Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH LAMA WAKTU CURING TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO DENGAN CAMPURAN


6% ABU SEKAM DAN 4% FLY ASH

JURNAL

Disusun Oleh:
ZAKARIA AL ANSOR
NIM. 105060107111034-61

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
MALANG
2014
PENGARUH LAMA WAKTU CURING TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING
PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO DENGAN CAMPURAN
6% ABU SEKAM DAN 4% FLY ASH
Zakaria Al Ansor, Yulvi Zaika dan Arief Rachmansyah
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang
Jl. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail : zakaria.sipil@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu permasalahan yang muncul pada tanah lempung ekspansif adalah sifat kembang
susutnya yang tinggi. Oleh karena itu perlu adanya stabilisasi untuk memperbaiki sifat-sifat tanah
tersebut. Adapun tanah lempung ekspansif yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Kecamatan
Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur. Untuk kadar additive yang digunakan dalam penelitian ini adalah
abu sekam 6% dan fly ash 4% dari berat kering tanah dengan variasi waktu curing (curing) selama 7
hari, 14 hari, dan 28 hari. Perlakuan lama waktu curing dalam penelitian ini diharapkan memiliki
pengaruh besar untuk meningkatkan nilai CBR tanah dan menurunkan nilai pengembangan pada
sampel tanah tersebut.
Dari hasil pengujian di laboratorium menunjukkan nilai CBR tanpa rendaman (unsoaked)
pada tanah asli sebesar 3,91%. Sedangkan nilai CBR tanpa rendaman (unsoaked) untuk tanah
campuran meningkat menjadi 13,047% dengan waktu curing selama 14 hari. Dari hasil tersebut
menunjukkan peningkatan nilai CBR yang signifikan. Sedangkan nilai CBR tanpa rendaman
(unsoaked) dengan lama waktu curing 28 hari tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan dari
waktu curing selama 14 hari yaitu sebesar 13,691%. Untuk hasil pengujian CBR terendam (soaked)
tanah asli menunjukkan nilai sebesar 2,39%. Sedangkan nilai pada tanah campuran dengan lama
waktu curing 28 hari menunjukkan nilai sebesar 5,77%
Untuk hasil pengujian swelling menunjukkan nilai swelling tanah asli sebesar 3,841%.
Sedangkan tanah yang dicampur abu sekam 6% dan fly ash 4% dengan lama waktu curirng 28 hari
memiliki nilai swelling sebesar 0,438%. Hal ini menunjukkan penurunan nilai swelling yang
signifikan, sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan suatu konstruksi baik gedung maupun jalan
raya yang menumpu di atas tanah tersebut.
Kata-kata kunci: ekspansif, stabilisasi, curing, CBR, swelling

ABSTRACT
One of the problems that arise in expansive clays is the nature and development of high
waning. Hence the need for stabilization to improve the properties of the soil. The expansive clays
used in this study came from the District Ngasem, Bojonegoro, East Java. For additive levels used in
this study was 6% rice husk ash and fly ash 4% of the dry weight of the soil with variation of curing
time (curing) for 7 days, 14 days, and 28 days. Treatment curing time in this study is expected to have
a great influence to increase the CBR value of the soil samples.
From the results of laboratory tests showed values without soaking CBR (unsoaked) in the
original soil amounted to 3.91%. While the CBR value without soaking (unsoaked) for soil mixtures
increased to 13.047% with curing time for 14 days. From these results indicate a significant increase
in CBR value. While the CBR value without soaking (unsoaked) with long curing time of 28 days did
not show a significant increase of the curing time for 14 days in the amount of 13.691%. For soaked
CBR test native soil showed a value of 2.39%. While the value of the soil mixture with a long curing
time of 28 days showed a value of 5.77%
For the swelling test results show the value of the original soil swelling at 3.841%. While soil
mixed rice husk ash and fly ash 6% 4% with a curing time for 28 days have swelling rate of 0.438%.
This shows a significant reduction in swelling value, so as to reduce the risk of damage to both the
building and the construction of a highway that rested on top of the soil.

Keywords: expansive, stabilitation, curing,CBR, swelling


PENDAHULUAN Zat aditif yang digunakan pada
penelitian ini adalah campuran abu sekam
Pada suatu jenis tanah, tidak dan fly ash. Fly ash yang digunakan pada
menutup kemungkinan adanya penelitian ini merupakan limbah berupa
permasalahan yang muncul baik dari segi debu dari hasil pembakaran batu bara yang
daya dukung maupun penurunan akibat dihasilkan PLTU. Sedangkan abu sekam
beban yang menumpu pada tanah tersebut. merupakan hasil sampingan industri
Salah satu permasalahan yang terjadi pertanian pada proses pengolahan gabah
adalah pada tanah lempung dimana padi menjadi beras. Untuk kadar campuran
sebagian besar tanah yang ada di Indonesia bahan aditif yang digunakan adalah 6% abu
termasuk dalam kategori tersebut. Salah sekam dan 4% fly ash dengan pertimbangan
satunya adalah tanah yang berada di daerah agar lebih ekonomis dalam pelaksanaannya.
Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur. Tanah Setelah itu campuran bahan aditif tersebut
di daerah tersebut memiliki tingkat diperam (curing) bersama tanah sampel
sensitifitas tinggi dan mempunyai sifat dengan variasi waktu selama 7 hari, 14 hari,
kembang susut yang dapat menimbulkan dan 28 hari sebelum dilakukan pengujian.
kerusakan pada konstruksi yang berdiri Penelitian akan difokuskan pada
diatasnya. Hal tersebut dapat terjadi akibat daya dukung tanah lempung ekspansif di
perubahan kadar air didalam tanah. Salah Bojonegoro dengan menggunakan uji CBR
satu contoh kerusakan yang terjadi pada (California Bearing Ratio) dan uji swelling
suatu konstruksi akibat sensitifitas tanah dengan menggunakan variasi waktu curing
tersebut adalah permukaan jalan menjadi pada tanah yang dicampur dengan zat aditif
bergelombang maupun berlubang yang bisa tersebut. Penelitian ini diharapkan mampu
membahayakan pengendara. Kerusakan menurunkan nilai swelling dan
pada konstruksi gedung juga bisa terjadi meningkatkan nilai CBR tanah lempung
akibat penurunan pondasi sehingga ekspansif khususnya di daerah Ngasem,
memungkinkan elemen-elemen struktur Bojonegoro, Jawa Timur.
gedung tersebut seperti balok dan pelat bisa TUJUAN PENELITIAN
rusak.
Dari permasalahan yang muncul itu 1. Untuk mengetahui pengaruh lama
perlu dilakukan alternatif perbaikan pada waktu curing terhadap nilai CBR
tanah tersebut untuk mendapatkan sifat- dan swelling pada tanah lempung
sifat tanah yang lebih stabil. Dalam hal ini ekspansif di daerah Ngasem,
langkah yang diambil adalah dengan Bojonegoro, Jawa Timur dengan
menstabilisasi tanah lempung dengan pencampuran 6% abu sekam dan
mengubah sifat fisik dan mekanis tanah 4% fly ash
sehingga kekuatan dan daya dukungnya 2. Untuk mengetahui lama waktu
dapat meningkat sehingga dapat curing yang optimum sehingga
digunakan sebagai penopang pondasi dan menghasilkan nilai CBR terbesar
konstruksi di atasnya baik itu konstruksi dan swelling terkecil pada tanah
jalan maupun gedung. lempung ekspansif di Kecamatan
Stabilitas tanah ini dilakukan Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur
sebagai suatu upaya untuk memperbaiki yang telah dicampur dengan 6%
sifat-sifat dan kekuatan tanah. Salah satu abu sekam dan 4% fly ash
upaya untuk memperbaiki atau
menstabilisasi tanah tersebut adalah dengan METODE PENELITIAN
penggunaan zat aditif. Zat aditif yang
digunakan untuk stabilisasi tanah ini bisa Dalam penelitian ini terdapat
berupa bahan industrial seperti kapur, beberapa pengujian terhadap sampel
semen, dan gypsum. Selain itu, adapula zat tanah yang sudah diambil. Pengujian
aditif yang berupa limbah atau hasil tersebut antara lain:
buangan dari suatu proses produksi seperti 1. Pengujian berat jenis tanah
coal fly ash, coal bottom ash, steel fly ash,
(specific gravity)
rice husk fly ash (abu sekam padi).
2. Pengujian batas-batas atterberg
3. Pemadatan standar dicampur dengan sampel tanah asli
4. Uji CBR (California Bearing dilakukan beberapa pengujian terutama
Ratio) mengenai kadar air optimum dari
5. Uji swelling masing-masing kadar, nilai CBR, serta
Penelitian ini dilakukan dengan nilai pengembangan (swelling) yang
beberapa perlakuan. Perlakuan pertama terjadi. Adapun hasil pengujian dari
dilakukan pengujian index properties masing-masing kadar abu sekam yang
tanah, compaction test, nilai CBR ditambahkan ditunjukkan pada Tabel
(California Bearing Ratio), dan nilai 4.1, Gambar 4.1, Tabel 4.2, dan
swelling. Pengujian compaction test Gambar 4.2 berikut:
dilakukan untuk mengetahui nilai OMC
tanah asli. Dari nilai OMC tersebut akan
diperoleh kadar penambahan air
optimum yang digunakan untuk Tabel 4.1 Nilai CBR Untuk Variasi Kadar
percobaan CBR pada perlakuan Abu Sekam
berikutnya. Selanjutnya, perlakuan lain KADAR CBR CBR
ABU UNSOAKE SOAKED
diuji nilai CBR tanahnya. Pengujian ini
SEKAM (%) D (%) (%)
dilakukan setelah benda uji diperam
dalam desikator selama satu hari. 5 4.270 3.220
Dalam penelitian ini kadar fly 6 5.460 3.310
ash yang digunakan sebesar 4%, untuk 6.5 5.270 3.220
kadar abu sekam yang digunakan
sebesar 6%. Sedangkan waktu 6.000
pemeraman digunakan adalah selama 7 5.4605.270
5.000
CBR (%)

hari, 14 hari, dan 28 hari. Untuk metode CBR


4.270
curing yang digunakan, tanah sampel 4.000 Unsoaked
yang sudah dipadatkan dalam mould 3.220 3.3103.220
3.000 CBR
dengan kadar air optimumnya dibiarkan Soaked
didalam box yang ditutup dengan goni 2.000
4.5 5 5.5 6 6.5 7
lembab selama waktu curing yang
ditentukan sebelum dilakukan pengujian Kadar Abu Sekam (%)
CBR dan swelling. Gambar 4.1 Grafik Nilai CBR Untuk
Variasi Kadar Abu Sekam
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.2 Nilai Swelling Untuk Variasi
Penelitian Pendahuluan Kadar Abu Sekam
Sebelum memulai penelitian utama Kadar Abu Sekam (%) Swelling (%)
mengenai pengaruh lama waktu curing 5 1.363
terhadap nilai CBR dan swelling pada 6 2.447
tanah lempung ekspansif di Bojonegoro 6.5 2.629
dengan campuran 6% abu sekam dan
4% fly ash ini, dilakukan penelitian
pendahuluan mengenai kadar abu sekam
yang efektif sebagai additive untuk
menstabilisasi sampel tanah asli. Pada
penelitian pendahuluan ini kadar abu
sekam yang digunakan sebagai
stabilisator sampel tanah asli adalah
sebesar 5%, 6%, dan 6,5%. Dari ketiga
variasi kadar abu sekam tersebut yang
abu sekam dan 4% fly ash adalah sebesar
3 SWELLING 2,56. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
2.447 2.629 bahwa Specific Grafity tanah yang
Swelling(%) 2 dicampur dengan 6% abu sekam dan 4% fly
1.363 ash mengalami penurunan dari tanah asli.
1 Hal ini disebabkan karena adanya
SWELLING perbedaan berat jenis dari masing-masing
0 bahan baik tanah asli, abu sekam, maupun
4.5 5.5 6.5 fly ash. Penurunan ini terutama dipengaruhi
Kadar Abu Sekam (%) oleh abu sekam yang memiliki Specific
Grafity paling kecil.
Gambar 4.2 Grafik Nilai Swelling
untuk Variasi Kadar Abu Sekam Uji Konsistensi Tanah
Konsistensi didefinisikan sebagai
Dari hasil yang telah ditunjukkan pada suatu kondisi fisis dari suatu tanah berbutir
Tabel 4.1, Gambar 4.1, Tabel 4.2, dan halus pada kadar air tertentu. Untuk
Gambar 4.2 di atas, maka dalam mengetahui keadaan konsistensi tanah
penelitian inti ini dipakai kadar abu tersebut digunakan metode batas-batas
atterberg. Pengujian tersebut meliputi
sekam sebesar 6% dengan mengacu
pengujian batas cair (Liquid Limit), batas
pada hasil pengujian pada penelitian plastis (Plastic Limit), batas susut
pendahuluan yang telah dilakukan. (Shrinkage Limit), dan indeks plastisitas
Penentuan kadar abu sekam sebesar 6% (Plasticity index). Adapun benda uji yang
ini dinilai paling efektif karena nilai digunakan terdiri dari tanah asli dan tanah
CBR yang dihasilkan menunjukkan dengan campuran additive (6% abu sekam
hasil yang maskimum. Sedangkan pada dan 4% fly ash). Dari pengujian di
kadar abu sekam 6,5% nilai CBR tanah laboratorium didapatkan hasil yang
justru mengalami penurunan. ditunjukkan pada Tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4 Konsistensi Tanah (Batas-
Pengujian Specific Grafity batas Atterberg)
Pengujian ini dilakukan pada KOMPOSIS LL(% PL(% SL(% PI(%
I TANAH ) ) ) )
beberapa sampel yaitu tanah asli, abu TANAH 104 44,41 2,80 59,59
sekam, fly ash, dan tanah yang dicampur ASLI 83 41,31 3,30 41,69
dengan bahan 6% abu sekam dan 4% fly TANAH +
ash. Adapun hasil dari pengujian yang 6% ABU
SEKAM
sudah dilakukan di laboratorium + 4% FLY
ditunjukkan pada Tabel 4.3 berikut ini: ASH
Dari hasil pengujian yang
ditunjukkan pada Tabel 4.4 tersebut dapat
Tabel 4.3 Spesific Gravity diketahui tanah asli memilik batas cair
Jenis Bahan Spesific sebesar 104%, untuk batas plastis sebesar
Gravity 44,41%, batas susut sebesar 2,80%, dan
Tanah Asli 2,60 indeks plastisitasnya sebesar 59,59%.
Abu Sekam 2,10 Sedangkan tanah dengan campuran 6% abu
Fly Ash 2,73 sekam dan 4% fly ash memilik batas cair
Tanah + 6% 2,56 sebesar 83%, untuk batas plastis sebesar
Abu Sekam + 41,31%, batas susut sebesar 3,30%, dan
indeks plastisitasnya sebesar 41,69%. Dapat
4% Fly Ash
disimpulkan bahwa tanah yang dicampur
dengan 6% abu sekam dan 4% fly ash
Dari hasil pengujian yang mengalami penurunan batas cair, batas
ditunjukkan pada Tabel 4.3 di atas dapat plastis, dan batas susutnya. Sedangkan
diketahui bahwa Specific Grafity dari tanah untuk batas susutnya mengalami
asli adalah sebesar 2,60 sedangkan Specific penigkatan.
Grafity untuk tanah dengan campuran 6%
Klasifikasi Tanah Sistem Unified
Dalam klasifikasi tanah sistem
Unified, kriteria yang digunakan adalah
berdasarkan hasil pengujian batas-batas
Atterberg dari sampel tanah tersebut yaitu
batas cair (liquid limit), batas plastis
(plastic limit) dan indek plastisitasnya
(plastic limit). Dari hasil pengujian batas-
batas Atterberg yang telah dilakukan,
sampel tanah dari Kecamatan Ngasem *Untuk A-7-5, PI < LL-30
^Untuk A-7-6, PI > LL-30
Kabupaten Bojonegoro tersebut memiliki
Dari hasil analisis ayakan yang
nilai batas cair (liquid limit) sebesar 104%,
menunjukkan sampel tanah dari daerah
batas plastis (plastic limit) sebesar 44,41%,
Ngasem Kabupaten Bojonegoro tersebut
dan indeks plastisitas (plasticity index)
memiliki presentase distribusi lolos
sebesar 59,59%. Untuk mengetahui
saringan no. 200 lebih dari 50% dan
kelompok tanah tersebut dapat dilihat pada
berdasarkan hasil uji konsistensi tanah yang
Gambar 4.3 berikut ini:
memiliki nilai liquid limit sebesar 104%,
maka menurut sistem klasifikasi AASHTO
sampel tanah tersebut termasuk dalam
kelompok A-7-5 karena nilai PI (Plastisity
Index) < LL – 30.

Tingkat Ekspansifitas Tanah


Berdasarkan kriteria Chen, sampel
tanah dari daerah Ngasem Kabupaten
Bojonegoro tersebut memiki tingkat
ekspansifitas yang sangat tinggi dengan
Gambar 4.3 Klasifikasi Tanah Sistem
nilai indeks plastisitas (PI) lebih dari 35%.
Unified
Sedangkan dalam kriteria
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan Altmeyer, penggolongan atau
pada Gambar 4.3 tersebut, maka sampel pengelompokan tanah ekspansif tersebut
tanah dari daerah Ngasem Kabupaten bisa dilihat dari shrinkage limit (SL). Dari
Bojonegoro tersebut termasuk dalam kriteria tersebut dapat diketahui bahwa
kelompok tanah lempung dengan plastisitas sampel tanah dari daerah Ngasem
tinggi (CH) menurut klasifikasi tanah Kabupaten Bojonegoro ini memiliki tingkat
sistem Unified. ekspansifitas yang kritis dengan nilai batas
susut (SL) kurang dari 10%.
Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO Cara untuk mengetahui sifat
Berdasarkan sistem klasifikasi AASHTO, ekspansifitas tanah yaitu dengan
tanah yang lebih dari 35% butirannya lolos menggunakan cara tidak langsung (single
ayakan no. 200 diklasifikasikan ke dalam index method) yaitu dengan menggunakan
kelompok A-4, A-5, A-5, dan A-7. Untuk nilai-nilai dari atterberg limit. Nilai activity
mengklasifikasikan sampel tanah tersebut (A) dari tanah asli dengan dimasukkan ke
secara lebih rinci, maka perlu dilihat persamaan (2.1) :
kriteria yang ada pada Tabel 4.5 berikut Activity (A) =
ini: Dari hasil tersebut dapat kita
masukkan ke grafik klasifikai potensi
Tabel 4.5 Sistem Klasifikasi Tanah mengembang. Dari hasil di grafik yang
AASHTO ditunjukkan pada Gambar 2.2 tanah asli
Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro
memiliki potensi mengembang lebih dari
25% yang termasuk dalam kriteria sangat
tinggi.
Tanah + 6% Abu Sekam +4% Fly Ash
Pemeriksaan Pemadatan Standar 2.000

Berat Isi Kering (gr/cm3)


Uji pemadatan ini dilakukan untuk 1.900 C
menentukan hubungan antara kadar air dan 1.800 o
1.700
kepadatan tanah sehingga bisa diketahui 1.600 m
kepadatan maksimum dan kadar air 1.500 p
optimum. Kadar air optimum adalah nilai 1.400 a
kadar air dimana pada energy kompaksi 1.300 c
1.200 y = -0.0027x2 + 0.1438x -
tertentu dicapai γd maksimum. Besar 1.100 0.5669
t
kepadatan diukur dalam berat jenis kering i…
1.000
tanah (γd) atau kepadatan kering tanah. Uji 17.0019.0021.0023.0025.0027.0029.0031.00
pemadatan laboratorium ini nantinya akan Kadar Air (%)
digunakan pada pemadatan timbunan di
lapangan. Gambar 4.5 Grafik Pemadatan Tanah
Standart Proctor Test adalah salah Dengan Campuran 6% Abu Sekam dan
satu metode dalam uji pemadatan tanah. 4% Fly Ash
Pada uji pemadatan standar, tanah yang
lolos saringan Amerika No.4 dipadatkan Dari Gambar 4.4 dan Gambar 4.5
dalam cetakan berukuran tinggi 11,3 cm di atas didapatkan kadar air optimum
dengan diameter 15,5 cm. Pengujian ini (OMC) untuk tanah asli sebesar 26,89 %
menggunakan 56 pukulan pemadat seberat dengan berat isi kering maksimum sebesar
2,5 kg dengan tinggi jatuh 30 cm. Pukulan 1,479 gr/cm3, sedangkan kadar air optimum
sebanyak 56 kali dilakukan ditiap lapisan (OMC) untuk tanah yang yang dicampur
tanah di dalam mould yang keseluruhan dengan additive (abu sekan dan fly ash)
terdiri dari 3 lapisan. sebesar 26,63 % dengan berat isi kering
maksimum sebesar 1,348 gr/cm3.
Dalam penelitian ini dilakukan uji
Penurunan kadar air optimum ini terjadi
pemadatan yang diperlakukan pada sampel
karena rongga udara yang ada didalam
tanah asli dan tanah yang sudah dicampur
tanah terisi oleh additive tersebut. Dari hasil
dengan bahan additive (abu sekam dan fly
uji pemadatan tersebut bisa disimpulkan
ash). Sampel tanah yang akan dipadatkan
bahwa penambahan additive tersebut
sebelumnya ditambahkan air dengan variasi
berpengaruh sebagai filler atau pengisi
kadar air dan rentang penambahan tertentu
rongga udara didalam tanah.
kemudian didiamkan sampai penyerapan air
Pengujian CBR Laboratorium
tersebut merata pada tanah. Dari hasil uji
Dalam penelitian ini dilakukan dua
pemadatan pada sampel tanah asli didapat
macam pengujian CBR yaitu CBR tidak
hasil seperti yang ditunjukkan pada
terendam (unsoaked) dan CBR terendam
Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 Berikut ini:
(soaked). Pengujian CBR dilakukan pada
sampel tanah asli maupun tanah dengan
Pemadatan campuran additive (abu sekan dan fly ash)
Tanah Asli yang telah dipadatkan dengan kadar air
1.70
optimum masing-masing. Untuk tanah
dengan campuran additive (abu sekan dan
Berat Isi Kering (gr/cm³)

1.60 fly ash) terdapat perlakuan variasi waktu


curing yaitu selama 0 hari, 7 hari, 14 hari,
1.50
dan 28 hari.
1.40
y = -0.0055x2 + 0.2958x - 2.4978 Pengujian CBR Tanpa Rendaman
1.30 (Unsoaked)
22.00 27.00 32.00
Kadar Air (%) Pengujian CBR Tanpa Rendaman
(Unsoaked) ini dilakukan pada sampel
Gambar 4.4 Grafik Pemadatan Tanah Asli tanah dimana sampel tersebut sebelum
pengujiannya tidak diterapkan perendaman
terlebih dahulu setelah dipadatkan dengan
kadar air optimum yang telah ditentukan. tanah dengan campuran additive (6% abu
Untuk sampel tanah dengan variasi lama sekam dan 4% fly ash) tanpa perlakuan
waktu curing, setelah dipadatkan tanah waktu curing nilai CBR-nya sebesar
tersebut tidak langsung diuji melainkan 7,132%. Pada perlakuan curing selama 7
didiamkan terlebih dahulu selama waktu hari dari sampel tanah tersebut nilai CBR-
curing dan dengan perlakuan curing yang nya meningkat menjadi 8,839%. Pada
telah ditentukan. Dari pengujian CBR tidak perlakuan waktu curing 14 hari pada
terendam (Unsoaked) yang telah dilakukan sampel tanah tersebut meningkatkan nilai
di laboratorium didapatkan nilai CBR CBR menjadi 13,047%. Pada perlakuan
sebesar 3,91% dengan berat isi kering sampel tanah dengan waktu curing 14 hari
maksimum sebesar 1,48 gr/cm3 untuk tanah ini menunjukkan peningkatan nilai CBR
asli tanpa campuran additive. Sedangkan yang signifikan dibandingkan dengan
untuk hasil pengujian CBR tanah dengan waktu curing selama 7 hari. Namun pada
campuran additive (6% abu sekam dan 4% perlakuan sampel tanah dengan waktu
fly ash) adalah seperti yang ditunjukkan curing selama 28 hari memiliki nilai CBR
pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.6 berikut sebesar 13,691%. Pada perlakuan waktu
ini: curing selama 28 hari ini peningkatan nilai
CBR tidak terlalu signifikan sehingga bisa
Tabel 4.6 Hasil Pengujian CBR Unsoaked diambil kesimpulan bahwa waktu curing
Tanah + 6% Abu Sekam + 4% Fly Ash yang optimum pada sampel tanah dengan
WAKTU campuran additive (6% abu sekam dan 4%
CURING(HARI) CBR UNSOAKED (%) BERAT ISI KERING (gr/cm3)
fly ash) untuk meningkatkan nilai CBR-nya
0 7.132 adalah selama 14 hari. 1.333
7 8.839 1.341
14 13.047 Pengujian CBR Rendaman1.353 (Soaked)
28 13.691 Pengujian CBR 1.368
Terendaman
(Soaked) ini dilakukan pada sampel tanah
dimana sebelum pengujiannya sampel
tersebut direndam terlebih dahulu setelah
dipadatkan dengan kadar air optimum yang
20 CBR Unsoaked telah ditentukan. Untuk sampel tanah
CBR (%)
CBR (%)

13.691
campuran dengan variasi lama waktu
13.047
10 CBR curing, setelah dipadatkan tanah tersebut
7.132 8.839 tidak langsung diuji melainkan didiamkan
Unso
0 aked terlebih dahulu selama waktu curing dan
0 7 14 21 28 dengan perlakuan curing yang telah
waktu curing (hari) ditentukan. Setelah mencapai batas waktu
curing tersebut, sampel tanah kemudian
Gambar 4.6 Grafik Kenaikan Nilai CBR direndam di dalam air selama 52 jam
Unsoaked Tanah + 6% Abu Sekam dengan penambahan beban diatasnya.
+ 4% Fly Ash Dalam perendaman sampel tanah ini, kita
juga bisa mengetahui proses pengembangan
Dari hasil yang ditunjukkan pada yang terjadi pada sampel tanah yang
Tabel 4.6 dan Gambar 4.6 tersebut dapat terendam dengan beban diatasnya. Dari
diketahui bahwa waktu curing pada tanah pengujian CBR terendam (Soaked) yang
dengan campuran additive (6% abu sekam telah dilakukan di laboratorium didapatkan
dan 4% fly ash) sangat berpengaruh nilai CBR sebesar 2,39% dengan berat isi
terhadap nilai CBR tak terndam (unsoaked) kering maksimum sebesar 1,42 gr/cm3
pada sampel tanah. Hal ini dibuktikan untuk tanah asli tanpa campuran additive.
dengan kenaikan nilai CBR tanah tersebut Sedangkan untuk hasil pengujian CBR
berdasarkan lama lama waktu curing-nya. tanah dengan campuran additive (6% abu
Semakin lama waktu curing dari tanah sekam dan 4% fly ash) adalah seperti yang
tersebut maka semakin meningkat pula nilai ditunjukkan pada Tabel 4.7 dan Gambar
CBR-nya. Dari perlakuan curing tersebut 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7 Hasil Pengujian CBR Soaked terlihat lebih kecil jika dibandingkan
Tanah + 6% Abu Sekam + 4% Fly Ash dengan pada perlakuan tanpa rendaman.
WAKTU Hal ini menunjukkan kondisi yang lemah
CURING(HARI) CBR SOAKED (%) pada tanah ketika kadar ISI
BERAT airnya berlebih.(gr/cm3)
KERING
0 2.948 1.303
Perbandingan Nilai CBR tanpa
7 4.759 rendaman (Unsoaked) dengan 1.310 CBR
14 5.300 rendaman (Soaked) 1.344
28 5.770 1.364
Untuk megetahui perbandingan
nilai CBR antara dengan perlakuan tanpa
rendaman (Unsoaked) dan dengan

8
CBR Soaked perlakuan rendaman (Soaked) ditunjukkan
pada Gambar 4.8 berikut ini:
6 5.770
CBR (%)

5.300
4.759
4 CBR 16
2.948 Soak 14
13.047 13.691
2 ed 12

CBR (%)
10
0 8.839 CBR
8
0 7 14 21 28 7.132 Unso
6 5.770 aked
waktu curing (hari) 4 4.759 5.300
2.948 CBR
2 Soake
Gambar 4.7 Grafik Kenaikan Nilai CBR 0 d
Soaked Tanah + 6% Abu Sekam 0 7 14 21 28
+ 4% Fly Ash waktu curing (hari)

Dari hasil yang ditunjukkan pada Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Nilai
Tabel 4.7 dan Gambar 4.7 tersebut dapat CBR Unsoaked dan Soaked Tanah+6%
diketahui bahwa waktu curing pada tanah Abu Sekam + 4% Fly Ash
dengan campuran additive (6% abu sekam
dan 4% fly ash) sangat berpengaruh Dari hasil yang ditunjukkan pada
terhadap nilai CBR tak terndam (unsoaked) Gambar 4.8 tersebut kita dapat mengetahui
pada sampel tanah. Hal ini dibuktikan bahwa perlakuan perendaman pada sampel
dengan kenaikan nilai CBR tanah tersebut tanah dapat mempengaruhi nilai CBR-nya
berdasarkan lama lama waktu curing-nya. baik pada tanah asli maupun pada tanah
Semakin lama waktu curing dari tanah dengan campuran additive (6% abu sekam
tersebut maka semakin meningkat pula nilai dan 4% fly ash). Hasil nilai CBR terendam
CBR-nya. Dari perlakuan curing tersebut (soaked) pada sampel tanah baik tanah asli
tanah dengan campuran additive (6% abu maupun tanah dengan campuran additive
sekam dan 4% fly ash) tanpa perlakuan (6% abu sekam dan 4% fly ash) memiliki
waktu curing nilai CBR-nya sebesar nilai yang lebih kecil jika dibandingkan
2,948%. Pada perlakuan curing selama 7 dengan nilai CBR sampel tanah tanpa
hari dari sampel tanah tersebut nilai CBR- perendaman. Hal ini dikarenakan
nya meningkat menjadi 4,759%. Pada kandungan air pada sampel tanah
perlakuan waktu curing 14 hari pada meningkat sehingga kekuatan tanah
sampel tanah tersebut meningkatkan nilai mengalami penurunan.
CBR menjadi 5,30%. Sedangkan pada
perlakuan sampel tanah dengan waktu Pengujian Swelling (Pengembangan)
curing selama 28 hari memiliki nilai CBR
sebesar 5,77%. Dalam pengujian CBR Pengembangan (swelling) pada
terendam (Soaked) ini, kenaikan nilai CBR sampel tanah ini menunjukkan
yang terjadi tidak terlalu signifikan. Nilai perbandingan perubahan tingginya terhadap
CBR pada perlakuan rendaman ini juga tinggi semula yang dinyatakan dalam
persen(%). Dalam pengujian swelling ini, pengembangan (swell) dari tanah asli.
sampel tanah yang telah dipadatkan dengan Semakin lama waktu curing pada sampel
kadar air optimumnya direndam di dalam tanah maka semakin kecil nilai
air dengan penambahan beban sebesar 4,5 pengembangan (swell) yang terjadi. Dari
kg selama 52 jam. Selama masa hasil tersebut nilai swelling bisa menurun
perendaman tersebut, perubahan tinggi dari 3,841% menjadi 0,438% dengan curing
sampel tanah tersebut diukur dengan dial 28 hari Hal ini sangat penting untuk tanah
untuk mengetahui seberapa besar yang digunakan sebagai dasar suatu
pengembangan yang terjadi. Pengujian ini konstruksi jalan raya. Dengan semakin
dilakukan terhadap sampel tanah asli dan kecilnya pengembangan yang terjadi pada
tanah dengan campuran additive (6% abu tanah dasarnya, maka semakin kecil pula
sekam dan 4% fly ash). Untuk tanah asli, dampak kerusakan yang terjadi pada
setelah tanah dipadatkan dengan kadar air kosnstruksi jalan tersebut.
optimumnya langsung dilakukan pengujian
swelling. Untuk tanah dengan campuran PENUTUP
additive (6% abu sekam dan 4% fly ash)
perlakuannya ditambah dengan variasi lama Kesimpulan
waktu curing. Pengujian sampel tanah Berdasarkan hasil dan pembahasan dari
dengan campuran ini dilakukan setelah penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
waktu curing selesai. Adapun hasil diambil kesimpulan sebagai berikut:
pengujian swelling untuk sampel tanah asli
menunjukkan pengembangan yang terjadi 1. Semakin lama waktu curing pada
sebesar 3,841%. Untuk sampel tanah sampel tanah dengan campuran 6%
campuran bisa dilihat pada Tabel 4.8 dan abu sekam dan 4% fly ash, maka
Gambar 4.9 berikut ini: nilai CBR baik yang tanpa
randaman (Unsoaked) maupun
Tabel 4.8 Nilai Pengembangan Sampel yang terendam (Soaked) juga
Tanah Campuran dengan Variasi Waktu semakin meningkat hingga lebih
Curing dari 350,15 % untuk CBR tanpa
Lama Waktu Curing (Hari) Swelling (%) rendaman dan lebih dari 241,42 %
0 1.142 untuk CBR terendam
7 1.018 2. Waktu curing yang paling efektif
14 0.973 untuk meningkatkan nilai CBR
28 0.438 terutama untuk CBR tanpa
rendaman (Unsoaked) pada tanah
dengan campuran 6% abu sekam
dan 4% fly ash adalah selama 14
1.5
Swelling hari dengan nilai sebesar 13,047%
Swelling (%)

karena dalam waktu curing selama


1.142 28 hari peningkatan nilai CBR
1 1.018 0.973
tidak terlalu signifikan dengan nilai
sebesar 13,691%
0.5 0.438
S…
3. Untuk hasil pengujian CBR
terendam (soaked) tanah asli
0 menunjukkan nilai sebesar 2,39%.
0 7 14 21 28 Sedangkan nilai pada tanah
Waktu Curing (Hari)
campuran dengan lama waktu
Gambar 4.9 Grafik Nilai Pengembangan curing 28 hari menunjukkan nilai
Sampel Tanah Campuran dengan Variasi sebesar 5,77%
Waktu Curing 4. Penambahan 6% abu sekam dan
4% fly ash pada tanah asli dapat
Dari hasil yang ditunjukkan pada menurunkan nilai swelling tanah
Tabel 4.8 dan Gambar 4.9 tersebut dapat dari 3,841% menjadi 0,438%
diketahui bahwa lama waktu curing dengan waktu curing 28 hari
berpengaruh terhadap penurunan nilai
5. Dari perbandingan nilai CBR dan Hardiyatmo, H.C. 2002. Mekanika Tanah I.
swelling tersebut, sebagai Gajah Mada University Press :
rekomendasi digunakan waktu Yogyakarta
curing selama 28 hari dengan nilai
CBR tanpa rendaman (Unsoaked) Herina, Silvia. 2005. Kajian Pemanfaatan
sebesar 13,691% dan dengan nilai Abu Sekam Padi Untuk Stabilisai
swelling sebesar 0,438% Tanah Dalam Sistem Pondasi Di
Tanah Ekspansif. Koloikum dan
Open House: Bandung
Saran
Herman.2013.Abu Batubara PLTU
Setelah mempelajari hasil dari Sijantang Sebagai Bahan
penelitian ini, ada beberapa saran yang bisa Stabilisasi Tanah Lempung
dilakukan untuk penelitian selanjutnya agar Ekspansif. Jurnal terpublikasi
hasil yang diperoleh bisa lebih baik:
Indrawahyuni, Herlien. 2008. Mekanika
1. Diperlukan adanya penelitian tanah I. Bargie Media: Malang
lanjutan dengan menggunakan
variasi bahan limbah lain sebagai Nelson, John D. 1992. Ekspansive Soil:
bahan stabilisasi pada tanah Problem and Practice in
lempung ekspansif Fundamental and Pavement
2. Diperlukan sampel benda uji lebih Engineering. John Wiley & Sons,
dari satu untuk mendapatkan hasil Inc.: Canada
yang lebih baik lagi
3. Diperlukan pemeriksaan alat Nugroho, Soewignjo Agus dkk. 2010. Studi
terlebih dahulu sebelum digunakan Laboratorium CBR Nonrendaman
untuk mengurangi resiko kesalahan (UNsoaked CBR) Dan CBR
terhadap hasil data yang akan Rendaman (Soaked CBR). Jurnal
diambil Terpublikasi: Riau

DAFTAR PUSTAKA Santosa, Budi dkk. 1998. Dasar Mekanika


Adha, Idharmahadi.2011.Pemanfaatan Abu Tanah. Gunadarma: Jakarta
Sekam Sebagai Pengganti Semen Santosa, Budi dkk. 1998. Mekanika Tanah
Pada Metoda Stabilisasi Tanah Lanjutan. Gunadarma: Jakarta
Semen.Jurnal Terpublikasi
Sosrodarsono, Suryono dan Kazuto
Budi, Gogot Setyo. 2003. Pengaruh Fly Nakazawa. 2000. Mekanika Tanah
Ash Terhadap Sifat Pengembangan Dan Teknik Pondasi. Pradnya
Tanah Ekspansif. Jurnal Paramita: Jakarta
Terpublikasi
Sulistyowati, Tri. 2006. Pengaruh
Craig, R.F. 1989. Mekanika Tanah. Edisi ke Stabilisasi Tanah Lempung
empat. Erlangga: Jakarta Ekspansif Dengan Fly Ash Terhadap
Das, Braja M. 1995. Mekanika Tanah 1 Nilai Daya Dukung CBR. Jurnal
(Prinsip-Prinsip Rekayasa Terpublikasi
Geoteknis). Diterjemahkan oleh Yuliet, Rina dkk. 2011. Uji Potensi
Noor Endah dan Indrasurya B. Mengembang Pada Tanah Lempung
Mochtar. Erlangga: Jakarta Dengan Metoda Free Swell Test.
Hardiyatmo, H.C. 2013. Stabilisasi Tanah Jurnal terpublikasi
Untuk Perkerasan Jalan. Gajah
Mada University Press : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai