Anda di halaman 1dari 6

Sistem Koloid

Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi)
dua atau lebih zat yang bersifat heterogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar
(1 - 10000 nm),[1] sehingga mengalami Efek Tyndall. Bersifat heterogen berarti partikel terdispersi tidak
terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya, sehingga tidak terjadi
pengendapan. Misalnya, sifat heterogen ini juga dimiliki oleh larutan, tetapi tidak dimiliki oleh campuran
biasa (suspensi). Koloid dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan
contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem
koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya

Susu adalah koloid teremulsi dari lemak susu dalam air

Koloid liofil dan liofob


Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Klasifikasi ini
berdasarkan interaksi antara partikel terdispersi dengan medium pendispersinya. Koloid liofil adalah
koloid yang fase terdispersinya suka menarik medium pendispersinya, yang disebabkan gaya tarik antara
partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersinya kuat. Koloid liofob adalah sistem koloid
yang fase terdispersinya tidak suka menarik medium pendispersinya. Bila medium pendispersinya air
maka koloid liofil disebut koloid hidrofil, sedangkan koloid liofob disebut koloid hidrofob.Contoh koloid
hidrofil : sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin. Contoh koloid hidrofob : sol belerang, sol-sol
sulfida, sol Fe(OH)3, sol-sol logam.

Koloid liofil/hidrofil lebih kental daripada koloid liofob/hidrofob. Sol hidrofil tidak akan menggumpal
pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan
pengendapan atau penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air maka dapat
membentuk kembali sol hidrofil (bersifat reversibel). Sebaliknya, sol hidrofob akan terkoagulasi pada
penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi sudah dipisahkan, tidak akan membentuk sol lagi
jika dicampur kembali dengan air
N Sifat Sol liofil Sol liofob
O
1. Daya adsorpsi Kuat, mudah, Tidak mudah mengadsorpsi
terhadap mengadsorpsi
medium
2. Efek Tyndal Kurang jelas Sangat jelas
3. Viskositas Lebih besar daripada Hampir sama dengan medium nya
(Kekentalan) mediumnya
4. Koagulasu Sukar Mudah terkoagulasi (Kurang Stabil)
5. Lain Lain Bersifat reversible Irreversibel ( Jika sudah
menggumpal sukar dikoloidkan
kembali)

Sifat hidrofob dan hidrofil dimanfaatkan dalam proses pencucian pakaian pada penggunaan detergen.
Apabila kotoran yang menempel pada kain tidak mudah larut dalam air, misalnya lemak dan
minyak.dengan bantuan sabun atau detergen maka minyak akan tertarik oleh detergen. Oleh karena
detergen larut dalam air, akibatnya minyak dan lemak dapat tertarik dari kain. Kemapuan detergen
menarik lemak dan minyak disebabkan pada molekul detergen terdapat ujung-ujung liofil yang larut
dalam air dan ujung liofob yang dapat menarik lemak dan minyak. Akibat adanya tarik-menarik tersebut,
tegangan permukaan lemak dan minyak dengan kain menjadi turun dehingga lebih kuat tertarik oleh
molekul-molekul air yang mengikat kuat detergen.

Sifat – Sifat Koloid


Suatu campuran dapat digolongkan ke dalam sistem koloid apabila memiliki sifat-sifat yang berbeda dari
larutan sejati. Ada beberapa sifat yang membedakan sistem koloid dengan larutan sejati, yaitu:[6]

Efek Tyndall

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini
disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek Tyndall ini ditemukan oleh John
Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek Tyndall.

Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari
dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem
koloid, cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-
partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tetapi tidak menentu
(gerak acak/tidak beraturan). Jika koloid diamati dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat
bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan
gerak Brown.

Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat
cair dan gas (dinamakan gerak Brown), sedangkan pada zat padat hanya berosilasi di tempat (tidak
termasuk gerak Brown). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-
partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut
berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi
cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan
arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin
besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa
gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair
dengan zat padat (suspensi).

Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi
kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-
partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem
koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

Adsorpsi

Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid
yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang
artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel.

Contoh:

(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.

(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

Muatan koloid

Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.

Koagulasi koloid

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi,
berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.

Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia
seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

Koloid pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara mengalirkan cairan yang tercampur
dengan koloid melalui membran semipermeabel yang berfungsi sebagai penyaring. Membran
semipermeabel ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan
akan berpisah.

Elektroforesi

Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus
listrik.

Cara Pembuatan Koloid


1. Dispersi
Dispersi adalah cara pembuatan koloid dengan menghaluskan partikel suspensi menjadi
partikel berukuran koloid. Dispersi dapat dilakukan dengan cara-cara berikut ini:

a. Cara mekanik (dispersi langsung)


Butir-butir kasar diperkecil ukurannya dengan menggiling atau menggerus koloid sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium pendispersi.

Contoh: Sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama suatu zat inert
(seperti gula pasir) kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.[5]

b. Homogenisasi
Dengan menggunakan mesin homogenisasi.

Contoh:

Emulsi obat di pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi


Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk susu
skim ke dalam air menggunakan mesin homogenisasi.[5]
c. Peptisasi
Dengan cara memecah partikel-partikel besar menjadi partikel koloid, misalnya suspensi,
gumpalan atau endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).

Contoh: Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulaosa oleh aseton, karet oleh bensin, endapan
NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.[5]

d. Busur bredi
Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dibuat menjadi koloid
dipasang sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam medium dispersi. Kemudian diberi arus
listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik di antara kedua ujungnya.
Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, kemudian atom-atom tersebut
mengalami kondensasi sehingga menjadi partikel koloid. Cara ini merupakan gabungan cara
dispersi dan kondensasi.[5]

2. Kondensasi
Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dengan menggumpalkan partikel larutan menjadi
partikel berukuran koloid. Kondensasi dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Kondensasi
secara kimia dilakukan melalui reaksi redoks, hidrolisis, substitusi, dan penggaraman.
Sedangkan secara fisika, kondensasi dilakukan melalui proses pendinginan, penggantian
pelarut, dan pengembunan uap.[5]

a. Reaksi hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat
koloid-koloid basa dari suatu garam yang dihidrolisis.

Contoh: Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Dengan cara memanaskan larutan FeCl3
(apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.

FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)[5]


b. Reaksi redoks
Reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi merupakan hasil oksidasi
atau reduksi.

Contoh: Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang
dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.

2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S(s)[5]

c. Pertukaran ion
Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat-zat yang sukar larut
(endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.

Contoh: Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan As2O3 dengan
reaksi berikut:

3H2S(g) + As2O3(aq) → As2S3(s) + 3H2O(l)[5]

d. Penggantian pelarut

Belerang mudah larut dalam alkohol (misal etanol) tetapi sukar larut dalam air. Jadi, untuk membuat sol
belerang dalam medium pendispersi air, belerang dilarutkan ke dalam etanol sampai jenuh. Setelah itu,
larutan belerang dalam etanol dimasukkan ke dalam air sedikit demi sedikit. Partikel belerang akan
menggumpal menjadi koloid akibat penurunan kelarutan belerang dalam air. Kemudian etanol dapat
dipisahkan dengan dialisis, maka terbentuklah sol belerang.[7]

Anda mungkin juga menyukai