminggu, pencegahan dan yang dievaluasi adalah mengenai perubahan
faktor risikonya sebagai pretest. Lalu diberikan tekanan darah pasien.Tekanan darah pasien

Medula | Volume 11 | Nomor 2 | Juli 2021 |212


Vicki Lusbiyanti Utami, Putu Ristyaning Ayu |Penatalaksanaan Holistik Pada Perempuan Usia 73 Tahun Dengan Sindrom Metabolik

pada saat evaluasi adalah 150/100 mmHg. mengikuti anjuran terapi, baik terapi
Hasil pemeriksaan kadar gula darah pasien farmakologi maupun non farmakologi sudah
adalah 195 mg/dL. Berat Badan pasien 59 Kg baik.
dan juga lingkar perut pasien menjadi 94 cm.
Evaluasi mengenai pengetahuan, sikap dan Daftar Pustaka
tindakan terhadap penyakit kepada pasien dan 1. Brunner, Suddarth. Buku Ajar Medikal
keluarga dilakukan dengan menggunakan post Bedah alih bahasa : Waluyo Agung,
test dan didapatkan hasil yang memuaskan. Yasmin Asih, Juli, Kuncara, I.made karyasa,
Pengetahuan pasien dan keluarga yang EGC, Jakarta; 2012.
pada awalnya masih tergolong rendah sudah 2. Driyah S, Oemiati R, Rustika, dan Hartati
mengalami peningkatan, dimana saat pretest NS. Prediktor Sindrom Metabolik : Studi
pasien hanya dapat menjawab dengan benar 5 Kohor Prospektif Selama Enam Tahun di
dari 10 pertanyaan, setelah dilakukan Bogor. Jakarta; 2019.
penatalaksanaan pasien dapat menjawab 9 3. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar,
dari 10 pertanyaan yang sama, hasil evaluasi Jakarta; 2008.
mengenai pola makan pasien sudah mengikuti 4. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar,
saran dari menu-menu makanan yang Jakarta; 2013.
dianjurkan pada saat intervensi. Diberikan 5. James PA, Oparil S, Carter BL, et al. 2014
konseling anjuran pemeriksaan-pemeriksaan evidence-based guideline for the
penunjang lain yang dapat membuat management of high blood pressure in
pengobatan lebih tepat dan akurat serta adults: report from the panel members
mencegah komplikasi-komplikasi yang dapat appointed to the Eighth Joint National
terjadi di kemudian hari seperti pemeriksaan Committee (JNC 8) [published correction
untuk menilai sistem kardiovaskular: EKG, appears in JAMA. 2014 May
rontgen thorax, echocardiografi, lalu untuk 7;311(17):1809]. JAMA. 2014;311(5):507-
menilai sistem endokrin terutama penyakit 520. doi:10.1001/jama.2013.284427
diabetes melitus yang diderita pasien: Hba1c, 6. Neogi T, Tim L, Jansen TA, Dalbeth N,
selain itu bila memungkinkan dilakukan Franson J, Schumacher HR, dkk. Gout
pemeriksaan untuk mencari komplikasi- Classification Criteria. Arthritis &
komplikasi yang mungkin terjadi seperti fungsi Rheumatology. American College of
ginjal dan USG ginjal. Rheumatology & The European League
Penyakit yang diderita pasien ini Against Rheumatism Executive
merupakan penyakit kronis. Penyakit kronis Committee. 2015;67(10):2557-2568.
memiliki perjalanan penyakit yang cukup lama 7. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
dan umumnya penyembuhannya Pengendalian dan Pencegahan Diabetes
membutuhkan pengontrolan yang baik karena Melitus Tipe 2. Jakarta: Perkumpulan
itu dibutuhkan dukungan keluarga agar Endokrinologi Indonesia; 2015.
penyakit yang diderita pasien dapat selalu 8. Perkumpulan Kardiovaskular Indonesia.
terkontrol.6,7,8 Pengendalian dan Pencegahan Gout
Artritis di Indonesia. Jakarta: Perkumpulan
Simpulan Kardiovaskular Indonesia; 2015.
Pada pasien ini didapatkan faktor risiko 9. Perhimpunan Dokter Spesialis
internal kurangnya pengetahuan pasien Kardiovaskular Indonesia. Pedoman
tentang sindrom metabolik, riwayat keluarga Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit
menderita hipertensi, pola makan tidak Kardiovaskular Indonesia. Jakarta :
teratur, kurang olahraga dan kurang peran Perhimpunan Dokter Spesialis
keluarga dalam mendukung upaya pencegahan Kardiovaskular Indonesia; 2015.
dan pengobatan penyakit. Dari hasil evaluasi 10. Sargowo. Pengaruh Komposisi Asupan
intervensi yang telah dilakukan, dapat dilihat Makan Terhadap Komponen Sindrom
bahwa Ny. S mulai memperhatikan Metabolik pada Remaja. Jurnal Kardiologi
pencegahan dan kepatuhan Ny. S dalam Indonesia. 2015;32(1).

Medula | Volume 11 | Nomor 2 | Juli 2021 |213


Vicki Lusbiyanti Utami, Putu Ristyaning Ayu |Penatalaksanaan Holistik Pada Perempuan Usia 73 Tahun Dengan Sindrom Metabolik

11. Cai X, Gao X, Yang W, Han X, Ji L. Efficacy


and Safety of Initial Combination Therapy
in Treatment-Naïve Type 2 Diabetes
Patients: A Systematic Review and Meta-
analysis. Diabetes Ther. 2018;9(5):1995-
2014. doi:10.1007/s13300-018-0493-2
12. Schapira, MM, Fletcher KE, Hayes A,
Eastwood, D, Patterson L, Erti K. The
Development and Validation of the
Hypertension Evaluation of Lifestyle and
Management Knowledge Scale. J Clin
Hypertens. 2012;14(7):461-6.

Medula | Volume 11 | Nomor 2 | Juli 2021 |214

Anda mungkin juga menyukai