2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi akhlak & perbedaannya dengan moral dan etika?
2. Bagaimana kedudukan akhlak dalam agama Islam?
3. Apa saja karakteristik akhlak?
4. Apa saja faktor-faktor pembentuk akhlak?
5. Aktualisasi akhlak dalam berbagai bidang kehidupan?
Akhlak dalam bahasa Arab berasal dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, perangai,
atau tabiat. Secara terminologi, akhlak adalah tingkah laku seseorang yang didorong oleh
sesuatu keinginan secara mendasar untuk melakukan suatu perbuatan.
Sementara itu, menurut Imam Al Ghazali, akhlak merupakan tingkah laku yang melekat
pada diri seseorang yang dapat memicu perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran
terlebih dahulu.
Dilansir dari laman NU Online, Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT untuk
menyempurnakan akhlak manusia. Pasalnya akhlak merupakan salah satu pondasi penting
untuk orang-orang yang beragama. Sehingga akhlak dan budi pekerti sangat dibutuhkan bagi
setiap orang yang beragama dalam menjalani kehidupan di masyarakat.
Akhlak merupakan sebuah sistem yang mengatur tindakan dan pola sikap manusia dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran agama islam, sistem nilai tersebut merupakan
sumber ijtihad sebagai salah satu metode berpikir secara islami. Akhlak memicu terjadinya
tindakan dan hubungan antara Allah, sesama manusia dan alam semesta.
Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak merupakan salah satu sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia yang dapat menimbulkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan tanpa adanya
pertimbangan pemikiran lagi. Sementara itu, Muslim Nurdin mengatakan bahwa akhlak
adalah sebuah sistem nilai yang mengatur tindakan manusia yang ada di muka bumi.
Adapun pengertian akhlak menurut Muslim Nurdin dibagi menjadi dua sudut pandang,
yaitu Suluq Azzahriah dan Bataniah. Suluq azzhariah merupakan suatu cara pandang yang
memperlihatkan hal-hal yang tampak di dalam diri seperti tutur kata, tingkah laku dan watak.
Sementara itu menurut sudut pandang Bataniah, akhlak adalah ilmu yang membahas berbagai
masalah yang dihadapi manusia terkait dengan hal-hal yang bersifat kejiwaan.
Sementara perbedaan istilah ialah; akhlak tolak ukurnya adalah Al- Qur’an dan As-
Sunnah, etika tolak ukurnya adalah pikiran atau akal, sedangkan moral tolak ukurnya adalah
norma yang hidup dalam masyarakat.
1) Akhlak adalah tujuan utama diangkatnya Nabi Muhammad menjadi nabi yang diutus
kepada manusia
Allah berfirman: “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka.” (Al-
Jumuah: 2). Allah memberi anugerah kepada orang beriman dengan mengutus nabi untuk
mengajari mereka tentang Al-Qur`an dan mensucikan mereka. Yang dimaksud dengan
mensucikan adalah membersihkan hati mereka dari syirik dan akhlak tercela seperti dendam
dan iri hati dan membersihkan perkataan dan perbuatan mereka dari kebiasaan yang buruk.
Nabi Muhammad bersabda dengan jelas, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia.” (Al-Baihaqi, no. 21301) Jadi salah satu sebab diangkatnya Nabi
Muhammad menjadi nabi adalah untuk memperbaiki akhlak individu dan masyarakat.
2) Akhlak merupakan bagian tak terpisahkan dari iman dan akidah
Ketika Rasulullah ditanya: “Siapakah orang beriman yang paling utama imannya?” Maka
beliau menjawab, “Yang paling baik akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi, no. 1162 dan Abu
Dawud, no. 4682)
Allah telah menamakan iman dengan kebaikan dalam firman-Nya: “Bukanlah menghadapkan
wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu
ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” (Al-
Baqarah: 177). Kata “al-birr” merupakan nama bagi semua jenis kebaikan, mulai dari akhlak,
perkataan dan perbuatan. Karenanya, Nabi Muhammad bersabda, “Yang disebut dengan al-
birr (kebaikan) adalah akhlak yang baik.” (HR. Muslim, no. 2553)
Masalah akhlak ini semakin lebih jelas dalam sebuah sabda Nabi Muhammad : “Iman itu
mempunyai enam puluh cabang lebih. Cabang yang paling utama adalah kalimat bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah dan yang paling bawah adalah membersihkan gangguan dari jalan dan
malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Muslim, no. 35)
Shalat: “Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar.” (Al-‘Ankabut: 45)
Zakat: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka.” (At-Taubah: 103). Walaupun hakikat zakat adalah berbuat
kebaikan bagi manusia tetapi tujuan lainnya adalah mendidik jiwa dan membersihkannya dari
akhlak yang buruk.
Puasa: “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183). Jadi tujuan dari puasa adalah agar bertakwa
kepada Allah dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karena itu
Nabi Muhammad bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan jahat dan
melakukannya maka tidak ada bagi Allah keperluan darinya untuk meninggalkan makan dan
minumnya (yakni Allah tidak menerima puasanya).” (HR. Al-Bukhari, no. 1804).
Barangsiapa yang puasanya tidak mengubah akhlaknya terhadap manusia maka berarti
puasanya belum mencapai target yang sesungguhnya.
4) Banyak keutamaan dan pahala besar yang diberikan Allah kepada orang yang
berakhlak mulia
Dalil-dalil yang menunjukkan hal itu sangat banyak baik dari al-Qur’an dan hadits, di
antaranya:
Akhlak mulia menjadi pemberat timbangan amal shalih pada hari kiamat
Nabi Muhammad bersabda, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat daripada akhlak mulia yang
disimpan di timbangan nanti. Sesungguhnya orang yang berakhlak mulia akan sederajat
dengan orang yang berpuasa dan menunaikan shalat.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2003)
Akhlak mulia merupakan sebab utama bagi seseorang untuk masuk surga
Nabi Muhammad bersabda, “Kebanyakan orang masuk surga karena takwa kepada Allah dan
akhlak yang mulia.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2004, dan Ibnu Majah, no. 4246)
Orang yang berakhlak mulia adalah orang yang paling dekat tempatnya dari
Rasulullah pada Hari Kiamat.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat
posisinya dariku pada hari kiamat nanti adalah yang paling mulia akhlaknya.” (HR. At-
Tirmidzi, no. 2018)
Di surga nanti, orang yang berakhlak mulia akan berada di tempat paling tinggi dan
dijamin oleh Rasulullah .
Nabi Muhammad bersabda, “Aku akan memberikan jaminan sebuah rumah di pinggir surga
bagi orang yang meninggalkan perdebatan sekalipun dia benar, dan rumah di tengah surga
bagi orang yang meninggalkan dusta sekalipun dia bercanda, serta rumah di bagian atas surga
bagi orang yang akhlaknya bagus.” (HR. Abu Dawud dalam As-Sunan, no. 4800) Makna
“za’im” dalam hadits ini adalah penjamin.
3. Kesesuaian dengan Fitrah Manusia. Islam datang dengan membawa suatu yang sesuai
dengan fitrah dan tabiat manusia serta penyempurnaannya.Islam mengakui eksistensi
manusia sebagaimana yang telah diciptakan Allah dengan segala dorongan kejiwaan,
kecenderunganfitrah serta segala yang telah digariskan-Nya.Islam menjadikan mulia
dan membuat batasan hukum untuknya agar dapat memelihara kebaikan masyarakat
dan individu manusia itu sendiri.Kita dilahirkan dengan fitoh kita sebagai
makhluknya maka kita harus berbuat sesuai dengan apa fitroh kita sebagai makhluk
maka hendaknya kita patuh kepada yang menciptakan kita yaitu Allah swt.
5. Moral Positif. Islam menganjurkan kita kuatakan, keyakinan dan cita-cita, melawan
sikap ketidakberdayaan dan pesimisme, malas serta segala bentuk penyebab
kelemahan.Maka, kita hendaknya harus mempunyai sikap yang optimis, dan selalu
semangat dalam menghadapi arus dunia ini.
2) Sifat-sifat bangsa.
Selain adat kebiasaan tiap-tiap bangsa, ada juga sifat yang diturunkan sekelompok orang
dahulu kepada kelompok orang sekarang. Sifat-sifat ini ialah menjadikan beberapa orang dari
tiap-tiap bangsa berlainan dari beberapa orang dari bangsa lain, bukan saja dalam bentuk
mukanya bahkan juga dalam sifat-sifat yang mengenai akal.
C. Lingkungan
Lingkungan ialah suatu yang melingkungi tubuh yang hidup. Lingkungan tumbuh-tumbuhan
oleh adanya tanah dan udaranya, lingkungan manusian ialah apa yang melingkungi dari
negeri, lautan, sungai, udara dan bangsa.
Lingkungan ada dua macam, yaitu:
1) Lingkungan alam
Lingkungan alam telah menjadikan perhatian para ahli-ahli sejak zaman plato hingga
sekarang ini. Dengan memberikan penjelasan-penjelasan dan sampai akhirnya membawa
pengaruh. Ibnu Chaldun telah menulis dalam kitab pendahuluannya. Maka tubuh yang hidup
tumbuhnya bahkan hidupnya tergantung pada keadaan lingkungan yang ia hidup didalamnya.
Kalau lingkungan tidak cocok kepada tubuh, maka tubuh tersebut akan lemah dan mati.
Udara, cahaya, logam di dalam tanah, letaknya negeri dan apa yang ada padanya dari lautan,
sungai dan pelabuhan adalah mempengaruhi kesehatan penduduk dan keadaan mereka yang
mengenai akal dan akhlak.
2) Lingkungan pergaulan
sekolah, pekerjaan, pemerintah, syariat agama, ideal, keyakinan, pikiran-pikiran, adat-
istiadat, pendapat umum, bahasa, kesusastraan, kesenian, pengetahuan dan akhlak.
Pendeknya segala apa yang diperbuahkan oleh kemajuan manusia. Manusia dalam masa
kemundurannya lebih banyak terpengaruh dalam lingkungan alam. Apabila ia telah dapat
mendapat sedikit kemajuan, lingkungan pergaulanlah yang banyak menguasainya, sehingga
ia dapat mengubah lingkungan atau menguasainya atau menyesuaikan diri kepadanya.
D. Kebiasaan
Ada pemahaman singkat, bahwa kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang terus
sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang. Seperti kebiasaan berjalan, berpakaian, berbicara,
berpidato, mengajar dan lain sebagainya.
Orang berbuat baik atau buruk karena ada dua faktor dari kebiasaan yaitu:
a).Kesukaan hati terhadap suatu pekerjaan
b).Menerima kesukaan itu, yang akhirnya menampilkan perbuatan, dan diulang terus
menerus. Orang yang hanya melakukan tindakan dengan cara berulang-ulang tidak ada
manfaatnya dalam pembentukan kebiasaan. Tetapi hal ini harus dilalui dengan perasaan suka
didalam hati. Dan sebalikanya tidak hanya senang atau suka hati saja tanpa diulang-ulang
tidak akan menjadi kebiasaan. Maka kebiasaan dapat tercapai karena keinginan hati dan
dilakukan berulang-ulang.
E. Kehendak
1) Pengertian
Suatu perbuatan yang ada berdasar atas kehendak dan bukan hasil kehendak. Contoh
berdasarkan kehendak adalah menulis, membaca, mengarang atau berpidato dan lain
sebagainya. Adapun contoh yang berdasarkan bukan kehendak adalah detik hati, bernafas dan
gerak mata. Ahli-ahli mengatakan bahwa keinginan yang menang adalah keinginan yang
alamnya lebih kuat meskipun dia bukan keinginan yang lebih kuat. Keinginan yang kuat
desebut “roghbah”, lalu datang 4 azam atau niat berbuat. Azam ini ialah yang disebut dengan
kehendak kemudian diikuti dengan perbuatan.
3) Obat kehendak
Bagaimana juga kehendak juga dapat sakit. Ada beberapa cara mengobatinya yaitu:
a). Bila kehendak itu lemah, dapat diperkuat dengan latihan. Sepeti tubuh dapat diperkuat
dengan gerak badan dan akal dengan penyelidikan yang dalam.
b). Wajib bagi kita jangan membiarkan kehendak kita lenyap dengan tiada ditanfidzkan
menurut agama kita, karena yang demikian itu akan melemahkan kehendak.
c).Apabila kehendak itu kuat tetapi penyakitnya di dalam menjuruskan ke arah dosa dan
keburukan. Maka obatnya dengan memperkenalkan jiwa, pada jalan-jalan yang baik dan
buruk dan ditambah keterangan dengan buah dan akibat kedua jalan itu, dan menganjurkan
supaya tunduk kepada maksud kebaikan dan mengelilingi jiwa dengan apa yang menarik
kebaikan sehingga ia menuju ke arah kebaikan.
4) Kebebasan berkehendak
Ahli filsafat yunani setengahnya berpendapat bahwa kehendak itu mereka dalam memilih,
dan setengahnya berpendapat bahwa kehendak itu terpaksa menjalani suatu jalan yang tidak
dapat dilampauinya.
Ilmuan arab berkata bahwa: manusia itu terpaksa dan tidak mempunyai kehendak yang
merdeka, bahkan kepastian itu yang menjalankan menurut apa yang digambarkannya. Dan
manusia itu seperti kapas dalam tipuan angin atau seperti kulit biji diatas gelombang, tiada
kehendak dan memilih, hanya Allah-lah yang berbuat menurut kehendaknya.Kedua faktor ini
mengendalikan kehendak yang menggambarkan baginya jalan untuk berbuat sehingga dapat
menebak apa yang akan dilakukan oleh manusia yang membentuk akhlak.
F. Pendidikan
Dunia pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan prilaku akhlak
seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar dapat memahaminya dan dapat melakukan
perubahan pada dirinya.
Dengan demikian, setrategis sekali, dikalangan pendidikan dijadikan pusat perubahan
perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju ke prilaku yang baik. Maka dibutuhkan
beberapa unsur dalam pendidikan, untuk bisa dijadikan agen, perubahan sikap dan perilaku
manusia, yaitu:
1). Tenaga pendidik
2). Materi pengajaran
3).Metodologis pengajaran
4).Lingkungan sekolah
b) Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya, seakar dengan kata iman. Sifat amanah lahir dari
kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat
amanah pada dirinya.Bentuk amanah dapat berupa tidak menyalahgunakan jabatan
untuk kepentingan tertentu, menunaikan kewajiban dengan baik dan memelihara
semua nikmat yang diberikan Allah SWT.
c) Istiqamah
istiqamah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman
sekalipun menghadapi berbagai tantangan dan godaan. Seorang yang beriman
haruslah istiqamah dalam ketiga dimensi tersebut. Dia akan selalu menjaga kesucian
hatinya, kebenaran perkataan dan kesesuaian perbuatannya dengan ajaran Islam.
d) Iffah
Iffah yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara kehormatan
diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya. Untuk
menjaga kehormatan diri tersebut, dia harus dapat mengendalikan hawa nafsunya,
tidak saja dari hal-hal yang haram, bahkan kadang-kadang harus juga menjaga dirinya
dari hal-hal yang halal karena bertentangan dengan kehormatan dirinya..
e) Tawadhu’
Tawadhu’ artinya rendah hati, kebalikan dari sombong atau takabur. Orang yang
rendah hati tidak memandang dirinya lebih hebat dari orang lain. Rendah hati berbeda
dengan rendah diri.Sikap tawadhu’ adalah sifat mulia yang lahir dari kesadaran akan
Kemahakuasaan Allah atas semua hamba-Nya.
f) Malu
Malu atau dalam bahasa Arab al-hayaa-uadalah sikap menahan segala kecenderungan
berbuat keburukan, kedzaliman, kekejian, kewenang-wenangan dan tindak
kemaksiatan lainnya. Orang yang memiliki rasa malu akan mendapatkan banyak
kebaikan. Perasaan malu juga merupakan akhlak yang paling asli dan pokok pada
Rasulullah SAW.
g) Sabar
Sabar bermakna menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena
mengharapkan ridho Allah. Sabar dalam hal ini berarti menahan dan mengekang diri
dari mempertuhankan hawa nafsu.
h) Pemaaf
Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa harus
menunggu orang yang bersalah meminta maaf kepada, tetapi boleh jadi karena
hambatan psikologis menyebabkan seseorang tidak mau meminta maaf, kebalikan
dari sifat pemaaf adalah dendam, yaitu menahan rasa permusuhan di dalam hati dan
menunggu kesempatan untuk membalas.
b) Memulai salam
Memulai salam adalah bagian dari tanda-tanda tawadhu (rendah hati) seseorang dan tanda
ketaatannya kepada Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala
berfirman,”…Dan berendah dirilah kamu terhadap o-rang-orang yang beriman.” (QS. 15:88)
g) Menutup Aib.
Seorang mu’min adalah seorang yang mencintai saudara-saudaranya, menutup aibnya,
bersabar atas kesalahannya, dan menginginkan saudaranya selalu mendapatkan kebaikan
,taufiq serta istiqamah
Seseorang hendaknya mencari waktu yang tepat untuk mengunjungi tetangganya. Tidak
mendatanginya dengan tiba-tiba atau tanpa mengabarinya terlebih dahulu atau meminta izin
kepadanya. Dan hendaklah tidak membuat tetangga merasa terbebani atau direpotkan dengan
kunjungannya.
Akhlak Terhadap Orang Tua (Ibu Dan Bapak) yang masih hidup
Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi asal keturunan anak. Itu pula
sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan mencintai anaknya sebagai mana
ia menyayangi dan mencintai dirinya sendiri. Orang tua tidak mengharapkan balas jasa dari
anak atas semua pengorbanan yang diberikan kepada anak. Harapan orang tua hanya satu
yaitu kelak anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah, anak yang memberi kebahagiaan
orang di dunia dan mendo’akan mereka setelah mereka meninggal dunia.Atas dasar itu,
antara lain yang menyebabkan seorang anak harus berbakti kepada orang tua.
2. Kerjasama
Dalam konteks yang lebih besar, kepemimpinan suatu bangsa misalnya tidak mungkin
mencapai sukses apabila langkah-langkah pemimpin daerah tidak searah dengan
kepemimpinan pusat. Kepemimpinan di setiap daerah itu sendiri pun tidak akan
berjalan mulus jika bertentangan dengan kepemimpinan atau langkah-langkah
keluarga dan jelaslah pula bahwa keluarga merupakan tulang punggung bagi tegaknya
suatu bangsa.
5. Kasih sayang
keajaiban dari kekuatan besar yang dinamakan cinta yang merupakan anugrah dari
Allah SWT.Sejatinya, kekuatan besar tersebut melandasi seluruh aspek kehidupan
berkeluarga, karena dengan cinta sesuatu yang berat akan terasa mudah.
Manusia mempunyai kewajiban untuk berakhlak kepada alam sekitarnya. Ini didasarkan
kepada hal-hal sebagai berikut:
Dalam Islam ada aturan untuk mengendalikan diri dalam berinteraksi dengan alam, yaitu
ketika sedang melakukan ihram, seseorang dilarang mencabuti tumbuhan dan berburu
binatang.Pada intinya, etika Islam terhadap alam semesta hanya mengajarkan satu hal saja
yaitu perintah untuk tidak melakukan kerusakan di muka bumi.Akhlak manusia terhadap
alam bukan semata-mata untuk kepentingan alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara,
melestarikan dan memakmurkan alam ini. Dengan memenuhi kebutuhannya sehingga
kemakmuran, kesejahteraan, dan keharmonisan hidup dapat terjaga. Berakhlak dengan alam
sekitar dapat kita lakukan dengan cara melestarikan alam sekitar sebagai berikut :
Kerusakan alam dan ekosistem di lautan dan di daratan terjadi akibat manusia tidak sadar,
sombong, egois, rakus dan angkuh dan hal itu merupakan bentuk akhlak yang buruk dan
sangat tidak terpuji.Musibah yang menimpa manusia pada hakekatnya adalah natijah
(peringatan) dari perbuatannya sendiri. Ini sesuai dengan hukum kausal karena manusia
merusak lingkungannya sendiri, maka timbullah berbagai kesulitan hidup dan malapetaka.
Jadi, sebagai konsekuensi dari perbuatan melakukan kerusakan itu, manusia harus
bertanggungjawab. Tanggungjawab di dunia berupa :
Kembali sadar dan tidak mengulangi perbuatannya yang merugikan lingkungan itu
Memperbaiki lingkungan yang telah dirusaknya, sehingga dapat berfungsi kembali sesuai
tujuan penciptaannya, dan
Membayar ganti rugi, seorang yang merusak lingkungan harus diberi sanksi, baik sanksi
negara maupun sanksi agama.
Dengan demikian manusia bukan saja dituntut agar tidak alpa dan tidak angkuh terhadap
sumber daya yang dimiliknya, melainkan juga dituntut untuk memperhatikan apa yang
sebenarnya dikehendaki oleh pemilik (Tuhan) menyangkut apa yang berada di sekitar
manusia.firman Allah: “Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta yang berada di
antara keduanya, kecuali dengan (tujuan) yang hak dan pada waktu yang ditentukan.” (QS.
Al-Ahqaf 46:3)
BAB III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang
buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak merupakan
hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan
manusia yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W. Akhlak baik terhadap
Allah Swt.,terhadap Rasulullah Saw,Pribadi, Sesama Manusia dan Lingkungan hidup perlu
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
3.2 Saran
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun
dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-
hari. Akhlak akan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia jika manusia itu sendiri
dapat mengatur akhlaknya.
DAFTAR PUSTAKA
https://nuriska.id/memahami-perbedaan-akhlak-etika-dan-moral/
https://www.merdeka.com/jateng/macam-macam-akhlak-dalam-islam-beserta-pengertian-contoh-dan-
manfaatnya-kln.html
https://imuslimguide.com/id/moral/1
https://gudangmakalahku.blogspot.com/2013/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
http://aldaangela112.blogspot.com/2017/10/contoh-karakteristik-ajaran-islam.html
http://blog.unnes.ac.id/sitikhotimah/2015/11/19/makalah-akhlak-dan-aktualisasinya-dalam-
kehidupan/