Organisasi dibentuk oleh para pemimpin tertinggi yang membagi kegiatan dan
menetapkan suatu hirarki para manajer yang mengatur lingkup kegiatan yang ditetapkan lebih
dahulu dan yang memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan. Akuntansi pertanggung
jawaban dipergunakan untuk mengartikan setiap unit kerja dalam organisasi yang dipimpin
oleh seorang manajer yang bertanggung jawab. Dalam kaitan ini satu organisasi
diumpamakan sebagai kumpulan beberapa pusat pertanggungjawaban. Keseluruhan pusat
pertanggungjawaban ini membentuk hirarki dalam organisasi tersebut. Pada tingkat paling
rendah bentuk pertanggungjawaban ini kita dapatkan sebagai seksi, regulernya bergilir, serta
unit-unit kerja lain. Sedangkan pada tingkat yang lebih tinggi kita dapatkan dalam bentuk
departemen-departemen ataupun divisi-divisi yang biasanya merupakan kumpulan beberapa
unit yang lebih kecil dari organisasi tersebut ditambah dengan staff serta tenaga manajemen
lainnya. Akuntansi pertanggungjawaban memiliki daya tarik bagi kebanyakan pimpinan
karena dapat memudahkan pelimpahan (delegasi) pengambilan keputusan, sebagai setiap
manajer menengah diberi kekuasaan atas suatu bagian yang lebih kecil (sub unit) bersama-
sama dengan suatu wewenang dan hal lain akuntansi pertanggungjawaban memberikan
sarana-sarana dasar untuk mengadakan evaluasi atas kemampuan setiap manajer sebagai
pimpinan tertinggi akan mendapatkan informasi yang kuat. Akuntansi pertanggungjawaban
menekankan pertanggungjawaban sampai ke pihak yang memiliki keterangan yang paling
lengkap.
Pengertian akuntansi pertanggungjawaban telah banyak dibahas dalam literatur
khususnya akuntansi manajemen. Beberapa pakar akuntansi lebih banyak menulis dibidang
akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut di bawah ini menurut Charles T. Hongren :
“Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang mengakui berbagai
pusat pertanggungjawaban pada keseluruhan organisasi dan mencerminkan rencana dan
tindakan setiap pusat itu dengan menetapkan penghasilan dan biaya tertentu bagi pusat yang
memiliki tanggungjawab yang bersangkutan disebut juga akuntansi keuntungan atau
akuntansi kegiatan”. (1993, hlm. 307)
Menurut H.S. Hadibroto, memberikan definisi sebagai berikut :
“Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem akuntansi yang disesuaikan agar manajemen
dapat melakukan pengawasan efisiensi untuk sesuatu bagian tertentu ataupun untuk petugas-
petugas yang bertanggung jawab terhadap efisiensi biaya yang menjadi tanggungjawab”.
(1991, hlm. 6)
Berdasarkan dari definisi di atas, maka penulis mencoba mengambil kesimpulan
bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah :
Suatu sistem akuntansi yang ada dalam suatu organisasi berfungsi sebagai alat
pengawasan manajemen.
Suatu sistem akuntansi yang menyusun dan melaporkan pendapatan dan biaya untuk
pusat pertanggungjawaban.
Fungsi Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban menurut fungsinya adalah sebagai alat penilaian kinerja dan
memberikan atau menghasilkan arus balik sehingga operasi diwaktu yang akan datang dapat
ditingkatkan.
a. Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan
Informasi akuntansi yang dipakai sebagai ukuran kinerja manajer pusat pendapatan
adalah pendapatan. Jika pusat pendapatan hanya menjual produk atau jasanya kepada pihak
luar perusahaan, pengukuran pendapatan dilaksanakan dengan mudah, yaitu dengan cara
mengalikan kuantitas produk atau jasa yang dijual dengan harga jual yang dibebankan kepada
pelanggan. Untuk pengukuran kinerja pusat pendapatan, seluruh pendapatan baik yang
berasal dari transaksi penjualan produk atau jasa kepada pusat pertanggungjawaban lain
dalam perusahaan, dipakai sebagai tolok ukur kinerja pusat pendapatan.
b. Penilaian Kinerja Pusat Biaya
Informasi akuntansi yang dipakai sebagai ukuran kinerja manajer pusat biaya adalah
biaya. Masalah yang timbul dalam penggunaan biaya sebagai ukuran kinerja manajer pusat
biaya adalah :
1). Masalah perilaku biaya
Seringkali terdapat keracunan antara variabilitas dengan terkendalikan atau
tidaknya suatu biaya. Variabilitas biaya merupakan perilaku biaya dalam hubungannya
dengan perubahan volume kegiatan. Sedang terkendalikan atau tidaknya biaya bersangkutan
dengan hubungan biaya dengan wewenang yang dimiliki oleh manajer tertentu. Anggapan
bahwa biaya variabel sebagai biaya terkendali dan biaya tetap sebagai biaya tidak
terkendalikan oleh manajer pusat laba adalah pandangan yang salah. Dalam menentukan
terkendalikan atau tidaknya biaya, perlu dihubungkan antara biaya tertentu dengan wewenang
yang dimiliki oleh manajer pusat biaya tersebut.
2) Masalah hubungan biaya dengan pusat biaya
Dalam hubungannya dengan pusat biaya, biaya dibagi menjadi dua : biaya langsung
dan biaya tidak langsung. Biaya langsung merupakan biaya yang manfaatnya hanya dinikmati
oleh pusat biaya tertentu. Biaya tidak langsung merupakan biaya yang manfaatnya dinikmati
oleh lebih dari satu pusat biaya. Dalam pengukuran kinerja pusat biaya, biaya langsung
maupun biaya tidak langsung yang diperhitungkan sebagai ukuran kinerja harus berapa biaya
terkendalikan oleh manajer pusat biaya tersebut. Biaya terkendalikan adalah biaya langsung
dan biaya tidak langsung yang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh manajer dengan
wewenang yang dimilikinya.
3) Masalah jangka waktu
Dalam jangka panjang, semua biaya pada dasarnya dapat dikembalikan oleh
manajer tertentu dalam organisasi perusahaan. Biaya kebijakan merupakan biaya
terkendalikan dalam jangka pendek. Namun perlu disadari bahwa ada beberapa biaya yang
memiliki tingkat terkendalikan untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
4) Masalah tanggungjawab ganda
Dalam pengukuran kinerja manajer pusat biaya, yang berada dibawah wewenang
lebih dari satu manajer pusat biaya, digunakan untuk mengukur kinerja masing-masing
manajer pusat biaya yang terkait. Manajer pusat biaya penghasil jasa bertanggung jawab atas
dihasilkannya jasa dengan biaya yang minimum, sedangkan manajer pusat biaya pemakai
bertanggung jawab dalam meminimumkan penggunaan jasa pusat penghasil jasa.
c. Penilaian Kinerja Pusat Laba
Pusat laba adalah pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk
mengendalikan perusahaan dan biaya pusat pertanggungjawaban tersebut. Karena laba, yang
merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, tidak dapat berdiri sendiri sebagai ukuran
kinerja pusat laba, maka laba perlu dihubungkan dengan investasi yang digunakan untuk
menghasilkan laba tersebut.
Menyediakan alat evaluasi proyek investasi masa lalu dan masa yang akan datang,
baik secara individual maupun secara keseluruhan.
Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer divisi dan manajer kantor
pusat untuk membuat keputusan investasi yang tepat bagi divisi dan perusahaan
secara keseluruhan.
Memotivasi manager divisi agar selalu memonitor aktiva, utang dan modal divisi
yang digunakan sebagai dasar penentuan besarnya investasi.
Mengukur prestasi manager pusat investasi dan mengukur prestasi divisi sebagai
suatu kesatuan ekonomi.
Sebagai dasar pemberian insentif pada setiap manajer pusat investasi sesuai dengan
prestasinya masing-masing.
Titik awal dari sistem akuntansi pertanggungjawaban terletak pada bagian organisasi
dimana ruang lingkup wewenang telah ditentukan. Wewenang mendasari
pertanggungjawaban biaya tertentu dan dengan pertimbangan serta kerja sama antara
penyelia, kepala departemen, atau manajer, biaya tersebut dituangkan dalam anggaran
perusahaan.
Setiap anggaran harus secara jelas menunjukan biaya yang terkendali oleh personal
yang bersangkutan. Bagan perkiraan harus disesuaikan supaya dilakukan pencatatan
atas beban terkendali atau yang ditanggungjawabi berdasarkan dalam cakupan
wewenang yang dilimpahkan.
Kegunaan Akuntansi Pertanggungjawaban
Kegunaan akuntansi pertanggungjawaban bagi manajemen adalah :
a. Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai dasar penyusunan anggaran.
Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran dalam
usaha pencapaian sasaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran diterapkan siapa
yang akan berperan dalam melaksanakan sebagian aktivitas pencapaian sasaran perusahaan
dan ditetapkan pula sumber daya yang disediakan untuk memungkinkan manajer berperan
dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan tersebut diukur dengan satuan moneter standar
yang berupa informasi akuntansi. Oleh karena itu, penyusunan anggaran hanya mungkin
dilakukan jika tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang mengukur berbagai
nilai sumber daya yang disediakan bagi setiap manajer yang berperan dalam usaha
pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran. Dengan demikian, anggaran
yang berisi informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur nilai sumber daya yang
disediakan selama tahun anggaran bagi manajer yang diberi peran untuk mencapai sasaran
perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran, informasi akuntansi pertanggungjawaban
berfungsi sebagai alat pengiriman peran kepada manajer yang diberi peran dalam pencapaian
sasaran perusahaan.
b. Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai penilaian kinerja manajer
pertanggungjawaban.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam
proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena informasi tersebut
menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap
perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran
bagi setiap manajer untuk merencanakan pendapatan dan atau biaya yang menjadi tanggung
jawabnya, dan kemudian menyajikan informasi realisasi pendapatan dan atau biaya tersebut
menurut manajer yang bertanggung jawab. Dengan demikian, informasi akuntansi
pertanggungjawaban mencerminkan skor yang dibuat untuk melaksanakan peran manajer
tersebut dalam mencapai sasaran perusahaan.
c. Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai pemotivasi manajer.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan bagian yang signifikan, sebagian
informasi akuntansi ini akan berdampak terhadap motivasi manajer melalui dua jalur berikut
ini :
Keterbatasan Akuntansi Pertanggungjawaban
Keterbatasan informasi akuntansi pertanggungjawaban yaitu hanya digunakan untuk :
a. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi,
bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya.
b. Penyusunan anggaran
Penyusunan anggaran adalah proses pembuatan rencana kerja untuk jangka waktu satu tahun
yang dinyatakan dalam satuan moneter dan satuan kuantitatif yang lain.
Pusat-Pusat Pertanggungjawaban
Pusat tanggungjawab pada dasarnya diciptakan untuk mencapai suatu sasaran
tertentu, baik sasaran tunggal ataupun sasaran majemuk. Sasaran-sasaran tersebut sering pula
kita sebut sebagai obyektif yang harus kita capai. Dalam kaitan ini, dapat dimengerti apabila
sasaran dari masing-masing individu dalam tiap-tiap pusat tanggungjawab itu harus diusulkan
agar selaras, serasi dan seimbang dalam usaha mencapai sasaran umum dari organisasi
diputuskan dalam suatu proses perencanaan strategik yang dalam hal ini diasumsikan telah
ditetapkan sebelum awal proses pengendalian manajemen dimulai.
2). Pusat Pembiayaan Diskresioner (Tak Terukur)
Beberapa unit organisasi menghasilkan keluaran yang tidak dapat diukur dengan
besaran nilai uang. Kebanyakan dari unit tersebut biasanya berupa besaran nilai uang.
Kebanyakan dari unit tersebut biasanya berupa unit staff administratif, unit pembelian dan
pengembangan produk serta beberapa unit dalam kegiatan pemasaran. Usaha proses
pengendalian untuk unit-unit pembiayaan diskresioner ini dimulai dengan ditetapkannya
suatu anggaran ataupun perencanaan tahunan yang telah disetujui oleh pihak manajemen.
Selanjutnya realisasi pembiayaan itu kita bandingkan dengan nilai anggarannya. Oleh karena
pada perbandingan tersebut besarnya tingkat masukan itu tidak kita ukur dalam besaran nilai
uang, maka pada dasarnya upaya ini tidak dapat kita lakukan sebagai cara pengukuran
prestasi kerja yang lengkap dan oleh karena itu maka cara ini dapat kita pakai sebagai dasar
pengukuran yang menyeluruh tentang usaha penilaian para manajer secara keseluruhan.
c. Pusat Laba (Profit Center)
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajer diukur
berdasarkan laba pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Dengan demikian baik
masukan diukur dengan nilai moneternya, yang artinya masukan diukur dalam bentuk biaya
dan keluaran diukur dalam pendapatan. Pusat laba pada umumnya terdapat pada organisasi
yang dibagi-bagi berdasarkan divisi-divisi penghasilan laba (organisasi divisional). Manajer
unit divisi ataupun manajer pusat laba menentukan harga jual, strategi pemasaran serta
kebijaksanaan produksi. Jumlah investasi dalam unit ini hanya dapat diusulkan oleh manajer
pusat laba, sedangkan keputusan ditentukan oleh pimpinan tertinggi dari unit-unit pusat laba
yang ada.
d. Pusat Investasi (Investment Center)
Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dapat mengawasi
revenue, biaya dan jumlah investasi atas harta yang ada pada pusat pertanggungjawaban
tersebut. Pada pusat pertanggungjawaban ini manajernya dapat menentukan dan menetapkan
jumlah piutang, kebijaksanaan persediaan, menetapkan pembelian peralatan yang perlu untuk
produksi dan pemasaran hasil produksinya.
7. Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban menganggap bahwa pengendalian organisasi dapat
meningkat dengan cara menciptakan jaringan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dengan
struktur organisasi formal perusahaan. Struktur organisasi mencerminkan pembagian hirarki
wewenang dalam perusahaan. Melalui struktur organisasi, manajemen melaksanakan
pendelegasian wewenang untuk melaksanakan tugas khusus kepada manajemen yang lebih
bawah, agar dapat dicapai pembagian pekerjaan yang bermanfaat.
Jika seorang manajer diberi wewenang untuk melaksanakan sesuatu, ia akan merasa memiliki
kekuasaan untuk secara resmi bertindak dalam lingkup wewenangnya dan untuk
mempengaruhi perilaku bawahannya. Namun wewenang yang diterima dari manajer atas
tersebut tidak ada artinya, jika wewenang tersebut tidak diterima atau diakui adanya oleh
bawahan manajer tersebut.
Sayangnya, seringkali banyak perusahaan memiliki kelemahan dalam masalah pendelegasian
wewenang. Pembagian wewenang seringkali tumpang tindih (overlapping) dan seringkali
tanggungjawab yang dituntut tidak disertai dengan pendelegasian wewenang yang memadai.
Jika seseorang dibebani tanggungjawab yang tidak sepadan dengan wewenang yang
diperlukan untuk melaksanakan pertanggungjawaban tersebut, akan ditimbulkan adalah
frustasi dan keengganan.
Akuntansi pertanggungjawaban membebankan tanggungjawab kepada manajer pusat
pertanggungjawaban dengan anggapan bahwa manajer tersebut seolah-olah merupakan
individu yang terpisah dari manajer lain. Pembebanan tanggungjawab kadang-kadang
mengabaikan fakta bahwa dalam organisasi terdapat pimpinan kelompok formal dan non
formal serta bahwa kinerja kelompoklah yang sebenarnya diukur. Oleh karena itu, dalam
perancangan sistem akuntansi pertanggungjawaban, perlu dipertimbangkan dinamika
kelompok, yang merupakan kekuatan yang berpengaruh terhadap kesediaan kelompok untuk
menerima sasaran yang diterapkan.
Karena pusat pertanggungjawaban merupakan dasar untuk seluruh sistem akuntansi
pertanggungjawaban, kerangka pusat seluruh sistem akuntansi pertanggungjawaban.
Kerangka pusat pertanggungjawaban harus dirancang secara seksama. Struktur organisasi
harus dianalisis mengenai kemungkinan adanya kelemahan dalam delegasi wewenang yang
terdapat di dalamnya. Jaringan pusat pertanggungjawaban dapat menjadi alat efektif untuk
mengendalikan organisasi, jika struktur organisasi yang melandasinya disusun secara
rasional.
Transfer pricing adalah suatu harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar
divisional untuk mencatat pendapatan divisi penjual (selling division) dan biaya divisi
pembeli (buying divison). Transfer pricing sering juga disebut dengan intracompany pricing,
intercorporate pricing, interdivisional atau internal pricing yang merupakan harga yang
diperhitungkan untuk keperluan pengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar
anggota (grup perusahaan).
A transfer pricing system should satisfy three objectives: acurate performance evaluation,
goal congruence, and preservation of divisional autonomy (Joshua Ronen and George
McKinney, 1970)
Transfer pricing can effect overall corporate incame taxes. This is particulary true for
multinational corporations (Hansen and Mowen, 1996)
Beberapa metode transfer pricing yang sering digunakan oleh perusahaan- perusahaan
konglomerasi dan divisionalisasi/departementasi yaitu :
2. Harga Transfer atas Dasar Harga Pasar (Market Basis Transfer Pricing) 9
Apabila ada suatu pasar yang sempurna, metode transfer pricing atas dasar harga
pasar inilah merupakan ukuran yang paling memadai karena sifatnya yang
independen. Namun keterbatasan informasi pasar yang terkadang menjadi kendala
dalam mengunakan transfer pricing yang berdasarkan harga pasar.
Ada dua tujuan transfer pricing yang ingin dicapai oleh perusahaan multinasional yaitu :
1. Performance Evaluation.
Salah satu alat yang dipakai oleh banyak perusahaan dalam menilai kinerjanya adalah
menghitung berapa tingkat ROI-nya atau Return On Investment. Terkadang tingkat
ROI untuk satu divisi dengan divisi lainnya dalam satu perusahaan yang sama berbeda
satu dengan yang lain. Misalnya divisi penjual menginginkan harga transfer yang
tinggi yang akan meningkatkan income, yang secara otomatis akan meningkatkan
ROI-nya, tetapi di sisi lain, divisi pembeli menuntut harga transfer yang rendah yang
nantinya akan berakibat pada peningkatan income, yang berarti juga peningkatan
dalam ROI. Hal semacam inilah yang terkadang membuat transfer pricing itu berada
di posisi yang terjepit. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan seperti ini,
induk perusahaan akan sangat berkepentingan dalam penentuan harga transfer.
2. Optimal Determination of Taxes
Tarif pajak antar satu negara dengan negara yang lain berbeda. Perbedaan ini
disebabkan oleh lingkungan ekonomi, sosial, politik dan budaya yang berlaku dalam
negara tersebut. Afrika misalnya, karena tingkat investasi rendah, tarif pajak yang
berlaku di negara tersebut juga rendah. Tetapi apabila kita berbicara tentang Amerika,
tidak mungkin tarif pajak yang berlaku di negara tersebut sama dengan di negara
Afrika. Hal ini jelas, karena di negara maju seperti Amerika tingkat investasi sangat
tinggi, yang dibuktikan dengan tingkat pertumbuhan badan usaha yang semakin
meningkat. Atas dasar inilah tarif pajak yang ditetapkan di negara yang bersangkutan
tinggi.
Masalah transfer pricing ini perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut dari pemerintah
setempat, karena terkadang anak perusahaan yang didirikan dalam suatu negara, hanya
bersifat sebagai transit place atau tempat persingahan semata.
Suatu survey yang dilakukan oleh Ernst & Young LLp, 1999 menemukan bahwa masalah
transfer pricing merupakan masalah utama dalam bidang perpajakan selama kurun waktu 2
tahun terakhir yang terjadi pada perusahaan-perusahaan multinasional di seluruh dunia. Oleh
karena itu banyak kantor akuntan publik melakukan audit compliance, untuk melakukan
pemeriksaan atas masalah transfer pricing ini yang memang berpengaruh terhadap jumlah
pajak yang harus dibayarkan.
Sebenarnya praktek transfer pricing ini sudah banyak dilakukan oleh banyak
perusahaan. Hanya saja, tidak terlalu terasa efek pengurangan pajaknya apabila dilakukan
antar divisi dalam satu perusahaan yang sama. Lain halnya apabila transfer pricing itu
digunakan untuk menilai kinerja divisi. Pertanyaan yang timbul adalah mengapa transfer
pricing tidak terlalu berarti dari sisi pajak apabila dipraktekkan pada divisi yang sama dalam
satu perusahaan.
Jawabannya adalah, hal ini disebabkan karena praktek transfer pricing akan
memberikan hasil maksimal dalam hal ini meminimalkan jumlah pajak yang terutang, apabila
timbul pengenaan tarif yang berbeda. Oleh karena itu apabila praktek tersebut dilakukan antar
divisi tidak memberikan hasil yang maksimal, karena tarif pajak yang berlaku sama. Adanya
hubungan istimewa merupakan faktor penyebab utama timbulnya praktek transfer pricing.
Hubungan istimewa adalah hubungan kepemilikan antara satu perusahaan dengan perusahaan
lain dan hubungan ini terjadi karena adanya keterkaitan, pertalian atau ketergantungan satu
pihak dengan pihak yang lain yang tidak terdapat pada hubungan biasa, faktor kepemilikan
atau penyertaan, adanya penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi, adanya
hubungan darah atau karena perkawinan merupakan faktor penyebab utama timbulnya
hubungan istimewa.Oleh karena itu faktor hubungan istimewa akan menjadi penting dalam
menentukan besarnya penghasilan dan/atau biaya yang akan dibebankan untuk menghitung
penghasilan kena pajak.
Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Perpajakan No. 10 Tahun 1994 menyebutkan bahwa
hubungan istimewa ada apabila :
1. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung sebesar 25%
(dua puluh lima persen) atau lebih pada wajib pajak lain, atau hubungan antara Wajib
Pajak dengan penyertaan 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada dua Wajib
Pajak atau lebih yang disebut terakhir; atau
2. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya, atau dua atau lebih Wajib Pajak berada
di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
3. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan
lurus dan/atau kesamping satu derajat.
Praktek transfer pricing ini dapat mengakibatkan terjadinya pengalihan penghasilan atau
dasar pengenaan pajak dan/atau biaya dari satu Wajib Pajak ke Wajib Pajak yang lainnya,
yang dapat direkayasa untuk menekan keseluruhan jumlah pajak terutang atas Wajib Pajak-
Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa tersebut. Sebenarnya kekurang-wajaran
yang bisa timbul karena adanya praktek transfer pricing dapat terjadi antar Wajib Pajak
dalam negeri atau antara Wajib Pajak dalam Negeri dengan pihak luar negeri, terutama yang
berkedudukan di Tax Haven Countries (negara yang tidak memungut/memungut pajak lebih
rendah dari Indonesia).Direktorat Jenderal Pajak, melalui Surat Edaran Dirjen Pajak N0. SE-
04/PJ.7/1993 Tanggal 3 Maret 1993 menyebutkan bahwa kekurang-wajaran dari adanya
praktek transfer pricing dapat terjadi atas :
1. Harga penjualan
2. Harga pembelian
3. Alokasi biaya administrasi dan umum (overhead cost)
4. Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham (shareholder
loan)
5. Pembayaran komisi, lisensi, franchise, sewa, royalti, imbalan atas jasa manajemen,
imbalan atas jasa teknik dan imbalan atas jasa lainnya
6. Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham (pemilik) atau pihak yang
mempunyai hubungan istimewa yang lebih rendah dari harga pasar
7. Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang/tidak
mempunyai substansi usaha (misalnya dummy company, letter box company atau
reinvoicing center)
Berikut ini akan diberikan beberapa contoh dari kasus yang menyebabkan timbulnya
kekurangwajaran yang timbul dari praktek transfer pricing.
Kantor pusat perusahaan (head office) di luar negeri dari BUT di Indonesia sering
mengalokasikan biaya administrasi dan umum (overhead cost) kepada BUT tersebut. Biaya
yang dialokasikan tersebut antara lain :
Biaya training karyawan BUT di Indonesia yang diselenggarakan kantor pusat di luar
negeri;
Biaya perjalanan dinas direksi kantor pusat tersebut ke masing-masing BUT;
Biaya administrasi/manajemen lainnya dari kantor pusat yang merupakan biaya
penyelenggaraan perusahaan;
Biaya riset dan pengembangan yang dikeluarkan kantor pusat
Alokasi biaya-biaya tersebut di atas diperbolehkan sepanjang sebanding dengan manfaat yang
diperoleh masing-masing BUT dan bukan merupakan duplikasi biaya.
H Ltd di Hongkong memiliki 80% saham PT C dengan modal yang belum disetor sebesar Rp
200 juta. H Ltd juga memberikan pinjaman sebesar Rp 500 juta dengan bunga 25% atau Rp
125 juta setahun. Tingkat bunga yang berlaku adalah 20%. Sehubungan dengan transaksi di
atas, diharuskan untuk menentukan kembali jumlah utang PT C. Pinjaman sebesar Rp 200
juta dianggap sebagai penyetoran modal terselubung, sehingga besarnya hutang PT C yang
dapat diakui adalah sebesar Rp 300 juta (Rp 500 juta - Rp 200 juta). Biaya bunga yang boleh
dibebankan atas transaksi pinjam-meminjam di atas adalah sebesar Rp 60 juta (20% x Rp 300
juta) yang berarti timbul koreksi positif .
6. Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham atau oleh pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar.
A adalah pemegang 50% saham PT B. Harta perusahaan PT B berupa kendaraan dibeli A
dengan harga Rp 10 juta. Nilai buku kendaraan tersebut adalah Rp 10 juta. Harga pasaran
kendaraan sejenis dalam keadaan yang sama Rp 30 juta. Dari transaksi di atas dapat dilihat
bahwa harga pasar sebanding untuk kendaraan tersebut adalah Rp 30 juta, maka penghasilan
kena pajak PT B dikoreksi positif Rp
20 juta (Rp 30 juta - Rp 10 juta). Sedangkan bagi A selisih harga Rp 20 juta merupakan
penghasilan berupa deviden yang oleh PT B harus dipotong PPh pasal 23.
7. Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang tidak mempunyai
substansi usaha (letter box company).
Pasal 18 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Perpajakan No. 10 Tahun 1994 mengatur
bahwa :
besarnya penyertaan modal Wajib Pajak dalam negeri tersebut sekurang- kurangnya
50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor atau
Secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya memiliki penyertaan
modal sebesar 50% (lima puluh persen) atau lebih dari jumlah saham yang disetor.
3. Dalam pasal ini berbunyi Direktur Jendral Pajak berwenang menentukan kembali
besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan
kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa.
Tahap ini dilakukan dengan mempelajari akte notaris dan perubahannya. Harus diteliti
apakah dari struktur pemilikan saham-saham Wajib Pajak yang diperiksa tampak adanya
hubungan istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 ayat (4) Undang-Undang
Pajak Penghasilan No. 10 Tahun 1994 dan Undang-Undang No. 11 tentang Pajak
Pertambahan Nilai pasal 2 ayat (1). Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui
gambaran umum Wajib Pajak yang antara lain adalah :
o Tidak ada transaksi denga pihak yang tidak ada hubungan istimewa yang
dapat digunakan sebagai pembanding misalnya pada sistem pemasaran dengan
keagenan tunggal
o Terdapat data harga penjualan kembali barang yang tidak dipengaruhi
hubungan istimewa
o Tidak terdapat proses perubahan barang yang menambah nilai
o Pihak pembeli dan penjual dalam hubungan istimewa tidak menambah harga
yang besar pengaruhnya terhadap nilai barang tersebut
3. Metode Harga Pokok Plus.
Penerbit : Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Univ. Sam Ratulangi Manado, Volume 15
No. 03 Tahun 2015
Masalah Penelitian
Dalam menilai suatu perusahaan apakah sudah menerapkan akuntansi
pertanggungjawabanatau belum maka bisa dilihat melaui syarat-syarat akuntansi
pertanggungjawaban yaknistrukturorganisasi, anggaran, pemisahan biaya, klasifikasi kode
rekening, dan laporanpertanggungjawaban. Serta karakteristik akuntansi
pertanggungjawaban berupa pusatpertanggungjawaban, standar pengukuran kinerja,
pengukuran kinerja manajer, dan pemberianpengharagaan dan hukuman pada manjer suatu
perusahaan.Pengendalian biaya melalui akuntansi pertanggungjawaban dapat dijalankan
dengan caramenyelenggarakan perencanaan suatu sistem pencatatan atas biaya-biaya
yang dapatdikendalikan.
Dalam pengelolaan perusahaan, anggaran merupakan bagian yang sangat
penting.Anggaran dapat memberikan aspek motivasi bagi manajemen untukmencapai
tujuanperusahaan.PT GoTrans Logistics adalahperusahaan yang bergerakdibidang logistic
dantransportasiyang mendistribusikanbarangelektronikmilik Panasonic daripusat
kesetiapdaerah yang tersebar di Indonesia. Olehkarenaitu, perlunya akuntansi
pertanggungjawabangunamenunjangpengendalianbiaya.Semakinbaikpenerapanakuntansip
ertanggungjawabanmakaakansemakinbaik pula pengendalianbiaya, sedangkan
pengendalianbiayaakanmemudahkanpenerapanakuntansipertanggungjawabandalamsuatup
erusahaan.
Dari uraian diatas dan melihat pentingnya akuntansi pertanggungj
awabandanpengendalianbiaya, makapenulistertarikuntukmelakukanpenelitianmengenai,
“Anggaranseringdipakaiuntukmenilaikinerjadaripimpinanpusatpertanggungjawaban.Penera
pan AkuntansiPertanggungjawaban dengan Anggaran sebagai Alat PengendalianBiaya
pada PT GoTransLogistic cabang Manado”.
Tujuan Penelitian
Tujuanpeneilitianpadaartikeliniadalahuntuk mengetahui penerapan
akuntansipertanggungjawaban dengan anggaran sebagai alat pengendalian biaya pada PT
GoTransLogisticcabang Manado.
Landasan Teori
Definisiakuntansipertanggungjawaban Hansen danMowen (2009:229),
mengemukakanbahwaakuntansipertanggungjawabanadalahalat fundamental
untukpengendalianmanajemendanditentukanmelaluiempatelemenpenting,
yaitupemberiantanggungjawab, pembuatanukurankinerjaatau benchmarking,
pengevaluasiankinerja, danpemberianpenghargaan.
Akuntansipertanggungjawabanbertujuanmempengaruhiperilakudalamcaratertentusehingga
seseorangataukegiatanperusahaanakandisesuaikanuntukmencapaitujuanbersama.
Pusatpertanggungjawaban (responsibility center) merupakansuatusegmenbisnis
yang manajernyabertanggungjawabterhadapserangkaiankegiatan-kegiatantertentu
(Hansen danMowen 2009:560). Sedangakan Robert N. Anthony danVijay Govindarajan
(2009:171) meyatakanpusatpertanggungjawabanadalahorganisasi yang
dipimpinolehseorangmanajeryang bertanggungjawabterhadapaktivitas yang dilakukan
MenurutHalim, dkk (2009:73)
Anggaranadalahpengoprasionalanrencanadalambentukpengkuantifikasian, biasanyadalam
unit moniter, untukkurunwaktutertentu. Anggaranadalahrencana yang
diungkapkansecarakuantitaifdalam unit moniteruntukperiodesatutahun. Program
ataustartegic plan yang
telahdisetujuipadatahapsebelumnyamerupakantitikawaldalammempersiapkananggaran.
Daljono (2009:13)
menyatakanbahwabiayamerupakansuatupengorbanansumberekonomiyang
diukurdalamsatuanuang, untukmendapatkanbarangataujasa yang
diharapkanakanmemberikankeuntungan/manfaatpadasaatiniataumasa yang akandatang.
Sedangkan Hansen danMowen (2009:47)
mendefinisikanbiayamerupakankasataunilaisetarakas yang
dikorbankanuntukmendapatkanbarangataujasa yang
diharapkanmemberimanfaatsaatiniataudi masadepanbagiorganisasi.
Informasiakuntansipertanggungjawabanmerupakaninformasi yang pentingdalam
proses perencanaandanpengendalianaktivitasperusahaan,
karenainformasitersebutmenekankanhubunganantarainformasidenganmanajer yang
bertanggungjawabterhadapperencanaandanrealisasinya.
Pengendaliandapatdilakukandengancaramemberikanperanbagisetiapmanajeruntukmerenca
nakanpendapatandan/ataubiaya yang menjaditanggungjawabnya,
dankemudianmenyajikaninformasirealisasipendapatandan/ataubiayatersebutmenurutmana
jer yang bertanggungjawab.
Andre Mandak 2013 dalampenelitiannyamengenaipenerapanakuntansi
pertanggung jawaban dengan anggaransebagaialatpengendalianbiaya.
Tujuanpenelitianuntukmengetahuiperananakuntansipertanggungjawabandalammenunjang
efisiensipengendalianbiayapadaDinasPerhubungan Kota Manado.
Metodepenelitianiniadalahdeskriptifkualitatif. Persamaanpenelitiansebelumnyaadala
hpenelitimelakukanpenelitian akuntansipertanggungjawabansebagaialat bantu
mengendalikanbiaya.Perbedaandenganpenelitianterdahulupenelitimelakukanpadasektorpu
bliksedangkanpenelitianinipadasektorswasta.
Metodologi Penelitian
Metodepenelitianpadaartikeliniadalahpenelitian deskriptifkuantitatif. Penelitian deskriptif
dilakukanagar peneliti dapat menggambarkan lebih baik sifat-sifat yang diketahui
keberadaannya yangrelevan dengan variabel-variabel yang diteliti.Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan data primer berupa data yang diperolehlangsung dari objek penelitian. Sedangkan,
data sekunder yang digunakan adalah laporananggaran dan laporan realisasi anggrana tahun
2014, literatur-literatur, jurnal, serta artikelyang dibuat oleh pihak ketiga dan mempunyai
relevansi dengan penelitian ini.
Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada PT. Gotrans Logistic cabang Manado
mengenaipenerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan anggaran sebagai alat
pengendalian biaya,maka penulis menarik kesimpulan bahwa penerapan akuntansi
pertanggungjawaban di PT. Gotrans Logistic cabang Manado belum memadai karena
salah satu syarat akuntansipertanggungjawaban yaitu pemisahan biaya terkendali dan
biaya tidak terkendali belumditerapkan dalam penyusunan anggaran perusahaan.
PT GoTrans Logistic cabang Manado telah menyusun struktur organisasi
dengancukup baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya penggambaran secara jelas
pembagianwewenang dan tanggung jawab untuk tiap tingkatan manajemen dan
hubungan kerjaantar bagian-bagian dalam perusahaan. Dengan adanya struktur
organisasimemungkinkan keberhasilan program perencanaan dan pengendalian yang
ditetapkanperusahaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, PT GoTrans Logistic cabang
Manadomengajukan anggaran yang akan digunakan untuk kegiatan perusahaan kepada
PTGoTrans Logistic pusat. Pengajuan anggaran bertujuan untuk mengetahui jumlah
danayang dibutuhkan perusahaan cabang dalam membiayai seluruh kegiatan operasional
yangakan dilaksanakan dan sebagai alat bantu bagi manajemen dalam mencegah
terjadinyapenyimpangan-penyimpangan terhadap penggunaan dana perusahaan.
PT Gotrans Logistic cabang Manado belum melakukan pemisahan biaya
terkendalidan biaya tidak terkendali dengan cukup memadai, tidak ada pemisahan
antara biayaterkendali dan biaya tidak terkendali yang dilakukan pada anggaran yang dibuat
oleh PTGoTrans LogisticCabang Manado. Klasifikasi kode rekening juga telah diterapkan
oleh PT GoTrans Logistic cabangManado dengan cukup memadai. Biaya-biaya yang terjadi
dicatat untuk setiap tingkatmanajemen, kemudian digolongkan dan diberi kode sesuai
dengantingkatan manajemenyang terdapat dalam struktur organisasi.
PT GoTrans Logistic cabang Manado telah membuat laporan
pertanggungjawabanberupa laporan realisasi anggaran. Pada laporan pertanggungjawaban
dapat dilihat berapabesarnya perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, serta
selisihnya.PT GoTrans Logistic pusat sebagai perusahaan yang besar mengidentifikasi
PTGoTrans Logistic cabang Manado sebagai salah satu pusat pertanggungjawaban dari
PTGoTrans Logistic pusat dengan kepala cabang sebagai pimpinan
pusatpertanggungjawaban dalam hal ini pusat biaya.Pada PT GoTrans Logistic cabang
Manado telah ditetapkan beberapa standar untukmenilai kinerja para manajernya. Untuk
menilai kinerja manajer pusatpertanggungjawaban, dilakukan perbandingan antara
realisasi biaya dengan anggaranbiaya yang terdapat pada laporan pertanggungjawaban.
Pada PT GoTrans Logistic cabang Manado, terdapat laporan
pertanggungjawabanberupa laporan realisasi anggaran yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerjamanajer. Dengan adanya jenis laporan seperti itu, maka kinerja manajer
dapat diukur olehperusahaan.
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018