Anda di halaman 1dari 9

TEORI PEMBELAJARAN BEHAVIORISTIK

Teori OPERANT CONDITIONING dan Teori DEDUKTIF


HIPOTETIK,Teori belajar PAVLOP, THORNDIKE, dan SKINER

Dosen pengampu : DR. H. Asep Rohayat, Drs. M.Pd.

Disusun Oleh :

NAMA : AGUS NURJAMAN


NIM : 21861006

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN INSTITUT
PENDIDIKAN INDONESIA (IPI)
GARUT
2021
1. Teori OPERANT CONDITIONING
Operant conditioining adalah suatu metode pembelajaran menggunakan
reward (hadiah) dan punishment (hukuman) sebagai konsekuensi perilaku.
Teori ini dikembangkan oleh B.F Skinner dan sering juga disebut teori Skinner
maupun instrumental conditioning.
Operant conditioning bisa dipraktikkan dalam banyak aspek di
kehidupan sehari-hari, terutama saat kegiatan belajar di kelas. Dengan cara ini,
banyak anak yang sudah belajar perilaku baik ataupun positif hingga terbiasa
melakukannya.
Dalam dunia penelitian, konsep ini bisa terlihat pada tikus-tikus dalam
percobaan. Tikus tersebut ditempatkan di dalam sebuah kandang, dengan 2
buah lampu, masing-masing berwarna hijau dan merah. Lalu, di samping
lampu tersebut ada sebuah tuas. Jika menggerakkan tuas di saat lampu hijau
menyala, maka tikus akan mendapatkan makanan. Namun jika memindahkan
tuas saat lampu merah yang menyala, maka tikus akan menerima setruman
ringan.Lama-kelamaan, tikus tersebut belajar bahwa tuas hanya boleh ditarik
saat lampu hijau yang menyala dan mengabaikan tuas saat lampu merah
menyala.Hal ini menandakan bahwa tikus tersebut sudah berhasil
menghubungkan antara perilaku dan konsekuensi melalui hadiah dan hukuman
yang diterimanya.
❖ Jenis-jenis perilaku menurut Skinner
Skinner membedakan perilaku manusia ke dalam 2 kelompok besar, yaitu
perilaku responden dan perilaku operant. Masing-masingnya berhubungan
dengan teori operant conditioning yang dibuatnya.
a. Perilaku responden
Perilaku responden atau respondent behaviour adalah perilaku yang
muncul secara otomatis dan refleks, seperti menjauhkan tangan saat tidak
sengaja menyentuh benda panas atau menggerakkan kaki saat dokter
mengetuk lutut.Perilaku ini tidak perlu dipelajari dan akan dikuasai oleh
manusia dengan sendirinya secara otomatis.
b. Perilaku operant
Sementara itu, perilaku operant atau operant behaviour adalah
perilaku yang kita pelajari dan akan keluar, baik secara sengaja maupun
tidak sengaja saat ada suatu kejadian yang berhubungan.Perilaku operant
inilah yang bisa dibentuk melalui operant conditioning. Kita bisa melatih
diri maupun orang lain untuk melakukan hal-hal yang dianggap baik dan
setelah terbiasa, perilaku tersebut akan menjadi bagian dari perilaku sehari-
hari.
❖ Komponen pada operant conditioning
Pada konsep operant conditioning, terdapat komponen kunci yang perlu
dipahami, yaitu reinforcement (dukungan atau hadiah) dan punishment
(hukuman).
✓ Reinforcement
Reinforcement adalah segala hal yang terjadi yang dapat menguatkan
suatu perilaku. Reinforcement bisa bersifat positif maupun negatif.
✓ Reinforcement negatif
Reinforcement negatif adalah suatu hal yang dilakukan untuk
menghentikan perilaku negatif yang dihadapi. Misalnya, anak berteriak di
tengah keramaian dan teriakan tersebut berhenti setelah Anda memberinya
snack.Hal ini akan membuat Anda berpikir bahwa dengan memberikan
snack, maka akan ada sebuah konsekuensi yaitu anak menjadi
tenang.Namun, perilaku ini bukanlah perilaku yang positif dan Anda akan
terbiasa mengandalkan snack ketika Si Kecil rewel.
Contoh aplikasi operant conditioning pada kehidupan sehari-hari

Memuji anak yang aktif adalah contoh operant conditioning dalam kelas
Operant conditioning bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk
diri sendiri, anak, maupun orang lain. Berikut ini contohnya.

• Memuji murid yang tenang di kelas di depan anak-anak lainnya, sehingga


yang lain ingin mendapatkan apresiasi yang sama. Cara ini biasanya efektif
dipraktikkan di kelas pendidikan anak usia dini (PAUD)
• Saat ada murid yang aktif di kelas dan guru mengatakan bahwa murid
tersebut tidak perlu mengerjakan PR karena ia sudah berpartisipasi aktif,
maka murid akan belajar konsekuensi positif dari menjadi murid yang aktif
di kelas.
• Melatih hewan peliharaan dengan memberikannya makanan setiap ia
menuruti perintah yang diberikan
• Menghukum anak dengan mengambil gadgetnya karena ia tidak juga
membersihkan kamarnya yang kotor dan berantakan.

Apabila hukuman tersebut tidak berhasil membuat anak menjadi


lebih tertib, maka Anda bisa menggantinya dengan pendekatan yang lebih
positif.Misalnya, janjikan hadiah atau reward dengan menambah waktu
main gadgetnya sesuai dengan keberhasilannya dalam membersihkan
kamar. Jadi jika ia bisa membersihkan kamarnya selama 10 menit, maka
Anda juga akan menambah waktu main gadgetnya selama 10 menit juga.

2. Teori DEDUKTIF HIPOTETIK


Hipotetikal Deduktif adalah suatu pembelajaran yang berisi
penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran yang dijelaskan dalam
bentuk penerapan hal-hal yang bersifat umum pada hal-hal yang bersifat
khusus. Pada berpikir hipotetikal dedukif peserta didik dituntut lebih kritis
dalam menerima dan memahami apa yang mereka pelajari dan alami sendiri.
Berpikir kritis merupakan kompetensi yang akan dicapai serta alat yang
diperlukan dalam mengkonstruksi pengetahuan yang terdapat dalam
pembelajaran abad 21 yang berdampak pada hasil pembelajaran.
Adapun tujuannya untuk mengetahui sejauh mana berpikir
hipotetikal deduktif dalam pengembangannya berpikir kritis dalam
pembelajaran fisika. Metode penelitian berupa analisis pengkajian
kepustakaan dari berbagai Jurnal yang sudah diteliti, dari suatu teori, temuan
serta acuan yang dijadikan landasan mengkaji dan medeskripsikan teori-
teori dari Literature review methods yang berkenaan dengan apa yang sudah
pernah dikerjakan olehn peneliti sebelumnya. Hasil dari mengkaji ini
menunjukkan adanya kecenderungan pada keberhasilan penerapan strategi
berfikir hipotetikal deduktif terhadap keterampilan berfikir kritis pada
peserta didik.

3. Aplikasi teori Pavlov


1. Aplikasi teori Pavlov dalam pembelajaran adalah dengan guru tidak
banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-
contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran
disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar menurut


Pavlov adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
1. Mementingkan pengaruh lingkungan
2. Mementingkan bagian-bagian
3. Mementingkan peranan reaksi
4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respon
5. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan
pengulangan
7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
2. Aplikasi Teori Throndike
Menurut Thorndike (dalam Rahyubi, 2012) terdapat beberapa cara
dalam implementasinya pada pembelajaran yaitu: Pembelajaran dengan
Cara Trial and Error.
Thorndike menyatakan pandangan bahwa tipe pembelajaran yang paling
fundamental adalah pembentukan asosiasi-asosiasi (koneksi-koneksi) antara
pengalaman inderawi (persepsi terhadap stimulus atau peristiwa) dan
implus-implus saraf (respons-respons) yang memberikan manifestasinya
dalam bentuk perilaku. Thorndike percaya bahwa pembelajaran sering
terjadi melalui rangkaian eksperimen trial and error.
Thorndike mulai mempelajari dengan serangkaian eksperimen yang
dilakukannya terhadap hewan. Hewan-hewan yang berada dalam situasi
yang bermasalah mencoba untuk mencapai tujuanya (misalnya;
mendapatkan makanan, sampai ke tempat yang dituju). Makin sering
mereka membuat respons terhadap suatu stimulus, maka semakin kuat juga
respons tersebut menjadi terkoneksi dengan stimulus tersebut
(Muhibbinsyah, 2013).
Dalam sebuah situasi eksperimen tipikal seekor kucing ditempatkan
dalam sebuah kandang. Seekor kucing dapat membuka sebuah lubang
dengan menyentuh sebuah bel yang telah disetel dalam sangkar. Setelah
melakukan rangkaian respons acak, kucing pada akhirnya dapat keluar
dengan membuat respons yang dapat membuka pintu keluar tersebut.
Setelah itu kucing ditaruh kembali dalam kandang dan diulang lagi sampai
beberapa kali. Mula-mula kucing tersebut mengeong, mencakar, melompat
dan berlari-larian, namun gagal membuka pintu untuk memperoleh
makanan yang ada di depanya, Akhirnya entah bagaimana secara kebetulan
kucing itu berhasil menekan atau menyentuh tombol yang disetting sehingga
terbukalah pintu sangkar tersebut. Eksperimen ini kemudian dikenal dengan
instrumental conditioning. Artinya tingkah laku yang dipelajari berfungsi
sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang
dikehendaki.
Berdasarkan eksperimen di atas, thorndike menyimpulkan bahwa
belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons. Itulah sebabnya teori
koneksionisme juga disebut “S-R Bond theory” dan S-R Psychology of
learning”. Dari hasil penelitiannya, Thorndike menyimpulkan bahwa
respon untuk keluar kandang secara bertahap diasosiasikan dengan suatu
situasi yang menampilkan stimulus dalam suatu proses coba-coba (trial and
error). Respon yang benar secara bertahap diperkuat melalui serangkaian
proses coba-coba, sementara respon yang tidak benar melemah atau
menghilang. Teori Connectionism Thorndike ini juga dikenal dengan nama
“Instrumental Conditioning”, karena respon tertentu akan dipilih sebagai
instrumen dalam memperoleh “reward” atau hasil yang memuaskan. Ada
beberapa tahapan proses perkembangan dalam teori thorndike yaitu:
a Hukum kesiapan, hukum kesiapan (Law of Readness) Menurut hukum
ini, hubungan antara stimulus dan respons akan mudah terbentuk
manakala ada kesiapan dari diri individu. Implikasi dari hukum ini
adalah keberhasilan belajar seseorang sangat tergantung dari ada
tidaknya kesiapan.
b Hukum latihan, hukum latihan (Law of Exercise) Hukum ini
menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan
respons. Hubungan atau koneksi antara kondisi (perangsang) dengan
tindakan akan menjadi lebih kuat karena adanya latihan (law of use), dan
koneksi- koneksi itu akan menjadi lemah karena latihan tidak
dilanjutkan atau dihentikan (Law of Disuse). Hukum ini menunjukkan
bahwa hubungan stimulus dan respons akan semakin kuat manakalah
terus-menerus dilatih atau diulang, sebaliknya hubungan stimulus
respons akan semakin lemah manakala tidak pernah diulang, maka akan
semakin dikuasailah pelajaran tersebut.
c hukum efek (law of effect), Hukum ini menunjukkan pada kuat atau
lemahnya hubungan antara stimulus dan respons tergantung pada akibat
yang ditimbulkannya. Apabila respons yang diberikan seseorang
mendatangkan kesenangan, maka respons tersebut akan dipertahankan
atau diulang, sebaliknya, apabila respons yang diberikan mendatangkan
atau diikuti oleh akibat tidak yang tidak mengenakkan, maka respons
tersebut akan dihentikan dan tidak akan diulangi lagi.
d hukum sikap (law of attitude) yaitu hubungan stimulus-respons yang
cenderung diperkuat bila akibatnnya menyenangkan, dan sebaliknya
cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Koneksi antara
kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat menguat dan
melemah tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan
(Rahyubi, 2012)
4. Aplikasi Teori Skinner Terhadap Pembelajaran
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut:
a. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
b. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah
dibetulkan dan jika benar diperkuat.
c. Proses belajar harus mengikuti audio dari yang belajar.
d. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
e. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
f. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
g. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
h. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk
menghindari pelanggaran agar tidak menghukum.
Prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:
a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa jika salah
dibetulkan jika benar diberi penguat.
b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
d. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
e. Dalam proses pembelajaran tidak digunakan hukuman namun ini
lingkungan perlu diubah untuk menghindari adanya hukuman.
Sumbangan Skinner sebagai seorang psikolog
a Salah seorang psikolog yang pandangannya paling berpengaruh dan
banyak dirujuk oleh para psikolog lainnya.
b Mengembangkan sejumlah prinsip-prinsip psikologis yang cukup
terbukti aplikatif terhadap masalah-masalah perilaku yang nyata karena
didukung oleh hasil-hasil eksperimen yang jelas.
c Memberikan ide kreatif dan baru bagi metode dalam belajar dan terapi
yang konvensional.

Anda mungkin juga menyukai