Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH IBADAH

Di buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dosen: Dra. Loliyana, M.Pd

Di susun oleh:

1.M.Dahril (2113051038)

2.Cahaya Mutiara Billadina (2113051065)

3.Caesar Bagus Trihartanto (2113051008)

Prodi : Pendidikan Jasmani

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2021/2022


i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya
kepada penulis sehingga makalah yang berjudul “Ibadah” ini dapat diselesaikan sesuai dengan
rencana.

Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasululloh SAW, berkat limpahan rahmatNya kami
dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Agama Islam ini.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas semester ganjil dan memberikan
referensi mengenai ibadah kepada pembaca,karena Makalah ini memberikan gambaran tentang
hal-hal yang melatarbelakangi ibadah.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Loliyana, M.Pd selaku Dosen pengampu mata
kuliah Pendidikan Agama Islam dan kepada anggota kelompok 4 serta semua pihak yang telah
bekerjasama menyelesaikan makalah ini.

Bandar Lampung, 3 Septerber 2021

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. .i

Kata Pengantar.....................................................................................................................................ii

Daftar Isi.........................................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 1

1.3 Tujuan......................................................................................................... 1

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Ibadah........................................................................................ 2

2.2 Hakikat Ibadah dan Tujuan Ibadah................................................. 3

2.3 Jenis ibadah.................................................................................... 5

2.4 Dasar Hukum.................................................................................. 7

2.5 Prinsip Ibadah................................................................................ 8

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan .................................................................................... 11

3.2 Saran............................................................................................... 11 3.3

Harapan.......................................................................................... 11

Daftar Pustaka.................................................................................................. 12
iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian dengannya, karena ibadah itu tidak bisa
dibuat main-main apalagi disalahgunakan. Dalam islam ibadah harus berpedoman pada apa yang telah
Allah perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh Nabi agung Muhammmad SAW kepada umat
islam yang dilandaskan pada kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad berupa kitab suci
Al-Qur’an dan segala perbuatan, perkataan, dan ketetapan nabi atau dengan kata lain yang disebut
dengan hadits nabi.

Kita sebagai umat islam tentunya mengetahui apa itu ibadah dan bagaimana cara pelaksanaan ibadah
tersebut. Oleh karena itu, kita harus mengikuti ibadah yang dicontohkan dan dilakukan oleh nabi
kepada kita dan tidak boleh membuat ibadah-ibadah yang tidak berdasar pada Al-Qur‟an dan Hadits.

Dalam makalah ini, akan dikupas bersama tentang bagaimanakah ibadah, tujuan, manfaat, keutamaan
dan sebagainya. Semoga ilmu ini bermanfaat bagi kita semua.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ibadah itu dari segi pengertian islam?

2. Bagaimana hakikat dan tujuan ibadah ?

3. Apa saja jenis – jenis ibadah ?

4. Apa dasar hukum ibadah ?

5. Apa prinsip – prinsip ibadah ?

6. Implementasi Ibadah dalam Kehidupan Manusia ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian ibadah itu dari segi pengertian islam.


2. Untuk mengetahui hakikat ibadah dan tujuan ibadah.

3. Untuk mengetahui jenis – jenis ibadah.

4. Untuk mengetahui dasar hukum ibadah

5. Untuk mengetahui prinsip – prinsip ibadah.

6. Untuk mengetahui Implementasi Ibadah dalam Kehidupan Manusia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ibadah

Menurut bahasa, kata ibadah berarti patuh (al-tha’ah), dan tunduk (al-khudlu). Ubudiyah artinya
tunduk dan merendahkan diri . Menurut al-Azhari, kata ibadah tidak dapat disebutkan kecuali untuk
kepatuhan kepada Allah.[1]

Ibadah adalah bahasa arab yang secara etimologi berasal dari akar kata - - - yang
berarti taat, tunduk, patuh, merendahkan diri (kepada Allah)Kesemua pengertian itu mempunyai
makna yang berdekatan.

Pengertian ibadah secara terminologis menurut ulama tauhid, dan hadits ibadah adalah:

“Mengesakan dan mengagungkan Allah sepenuhnya serta menghinakan diri dan menundukkan jiwa
kepadanya.”

Para ahli di bidang akhlak mendefisikan ibadah sebagai berikut:

“Mengerjakan segala bentuk kataatanbadaniyah dan menyelenggarakan segala syariat (hukum).”

Ulama tasawuf mendefinisikan ibadah sebagai berikut:

“Pekerjaan seorang mukallaf yang berlawanan dengan keinginan nafsunya untuk membesarkan
Tuhannya.”

Menurut ahli fiqih ibadah adalah :

“Segala bentuk ketaatan yang engkau kerjakan untuk mencapai keridaan Allah SWT dan
mengharapkan pahala-Nya di akhirat.”
Menurut Jumhur Ulama :

“Ibadah itu yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridai oleh Allah SWT , baik berupa
perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan
Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya.”[2]

2.2 Hakikat Ibadah dan Tujuan Ibadah

1. Hakikat Ibadah

Dalam syariat islam ibadah mempunyai dua unsur, yaitu ketundukan dan kecintaan yang paling dalam
kepada Allah SWT. Unsur yang tertinggi adalah ketundukan, sedangkan kecintaan merupakan
implementsi dari ibadah tersebut. Disamping itu ibadah juga mengandung unsur kehinaan, yaitu
kehinaan yang paling rendah di hadapan Allah SWT. Pada mulanya ibadah merupakan “hubungan”
hati dengan yang dicintai, menuangkan isi hati, kemudian tenggelam dan merasakan keasyikan,
akhirnya sampai kepada puncak kecintaan kepada Allah SWT.

Orang yang tunduk kepada orang lain serta mempunyai unsur kebencian tidak dinamakan „abid
(orang yang beribadah), begitu juga orang yang cinta kepada sesuatu tetapi tidak tunduk kepadanya,
seperti orang yang mencintai anaknya atau temannya. Kecintaan yang sempurna adalah kepada Allah
SWT. Setiap kecintaan yang bersifat sempurna terhadap selain Allah SWT adalah batil.

Dengan melihat hakikat dan pengertiannya Yusuf Qardhawi mengemukakan bahwa ibadah
merupakan kewajiban dari apa yang disyariatkan Allah SWT yang disampaikan oleh para rasul-Nya
dalam benyuk perintah dan larangan. Kewajiban itu muncul dari lubuk hati orang yang mencintai
Allah SWT.[3]

Manusia ditakdirkan sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan akal dari makhluk lainnya (Q.S At
Tiin). Kenyataannya, manusia tidak selalu menggunakan akal sehatnya, bahkan ia lebih sering
dikuasai nafsunya, sehingga ia sering terjerumus ke dalam apa yang disebut dehumanisasi,yaitu
proses yang menyebabkan kerusakan, hilang, atau merosotnya nilai – nilai kemanusiaan. Disinilah
perlunya agama bagi manusia.

Dengan agama, hidup manusia menjadi bermakna. Makna agama terletak pada fungsinya sebagai
kontrol moral manusia. Melalui ajaran – ajarannya, agama menyuruh manusia agar selalu dalam
keadaan sadar dan menguasai diri. Keadaan sadar dan menguasai diri pada manusia itulah yang
merupakan hakikat agama, atau hakikat ibadah. Melalui ibadah (pengabdian) kepada Allah, hidup
manusia terkontrol. Di mana pun dan dalam keadaan apa pun, manusia dituntut untuk selalu dalam
keadaan sadar sebagai hamba Allah dan mampu menguasai dirinya, sehingga segala sikap, ucapan,
dan tindakannya selalu dalam kontrol
Ilahi.[4]

2. Tujuan Ibadah
Manusia, bahkan seluruh mahluk yang berkehendak dan berperasaan, adalah hambahamba Allah.
Hamba sebagaimana yang dikemukakan diatas adalah mahluk yang dimiliki. Kepemilikan Allah atas
hamba-Nya adalah kepemilikan mutklak dan sempurna, oleh karena itu mahluk tidak dapat berdiri
sendiri dalam kehidupan dan aktivitasnya kecuali dalam hal yang oleh Alah swt. Telah dianugerahkan
untuk dimiliki mahluk-Nya seperti kebebasan memilih walaupun kebebasan itu tidak mengurangi
kepemilikan Allah. Atas dasar kepemilikan mutak Allah itu, lahir kewajiban menerima semua
ketetapan-Nya, serta menaati seluruh perintah dan larangan-Nya.

Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian mati tanpa
pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadahhal ini dapatdifahami dari
firman Allah swt. :

“maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara mainmain (saja),
dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami.”(QS al-Mu‟minun:115)

Karena Allah maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar manusia terjaga hidupnya,
bertaqwa, diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia diberi kewajiban ibadah agar menusia itu
mencapai taqwa.[5]

2.3 Jenis ibadah

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang
berbeda antara satu dengan lainnya:

1. Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba
dengan Allah secara langsung. Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:

a) Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al- Sunnah,
jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.

b) Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasulullah saw.

Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek
Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara mengada-ada, yang populer
disebutbid‟ah. Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw.
adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka.

c) Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika,
karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di
baliknya yang disebut hikmah tasyri‟. Shalat, adzan, tilawatulQuran, dan ibadah mahdhah lainnya,
keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai
dengan ketentuan syari‟at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang
ketat.

d) Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau
ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata
untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus
Rasul adalah untuk dipatuhi.
2. Ibadah GhairuMahdhah, (tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang di
samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara
hamba dengan makhluk lainnya . Ibadah GhairuMahdhah, yakni sikap gerak-gerik, tingkah laku dan
perbuatan yang mempunyai tiga tanda yaitu: pertama, niat yang ikhas sebagai titik tolak, kedua
keridhoan Allah sebagai titik tujuan, dan ketiga, amal shaleh sebagai garis amal. Prinsip-prinsip dalam
ibadah ini, ada 4:

a). Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya
tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan.

b). Tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak
dikenal istilah “bid‟ah” , atau jika ada yang menyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul
bid‟ah, maka bid‟ahnya disebut bid‟ahhasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhah disebut
bid‟ahdhalalah.

c). Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau
madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk,
merugikan, danmadharat, maka tidak boleh dilaksanakan.

d). Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.

Kategori-kategori ibadah :

1. Ibadah I‟tiqodiyah (keyakinan)

Ibadah I‟tiqodiyah adalah ibadah yang berhubungan dengan keyakinan dan keimanan, seperti iman
kepada rukun iman, dan iman kepada yang ghaib

2. Ibadah Qolbiyah (ibadah hati)

Ibadah qolbiyah adalah amalan-amalan ibadah yang lebih banyak dilakukan dengan hati, yang tidak
boleh di tujukan dan dimaksudkan kecuali hanya kepada Allah. Seperti Hubb (cinta), Tawakkal,
Sabar, Khauf (takut), Roja‟ (berharap) dan taubat.

3. Ibadah Lafzhiyah

Ibadah lafzhiyah adalah amalan-amalan ibadah yang lebih banyak dilakukan dengan lisan. Seperti
mengucap kalimat-kalimat thoyyibah, dzikir dan membaca Al-Qur‟an.

4. Ibadah Jasadiyah (badan)

Ibadah jasadiyah adalah amalan-amalan ibadah yang lebih banyak dilakukan dengan badan/jasad
seperti ruku‟, sujud, thawaf dll.

5. Ibadah Maliah (harta)

Ibadah maliah adalah amalan-amalan ibadah yang lebih banyak dilakukan dengan sarana harta benda
dan kekayaan. Seperti zakat, infaq dan shodaqoh, dll.

Walaupun ibadah diatas dikategorikan sesuai dominasi yang melakukannya, namun ibadahibadah itu
dapat juga di lakukan dengan gabungan anggota badan yang melakukannya, contoh Ibadah Haji
adalah hati harus meyakini bahwa haji adalah wjib bagi yang mampu, saat ibadah haji lisan terus
mengumandangkan kalimat talbiyah

( ‫ ) ك ه ك‬anggota badan melakukan amalan-amalan haji, dan tentunya harta juga memegang
peranan penting, sebagai ongkos dan bekal baik untuk yang pergi maupun untuk yang di
tinggalkannya.[6]

2.4 Dasar Hukum

IIbadah adalah cinta dan ketundukan yang sempurna.[7]

Firman Ilahi Allah swt, berfirman :

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S Al-
Dzariyat [51]: 56)

Demikian pula firman Allah berikut :

‫ه‬

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu,
agar kamu bertakwa.” (Q.A Al-Baqarah [2]: 21)[8]

Dasar Ilmu Fiqih :

Dasar ilmu Fiqih Ibadah adalah yakni al-Qur‟an dan as-Sunnahal-Maqbulah. As-SunnahAlMaqbulah
artinya sunnah yang dapat diterima. Dalam kajian hadis sunnahal-Maqbulah dibagi menjadi dua,
Hadis Shahih dan Hadis Hasan. Hal ini disandarkan pada hadis berikut;

Bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Aku meninggalkan untukmu dua perkara, kamu tidak akan tersesat
jika berpegang pada keduanya, yakni: Kitab Allah (al-Qur‟an) dan Sunah Nabi.[9]

2.5 Prinsip Ibadah

Adapun prinsip melaksanakan Ibadah sebagai berikut:

1. Niat lillahi ta‟ala (Al-Fatihah/1:5)

Artinya : 1.Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. 2.Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. 3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 4.
yang menguasai di hari Pembalasan. 5. hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada
Engkaulah Kami meminta pertolongan.

2. Ikhlas (Al-Bayinah/98:5)

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan (ikhlas)
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat
dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
3.Tidak menggunakan perantara (washilah) (Al-Baqarah/2: 186)

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),


bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

3. Dilakukan sesuai dengan tuntunan al-Qur‟an dan sunnah

4. Seimbang antara dunia akherat (Al-Qashash/28:77)

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan
di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

5. Tidak berlebih-lebihan (Al-A‟raf/7:31)

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.

6. Mudah (bukan meremehkan) dan Meringankan Bukan Mempersulit (Al-Baqarah/2:286)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat


pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa): “Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa
atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orangorang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau
pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma‟aflah kami; ampunilah
kami; dan rahmatilah kami.
Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.”[10]

2.6 Implementasi Ibadah dalam Kehidupan Manusia

Islam adalah sebuah agama yang lengkap dan paripurna. Ia mencakup segala aspek kehidupan
mulai dari doa bangun tidur di pagi hari sampai tata cara dan adab tidur pada malam hari. Dari ide
tentang penciptaan manusia hingga hukum dan filosofi pemerintahan dan hubungan antar negara.
Bahkan, Islam berkembang dalam perbandingan yang lurus dengan logika dan ilmu pengetahuan.
Maka sepantasnya seseorang yang mengaku sebagai umat Islam yag baik juga adalah seorang
ideologis dan berilmu karena Islam tidak bisa diterapkan tanpa ilmu. Baik dalam aspek ibadah, sama-
sama tidak bisa diterapkan tanpa ilmu pengetahuan. Karenanya, Islam selalu memiliki rasionalisasi
atas segala ajarannya dan selalu bisa dihadapkan dengan oposisi biner[3] baik dalam bentuk agama
lain ataupun ilmu pengetahuan sekuler.

Ibadah yang telah ditetapkan oleh Allah SWT kepada manusia tidak hanya mengenai ibadah
kepada-Nya dengan selalu beramal kepada Allah SWT, menaati perintah dan menjauhi larangan-Nya,
tetapi juga beribadah dengan jalan beramal baik kepada sesama manusia. Manusia ditetapkan oleh
Allah SWT sebagai makhluk paling mulia dan diutus ke muka Bumi sebagai pemimpin atau khalifah
dan menjadi rahmatan lil „alamin, rahmat bagi alam semesta. Manusia merupakan makhluk sosial
yang tidak dapat hidup tanpa adanya manusia lainnya. Untuk itu, Allah telah menetapkan amal-amal
yang harus dikerjakan manusia untuk manusia lainnya, dan memang sudah menjadi kodrat manusia
untuk selalu berbuat dan berakhlak baik kepada dirinya sendiri maupun manusia lainnya. Contoh
ibadah sangat lekat dalam kehidupan sehari-hari, bahkan pada saat kita menunaikan ibadah yang
bersifat hablum minallah, seperti shalat. Pada saat kita memulai ibadah shalat, melakukan takbiratul
ihram, kita melafadzkan takbir “Allahu Akbar”, Allah Maha Besar, suatu ucapan yang mengagungkan
dan membesarkan nama Allah SWT, sehingga hal ini termasuk ibadah hablum minallah. Sedangkan
ketika mengakhiri shalat kita mengucapkan salam “Assalamu‟alaikumWarahmatullahi Wabarakatuh”,
Semoga kedamaian dilimpahkan kepadamu diiringi dengan rahmat dari Allah dan juga barakah dari
Allah untukmu. Ucapan ini dapat diklasifikasikan sebagai ucapan ibadah kepada sesama manusia
karena salam tersebut ditujukan kepada sesama muslim.

Ibadah ini Allah SWT tetapkan sebagai wujud keharusan kepada manusia agar memiliki
kepedulian sosial terhadap manusia lainnya. Selain itu, Islam juga mengenal sistem ekonomi yang
berlandaskan syariat Islam yang mengharamkan riba‟ sehingga tidak membebani orang-orang yang
kurang mampu, sistem ekonomi ini dikenal dengan sebutan sistem ekonomi syariah atau sistem
ekonomi muamalah. Contoh-contoh memperlihatkan bahwa ibadah tak dapat dilepaskan dan
dipisahkan dari keseharian umat manusia.

Allah SWT telah menetapkan dan mengatur hubungan baik sesama manusia dan secara
kodrati, manusia memang memiliki hasrat dan keinginan untuk berbuat baik di antara mereka dan
bersama-sama menuju suatu tujuan bersama.

Hal inilah yang kemudian mendasari terbentuknya masyarakat. Secara sosial, manusia-
manusia sebagai anggota masyarakat akan memiliki peranan, tugas, dan kewajibannya masing-masing
bergantung kepada kapasitas anggota masyarakat tersebut. Peranan perseorangan dalam mewujudkan
kewajibannya di dalam masyarakat merupakan cerminan amal ibadah seseorang terhadap masyarakat
atau manusia lainnya. Dengan kata lain, dengan menunaikan kewajibannya di masyarakat, seseorang
telah beribadah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ibadah adalah segala bentuk hukum, baik yang dapat dipahami maknanya (ma‟qulatalma‟na) seperti
hukum yang menyangkut dengan muamalah pada umumnya, maupun yang tidak dapat dipahami
maknanya (ghairma‟qulatma‟na), seperti thaharah dan shalat, baik yang berhubungan dengan anggota
badan seperti rukuk dan sujud maupun yang berhubungan dengan lidah seperti zikir, dan hati seperti
niat.

Melalui ibadah (pengabdian) kepada Allah, hidup manusia terkontrol. Di mana pun dan dalam
keadaan apa pun, manusia dituntut untuk selalu dalam keadaan sadar sebagai hamba Allah dan
mampu menguasai dirinya, sehingga segala sikap, ucapan, dan tindakannya selalu dalam kontrol Ilahi.

Jenis Ibadah itu ada dua yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairumahdhah.
3.2 Saran

Kami sebagai penulis meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar lebih baik lagi dalam pembuatan makalah.

3.3 Harapan

Semoga pembaca lebih memahami tentang penyajian pembahasan ini serta penulis dapat lebih
baik kedepannya dalam pembuatan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet. Ke-2, hal. 17.

Hasan Saleh, Kajian Fiqih Nabawi dan Kontemporer, (Jakarta: Karisma Putra Utama Ofset, 2008),
hlm. 4

Yusuf Al-Qardhawi, Al-„Ibadah fial-Islam

Hasan Saleh,. Op cit. hlm. 6

Zakiyah Daradjat, ILMU FIQIH

http://mujahiduna-mujahiduna.blogspot.com/2011/03/ibadah.html

Dr. Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. Ke-2, Hal. 67.

Hasan Saleh., op cit. hlm 5

http://lpsi.uad.ac.id/fiqih-ibadah-dan-prinsip-ibadah-dalam-islam.asp

http://lpsi.uad.ac.id/fiqih-ibadah-dan-prinsip-ibadah-dalam-islam.asp

Anda mungkin juga menyukai