Anda di halaman 1dari 15

1.

2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi akhlak & perbedaannya dengan moral dan etika?
2. Bagaimana kedudukan akhlak dalam agama Islam?
3. Apa saja karakteristik akhlak?
4. Apa saja faktor-faktor pembentuk akhlak?
5. Aktualisasi akhlak dalam berbagai bidang kehidupan?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui definisi akhlak & perbedaannya dengan moral dan etika
2. Untuk mengetahui kedudukan akhlak dalam agama Islam
3. Untuk mengetahui karakteristik akhlak
4. Untuk mengetahui faktor-faktor pembentuk akhlak
5. Untuk mengetahui aktualisasi akhlak dalam berbagai bidang kehidupan
6. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Akhlak dan Perbedaannya

Akhlak dalam bahasa Arab berasal dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, perangai,
atau tabiat. Secara terminologi, akhlak adalah tingkah laku seseorang yang didorong oleh
sesuatu keinginan secara mendasar untuk melakukan suatu perbuatan.
Sementara itu, menurut Imam Al Ghazali, akhlak merupakan tingkah laku yang melekat
pada diri seseorang yang dapat memicu perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran
terlebih dahulu.
Dilansir dari laman NU Online, Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT untuk
menyempurnakan akhlak manusia. Pasalnya akhlak merupakan salah satu pondasi penting
untuk orang-orang yang beragama. Sehingga akhlak dan budi pekerti sangat dibutuhkan bagi
setiap orang yang beragama dalam menjalani kehidupan di masyarakat.
Akhlak merupakan sebuah sistem yang mengatur tindakan dan pola sikap manusia dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran agama islam, sistem nilai tersebut merupakan
sumber ijtihad sebagai salah satu metode berpikir secara islami. Akhlak memicu terjadinya
tindakan dan hubungan antara Allah, sesama manusia dan alam semesta.
Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak merupakan salah satu sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia yang dapat menimbulkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan tanpa adanya
pertimbangan pemikiran lagi. Sementara itu, Muslim Nurdin mengatakan bahwa akhlak
adalah sebuah sistem nilai yang mengatur tindakan manusia yang ada di muka bumi.
Adapun pengertian akhlak menurut Muslim Nurdin dibagi menjadi dua sudut pandang,
yaitu Suluq Azzahriah dan Bataniah. Suluq azzhariah merupakan suatu cara pandang yang
memperlihatkan hal-hal yang tampak di dalam diri seperti tutur kata, tingkah laku dan watak.
Sementara itu menurut sudut pandang Bataniah, akhlak adalah ilmu yang membahas berbagai
masalah yang dihadapi manusia terkait dengan hal-hal yang bersifat kejiwaan.
Sementara perbedaan istilah ialah; akhlak tolak ukurnya adalah Al- Qur’an dan As-
Sunnah, etika tolak ukurnya adalah pikiran atau akal, sedangkan moral tolak ukurnya adalah
norma yang hidup dalam masyarakat.

2.2 Kedudukan Akhlak Dalam Agama Islam

1) Akhlak adalah tujuan utama diangkatnya Nabi Muhammad menjadi nabi yang diutus
kepada manusia
Allah berfirman: “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka.” (Al-
Jumuah: 2). Allah memberi anugerah kepada orang beriman dengan mengutus nabi untuk
mengajari mereka tentang Al-Qur`an dan mensucikan mereka. Yang dimaksud dengan
mensucikan adalah membersihkan hati mereka dari syirik dan akhlak tercela seperti dendam
dan iri hati dan membersihkan perkataan dan perbuatan mereka dari kebiasaan yang buruk.
Nabi Muhammad bersabda dengan jelas, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia.” (Al-Baihaqi, no. 21301) Jadi salah satu sebab diangkatnya Nabi
Muhammad menjadi nabi adalah untuk memperbaiki akhlak individu dan masyarakat.
2) Akhlak merupakan bagian tak terpisahkan dari iman dan akidah
Ketika Rasulullah ditanya: “Siapakah orang beriman yang paling utama imannya?” Maka
beliau menjawab, “Yang paling baik akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi, no. 1162 dan Abu
Dawud, no. 4682)
Allah telah menamakan iman dengan kebaikan dalam firman-Nya: “Bukanlah menghadapkan
wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu
ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” (Al-
Baqarah: 177). Kata “al-birr” merupakan nama bagi semua jenis kebaikan, mulai dari akhlak,
perkataan dan perbuatan. Karenanya, Nabi Muhammad bersabda, “Yang disebut dengan al-
birr (kebaikan) adalah akhlak yang baik.” (HR. Muslim, no. 2553)
Masalah akhlak ini semakin lebih jelas dalam sebuah sabda Nabi Muhammad : “Iman itu
mempunyai enam puluh cabang lebih. Cabang yang paling utama adalah kalimat bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah dan yang paling bawah adalah membersihkan gangguan dari jalan dan
malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Muslim, no. 35)

3) Akhlak berkaitan dengan semua bentuk ibadah


Maka Anda dapat saksikan, bahwa setiap kali Allah memerintahkan suatu ibadah, Dia juga
mengingatkan pada tujuan akhlaknya dan pengaruhnya bagi jiwa dan masyarakat. Contohnya
sangat banyak, antara lain:

Shalat: “Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar.” (Al-‘Ankabut: 45)

Zakat: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka.” (At-Taubah: 103). Walaupun hakikat zakat adalah berbuat
kebaikan bagi manusia tetapi tujuan lainnya adalah mendidik jiwa dan membersihkannya dari
akhlak yang buruk.

Puasa: “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183). Jadi tujuan dari puasa adalah agar bertakwa
kepada Allah dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karena itu
Nabi Muhammad bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan jahat dan
melakukannya maka tidak ada bagi Allah keperluan darinya untuk meninggalkan makan dan
minumnya (yakni Allah tidak menerima puasanya).” (HR. Al-Bukhari, no. 1804).
Barangsiapa yang puasanya tidak mengubah akhlaknya terhadap manusia maka berarti
puasanya belum mencapai target yang sesungguhnya.

4) Banyak keutamaan dan pahala besar yang diberikan Allah kepada orang yang
berakhlak mulia
Dalil-dalil yang menunjukkan hal itu sangat banyak baik dari al-Qur’an dan hadits, di
antaranya:
 Akhlak mulia menjadi pemberat timbangan amal shalih pada hari kiamat
Nabi Muhammad bersabda, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat daripada akhlak mulia yang
disimpan di timbangan nanti. Sesungguhnya orang yang berakhlak mulia akan sederajat
dengan orang yang berpuasa dan menunaikan shalat.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2003)

 Akhlak mulia merupakan sebab utama bagi seseorang untuk masuk surga
Nabi Muhammad bersabda, “Kebanyakan orang masuk surga karena takwa kepada Allah dan
akhlak yang mulia.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2004, dan Ibnu Majah, no. 4246)
 Orang yang berakhlak mulia adalah orang yang paling dekat tempatnya dari
Rasulullah pada Hari Kiamat.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat
posisinya dariku pada hari kiamat nanti adalah yang paling mulia akhlaknya.” (HR. At-
Tirmidzi, no. 2018)

 Di surga nanti, orang yang berakhlak mulia akan berada di tempat paling tinggi dan
dijamin oleh Rasulullah .
Nabi Muhammad bersabda, “Aku akan memberikan jaminan sebuah rumah di pinggir surga
bagi orang yang meninggalkan perdebatan sekalipun dia benar, dan rumah di tengah surga
bagi orang yang meninggalkan dusta sekalipun dia bercanda, serta rumah di bagian atas surga
bagi orang yang akhlaknya bagus.” (HR. Abu Dawud dalam As-Sunan, no. 4800) Makna
“za’im” dalam hadits ini adalah penjamin.

2.3 Karakteristik Akhlak

Di antara karakteristik akhlak Islami tersebut adalah:


1. Rabbaniyah atau dinisbatkan kepada Rabb (Tuhan)
2. Insaniyah (bersifat manusiawi)
3. Syumuliyah (universal dan mencakup semua kehidupan)
4. Wasathiyah (sikap pertengahan).

Menurut Yusuf Qardhawi terbagi menjadi 7 yaitu :


1. Moral yang beralasan (argumentatif) dan dapat dipahami
Islam selalu bersandar pada penilaian yang logis dan alasan yang dapat diterima oleh
akal yang lurus dan naluri yang sehat, yaitu dengan menjelaskan kebaikan dibalik apa
yang diperintahkan-Nya dan kerusakan dari terjadinya apa yang dilarang-
Nya.Walaupun harus mampu untuk dilogiskan namun, jangan sampai fikiran logis
kita bertentangan dengan wahyu yang sudah ada.

2. Moral Universal. Moral dalam Islam berdasarkan karakteristik manusiawi yang


universal, yaitu larangan bagi suatu ras manusia berlaku juga bagi ras yang lain,
bahkan umat Islam dan umat-umat yang lain adalah sama dihadapan moral Islam yang
universal. Maka aturan-aturan yang Allah perintahkan itu sama, karena hal itu baik
dan semuanya akan mengatakan itu baik.

3. Kesesuaian dengan Fitrah Manusia. Islam datang dengan membawa suatu yang sesuai
dengan fitrah dan tabiat manusia serta penyempurnaannya.Islam mengakui eksistensi
manusia sebagaimana yang telah diciptakan Allah dengan segala dorongan kejiwaan,
kecenderunganfitrah serta segala yang telah digariskan-Nya.Islam menjadikan mulia
dan membuat batasan hukum untuknya agar dapat memelihara kebaikan masyarakat
dan individu manusia itu sendiri.Kita dilahirkan dengan fitoh kita sebagai
makhluknya maka kita harus berbuat sesuai dengan apa fitroh kita sebagai makhluk
maka hendaknya kita patuh kepada yang menciptakan kita yaitu Allah swt.

4. Memperhatikan Realita. Al-Qur’an tidak membebankan kepada manusia suatu


kewajiban untuk mencintai musuh-musuhnya, karena hal ini merupakan sesuatu hal
yang tidak dimiliki jiwa manusia, akan tetapi Al-Qur’an memerintahkan kepada
orang-orang mukmin untuk berlaku adil kepada musuh-musuhnya, supaya ras
permusuhan dan kebencian mereka terhdap musuh-musuhnya tidak mendorong untuk
melakukan pelanggaran terhadap musuh-musuh mereka. Penyesuaian dengan keadaan
yang ada, artinya aturan Allah itu tidak statis namun dapat diterapkan diberbagai
situasi dan kondisi, misalkan dulu bangsa Arab itu sangat gemar sekali melakukan
perang antar suku, maka Allah katakana hal itu tidak baik dan dilarang, kemudian
Allah menunjukan jalan mana yang baik begitu.

5. Moral Positif. Islam menganjurkan kita kuatakan, keyakinan dan cita-cita, melawan
sikap ketidakberdayaan dan pesimisme, malas serta segala bentuk penyebab
kelemahan.Maka, kita hendaknya harus mempunyai sikap yang optimis, dan selalu
semangat dalam menghadapi arus dunia ini.

6. Komprehensifitas (Menyeluruh). Islam mengajarkan bahwa hubungan kita dengan


Tuhan, hubungan kita dengan sesame manusia, dan hubungan kita dengan diri kita
sendiri serta alam itu semua dapat terlihat dengan akhlak yang kita gunakan untuk
membangun hubungan tersebut.

7. Tawazun (Keseimbangan). Tawazun dalam etika Islam yaitu menggabungkan sesuatu


dengan penuh keserasian dan keharmonisan, tanpa sikap berlebihan maupun
pengurangan.Sesuai dengan kadarnya.

2.4 Faktor-Faktor Pembentuk Akhlak

Menurut HA Mustafa, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentuk akhlak, yaitu sebagai


berikut:
A. Insting
Definisi insting oleh para ahli jiwa masih ada perselisihan pendapat. Namun perlu
diungkapkan juga, bahwa menurut james, yang dikutip oleh mustafa bahwa insting ialah
suatu alat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan
berfikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tiada dengan didahului latihan perbuatan itu.
Pengertian insting lebih lanjut ialah sifat jiwa yang pertama yang membentuk akkhlak, akan
tetapi suatu sifat yang masih primitif, yang tidak dapat lengah dan dibiarkan begitu saja,
bahkan wajib di didik dan di asuh. Cara mendidik dan mengasuh insting kadang-kadang
dengan ditolak dan kadang-kadang pula diterima. Dengan demikian insting itu berbeda-beda
bagi manusia sebagai kita katakan diatas. Kadang-kadang seorang manusia diberi kekuatan
dalam suatu insting, dan diberi kelemahan dalam insting lainnya. Demikian juga seorang
telah kuat instingnya, sedangkan lain orang kelihatan lemah, dan begitu sebaliknya. Banyak
dari pemuda-pemuda mempunyai persediaan insting untuk menghasilkan keahlian dalam
cabang kehidupan yang beraneka warna. Keahlian ini akan dapat kelihatan apabila seorang
dapat memelihara keinginannya yang baik dan mengetahui cara bagaimana memberi
semangat dan memberi petunjuk yang seharusnya dikerjakan dengan apa yang seharusnya
ditinggalkan. Sehingga matanglah insting-instingnya.
Macam-macam insting
1). Insting menjaga diri sendiri
2).Insting menjaga lawan jenis
3).Insting merasa takut
B. Pola Dasar Bawaan
Pada awal perkembangan kejiwaan primitif, bahwa ada pendapat yang mengatakan kelahiran
manusia itu sama. Dan yang membedakan adalah faktor pendidikan. Tetapi pendapat baru
mengatakan tidak ada dua orang yang keluar di alam keujudan sama dalam tubuh, akal dari
akhlaknya.
Ada teori yang mengemukakan masalah turunan, yaitu:
1) Turunan (pembawaan) sifat-sifat manusia.
Dimana-mana tempat orang membawa turunan dengan berbeda-beda sifat yang bersamaan.
Seperti bentuk, pancaindera, perasaan, akal dan kehendak. Dengan sifat sifat manusia yang
diturunkan ini, manusia dapat mengalahkan alam didalam beberapa perkara, sedangkan
seluruh binatang tidak dapat menghadapinya.

2) Sifat-sifat bangsa.
Selain adat kebiasaan tiap-tiap bangsa, ada juga sifat yang diturunkan sekelompok orang
dahulu kepada kelompok orang sekarang. Sifat-sifat ini ialah menjadikan beberapa orang dari
tiap-tiap bangsa berlainan dari beberapa orang dari bangsa lain, bukan saja dalam bentuk
mukanya bahkan juga dalam sifat-sifat yang mengenai akal.

C. Lingkungan
Lingkungan ialah suatu yang melingkungi tubuh yang hidup. Lingkungan tumbuh-tumbuhan
oleh adanya tanah dan udaranya, lingkungan manusian ialah apa yang melingkungi dari
negeri, lautan, sungai, udara dan bangsa.
Lingkungan ada dua macam, yaitu:
1) Lingkungan alam
Lingkungan alam telah menjadikan perhatian para ahli-ahli sejak zaman plato hingga
sekarang ini. Dengan memberikan penjelasan-penjelasan dan sampai akhirnya membawa
pengaruh. Ibnu Chaldun telah menulis dalam kitab pendahuluannya. Maka tubuh yang hidup
tumbuhnya bahkan hidupnya tergantung pada keadaan lingkungan yang ia hidup didalamnya.
Kalau lingkungan tidak cocok kepada tubuh, maka tubuh tersebut akan lemah dan mati.
Udara, cahaya, logam di dalam tanah, letaknya negeri dan apa yang ada padanya dari lautan,
sungai dan pelabuhan adalah mempengaruhi kesehatan penduduk dan keadaan mereka yang
mengenai akal dan akhlak.

2) Lingkungan pergaulan
sekolah, pekerjaan, pemerintah, syariat agama, ideal, keyakinan, pikiran-pikiran, adat-
istiadat, pendapat umum, bahasa, kesusastraan, kesenian, pengetahuan dan akhlak.
Pendeknya segala apa yang diperbuahkan oleh kemajuan manusia. Manusia dalam masa
kemundurannya lebih banyak terpengaruh dalam lingkungan alam. Apabila ia telah dapat
mendapat sedikit kemajuan, lingkungan pergaulanlah yang banyak menguasainya, sehingga
ia dapat mengubah lingkungan atau menguasainya atau menyesuaikan diri kepadanya.

D. Kebiasaan
Ada pemahaman singkat, bahwa kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang terus
sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang. Seperti kebiasaan berjalan, berpakaian, berbicara,
berpidato, mengajar dan lain sebagainya.
Orang berbuat baik atau buruk karena ada dua faktor dari kebiasaan yaitu:
a).Kesukaan hati terhadap suatu pekerjaan
b).Menerima kesukaan itu, yang akhirnya menampilkan perbuatan, dan diulang terus
menerus. Orang yang hanya melakukan tindakan dengan cara berulang-ulang tidak ada
manfaatnya dalam pembentukan kebiasaan. Tetapi hal ini harus dilalui dengan perasaan suka
didalam hati. Dan sebalikanya tidak hanya senang atau suka hati saja tanpa diulang-ulang
tidak akan menjadi kebiasaan. Maka kebiasaan dapat tercapai karena keinginan hati dan
dilakukan berulang-ulang.

E. Kehendak
1) Pengertian
Suatu perbuatan yang ada berdasar atas kehendak dan bukan hasil kehendak. Contoh
berdasarkan kehendak adalah menulis, membaca, mengarang atau berpidato dan lain
sebagainya. Adapun contoh yang berdasarkan bukan kehendak adalah detik hati, bernafas dan
gerak mata. Ahli-ahli mengatakan bahwa keinginan yang menang adalah keinginan yang
alamnya lebih kuat meskipun dia bukan keinginan yang lebih kuat. Keinginan yang kuat
desebut “roghbah”, lalu datang 4 azam atau niat berbuat. Azam ini ialah yang disebut dengan
kehendak kemudian diikuti dengan perbuatan.

2) Kehendak adalah kekuatan


Kehendak adalah suatu kekuatan dari beberapa kekuatan. Seperti uap atau listrik, kehendak
ialah kehendak manusia dan dari padanya timbul segala perbuatan yang hasil dari kehendak,
dan segala sifat manusia dan kekuatannya seolah olah tidur nyenyak sehingga dibangunkan
oleh kehendak. Maka kemahiran penggunaan, kekuatan akal ahli pikir, kepandaian bekerja,
kekuatan urat, tahu akan wajib dan mengetahui apa yang seharusnya dan tidak seharusnya,
kesemuanya ini tidak mempengaruhi dalam hidup, bila tidak didorongkan oleh kekuatan
kehendak, dan semua tidak ada harganya bila tidak dirubah oleh kehendak menjadi
perbuatan.
Ada dua macam perbuatan atas kehendak yaitu: kadang menjadi pendorong dan kadang
menjadi penolak. Yakni kadang mendorong kekuatan manusia supaya berbuat, seperti
mendorong membaca, mengarang atau berpidato; terkadang mencegah perbuatan tersebut,
seperti melarang berkata atau berbuat.

3) Obat kehendak
Bagaimana juga kehendak juga dapat sakit. Ada beberapa cara mengobatinya yaitu:
a). Bila kehendak itu lemah, dapat diperkuat dengan latihan. Sepeti tubuh dapat diperkuat
dengan gerak badan dan akal dengan penyelidikan yang dalam.
b). Wajib bagi kita jangan membiarkan kehendak kita lenyap dengan tiada ditanfidzkan
menurut agama kita, karena yang demikian itu akan melemahkan kehendak.
c).Apabila kehendak itu kuat tetapi penyakitnya di dalam menjuruskan ke arah dosa dan
keburukan. Maka obatnya dengan memperkenalkan jiwa, pada jalan-jalan yang baik dan
buruk dan ditambah keterangan dengan buah dan akibat kedua jalan itu, dan menganjurkan
supaya tunduk kepada maksud kebaikan dan mengelilingi jiwa dengan apa yang menarik
kebaikan sehingga ia menuju ke arah kebaikan.

4) Kebebasan berkehendak
Ahli filsafat yunani setengahnya berpendapat bahwa kehendak itu mereka dalam memilih,
dan setengahnya berpendapat bahwa kehendak itu terpaksa menjalani suatu jalan yang tidak
dapat dilampauinya.
Ilmuan arab berkata bahwa: manusia itu terpaksa dan tidak mempunyai kehendak yang
merdeka, bahkan kepastian itu yang menjalankan menurut apa yang digambarkannya. Dan
manusia itu seperti kapas dalam tipuan angin atau seperti kulit biji diatas gelombang, tiada
kehendak dan memilih, hanya Allah-lah yang berbuat menurut kehendaknya.Kedua faktor ini
mengendalikan kehendak yang menggambarkan baginya jalan untuk berbuat sehingga dapat
menebak apa yang akan dilakukan oleh manusia yang membentuk akhlak.
F. Pendidikan
Dunia pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan prilaku akhlak
seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar dapat memahaminya dan dapat melakukan
perubahan pada dirinya.
Dengan demikian, setrategis sekali, dikalangan pendidikan dijadikan pusat perubahan
perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju ke prilaku yang baik. Maka dibutuhkan
beberapa unsur dalam pendidikan, untuk bisa dijadikan agen, perubahan sikap dan perilaku
manusia, yaitu:
1). Tenaga pendidik
2). Materi pengajaran
3).Metodologis pengajaran
4).Lingkungan sekolah

2.5 Aktualisasi Akhlak Dalam Berbagai Bidang Kehidupan


1. Akhlak kepada Allah
a) Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya
sesuai dengan perintah-Nya.
b) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan
ketenangan dan ketentraman hati.
c) Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti
ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan
manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu
d) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu
hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya
rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa.

2. Akhlak Kepada Rasululullah Saw


Akhlak terhadap Rasulullah adalah cara kita berinteraksi secara tidak langsung kepada
Rasulullah SAW yang meliputi tata cara bersikap kepada beliau dan tata cara berinteraksi
dengan segala sesuat yang di bawanya.
Contoh akhlak terhadap Rasulullah antara lain :
a) Mencintai dan memuliakannya . Mencintai Rasulullah juga berarti mencintai orang-
orang yang di cintai oleh beliau dan membenci orang-orang yang di bencinya.Lebih
khusus mencintai keluarga dan sahabat-sahabatnya.
b) Menghormati dan memuliakan Rasulullah. Bentuk penghormatan dan pemuliaan
terhadap beliau adalah tidak boleh mendahului beliau dalam mengambil keputusan
atau menjawab pertanyaan. Bentuk lain menghormati Rasulullah dapat di teruskan
oleh umatnya yaitu dengan tidak mengeraskan suara di hadapan para ulama pewaris
nabi.
c) Mengikuti dan menaati segala yang di ajarkan kepada kita. Mengikuti Rasuullah
adalah bukti kecintaan seorang hamba terhadap Allah SWT.
d) Mengucapkan sholawat dan salam untuk Rasulullah. Perintah untuk bersholawat
menunjukkan betapa mulia dan terhormatnya kedudukan Rasulullah di sisi Allah. Di
samping bukti penghormatan kepada beliau juga untuk kebaikan kita sendiri.

3. Akhlak Kepada Diri Sendiri


akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani
sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah
memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan
jiwa.Sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki,
munafik dan lain sebagainya. Itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan
penyakit hati yang harus kita hindari.
Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri :
a) Shidiq
Shidiq artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong. Seorang muslim
dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin, benar hati, benar perkataan
dan benar perbuatan. Rasulullah memerintahkan setiap muslim untuk selalu shidiq,
karena sikap shidiq membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkannya
ke surga.Shidiq (benar) meliputi benar perkataan, benar pergaulan, benar kemauan,
benar janji dan benar kenyataan.

b) Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya, seakar dengan kata iman. Sifat amanah lahir dari
kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat
amanah pada dirinya.Bentuk amanah dapat berupa tidak menyalahgunakan jabatan
untuk kepentingan tertentu, menunaikan kewajiban dengan baik dan memelihara
semua nikmat yang diberikan Allah SWT.

c) Istiqamah
istiqamah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman
sekalipun menghadapi berbagai tantangan dan godaan. Seorang yang beriman
haruslah istiqamah dalam ketiga dimensi tersebut. Dia akan selalu menjaga kesucian
hatinya, kebenaran perkataan dan kesesuaian perbuatannya dengan ajaran Islam.

d) Iffah
Iffah yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara kehormatan
diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya. Untuk
menjaga kehormatan diri tersebut, dia harus dapat mengendalikan hawa nafsunya,
tidak saja dari hal-hal yang haram, bahkan kadang-kadang harus juga menjaga dirinya
dari hal-hal yang halal karena bertentangan dengan kehormatan dirinya..

e) Tawadhu’
Tawadhu’ artinya rendah hati, kebalikan dari sombong atau takabur. Orang yang
rendah hati tidak memandang dirinya lebih hebat dari orang lain. Rendah hati berbeda
dengan rendah diri.Sikap tawadhu’ adalah sifat mulia yang lahir dari kesadaran akan
Kemahakuasaan Allah atas semua hamba-Nya.

f) Malu
Malu atau dalam bahasa Arab al-hayaa-uadalah sikap menahan segala kecenderungan
berbuat keburukan, kedzaliman, kekejian, kewenang-wenangan dan tindak
kemaksiatan lainnya. Orang yang memiliki rasa malu akan mendapatkan banyak
kebaikan. Perasaan malu juga merupakan akhlak yang paling asli dan pokok pada
Rasulullah SAW.

g) Sabar
Sabar bermakna menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena
mengharapkan ridho Allah. Sabar dalam hal ini berarti menahan dan mengekang diri
dari mempertuhankan hawa nafsu.
h) Pemaaf
Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa harus
menunggu orang yang bersalah meminta maaf kepada, tetapi boleh jadi karena
hambatan psikologis menyebabkan seseorang tidak mau meminta maaf, kebalikan
dari sifat pemaaf adalah dendam, yaitu menahan rasa permusuhan di dalam hati dan
menunggu kesempatan untuk membalas.

4. Akhlak kepada sesama manusia


 Akhlak kepada Tetangga atau masyarakat
a) Tidak Menyakiti Tetangga dan Murah Hati.
menyakiti tetangga adalah perbuatan yang diharamkan dan termasuk di antara dosa-dosa
besar yang wajib untuk dijauhi. Sedangkan Islam mengajarkan umatnya agar senantiasa
bersikap murah hati terhadap para tetangga dan memuliakannya.
Di antara sikap memuliakan tetangga dan berbuat baik kepadanya adalah: memberikannya
hadiah walaupun tidak seberapa nilainya

b) Memulai salam
Memulai salam adalah bagian dari tanda-tanda tawadhu (rendah hati) seseorang dan tanda
ketaatannya kepada Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala
berfirman,”…Dan berendah dirilah kamu terhadap o-rang-orang yang beriman.” (QS. 15:88)

c) Bermuka berseri-seri (ceria)


Berwajah berseri-seri dan selalu tersenyum saat bertemu dengan para shahabatnya adalah
merupakan kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,”Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” (HR. at-Tirmidzi.
Dishahihkan oleh al-Albani).

d) Memberikan Penghormatan yang Istimewa.


Seorang muslim yang baik adalah seorang yang memperhatikan tata krama dalam
bertetangga, tidak mencampuri urusan yang tidak bermanfaat baginya, dan tidak menanyakan
urusan-urusan orang lain yang bersifat pribadi.Maka jika anda ingin mendapat cinta dan
simpati tetangga, janganlah pernah mencampuri urusan-urusan pribadi mereka.

e) Menerima Udzur (permohonan maaf).


Bersikap toleransi dengan tetangga, dan lemah lembut dalam berinteraksi dengannya
merupakan salah satu kiat untuk menarik simpati tetangga. Contohnya: Dengan menerima
permohonan maaf darinya, dan menganggap seolah-olah ia tidak pernah melakukan
kesalahan tersebut. Karena tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah.

f) Menasehati dengan lemah lembut.


Seorang muslim yang baik ketika ia tahu tetangganya berbuat maksiat adalah menasehatinya
dengan lemah lembut, dan mengajaknya kembali ke jalan Allah shallallahu ‘alaihi wasallam,
memotivasinya agar berbuat baik, dan memperingatkannya dari kejahatan, serta
mendo’akannya tanpa sepengetahuannya

g) Menutup Aib.
Seorang mu’min adalah seorang yang mencintai saudara-saudaranya, menutup aibnya,
bersabar atas kesalahannya, dan menginginkan saudaranya selalu mendapatkan kebaikan
,taufiq serta istiqamah
Seseorang hendaknya mencari waktu yang tepat untuk mengunjungi tetangganya. Tidak
mendatanginya dengan tiba-tiba atau tanpa mengabarinya terlebih dahulu atau meminta izin
kepadanya. Dan hendaklah tidak membuat tetangga merasa terbebani atau direpotkan dengan
kunjungannya.

h) Bersikap Ramah Tamah.


Di antara para tetangga adalah dengan bersikap ramah tamah terhadap mereka dengan
ungkapan dan ucapan yang baik dan lembut, atau dengan memberikan hadiah istimewa
kepadanya, atau dapat pula dengan mengundang mereka untuk makan di rumah kita, dan lain
sebagainya.

 Akhlak  Terhadap Orang Tua (Ibu Dan Bapak) yang masih hidup
Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi asal keturunan anak. Itu pula
sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan mencintai anaknya sebagai mana
ia menyayangi dan mencintai dirinya sendiri. Orang tua tidak mengharapkan balas jasa dari
anak atas semua pengorbanan yang diberikan kepada anak. Harapan orang tua hanya satu
yaitu kelak anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah, anak yang memberi kebahagiaan
orang di dunia dan mendo’akan mereka setelah mereka meninggal dunia.Atas dasar itu,
antara lain yang menyebabkan seorang anak harus berbakti kepada orang tua.

 Akhlak terhadap orang tua yang Sudah Meninggal


Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih memiliki hak mendapatkan
limpahan pahala dari do’a yang disampaikan anaknya. Hal ini juga mengandung arti bahwa
anak memiliki kewjiban mendo’akan orang tuanya yang sudah meninggal. Dalam ajaran
tasawuf, dikatakan, do’a yang paling besar kemungkinan diterima Allah adalah do’a seorang
anak untuk orang tuanya dan do’a oaring fakir untuk orang kaya.Kita sebagai anak, meskipun
orang tua kita sudah wafat, orang tua tetap sebagai orang tua yang wajib dihormati, oleh
sebab itu, kewajiban anak terhadap mereka berlanjut sampai mereka wafat.

 Akhlak terhadap Keluarga


Beberapa sikap yang harus dimunculkan oleh setiap anggota keluarga tersebut diantaranya:
1. Memimpin rumah tangga adalah sebuah tanggung jawab, demikian juga memimpin
bangsa. Tanggung jawab itu pun idealnya harus ditunjang dengan kemampuan di
berbagai bidang termasuk kemampuan leadership (kepemimpinan)..

2. Kerjasama
Dalam konteks yang lebih besar, kepemimpinan suatu bangsa misalnya tidak mungkin
mencapai sukses apabila langkah-langkah pemimpin daerah tidak searah dengan
kepemimpinan pusat. Kepemimpinan di setiap daerah itu sendiri pun tidak akan
berjalan mulus jika bertentangan dengan kepemimpinan atau langkah-langkah
keluarga dan jelaslah pula bahwa keluarga merupakan tulang punggung bagi tegaknya
suatu bangsa.

3. Perhitungan dan Keseimbangan


Pengaturan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga dituntut oleh ajaran
Islam.Hal tersebut lahir dari rasa cinta terhadap anak dan tanggung jawab terhadap
generasi selanjutnya. Dalam al-Qur’an anak disebut sebagai “buah hati yang
menyejukkan”, serta “Hiasan kehidupan dunia”.
4. Disiplin
Dalam kehidupan berkeluarga, sikap kedisiplinan ini begitu penting. Untuk
mendapatkan kesejahteraan, seorang kepala keluarga perlu memiliki sikap disiplin
dalam mengatur waktu untuk bekerja, ibadah dan istirahat, demikian juga seorang
anak, untuk menggapai cita-citanya dia harus rela mendisiplinkan diri dan waktunya
untuk belajar, bermain, ibadah dan istirahat. Tanpa kedisiplinan, keteraturan hidup
susah tercapai.

5. Kasih sayang
keajaiban dari kekuatan besar yang dinamakan cinta yang merupakan anugrah dari
Allah SWT.Sejatinya, kekuatan besar tersebut melandasi seluruh aspek kehidupan
berkeluarga, karena dengan cinta sesuatu yang berat akan terasa mudah.

5. Akhlak Kepada Lingkungan Hidup


Alam adalah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi beserta isinya, selain Allah. Allah
melalui Al-Qur’an mewajibkan kepada manusia untuk mengenal alam semesta beserta isinya.
Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola bumi dan
mengelola alam semesta ini. Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta
kasih kepada alam seisinya. Oleh karena itu, manusia mempunyai tugas dan kewajiban
terhadap alam sekitarnya, yakni memakmurkan, mengelola, dan melestarikan alam,
sebagaimana firman-Nya: “Dia menciptakan kalian dari bumi dan menjadikan kalian
sebagai pemakmurnya.” (QS. Al-Anbiya’ 21:107)

Manusia mempunyai kewajiban untuk berakhlak kepada alam sekitarnya. Ini didasarkan
kepada hal-hal sebagai berikut:

 Bahwa manusia hidup dan mati berada di alam, yaitu bumi.


 Bahwa alam merupakan salah satu hal pokok yang dibicarakan oleh Al-Qur’an.
 Bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk melestarikan alam.
 Bahwa Allah memerintahkan manusia untuk mrngambil manfaat yang sebesar-
besarnya dari alam, agar kehidupannya menjadi makmur.
 Manusia berkewajiban mewujudkan kemakmuran dan kebahagiaan di muka bumi.

Dalam Islam ada aturan untuk mengendalikan diri dalam berinteraksi dengan alam, yaitu
ketika sedang melakukan ihram, seseorang dilarang mencabuti tumbuhan dan berburu
binatang.Pada intinya, etika Islam terhadap alam semesta hanya mengajarkan satu hal saja
yaitu perintah untuk tidak melakukan kerusakan di muka bumi.Akhlak manusia terhadap
alam bukan semata-mata untuk kepentingan alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara,
melestarikan dan memakmurkan alam ini. Dengan memenuhi kebutuhannya sehingga
kemakmuran, kesejahteraan, dan keharmonisan hidup dapat terjaga. Berakhlak dengan alam
sekitar dapat kita lakukan dengan cara melestarikan alam sekitar sebagai berikut :

 Melarang penebangan pohon-pohon secara liar


 Melarang perburuan binatang secara liar
 Melakukan reboisasi
 Membuat cagar alam dan suaka margasatwa
 Mengendalikan erosi
 Menetapkan tata guna lahan yang lebih sesuai
 Memberikan pengertian yang baik tentang lingkungan kepada seluruh lapisan
masyarakat
 Memberikan sanksi-sanksi tertentu bagi pelanggar-pelanggarnya

Kerusakan alam dan ekosistem di lautan dan di daratan terjadi akibat manusia tidak sadar,
sombong, egois, rakus dan angkuh dan hal itu merupakan bentuk akhlak yang buruk dan
sangat tidak terpuji.Musibah yang menimpa manusia pada hakekatnya adalah natijah
(peringatan) dari perbuatannya sendiri. Ini sesuai dengan hukum kausal karena manusia
merusak lingkungannya sendiri, maka timbullah berbagai kesulitan hidup dan malapetaka.
Jadi, sebagai konsekuensi dari perbuatan melakukan kerusakan itu, manusia harus
bertanggungjawab. Tanggungjawab di dunia berupa :
Kembali sadar dan tidak mengulangi perbuatannya yang merugikan lingkungan itu
Memperbaiki lingkungan yang telah dirusaknya, sehingga dapat berfungsi kembali sesuai
tujuan penciptaannya, dan
Membayar ganti rugi, seorang yang merusak lingkungan harus diberi sanksi, baik sanksi
negara maupun sanksi agama.
Dengan demikian manusia bukan saja dituntut agar tidak alpa dan tidak angkuh terhadap
sumber daya yang dimiliknya, melainkan juga dituntut untuk memperhatikan apa yang
sebenarnya dikehendaki oleh pemilik (Tuhan) menyangkut apa yang berada di sekitar
manusia.firman Allah: “Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta yang berada di
antara keduanya, kecuali dengan (tujuan) yang hak dan pada waktu yang ditentukan.” (QS.
Al-Ahqaf 46:3)
BAB III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang
buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak merupakan
hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan
manusia yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W.  Akhlak baik terhadap
Allah Swt.,terhadap Rasulullah Saw,Pribadi, Sesama Manusia dan Lingkungan hidup perlu
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

3.2 Saran
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun
dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-
hari. Akhlak akan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia jika manusia itu sendiri
dapat mengatur akhlaknya.
DAFTAR PUSTAKA

https://nuriska.id/memahami-perbedaan-akhlak-etika-dan-moral/

https://www.merdeka.com/jateng/macam-macam-akhlak-dalam-islam-beserta-pengertian-contoh-dan-
manfaatnya-kln.html

https://imuslimguide.com/id/moral/1

https://gudangmakalahku.blogspot.com/2013/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

http://aldaangela112.blogspot.com/2017/10/contoh-karakteristik-ajaran-islam.html

http://blog.unnes.ac.id/sitikhotimah/2015/11/19/makalah-akhlak-dan-aktualisasinya-dalam-
kehidupan/

Anda mungkin juga menyukai