Anda di halaman 1dari 4

HADITS 1

َ ‫ض ْب فَ َر َّد َد ِم َرا ًرا قَالَاَل تَ ْغ‬


ْ‫ضب‬ ِ ‫سلَّ َم أَ ْو‬
َ ‫صنِي قَا َل اَل تَ ْغ‬ َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ أَنَّ َر ُجاًل قَا َل لِلنَّبِ ِّي‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِ ‫عَنْ أَبِي ُه َر ْي َرةَ َر‬

(‫َاري‬
ِ ‫) َر َواهُ البُخ‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu
mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (selalu) menjawab,
“Janganlah engkau marah.”(HR. Bukhari)

Rangkaian I’tibar Sanad


No. Nama Lengkap kuniyah Thabaqah Tahun Negri hidup
wafat
1. Abdurrahman bin Abu Hurairah Sahabat 57 H Yaman
Shakhr Al-azdi

Urgensi Hadits
Al-Jurdani berkata : “hadits ini sangat penting, karena menjelaskan dua kebaikan sekaligus.
Yakni kebaikan didunia dan di akhirat.

Penjelasan Hadits
Larangan Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam yang dimaksud pada hadis ini adalah larangan
untuk tidak membiarkan diri tersulut oleh kemarahan. Maksudnya ialah seorang muslim
hendaknya menghindari sebab-sebab yang dapat menjadikannya marah seperti menghindari
perdebatan kusir, sikap saling menghina, berprasangka buruk, berkumpul dengan orang-orang
yang tidak memiliki adab, dan sebagainya. Makna lain dari larangan beliau adalah jangan
melampiaskan amarah yang muncul entah dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.1
Menahan amarah bukan berarti memendamnya hingga menjadi kebencian atau dendam kesumat
yang dibawa mati. Yang dimaksud adalah menahan amarah yang muncul dan tidak
menampakkan dan melampiaskannya. Bahkan sebisa mungkin menangkan amarah tersebut
hingga bermuara pada sikap memaafkan orang yang telah berbuat salah.
Imam Bukhari menyebutkan penafsiran Ibnu Abbās terhadap ayat 96 dari surat Al-Mukminun.
Ayat yang dimaksud adalah sebagai berikut :
َ‫اِ ْدفَ ْع بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َسنُ ال َّسيِّئَة‬
1
Minhah al-‘Allām. (227)
Artinya: “Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan (cara) yang lebih baik.” (QS. Al-
Mu’minun/23: 96)

Ibnu ‘Abbās berkata, “Bersabar saat marah. Memaafkan saat ada kekeliruan (dari orang lain).
Apabila mereka melakukan itu maka Allah akan menjaga/memaksumkan mereka dan
menundukkan musuh-musuh mereka.” 2

Jika menahan marah dari dalam diri sendiri belum cukup kuat maka yang harus dilakukan
seorang muslim adalah :

 Mengucap ta’awudz

Sulaiman bin Shurad bercerita, “Aku sedang duduk bersana Nabi shallallāhu ‘alaihi wa
sallam dan ada dua orang yang saling mencaci. Salah satunya berwajah memerah dan
urat lehernya menegang. Maka Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh
aku mengetahui satu kalimat yang bila diucapkan akan hilang apa yang sedang
dialaminya. Seandainya dia mengatakan ‘a’uudzu billahi minasy syaithaan’ (aku
berlindung kepada Allah dari setan).’ Lalu orang-orang mengatakan kepada orang itu,
‘Sesungguhnya Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Berlindungkah kepada Allah
dari setan.’ Orang itu berkata, ‘Apakah aku sudah gila?’” Dengan
mengucapkan ta’awwudz seseorang dapat terhindar dari pelampiasan gejolak amarahnya.
Namun ini perlu latihan disertai dengan penghayatan terhadap
makna ta’awwudz tersebut. Lihatlah orang yang disebutkan dalam hadis Sulaiman bin
Shurad tadi. Ia bahkan menimpali anjuran sang rasul dengan kemarahan. Ini karena ia
kehilangan penghayatan terhadap makna kalimat ta’awwudz dan tidak meyakininya.
Bahkan ia menimpali, “Apa kau pikir aku sudah gila?” Imam al-Nawawi berkata, “Ini
adalah ucapan orang yang tidak mengerti agama Allah ta’ala. Tidak terdidik dengan
cahaya syariat yang mulia. Dia berpikir bahwa ta’awwudz hanya untuk orang gila dan dia
tidak tahu bahwa amarah itu berasal dari setan… Kemungkinan orang ini dari kalangan
orang munafik atau dari orang-orang Arab Badui yang kasar.
Wallahualam. Kemungkinan lainnya orang ini telah teramat dipenuhi oleh amarah
sehingga tidak mampu bersikap objektif.”3

 Mengubah Posisi

Saat seseorang marah dalam keadaan berdiri hendaknya dia duduk. Jika duduk
hendaknya bersandar. Jika bersandar hendaknya berbaring. Intinya semakin dekat dia
dengan keadaan tawaduk maka itu lebih baik dan lebih menyusahkan dirinya apabila dia
ingin melampiaskan amarahnya. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi
disebutkan, “Ingat! Marah itu bara api di hati manusia. Apa kalian tidak melihat
merahnya mata orang marah dan uratnya membengkak? Barang siapa yang merasakan

2
Shahih bukhari (6/128)
3
Syarh shahih muslim (16/400)
sesuatu dari amarah itu, hendaklah menempel ke tanah.” 4Dalam hadis lain disebutkan,
“Jika salah seorang di antara kalian marah sementara dia sedang berdiri, maka hendaklah
dia duduk. Jika kemarahan itu reda (itulah yang diharapkan), jika tidak maka hendaklah
dia berbaring.” 5

 Berwudhu

Abu Wa`il Shan’ani Muradi dia berkata, “Kami pernah duduk bersama ‘Urwah bin
Muhammad, tiba-tiba dihadapkanlah seorang laki-laki kepadanya. Laki-laki itu kemudian
berbicara padanya dengan ungkapan yang membuat ‘Urwah marah. Maka ketika Urwah
akan melampiaskan amarahnya, dia pun berdiri dan kembali kepada kami dalam keadaan
telah berwudu. Kemudian dia berkata, ‘Bapakku telah menceritakan dari kakekku,
Athiyah (salah seorang sahabat Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam), dia berkata,
‘Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya kemarahan itu
datangnya dari setan dan setan tercipta dari api, sedangkan api hanya dapat dipadamkan
oleh air. Maka jika salah seorang di antara kalian marah hendaklah dia berwudu.’’6

 Diam

Jika seseorang membiarkan dirinya terus bicara saat dia marah, dia akan kehilangan
kontrol terhadap ucapan yang keluar dari lisannya. Jika akal tertutupi oleh asap dari bara
api kemarahan maka sumpah serapah, teriakan, caci maki kemungkinan besar tidak
terelakkan. Oleh sebab itu, jurus terbaik yang dapat dilakukan saat itu adalah diam.
Dalam sebuah hadis disebutkan, “Bila engkau marah maka diamlah! Bila engkau marah
maka diamlah! Bila engkau marah maka diamlah!”

HADITS 2

َ ‫ "لَي‬:‫ قال‬،‫ ع َِن النَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم‬،ُ‫ي هَّللا ُ َع ْنه‬
‫ َولَ ِك َّن ال َّش ِدي َد‬،‫ْس ال َّش ِدي ُد بِالصُّ رُعة‬ ِ ‫ َر‬،َ‫ع َْن أَبِي ه َُري َْرة‬
َ ‫ض‬
‫ب‬ َ ‫ك نَ ْف َسهُ ِع ْن َد ْالغ‬
ِ ‫َض‬ ُ ِ‫الَّ ِذي يَ ْمل‬
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallahu Alihi Wasallam bersabda : “ orang
yang kuat itu bukanlah orang yang jago gulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan
dirinya dikala sedang marah.

Penjelasan Hadits
“Orang yang kuat, adalah orang yang dapat menguasai diri ketika marah. Orang yang dapat
mengendalikan diri dan mengontrolnya saat marah itulah orang yang kuat. Sikap ini termasuk akhlak
4
HR.Tirmidzi (2191) beliau berkata hadits ini hasan shahih
5
HR. Ahmad (20386) dari abu dzar
6
HR. Ahmad (17302)
yang baik. Jika engkau terpicu akan marah, janganlah memuntahkannya. Mohonlah perlindungan kepada
Allah dari setan yang terkutuk. Bila engkau sedang berdiri, duduklah, jika engkau (marah) dalam keadaan
duduk, maka berbaringlah. Bila amarah masih kuat, ambillah air wudhu agar emosi itu lenyap dari dirimu
7

7
Syeikh Al-Utsaimin dalam Al-‘Ilm hlm.270

Anda mungkin juga menyukai